Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
1. Win Ardi Abbas 4312210077
2. Dimas Agung Budiyawan 4314210042
3. Farhan Wartiansyah 4314210051
4. Marthin Petrus 4314210081
5. Rizky Muflih 4314210114
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
matakuliah Etika Hukum dan Engineering mengenai HKI. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas, sebagai syarat mendapatkan nilai dalam matakuliah Etika Hukum dan
Engineering.
Terimakasih kepada Dosen yang senantiasa mengajarkan dan memberi materi tentang
HKI . Serta telah meluangkan waktunya untuk mengajarkan saya untuk memahami tentang
Hak Kekayaan Intelektual.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun. Besar harapan saya juga sebagai
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya maupun semua pembaca makalah ini,
terutama mahasiswa Universitas Pancasila.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana etika pelanggaran hak kekayaan intelektual dari sudut
pandang hukum negara Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana etika pelanggaran hak kekayaan intelektual dari sudut
pandang masyarakat Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana etika pelanggaran hak kekayaan intelektual dari sudut
pandang konsumen.
4. Mengetahui dampak dari pelanggaran hak kekayaan intelektual bagi pelaku bisnis.
5. Mengetahui dampak dari pelanggaran hak kekayaan intelektual bagi masyarakat di
Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Definisi dari metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara yang bertujuan untuk
mencari jalan keluar dan solusi dari sebuah permasalahan, sedangkan penelitian itu sendiri
adalah pemeriksaan yang dilakukan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala
untuk menambah pengetahuan manusia, dengan demikian metode penelitian dapat ditafsirkan
sebagai proses prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam sebuah
penelitian.
Pada makalah kali ini tim penulis menggunakan metodologi penelitian berupa deskriptif
yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan kejadian –kejadian yang ada baik yang
berlangsung saat ini maupun di masa lalu diulas dengan sistematis , faktual dan akurat.
3.3 Pembahasan : Etika Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual dari Sudut Pandang
Hukum Negara Indonesia
Sesuai dengan pembahasan landasan teori dapat diketahui bahwa pencurian /
pembajakan ide tau hak kekayaan intelektual dengan berbagai cara yang telah dijelaskan
dalam pasal-pasalnya adalah suatu kejahatan yang melanggar UU nomor 19 tahun 2002.
Sehingga seharusnya di Indonesia tidak ada praktik pelanggaran HKI.
Namun yang harus kita ketahui, bahwa untuk mendapatkan hak kekayaan
intelektual di Indonesia maka pelaku harus terlebih dahulu mendaftarkan kepada DJHKI
(Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual). Jika belum mendaftar, maka segala
bentuk perlindungan HKI tidak bisa kita dapatkan. Selain itu jika ingin mengajukan
gugatan pihak penggugat harus memiliki bukti-bukti yang kuat dan tentu saja harus ada
modal untuk menyewa pengacara.
Kendala inilah yang mengakibatkan Usaha Mikro Kecil Menengah sangat rentan
tidak terlindungi oleh payung hukum sebab pendaftaran HKI membutuhkan waktu dan
biaya dan jika mengajukan gugatan pun dibutuhkan biaya yang tidak kecil pula.
Akibatnya tidak ada yang bisa dilakukan UMKM untuk menyuarakan haknya, di sinilah
celah hukum yang sayangnya dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang kurang
bertanggung jawab.
Selain itu celah hukum HKI ini sangatlah luas. Sebuah ide adalah sesuatu yang
sifatnya sangat abstrak dan kompleks. Sehingga untuk divonis sebagai pencuri ide, harus
dibuktikan dengan kompleks pula, hal ini sangat berbeda ketika kita akan memidanakan
pencuri barang.
Perkara HKI ini juga terganjal akan status berlakunya yang sayangnya hanya
berlaku di tempat HKI tersebut didaftarkan. Seperti kasus Daniel Mananta dari brand
miliknya. Brand “Damn, I Love Indonesia” bahkan di produksi di Negara lain dengan
tulisan nama dari negara itu. Meskipun sudah didaftarkan di DJHKI, jalan mencari
keadilan pada hukum rupanya berliku sebab tidak bisa berlaku di Internasional.
Tetapi dalam beberapa kasus, terlihat bahwa hukum akan HKI ini berlaku dan telah
ditegakkan. Salah satu contoh kasus adalah kasus yang menyangkut merk “LOTTO”.
Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan luar negeri yang menjual pakaian jadi dan
telah terdaftar di Indonesia. Tidak beberapa lama kemudian muncul sebuah perusahaan
lain yang menjual handuk dan memiliki nama yang sama dengan “LOTTO”. Tindakan
ini secara jelas merugikan perusahaan pemilik merk itu sebenarnya area barang yang
mereka jual secara jelas berbeda.
Perusahaan pemilik merk asli LOTTO itu akhirnya mengajukan tuntutan kepada
pengadilan negeri. Sayangnya pihak pengadilan negeri menolak karena mereka
menganggap penuntut tidak beralasan. Kemudian mereka mengajukan kasus ini kepada
pihak Mahkamah Agung dan mendapatkan hasil yang positif. Pihak Mahkamah memiliki
pendapat yang sama bahwa tindakan tersebut melanggar karena meskipun barang yang
mereka jual berbeda namun memiliki jenis yang sama yaitu kelengkapan berpakaian.
Beberapa Undang-undang yang telah berlaku di Indonesia juga turut mendukung
kesalahan dari pihak yang memiliki merk sama tersebut. Beberapa pasal tersebut adalah:
1. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Merk tahun 1961 menentukan, “hak atas suatu merek
berlaku hanya untuk barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dibubuhi
merek itu.”
2. Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Merek tahun 1961 “tuntutan pembatalan merek hanya
dibenarkan untuk barang-barang sejenis.”
3.4 Etika Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual dari Sudut Pandang Masyarakat
Indonesia
Seperti yang telah tim penulis ceritakan di bab pendahuluan akan peran Indonesia
sebagai salah satu anggota WTO yang secara tidak langsung menyatakan komitmen
Indonesia akan memerangi segala bentuk pembajakan, pencurian yang mana dinyatakan
melanggar hak kekayaan intelektual. Sayang sekali sejak UU itu dikeluarkan hingga
sekarang belum ada kemajuan yang cukup signifikan akan perlindungan HKI.
Banyak sekali kasus akan pelanggaran HKI yang dilakukan oleh individu ,
misalkan saja penggunaan software komputer bajakan, pembelian DVD film maupun
lagu bajakan,mengunduh lagu-lagu secara gratis, mengambil gambar orang lain dan
kemudian menggunakannya secara pribadi maupun diupload di situs-situs sosial
merupakan hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari di masyarakat Indonesia, dan agaknya
kebiasaan yang turun menurun ini kemudian menjadi sebuah budaya. Budaya yang
kemudian dibenarkan oleh masyarakat Indonesia sebab tidak sadar akan apa salahnya
melakukan hal-hal tersebut.
Pembelaan yang diungkapkan oleh masyarakat akan budaya pembajakan ini adalah
ekonomi. Dengan keadaan ekonomi yang bisa dibilang kurang, maka masyarakat
menengah ke bawah tentunya tidak mampu memenuhi kebutuhan akan hiburan maupun
pendidikan yang mahal ketika mereka harus membeli barang ataupun lagu/film/ gambar
yang asli.
Perlu dicermati bahwa saat ini Indonesia sudah mulai dinominasikan sebagai
negara maju, bukan lagi negara berkembang. Ekonomi Indonesia yang berkembang pesat
akhir-akhir ini (meskipun pada Agustus 2013 mulai terlihat gejolak krisis ekonomi) tidak
juga meluruhkan budaya pembajakan dan pencurian HKI ini.
Dari budaya yang tampaknya sepele dan kecil ini, kemudian berkembang menjadi
besar. Seperti pelanggaran HKI pada bisnis. Mulai dari bisnis kecil –menengah ,
misalkan saja di kota Malang pada tahun 2012 muncul bisnis minuman Capuccino
Cincau yang hanya dijual di pinggir jalan kemudian diminati oleh masyarakat, seketika
itu banyak sekali capuccino cincau – capuccino cincau yang lain tersebar di mana-mana,
padahal mereka membajak ide tentang minuman tersebut hingga contoh kasus usaha
skala besar seperti franchise ayam goreng.
4.1 Kesimpulan
1. Dari sudut pandang hukum Repulik Indonesia hak kekayaan intelektual ini bersifat
teritorial artinya jika didaftarkan di indonesia maka hukum hanya dapat melindungi hak
nya jika ada pelanggaran di indonesia.
2. Masih banyaknya kasus pelanggaran HKI yang dilakukan oleh individu dari hal – hal
kecil yang terjadi sehari – hari di masyrakat Indonesia hal tersebut terfjadi karena
keadaan ekonomi yang bisa dibilang kurang dan dalam mengurus HKI di Indonesia
membutuhkan waktu dan biaya dan jika mengajukan gugatan pun dibutuhkan biaya yang
tidak kecil pula.
3. Pelanggaran HKI bagi para konsumen mereka tidak takut ataupun merasa bersalah
membeli barang – barang KW. Intinya bagi konsumen sah – sah saja bisnis meyalahi
aturan HKI.Asalkan kebutuhan mereka akan barang yang kualitasnya lumayan, murah,
dan tetap memiliki nama bergengsi bisa terpenuhi.
4. Dampak positif bagi pelaku bisnis pelanggar HKI :
Dapat meningkatkan nilai jual produk
Permintaan konsumen yang tinggi
Tuntutan memenuhi kebutuhan hidup
Dampak negatif bagi pelaku bisnis pelanggar HKI :
Pandangan negatif konsumen
Membunuh kreatifitas
Terancam tindakan pidana
5. Dampak yang akan diterima oleh masyarakat akibat pelanggara HKI yaitu dari sisi
ekonomi, serta menurunkan derajat negara Indonesia sebagai negara hukum yang
harusnya melindungi setiap warga yang haknya terlanggar.
4.2 Saran
1. Pemerintah diharapkan dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hak
kekayaan intelektual sehingga masyarakat dapat mengerti hukum yang berlaku di
Indonesia sekaligus memahami pentingnya hak kekayaan intelektual setiap individu
maupun organisasi. Selain itu pelaksanaan dan pemberian ganjaran dilakukan dengan
lebih tegas sehingga para pelaku bisnis tidak melakukan pelanggaran hak kekayaan
intelektual. Selain itu pemerintah dapat juga membentuk sebuah badan hukum
independen yang secara khusus bertugas mengatur dan mengawasi seluruh bisnis yang
terdapat di Indonesia. Dan penulis juga menyarankan pemerintah mempermudah akses
pendaftaran HKI kepada pelaku bisnis UMKM dari sisi biaya dan juga prosesnya.
2. Masyarakat disarankan lebih peduli akan tindakan pelanggaran HKI, baik dari
pengawasan akan adanya usaha yang melanggar HKI juga mempraktikkan tindakan
menghargai HKI dengan membeli produk yang asli.
3. Konsumen disarankan membeli produk yang original dan bukan KW karena jika
membeli produk KW telah meyalahi aturan HKI.
4. Bagi para pelaku bisnis sebaiknya mendaftarkan bisnisnya sehingga bisnis yang dimiliki
terlindung oleh hukum serta mengurangi adanya pelanggaran hak kekayaan intelektual
yang dilakukan oleh pihak lain. Selain itu pelaku bisnis diharapkan memiliki rasa yang
kreatif dan inovatif sehingga menciptakan ide-ide bisnis yang baru tanpa melakukan
peniruan dari bisnis yang telah ada mengingat kerugian-kerugian yang didapatkan
apabila praktik pelanggaran HKI tetap dilaksanakan.
5. Seharusnya masyarakat tidak membeli barang – barang yang diproduksi palsu karena
dapat merugikan para pencipta juga mengurangi pendapatan pajak negara dan penurunan
kualitas barang yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi.
Syafrinaldi. 2010. UIR Press. ISBN 979-8885-40-6
2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/kekayaan-intelektual/
3. http://stefanienat.blogspot.com/2012/11/pelanggaran-hak-kekayaan-intelektual.html
4. http://andri94yana.blogspot.com/2013/04/haki-by-aan-andri-yana.html
5. http://eprints.undip.ac.id/16352/1/Anastasia_Resti_Muliani.pdf
6. http://www.anneahira.com/kasus-etika-bisnis.htm
7. http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm7_e.htm
8. http://stefanimariamagdalena.blogspot.com/2013/05/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki-
dan.html
9. http://kamusbisnis.com/arti/hak-kekayaan-industri/
10. Saidin, H. OK. S.H., M. Hum, Aspek Hukum Hek Kekayaan Intelektual (Intellectual
11. PropertyRights), Edisi Revisi 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
12. Online, Assese Kevin (2008), Dampak Pelanggaran Hak Cipta, http://kevint-
blog.blogspot.com/2008/08/dampak-pelanggaran-hak-cipta_25.html
13. http://tik-annur.blogspot.com/2012/11/dampak-pelanggaran-hak-cipta.html
14. http://andriramadhan-andriramadhan.blogspot.com/2013/04/contoh-kasus-pelanggaran-
hak-paten_22.html
15. http://risky17a.blogspot.com/2012/10/plagiarisme-serta-undang-undang-yang.html