Professional Documents
Culture Documents
Pengertian dan Defenisi Konsep Passivasi - Hallo sahabat indonesia teknologi, Artikel yang anda
baca saat ini dengan judul Pengertian dan Defenisi Konsep Passivasi, Artikel ini telah dipersiapkan
dengan baik untuk anda baca dan ketahui informasinya. mudah-mudahan isi postingan Artikel
Chemical, yang kami tulis ini dapat anda pahami. Selamat membaca.
Silahkan Baca
Passivasi merupakan kata yang tidak asing dan berhubungan dengan korosi atau
proses perkaratan. Passivasi merupakan suatu proses yang menguntungkan bagi suatu
bahan karena dapat menghambat proses perkaratan lebih lanjut.
A. PENGERTIAN PASSIVASI
Pasivasi adalah proses pembentukan senyawa oksida logam di permukaan logam
tersebut untuk mencegah proses perkaratan lebih lanjut.
Lapisan oksida logam tersebut jarang disebut dengan karat karena menguntungkan
walau sebenarnya mirip. Pasivasi terjadi pada stainless steel, aluminium, titanium, dan
senyawa logam lainnya yang tidak dapat berkarat dalam artian umum, karena
sesungguhnya mereka berkarat meski hanya di permukaannya.
Salah satu jenis korosi yang terkenal adalah korosi galvanik. Korosi ini terjadi ketika dua
logam yang berbeda terjadi kontak yang mengakibatkan terjadinya aliran elektron.
Korosi ini menyebabkan salah satu logam mengalami korosi sedangkan logam lainnya
tidak dapat mengalami korosi. Dalam hal ini, logam yang mengalami perkaratan
tersebut 'dikorbankan' untuk menahan proses korosi dari logam lainnya. Hal ini umum
terjadi dalam dunia industri untuk mencegah proses perkaratan lebih lanjut terhadap
suatu komponen, misalnya pipa besi yang ditanam dalam tanah, badan kapal laut, dan
sebagainya yang rentan terhadap korosi.
Korosi juga bisa terjadi akibat temperatur tinggi yang mengakibatkan atom-atom dalam
suatu material mengalami deteriorasi. Hal ini dapat terjadi jika suatu material dalam
temperatur tinggi diekspos ke atmosfer yang mengandung oksigen, sulfur, atau
senyawa lainnya yang mampu mengoksidasi material tersebut. Hal ini umum terjadi
pada mesin-mesin kendaraan, mesin industri, dan mesin lainnya yang bekerja pada
temperatur tinggi. Penggunaan pelumas membantu menurunkan temperatur dan
melapisi mesin sehingga mencegah korosi (atau biasa disebut dengan keausan
mesin).
Gambar di atas adalah sistem sel galvanis dari dua logam jenis yang berbeda, dimana
secara prinsip perbedaan itu terletak pada tingkat kelarutan, yang menjadikan mana
anoda dan mana katoda. Tingkat kelarutan atau di sebut juga tingkat kemuliaan dari
logam-logam dalam suatu elektrolit atau lingkungan, di tentukan menurut besarnya
potensial elektroda, yaitu potensial elektro kimia dari reaksi pembentukan ion dan
elektron atau sebaliknya. Besarnya potensial tergantung kepada jenis, keadaan logam
dan larutan. Potensial yang di ukur adalah perbedaan potensial masing-masing jenis
logam terhadap elektroda standar H2(standard Hydrogen Elektroda- SHE) sebagai
pembanding. Pada tabel 1, adalah rangkaian besarnya potensial masing-masing jenis
logam yang di sebut dengan deret Volta (EMF) dalam larutan satandar 1
grion/1000grH2O) 1 atm dan 25oC.
Dalam tabel tersebut potensial H 2 = 0 Volt, logam-logam di atasnya lebih mulia dan di
bawahnya lebih mudah teroksidasi (lebih aktif)
2. Pengaruh Temperatur
Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius
r= A exp (-E/RT)
dimana = r = laju korosi
E = energi aktivasi
R = Konstanta
T = Temperatur absolut
Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, bila larutan
bertemperatur tinggi dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula dan bila
temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam larutan, maka
korosi dapat menjadi cepat.
3. Pengaruh pH (keasaman)
Pada keasaman yang tinggi dimana pH<5 ;
a. Korosi besi pada larutan asam selain di pengaruhi oleh pH, juga di pengaruhi
oleh konsentrasi ion dalam larutan. Dalam Asam sulfat dengan pH =0-4, laju korosi di
pengaruhi oleh konsentrasi Fe SO4
b. Pada larutan HCL, konsentrasi ion tidak berpengaruh
c. Penambahan unsur Ni pada baja paduan akan memperbaiki ketahanan korosi
dalam larutan asam sulfat.
Pada kondisi mendekati netral (5<pH<9)
- Lapisan hidroksida di permukaan besi lebih tahan melekat di bandingkan pada
kondisi yang lebih asam
- Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen lebih dominan.
Pada kondisi ke asaman rendah (pH<9)
- Baja terkorosi pada kandungan (Fe(OH)3)- dan (Fe(OH)4)-
- pH dan temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan SCC (stress corrosion
cracking)
4. Pengaruh kecepatan fluida
- Kecepatan aliran fluida berpengaruh terhadap laju korosi, karena mempengaruhi
pertukaran ion dan elektron di permukaan logam.
- Fluida yang mengalir dengan lambat atau stagnant, dapat mengakibatkan korosi
setempat.
- Untuk menghindari korosi ada kecepatan tertentu yang harus di penuhi.
- Bila fluida bersifat agresif dan mempunyai kecepatan yang cukup, maka dapat
terjadi korosi erosi
- Semakin tinggi kecepatan fluida, maka faktor perusakan mekanik menjadi
dominan di banding kerudakan akibat korosi.
5. Pengaruh Konsentrasi
- Konsentrasi oksigen dalam larutan dapat mempercepat reaksi
- Kandungan unsur reakstif dalam jumlah terrbatas, dapat menciptakan pasivasi
- Tetapi dalam konsentrasi yang lebih besar, maka lapisan pasif dapat mengalami
kerusakan.
Klasifikasi proses korosi dapat di lihat lebih rinci dari segi kondisi dan jenis reaksi utama
dari proses korosi, antara lain :
a. Reaksi kimia tanpa lapisan yang terbentuk.
Reaksi ini adalah reaksi kimia langsung antara logam dan lingkungan, tanpa terbentuk
lapisan dan tanpa perpindahan muatan (elektron) misal antara logam dengan logam
cair, lelehan garam, atau bukan larutan dalam air.
b. Reaksi elektrokimia dengan melibatkan perpindahan muatan (elektron) melalui
pertemuan dua permukaan, reaksi ini di bedakan oleh ;
1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak jelas secara fisik terpisah keberadaannya.
2. Adanya anoda dan katoda yang jelas keberadaannya, terukur jarak dan
perpindahan muatan melalui logam antara anoda dan katoda.
3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi pada masing-masing pertemuan permukaan
yang berbeda, misalnya pada reaksi oksidasi antara logam dengan gas oksigen tanpa
melibatkan komponen air (diatas temperatur kamar) yang menghasilkan lapisan oksida,
sehingga antar muka logam- oksida sebagai anoda dan antar muka oksida-oksigen
sebagai katoda.
C. KRITERIA PASIVASI
manfaat untuk anda. oke, sampai bertemu lagi di postingan artikel berikutnya.
Sekarang anda sedang membaca artikel Pengertian dan Defenisi Konsep Passivasidengan alamat
link http://indonesiateknologii.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-defenisi-konsep-
passivasi.html