Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Fikres Kartika Sari
NIM. S11015
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat dan anugerah-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “Gambaran tanda dan gejala serta penanganan
Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya banyak pihak yang membantu
Penulis, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Wahyu Rima Agustin, SKep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1
kesabaran.
3. Kepala Desa Tambakboyo yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk
4. Bapak ibu dan keluargaku yang telah banyak memberikan semangat dan
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kesalahan dan
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dan masukan
Surakarta,Agustus 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian........................................................................... 6
2.2.1 Pengertian........................................................................... 17
vi
perilaku kekerasan.............................................................. 23
BAB IV HASIL........................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Abstrak
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama salah
satu diantaranya adalah perilaku kekerasan,baik di negara maju maupun
berkembang. Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan
perilaku kekerasan baik pada diri sendiri atau orang lain dan lingkungan secara
verbal dan non verbal. Di Desa Tambakboyo terdapat 11 kasus perilaku amuk.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran tanda dan gejala serta
penanganan keluarga pada anggota keluarga dengan perilaku kekerasan di Desa
Tambakboyo Kec. Mantingan Kab. Ngawi.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan
suatu fenomena.Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectionaldengan menggunakan sampel sejumlah 11 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon kognitifyaitu respon dengan
berkata tidak masuk akal sebanyak 11 responden, sering berfikir negatif sebanyak
11 responden.11 responden mempunyai respon afektif sering marah, dan penderita
terlihat cemas sebanyak 11 responden. Respon fisiologis wajah kemerahan
sebanyak 11responden. Respon perilaku mudah tersinggung, kadang sedih tiba-
tiba dan sering mengumpat sebanyak 11 responden. Respon sosial terlihat
menyendiri sebanyak 11 responden.Sebagian besar atau sebanyak 54,54%keluarga
belum melakukan penanganan yang baik terhadap anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.
Dari segi penanganan keluarga terhadap penderita dengan gangguan jiwa
perilaku kekerasan menunjukkan sebagian besar belum melakukan penanganan
yang baik terhadap anggota yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
ABSTRACT
Mental disorder is one of four main health problems. One of them is violent
behavior, both in developed countries and developing countries. Violent behavior
is one of the responses on the people’s stress shown by real violent action on the
actors themselves or other people and environment verbally and non-verbally.
There were 11 violent behavior cases in Tambakmoyo village. The objective of
this research is to investigate the description of indication, symptom, and
treatment of family on the family’s members with violent behaviors in
Tambakmoyo Village Mantingan Sub-district, Ngawi City.
This research used the descriptive method to describe the phenomenon with
the cross sectional approach. The samples of research were consisted of 11
respondents. The result of the research shows that in term of cognitive response,
11 respondents had words that do not make sense, and 11 respondents often had
negative thinking. In term of affective response, 11 respondents had frequent
anger, and 11 respondents had anxiety. In term of physiological response, 11
respondents had redness. In term of behavioral response, 11 respondents were
easily irritable and suddenly sad and frequently cursed. In term of social
response, 11 respondents were often alone. 54.54% of families never held any
good handling toward their family members suffering mental disorders with
violent behavior. Thu, almost families did not do any good treatment to their
family members suffering mental disorders with violent behavior.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
peran sosial serta menimbulkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma
Data dari WHO tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa dunia
sebesar 459 juta jiwa. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang
1
2
koping mekanisme yang bukan perilaku kekerasan (Stuart & Laraia, 2005).
atas 11 kasus dengan perilaku amuk, 2 kasus menarik diri, 1 kasus waham, 4
kasus isolasi sosial, dan 5 kasus harga diri rendah. Berdasarkan hasil
timbul disaat seseorang sendirian dan saat bersama orang lain. Perilaku
amuk atau kekerasan dapat terjadi akibat dirinya merasa dendam terhadap
emosinya dengan mencederai diri atau orang lain dan perilaku kekerasan
juga sering terjadi akibat sindiran atau ejekan oleh orang lain ketika sedang
penderita antara lain melukai dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan
tanda dan gejala serta penanganan keluarga pada anggota keluarga dengan
Ngawi?”.
Ngawi.
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Perilaku Kekerasan
2.1.1 Pengertian
sendiri atau orang lain dan lingkungan secara verbal dan non verbal
1. Respon Kognitif
6
7
pada pikiran.
3. Respon Fisiologis
4. Respon Perilaku
5. Respon Sosial
1. Faktor Predisposisi
sosial budaya.
a. Faktor Biologis
mempengaruhi, yaitu :
manusia.
b. Faktor Psikologi
kepribadian antisosial.
c. Faktor Sosiokultural
2. Faktor Presipitasi
(Yosep, 2009).
meliputi :
cara:
15
perilaku kekerasan.
cara:
16
perilaku kekerasan.
Education.
biasa dilakukan.
secara sosial.
dengan spiritual.
2. 2. Keluarga
2. 2. 1. Pengertian
peran dan norma yang lebih jauh diatur dalam subsistem didalam
2. 2. 2. Fungsi Keluarga
anggotanya.
keluarganya.
dibidang kesehatan.
2. 2. 3. Tugas Keluarga
cara spiritual.
membutuhkan bantuan.
ada di masyarakat.
21
neurolog, dokter, ahli gizi dan terapis dan kembali menjalani hidup
Kekerasan
dan bantal
tenang.
2. 3. Keaslian penelitian
penelitian
dilakukan dengan
cara pendekatan,
pemindahan
pasien ke ruangan
lain, pemberian
tindakan fiksasi
(pengikatan).
26
perilaku responden.
kekerasan di
rumah
27
2. 4. Kerangka Teori
Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku
Tanda gejala
Kekerasan
Perilaku Kekerasan perilaku
1. Faktor predisposisi kekerasan
2. Faktor presipitasi
2. 5. Kerangka Konsep
METODOLOGI PENELITIAN
Yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah gambaran tanda dan gejala
Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu
keluarga.
28
29
Nama Definisi
Alat Ukur Indikator Skala
Variabel Oprasional
Respon Respon yang Kuesioner 1. Respon kognitif Nominal
perilaku menjadi 2. Respon Afektif
kekerasan indikator (Emosi)
tanda gejala 3. Respon Fisiologis
penderita 4. Respon Perilaku
perilaku 5. Respon Sosial
kekerasan
3.5.1 Kuesioner
dalam penanganan yang kurang baik jika < 10,78. Alat yang
3.5.2Uji Validitas
Kabupaten Ngawi.
responden.
tersebut.
HASIL PENELITIAN
Nilai
Mean Median SD
Min Max
34,81 40 14 54 14,05
mulai usia 14 sampai dengan 54 tahun, rerata umur pasien 34,81 tahun
36
37
Nilai
Mean Median SD
Min Max
6,09 6 2 11 2,8
tahun, rerata lama pasien menderita adalah 6,9 tahun denga standar
deviasi 2,8.
Kategori
Respon (tanda gejala)
F
Berkata tidak masuk akal 11
Berpikir tidak masuk akal 10
Sering berpikir negative 11
Kategori
Respon (tanda gejala)
f
Sering marah 11
Penderita terlihat cemas 11
Terlihat depresi 8
responden.
39
Kategori
Respon (tanda gejala)
F
Wajah tegang (kemerahan) 11
Mata melotot 6
Frekuensi BAK meningkat 4
sebanyak 11 responden.
Kategori
Respon (tanda gejala)
F
Terlihat menyendiri 10
Enggan berkomunikasi 9
Tidak terlibat dalam kegiatan 11
Kategori F Prosentase %
Penanganan baik 5 45,46
Penanganan kurang 6 54,54
N 11 100
PEMBAHASAN
Pada bab ini Penulis akan membahas terkait dengan hasil penelitian yang telah
Ngawi. Adapun pembahasan pada penelitian ini secara rinci sebagai berikut:
5. 1. KarakteristikResponden
Distribusifrekuensipenderitaberdasarkanjeniskelamindari 11
sampaidengan54tahun, denganrerataumurrespondenadalah
34,81tahun.DalampembagiankelompokumurmenurutErik H Erickson
41
42
ingindicapainyasecarajelasdantujuan-
tujuanitudapatdidefinisikanyasecaracermatdantahumanapantasdantidaksert
abekerjasecaraterbimbingmenujuarahnya.Pertanggungjawabanterhadapusa
2014).
lamanyapenderitamengalamigangguanjiwa
lama penderitamengalamigangguanjiwabervariasimulaidari 2
6,9tahun.Gangguankejiwaanpsikotikumumnyadisebabkanolehindividu
munculdarimasyarakatkhususnyakeluargabahwapenderitadengangangguan
kurangbaikolehkeluargakepadapenderitajugamenjadihal yang
sangatberpengaruhterhadap proses
yang dilakukanolehSulistyowatidenganjudulkeefektifanpenggunaan
43
restrain
terhadappenurunanperilakukekerasanpadapasienskizofreniadidapatkanhasi
ldari 30 respondenterdapat 9
respondanmenderitagangguanjiwaperilakukekerasankurangdari 1 tahun, 12
tahundansebanyak 9
respondenmengalamigangguanjiwaperilakukekerasanlebihdari 5 tahun.
8. Distribusifrekuensirespondenberdasarkanhubungandenganpenderita.
(54.5%).Berdasarkanpenelitian yang
dilakukanolehpenelitimenunjukkanbahwakeluargatidakmungkinmeninggal
kanpasiendengan orang
lainkarenakeluargatakutmengamukbilatidakbersamakeluarga.
Penelitianinisejalandenganpenelitianyang dilakukanolehNancye(2015)
Surabayamenunjukkanhasilhubungankeluargadenganpenderitagangguanji
dimanakeluargamerupakansuatubentukkhususterapikelompok.Kelompokn
44
bertemudengansatuatauduaterapis.
5. 2. Gambarantandagejalakeluargadenganperilakukekerasan di
5.2.1 Responkognitif
Hasil dari respon kognitif yaitu respon dengan berkata tidak masuk
Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang tidak tepat.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan
cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal
pada pikiran.
5.2.2 Responafektif
danpekerjaan
mempengaruhiperilakupadapasienperilakukekerasanmenyebabkandepresip
kurangnyapenerimaanpasien di
pasien.
5.2.3 Responfisiologis
dikemukakanolehYosep(2009)bahwatandagejalapasiendengangangguanji
waperilakukekerasandarisegifisikadal ah
mukamerahdantegangselainitutandan
gejalalainyaadalahmatamelototataupandangantajam, tanganmengepal,
rahangmengatup,
posturtubuhterlihatkakudanpenderitaseringkalijalanmondarmandir.
5.2.4 Responperilaku
46
responden.Tandagejalatersebutsesuaidengantandagejala yang
dikemukakanolehYosep(2009)
bahwapasiendengangangguanjiwaperilakukekerasanmempunyaitandagejal
apenderitaseringmengumpatdengan kata-kata
5.2.5 Responsocial
Dapatdilihatdarirespon sosial
bahwapenderitagangguanjiwadenganperilakukekerasanmenunjukkan 11
respondenatausemuapenderitaseringterlihat
menyendiri.MenurutYosep(2009)
tandagejalagangguanjiwaperilakukekerasandarisegisocialadalahmenarikdir
kekerasanejekandansindiran.Berdasarkaninformasidarikeluargabahwapend
eritaterkadangterlihatmenyendirimeskipunkadangjugasecaratiba-
tibamarahdanmengamuk.Perilakukekerasandapatmengakibatkanseseorang
inidapatterjadikarenabeberapapenyebabyaitukonsepdiri: hargadirirendah,
gangguanpemeliharaankesehatandanketidakmampuankeluargamerawatpasi
47
endenganperilakukekerasan
(Direja, 2011).
5. 3. GambaranPenangananKeluargapadaanggotakeluargadenganperilakuk
ekerasan
Hasilpenelitian yang
dilakukanolehpenelitididapatkanhasilsebagianbesar (6 keluarga)
mengalamigangguanjiwaperilakukekerasan.Penanganan yang
belumdikatakanbaiklebihdikarenakankarenapengetahuankeluargaterhadapca
rapenanganankeluargadengangangguanjiwaperilakukekerasanmasihkurang.
pengalaman, usia
Penanganan yang
kurangterhadappenderitadengangangguanjiwatentunyajugadipengaruhiolehi
nformasidantingkatpendidikandariresponden.Informasi yang
didapatkanpenelitidarirespondenmenunjukkanbahwasemuaresponden rata-
Semakinbanyakinformasi yang
diterimatentunyaakanmenjadikandukungankeluargaterhadapanggotakeluarg
adengangangguanjiwakhususnyaperilakukekerasansemakinbaik.
Dukungankeluargasangatlahpentingdanmenjadifactorutamahubunganyadeng
an proses penyembuhanpasiendengangangguanjiwaperilakukekerasan.
48
Dukungankeluarga yang
positifterhadapanggotakeluargadengangangguanjiwaperilakukekerasanakan
positifdanhaltersebutpentingdalam proses
penyembuhanpenderitadengangangguankejiwaanperilakukekerasan
(Nancye, 2015).
BAB VI
PENUTUP
6. 1. KESIMPULAN
sebanyak.
menyendiri.
48
49
6. 2. SARAN
Direja, Ade Herma (2011). Asuhan keperawatan Jiwa. Nuha Medika. Jogjakarta
Friedman. M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori dan
praktek. EGC: Jakarta
Keliat, B.A.,(2009). Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa.
EGC. Jakarta
Laporan riskesdas 2013-badan litbangkes. Di akses 27 Februari 2015, dari
www.litbang.depkes.go.id
Pane Harmein (2014). Perkembangan dewasa awal. Di akses 11 Agustus 2015
dari www.psychoshare.com/file/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-
awal.html
Novandhori, D (2014). SAP Jiwa home visit. Diakses 27 Februari 2015, dari
http://academia.edu/7150637/Sap_jiwa_home_visit
Putri, Dewi Eka (2010). Pengaruh rational emotive behaviour therapy terhadap
klien perilaku kekerasan di ruang rawat inap RSMM Bogor tahun
2010.Fakultas Keperawatan.Depok.
Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan analisa data kesehatan.Nulia Medika.
Yogyakarta