Professional Documents
Culture Documents
Kata “damai” menjadi begitu terbiasa di telinga kita. Hampir di setiap ibadah, persekutuan,
atau pertemuan orang Kristen kita mendengar kata “shalom.” Kata yang berarti “damai” ini
merujuk pada keutuhan hidup di dalam Tuhan.
Akrab mendengar bukan berarti mengalami. Mengerti artinya bukan berarti memahami
maknanya. Apakah keunikan damai sejahtera Kristiani? Di dalam dunia yang penuh dengan
penderitaan dan pertikaian, mungkinkah ditemukan damai sejahtera yang sejati?
Berbeda dengan Teologi Kemakmuran yang terlalu optimis dan tidak sesuai dengan
kenyataan hidup, Alkitab bersifat jauh lebih realistis. Maksudnya, Alkitab jujur terhadap
realita. Apa adanya. Termasuk pada saat Alkitab membicarakan tentang persoalan dan
kegagalan orang-orang Kristen.
Beragam kesulitan tetap menjadi bagian dari kehidupan orang percaya. Dari teks yang
kita baca, murid-murid Tuhan Yesus bergumul dengan iman mereka. Mereka tidak
mampu mengerti perkataan Tuhan Yesus (16:17-18). Ini adalah hal wajar dalam
pemuridan (misalnya 2:19-22; 4:31-33; 14:8-9).
Bahkan pada saat mereka mampu mengerti dan mengimani perkataan Tuhan Yesus
(16:29-31), persoalan tidak langsung sirna. Tuhan Yesus secara jujur dan terang-
terangan memberitahukan kegagalan yang akan mereka hadapi. Iman mereka memang
tidak akan hilang. Hanya saja, keberanian mereka akan sirna. Dengan kata lain, apa
yang mampu mereka mengerti dan imani belum tentu mereka mampu menjalaninya.
Selama kita masih hidup di dunia yang penuh dengan dosa dan penderitaan ini, kita
akan selalu bergumul dengan kesulitan dan kesengsaraan. Berita baiknya, penderitaan
tidak akan mengalahkan kita. Bukan karena kita siapa kita atau apa yang kita lakukan,
melainkan karena siapa Kristus dan apa yang Ia janjikan bagi kita.
Tidak semua janji bisa dan layak untuk dipercayai. Sebagian orang mudah mengucapkan janji
tetapi tidak serius menepatinya. Sebagian yang lain membuat janji dan berusaha sungguh-
sungguh untuk menepatinya, namun mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk
mewujudkannya.
Tidak demikian halnya dengan Tuhan Yesus. Janji-Nya untuk memberikan damai
sejahtera layak dan sepatutnya dipercayai. Ada tiga alasan mengapa janji-Nya bisa
dipercaya.
Pertama, Ia mengetahui hari esok (ayat 32a). Pengetahuan-Nya ini bersifat pasti (18:4).
Ia tahu persis bahwa kegagalan murid-murid untuk menyertai Dia di tengah
penderitaan merupakan sesuatu yang “akan datang dan sudah tiba sekarang.”
Ungkapan ini beberapa kali muncul di Injil Yohanes untuk menunjukkan kepastian
dan kesegeraan (4:23; 5:25; 16:32a). Perpaduan antara masa kini dan masa yang akan
datang ada pada ungkapan ini.
Murid-murid sebelumnya sudah mengakui bahwa Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu
(16:30a; juga 21:17). Namun, Ia bukan sekadar mengetahui apa yang akan terjadi. Ia bukan
hanya tidak dapat dikagetkan oleh masa depan. Semua yang akan terjadi itu justru
menggenapi rencana Tuhan.
Apakah Yesus Kristus benar-benar sendirian? Ternyata tidak. Dia tidak sendirian.
Bapa-Nya beserta dengan Dia (ayat 32b).
Kesatuan yang intim antara Bapa dan Anak memang sangat ditekankan dalam Injil
Yohanes. Beberapa kali Yesus mengatakan bahwa Bapa menyertai Dia (8:16, 29;
16:32). Ia bahkan mengutarakan secara eksplisit bahwa Ia dan Bapa adalah satu
(10:30).
Penyertaan yang sama dijanjikan kepada kita. Dalam doa-Nya sebelum penangkapan, Tuhan
Yesus memohon agar di mana Dia dan Bapa berada, di situ pula murid-murid-Nya berada
(17:20-24). Janji ini telah Dia penuhi. Pada saat murid-murid sedang mengalami ketakutan
sesudah peristiwa penyaliban Yesus, Ia mendatangi mereka dan memberikan damai sejahtera
(20:19, 21, 26). Sampai sekarang pun Ia terus-menerus menyertai kita melalui Roh-Nya yang
kudus di dalam diri kita (14:16-17).
Ketiga, Ia telah mengalahkan dunia (ayat 33). Disertai seseorang bukanlah jaminan
kemenangan. Semua tergantung pada seberapa kuat orang yang menyertai kita
tersebut. Disertai oleh Yesus Kristus sudah pasti berarti kemenangan, sebab Ia sendiri
sudah mengalahkan dunia.
Kita perlu menggarisbawahi di sini bahwa Tuhan Yesus “mengalahkan dunia,” bukan hanya
“tidak terkalahkan oleh dunia.” Jika Ia hanya tidak terkalahkan, maka poin teologis yang
disampaikan mirip dengan filsafat Stoa. Dalam filsafat ini diajarkan perlunya bertahan
melawan semua godaan dan penderitaan di dalam dunia. Melalui disiplin pikiran dan diri
yang kuat, para pengikut Stoa berusaha menolak untuk dikendalikan lingkungan. Namun,
bukan ini yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Dia bukan hanya membicarakan tentang
kesucian-Nya (tidak kalah oleh godaan) atau keberanian-Nya (tidak kalah oleh penderitaan).
Ia membicarakan tentang kemenangan-Nya.
Kemenangan Kristus atas dunia sebaiknya dipahami dalam konteks peperangan melawan
penguasa dunia ini. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Kristus akan menghakimi dan
melemparkan penguasa dunia, yaitu Iblis (12:31-32). Walaupun para pemimpin Yahudi dan
tentara Romawi sebagai perwakilan dari penguasa dunia akan datang untuk menangkap-Nya,
mereka tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya (14:30).
Yang menarik adalah penggunaan bentuk kata kerja lampau di 16:33. Pada saat Yesus Kristus
mengucapkan kalimat ini, Dia belum ditangkap, apalagi disalibkan. Namun, dengan
keyakinan penuh Dia berkata: “Aku telah mengalahkan dunia.” Sekali lagi, ini berfungsi
sebagai penekanan. Di mata Tuhan, “akan datang dan sudah tiba sekarang” adalah sama saja.
Ia menguasai masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Kemenangan yang sama diberikan kepada kita. Dalam tulisan Yohanes yang lain juga
disinggung tentang kekalahan dunia. Bukan hanya oleh Yesus Kristus, melainkan juga oleh
para pengikut-Nya. Bagaimana kita dapat mengalahkan dunia? Ada tiga rahasia kemenangan
atas dunia yang diajarkan oleh Yohanes di suratnya yang pertama:
Iman (1 Yoh 5:4-5 “Sebab semua yang lahir dari Tuhan, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain
dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Tuhan?”)
Firman Tuhan (1 Yoh 2:14b “Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena
kamu kuat dan firman Tuhan diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat”)
Roh Kudus (1 Yoh 4:4 “Kamu berasal dari Tuhan, anak-anakku, dan kamu telah
mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada
roh yang ada di dalam dunia”)
Peperangan sudah dimenangkan oleh Kristus Yesus secara mutlak di atas kayu salib.
Pertempuran kecil memang masih berlangsung, tetapi hal itu tidak usah merisaukan kita,
apalagi merampas damai sejahtera kita. Kristus pun sudah memberikan rahasia kemenangan
bagi kita. Tidak ada alasan untuk kalah melawan penderitaan. Tidak ada alasan untuk
menyerah dalam pergumulan melawan dosa. Dia menang. Kita pun memang di dalam Dia.
Soli Deo Gloria.