You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang paling ditakuti oleh

seluruh masyarakat dunia. Kanker payudara khususnya menjadi salah satu penyebab

kematian utama wanita di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan

saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada

usia 18 tahun. Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker

menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan

502.000 kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker terjadi di

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus

meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015

dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030. Di Indonesia, kanker payudara telah menjadi

tumor ganas tertinggi diikuti tumor ganas leher rahim. Insiden kanker payudara sebesar

100 per 100.000 perempuan (Faisal, 2012).

Menurut WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2008 dari 7,6 juta kematian di dunia

yang terjadi akibat penyakit, 13 % kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kanker dan

458 ribu kasus kanker payudara (Kardiyudiani, 2012).

Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit CiptoMangunkusumo Profesor

Soehartati Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian

meningkat. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 menyebutkan,

prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya

menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000 orang.

1
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional

(UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300

persen di seluruh dunia pada tahun 2030. Jumlah tersebut 70 persennya berada di negara

berkembang seperti Indonesia. Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia menjadi masalah

bagi pengobatan. Soehartati mengatakan, pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat

melayani 15 persen pasien kanker. "Padahal, angka itu saat pasien kanker di Indonesia

masih diprediksi 1 banding 1.000," ungkap profesor di bidang radiasi onkologi ini.

Menurut Soehartati, Indonesia perlu menambah pusat pengobatan kanker dengan

lokasi yang merata. "Pusat pengobatan kanker di Indonesia masih 22 rumah sakit negeri,

dan 2 rumah sakit swasta. Itu pun letaknya tidak merata. Selain jumlah, perlu juga

diperhatikan jaraknya”. Namun yang lebih penting, lanjut Soehartati, masyarakat perlu

meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Menurutnya,

mewaspadai risiko kanker dengan memulai pola hidup sehat merupakan yang utama.

"Sekitar 43 persen dari kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan 30 persen dari

kanker dapat terdeteksi". Kanker merupakan penyakit dengan proses perkembangan yang

panjang dan memiliki banyak faktor risiko. Penyebab kanker tidak dapat ditentukan dari

satu faktor risiko saja, tetapi gabungan dari banyak faktor risiko.

"Jika hanya memiliki satu atau dua faktor risiko belum tentu dapat mengembangkan

kanker, asalkan menghindari faktor risiko yang lain," kata Soehartati. Faktor risiko kanker

antara lain riwayat keluarga, infeksi virus, paparan bahan kimia, dan radiasi. Sedangkan

untuk mencegah kanker diperlukan pencegahan primer yang terdiri dari berpikir positif,

bergerak aktif, dan menjaga pola makan, serta pencegahan sekunder yaitu deteksi dini dan

vaksinasi.

2
Secara Nasional insiden kanker di Indonesia dari beberapa pusat registrasi kanker

terdapat 23.310 kejadian kanker. Data RISKESDAS 2013 untuk Indonesia ada 61.682

penderita, sedangkan NTT terdapat 1252 kasus (Pusat data dan informasi kementrian

kesehatan RI, 2013).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat judul : “


Gambaran Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi Penderita Kanker Serviks di
Rawat Inap Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Yohannes Kupang ”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian adalah
Bagaimana Gambaran Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi Penderita Kanker Serviks
di Rawat Inap Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Yohannes Kupang ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asupan zat gizi dan status gizi penderita Kanker serviks di
Rawat Inap Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Yohannes Kupang.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui asupan zat gizi makro penderita Kanker serviks
2. Mengetahui status gizi penderita kanker serviks
3. Mengetahui asupan zat gizi makro dan status gizi penderita kanker serviks.

1.4 Manfaat
1. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan peneliti tentang
asupan zat gizi makro dan status gizi penderita kanker serviks di ruang rawat inap
edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Yohanes kupang.
2. Bagi institusi
Sebagai bahan masukan meningkatkan mutu Pendidikan
3. Bagi pasien
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada penderita kanker
khususnya bagi pasien kanker serviks tentang pentingnya asupan zat gizi makro.
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan atau informasi tentang asupan gizi makro dan status gizi
dalam memberikan pelayanan pada penderita Kanker serviks.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks

2.1.1 Defenisi Kanker

Kanker serviks yang biasa disebut kanker mulut rahim merupakan sebuah
penyakit yang paling ditakuti oleh kaum hawa. Pasalnya banyak orang yang
meninggal gara-gara mengidap penyakit yang satu ini. Kanker serviks sendiri
merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher Rahim, yaitu area
bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina. Kanker ini
disebabkan oleh virus bernama Human Papiloma Virus – atau yang lebih
dekenal viru HPV. Kanker ini terjadi pada servik uterus, yaitu suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Rozi, 2013).

Kanker serviks disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak normal pada
daerah mulut atau leher rahim. Serviks adalah bagian bawah dari uterus atau
rahim, di atas saluran vagina. Kenker serviks tumbuh ketika sel-sel yang
abnormal di saluran serviks berkembang biak di luar control dan membentuk
lesi prakanker. Bila berlanjut, lesi tersebut berubah menjadi tumor dan
menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan hingga ke dinding panggul (Rozi,
2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO, setiap hari di Indonesia


ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 orang wanita meninggal karena kanker
serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui
penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah
ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan
vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat
diturunkan. Banyak kasus kanker servik di Indonesia disebabkan pengetahuan
tentang kanker servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk
deteksi dini pun masih rendah (Rozi, 2013).

2.1.2 Bahaya Kanker Serviks

Dalam (Rozi, 2013) The Tampon Safety and Research Act of 1999, H.R. 890
USA 1999 (kongres tentang penelitian dan keamanan Tampon di Amerika
Serikat tahun 1999) menyatakan bahwa :

4
1. Menurut yayasan kanker Indonesia, saat ini penyakit Kanker Leher
Rahim menyebabkan korban meninggal sedikitnya 200.000 wanita per
tahun.
2. “ Sebanyak 52 juta dari sekitar 115 juta perempuan Indonesia beresiko
terkena kanker rahim (Serviks) karena berbagai alasan”, kata dr Djemi,
SPOG dalam seminar Deteksi Dini Kanker Rahim dan Payudara pada
Wanita, di Palu Maret 2007 (Kutipan harian Analisa, minggu
25/03/2007).
3. Salah satu penyebab wanita terjangkit infeksi vagina disebabkan oleh
pemakaian pembalut yang tidak berkualitas.
4. Kebanyakan produsen pembalut wanita menggunakan bahan-bahan
kimia yang berbahaya bagi penggunanya dan mengakibatkan berbagai
penyakit dalam sistem reproduksi wanita.
5. Mahkota wanita teramat penting untuk diperhatikan karena salah satu
faktor keharmonisan rumah tangga terletak padanya. Namun saat ini
banyak wanita sering mengabaikannya, lebih mementingkan perawatan
muka daripada mahkotanya.
6. Jika seorang wanita sejak berumur 20 tahun telah terjangkit infeksi
vagina, maka sedikitnya 6 tahun waktu hidupnya akan dihabiskan hanya
untuk proses pengobatan dan perawatan infeksi.
7. Pada saat ini, banyak wanita dalam masa usia subur yang telah diangkat
rahimnya, yang pada akhirnya mereka tidak bias mendapatkan keturunan.

2.1.3 Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui jelas namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan sering gonta ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks
ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papilloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas, dan kebersihan perorangan. Pada kalangan sosial ekonomi

5
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya be;lum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tdk terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh pada terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

2.1.4 Klasifikasi Pertumbuhan Sel akan Kanker Serviks

A. Mikroskopik
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan Eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh kearah
vagina tanpa ilfitrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan Endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progresif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrius.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

6
B. Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah memgenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

2.1.5 Gejala Klinis Kanker Serviks


A. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada saat stadium selanjutnya. Pada jenis
intraservikal perdarahan terjadi lambat.
B. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan
lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

2.1.6 Sumber Zat Gizi Makro


Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,
serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi menyediakan kebutuhan sel-
sel tubuh yang beraneka ragam. Sebagai mesin hidup, sel memerlukan energi,
bahan-bahan pembangunan dan bahan-bahan untuk memperbaiki atau
mengganti bagian-bagian yang rusak. (muchtadi, 2009)
1. Energi
Energi didefenisikan sebagai salah satu kapasitas untuk melakuakn
pekerjaan. Dalam bidang gizi, hal ini ditunjukkan dalam hal tubuh
menggunakan energi dalam ikatan kimia dalam makanan. Komponen energi
yang digunakan oleh tubuh manusia dalam bentuk Resting Energi
Expenditure (REE), Voluntary Aditivy dan Thermic Effect of Food (TEF).
Resting metabolism rate atau laju metabolisme basal adalah pengukuran
energi yang digunakan pada saat tubuh istirahat.
Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari zat gizi yang merupakan
sumber utama ialah karbohidrat, lemak, protein. Energi yang diperlukan
dinyatakan dalam satuan kalori. Sumber energi yang berkonsentrasi tinggi
adalah makanan sumber lemak, kacang-kacangan dan gula murni. (Arsin,
2012)
2. Protein
Protein merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup.
Setengah dari berat kering dan 20% dari berat total seorang manusia dewasa
merupakan protein. Hamper setengah terdapat otot, seperlimanya didalam
tulang dan kartilago, sepersepuluhnya dalam kulit dan sisanya pada
jaringan-jaringan lain serta cairan tubuh.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain
sebagai sumber energi. Protein berfungsi sebagai zat pengatur didalam
tubuh adalah membentuk baru.
Fungsi utama protein bagi tubuh adalah sebagai berikut :

7
1. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
2. Pembentukan senyawa tubuh yang essensial
3. Regulasi keseimbangan air
4. Mempertahankan netralitas tubuh
5. Pembentukan antibody
6. Transportasi zat gizi
Klasifikasi secara umum, sistem kalsifikasi yang kadang-kadang
bertentangan satu sama lain. Pada umunya protein diklasifikasi
berdasarkan; struktur molekulnya, kelarutan air, nilai gizinya (nilai
biologisnya). (Muchtadi, 2009)
3. Lemak
Peranan lemak dalam bahan pangan yang utama adalah sebagai sumber
energi. Lemak merupakan sumber energi yang dapat menyediakan energi
sekitar 2,25 kali lebih banyak daripada yang diberikan karbohidrat (pati,
gula) atau protein.
Peranan lemak di dalam tubuh adalah sebagai persediaan energi, yang
disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak juga berperan sebagai regulator
tubuh. Karena lemak merupakan precursor prostaglandin, maka
pengambilan dan ekskresi nutrient oleh sel dapat dikatakan diatur oleh
lemak.
Kategori lemak berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan lemak hewan
dan lemak nabati. Salah satu kelebihan lemak nabati adalah karena banyak
diantaranya yang mengandung asam lemak esensial yaitu asam linileat dan
linoleate dalam jumlah tinggi, misalnya minyak kedelai, jagung dan minyak
biji bunga matahari. (Muchtadi, 2009)
4. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi paling penting bagi
mahkluk hidup karena molekulnya menyediakan unsur karbon yang siap
digunakan oleh sel. Secara kimia, karbohidrat dapat didefenisikan sebagai
turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidrik (karena mengandung
gugus hidroksi lebih dari satu), atau sebagai senyawa yang menghasilkan
turunan tersebut apabila dihidrosis.
Berdasarkan sifat ketersediannya bagi tubuh, maka karbohidrat yang
terkandung dalam bahan pangan maka karbohidrat dikelompokkan menjadi
golongan, yaitu :
a. Karbohidrat tersedia adalah karbohidrat yang dapat dicerna dan/atau
diserap serta dimetabolisasi dalam tubuh. Kelompok ini meliputi
monosakrida (misalnya glukosa, fruktosa dan galaktosa); disakarida
dan oligosakarida (misalnya sukrosa, laktosa, maltose, thehalosa dan
oligosakarida lain yang sejenis dengan maltose dan isomaltose);
polisakarisa glucan (misalnya pati, dekstrin dan glikogen); termasuk
pula kelompok gula alkohol dan senyawa-senyawa sejenis, baik yang
terdapat secara alami dalam bahan pangan maupun yang sengaja
ditambahkan (misalnya sebagai pemanis untuk menggantikan
sukrosa).
b. Karbohidrat tidak tersedia adalah karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis oleh enzim-enzim yang terdapat dalam saluran
pencernaan manusia, sehingga akhinya tidak dapat diserap oleh
tubuh. Karbohidrat termasuk dalam kelompok ini adalah
oligosakarida yang tergolong sebagai seri rafinosa (rafinosa,

8
stakhiosa, dan verbaskosa); polisakarida glukan (selulosa);
polisakarida turunan (hemiselulosa, lignin, gum, pektin); serta
beberapa macam disakarida misalnya laktusola. Karbohidrat yang
tidak tersedia ini dapat difermentasi oleh microflora yang terdapat
dalam saluran pencernaan, menjadi asam lemak rantai pendek dan
asam laktat. (Muchtadi, 2009)

2.1.7 Status Gizi


1. Pengertian status gizi
Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi., secara
parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian tertentu dari
tubuh) atau biokimia atau secara klinis.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan
lebih. (Almatsier, 2004).
2. Cara mengukur dan kalsifikasi
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa Batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index
(BMI).
Di Indonesia Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih
Panjang. (Supariasa, 2013).

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Terapi Diit
Terapii diit bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal dengan cara :
a. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien
b. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
c. Mengurangi resiko akibat kanker
Terapi untuk penderita kasus kanker serviks menurut (Instalasi Gizi RSSA
Malang, 2014) adalah :
a. Energi diberikan tinggi dengan menggunakan perhitungan BEE dengan
memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor stress untuk kanker
b. Protein tinggi yaitu 1-1,5 gr/kg BB atau 15-20% total kalori jika pasien
berada dalam keadaan hipermetabolik (malnutrisi, ascites/effuse
metastase, post operasi, sepsis).
c. Lemak sedang yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, diutamakan
sumber lemak omega 3 dan omega 6 (kedelai, minyak jagung, minyak
zaitun) yang ditujukan untuk meningkatkan sistem imun.
d. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total dikurangi
kebutuhan energi untuk protein dan lemak.

9
e. Vitamin dan mineral cukup, terutama anti oksidan seperti vitamin A,
B2, C, E, Zn, Cu, Se dan senyawa antioksidan non gizi seperti senyawan
fenol, polifenol, tannin dan klorofil.
f. Pemberian disesuaikan kemampuan dan ada tidaknya gangguan pada
saluran disgetif.
g. Porsi makan kecil dan sering.

10
2.1.9 Kerangka Konsep

Kanker Terapi Diit


Serviks

Asupan Energi

Asupan Protein

Asupan Lemak

Asupan Karbohidrat

Status Gizi

Gambar 1. Kerangka Konsep

11
2.1.10 Kerangka Teori

Kanker Terapi Diit


Serviks

Asupan Energi Ekonomi

Asupan Protein Pengetahuan

Asupan Lemak Sikap


terhadap
Asupan Karbohidrat Makanan

Kelainan
Metabolisme

aktivitas Status Gizi

Gambar 2. Kerangka Teori

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif menggambarkan asupan zat gizi
makro dengan status gizi penderita Kanker Serviks di Ruang Rawat Inap Edelweis
RSUD prof. W. Z. Yohanes Kupang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z.
Yohanes Kupang, pada bulan Februari tanggal 4 sampai 25 Februari 2018.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan elemen atau sampel yang akan kita teliti, sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi.
1. Populasi : semua pasien yang menderita Kanker Servik di ruang rawat inap
Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Yohanes Kupang.
2. Sampel : semua pasien yang menderita Kanker Servik di ruang rawat inap
Edelweis RSUD prof. DR. W. Z. Yohanes Kupang, yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden
b. Bisa berbahasa Indonesia
c. Dapat mendengar dengan jelas

D. Variabel yang diteliti


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Maka Variabel yang yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : asupan zat gizi makro
b. Variabel terikat : status gizi

E. Defenisi Operasional
Tabel 1.

No Variabel Defenisi Kriteria Alat ukur Skala

Lebih : Kuesioner
Asupan zat Jumlah asupan zat
>100% AKG recall 1 x 24
gizi makro gizi makro yang
diasup dari makanan jam dan
1. (karbohidrat, Sedang : 80- Ordinal
yang dikonsumsi dikonversikan
lemak, 99% AKG.
pasien kanker dalam CD
protein).
serviks yang Kurang : Menu.

13
diperoleh dari hasil 70-79%
recall 24 jam. AKG.

Defisit : <
70% AKG

2. IMT

Kurus : <
18,5

Keadaan kesehatan Normal : 18,5


tubuh seorang pasien – 22,9
kanker serviks
Overweight : Timbangan
sebagai akibat dari
Status gizi ≥ 23,0 injak dan Ordinal
kebutuhan zat gizi
mikrotois
yang dikonsumsi dan Resiko
utilisasi makanan Obesitas :
dalam tubuh. 23,0 – 24,9

Obesitas :
25,0 – 29.9

F. Alat / Instrumen Penelitian


1. Alat :
a. Timbangan injak (dekto) dengan kapasitas 100 kg dengan skala ketelitian 0,1
kg.
b. Mikrotois kapasitas 2M (cm) dengan skala ketelitian 0,1 cm.
c. CD Menu untuk menghitung hasil recall selama pengamatan berlangsung.
2. Instrumen :
Kuisioner pengambilan data asupan dengan menggunakan kuisioner form recall
24 jam.

G. Cara Pengambilan Data


1. Data Primer
Data asupan zat gizi makro yang diperoleh dengan cara : wawancara pasien
menggunakan form recall 24 jam selama tiga hari secara acak.
2. Status gizi pasien kanker serviks, diperoleh dengan cara : menimbang berat badan
pasien menggunakan timbangan injak, mengukur tinggi badan pasien menggunakan
mikrotois, serta menentukan IMT.
3. Data sekunder
Data rekam medik pasien kanker serviks di RSUD Prof. DR. W. Z. Yohanes
Kupang

14
H. Pengolahan dan Analisis Data
1. Cara pengumpulan data
a. Data asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) pasien kanker serviks
diperoleh dari hasil recall konsumsi makan 24 jam selama tiga hari, kemudian
dari hasil tersebut dikonversi kedalam berat bahan mentah kemudian dianalisis
dengan menggunakan CD Menu.
b. Untuk mengetahui tingkat asupan yang dikonsumsi maka digunakan rumus : %
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛
= 𝑥 100%
𝐴𝐾𝐺
Bobot kriteria penilaian :
i. Lebih : ≥ 110% Angka Kebutuhan Gizi
ii. Baik : 90 – 110% Angka Kebutuhan Gizi
iii. Sedang : 80 – 89% Angka Kebutuhan Gizi
iv. Kurang : 70 – 79% Angka Kebutuhan Gizi
v. Defizit : < 70% Angka Kebutuhan Gizi
c. Status gizi dapat menggunakan rumus :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
IMT = 𝑡𝑜𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚2)
Dengan kriteria penilaian :
i. Kurus : < 18,5
ii. Normal : 18,5 – 22,9
iii. Overweight : ≥ 23,0
iv. Resiko Obesitas : 23,0 – 24,9
v. Obesitas : 25,0 – 29.9
2. Analisis Data
Analisis data menggunakan yaitu kualitatif deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan subjek penelitian dengan dengan tabel univariat.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi persentase.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rozi, F., M. 2013. Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Penerbit Aulia
Publishing.

Sjamsuhidajat R. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, ECG, Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media komputindo,
Jakarta

Mardiana, Lina. 2007. Kanker pada Wanita. Bogor: Penebar Swadaya

Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Evennett, Karen. 2004. Pap Smear. Jakarta: Arcan

Sutarisa, 2005. Pendidikan Kesehatan Sederhana. Mitra Cendikia Press. Jakarta

Sarwono, dkk. 2006. Onkologi dan Ginekologi. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Depkes. RI. 2005. Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV. Departemen
Kesehatan RI

Http;//www.Kematian.Biz/pdf/article/health/kanker serviks. Pembunuh nomor satu di


Indonesia. Pdf

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung; Penerbit Alfabeta.

Supariasa, dkk. 2013. Penilaian Status Gizi Revisi Terbaru. Jakarta: Penerbit Kedokteran
ECG

Lifestyle.kompas.com/read/2013/03/21/19425358/Penderita.kanker.di.Indonesia.meningkat

Tim Asuhan Gizi, 2014. Buku Panduan Diet. Malang : Instalasi Gizi RSUD Saiful Anwar

16

You might also like