You are on page 1of 3

Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang banyak dijumpai, tetapi karena tidak bersifat fatal maka

sementara ini belum mendapat perhatian yang serius baik dari penderita maupun petugas kesehatan. Prevalensi
rinitis alergi terus meningkat pada dekade terakhir, dan menjadi masalah kesehatan dunia yang harus mendapat
perhatian, terutama di negara-negara berkembang. Prevalensinya antara 10-30% dari populasi dunia atau terjadi
pada lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia, angka kejadian rinitis alergi bervariasi di berbagai negara, di Eropa
prevalensinya sekitar 4-32% sedangkan di Amerika Serikat prevalensinya antara 3-19%. Asia Pasifik lebih dari
150 juta orang, India, Pakistan dan negara sekitarnya lebih dari 100 juta orang, Amerika Tengah dan Selatan lebih
dari 75 juta orang. Di kawasan Asia-Pasifik yaitu di negara Australia, China, Hongkong, Malaysia, Filipina,
Taiwan dan Vietnam, prevalensi rinitis alergi rerata berkisar antara 4,2-13,2%.
Data epidemiologik secara nasional belum didapatkan di Indonesia. Angka yang ada biasanya di dasarkan
pada kejadian di Rumah sakit atau dari survey yang tidak cukup menggambarkan kejadian di seluruh masyarakat.
Pedoman ini penatalaksanaan RA sebagian besar didasarkan pada konsep dokumen ARIA ( Allergic Rhinitis and
its Impact on Asthma) yang disusun berdasarkan atas inisiatif kelompok kerja WHO. Konsep semacam
guidelines untuk penatalaksanaan rinitis alergi ini disesuaikan dengan kemungkinan fasilitas yang ada di berbagai
RS di Indonesia.

1. Definisi
Rinitis alergi adalah reaksi inflamasi dari muosa hidung yang diperantai oleh IgE yang ditandai
kongesti/obstruksi hidung, rinorea, gatal hidung dan atau gatal mata dan atau bersin.

2. Klasifikasi
Berdasarkan konsensus ARIA-WHO 2008 (Allergic Rhinitis and Its impact on Asthma- World Health
Organization), rinitis alergi diklasifikasikan menurut adanya gangguan kualitas hidup menjadi ringan, dan sedang-
berat, sedangkan berdasar waktu dibagi menjadi intermiten dan persisten.

Intermiten Persisten
Gejala: Gejala:
 < 4 hari per minggu  4 hari per minggu
 Atau < 4 minggu  Dan > 4 minggu
Ringan Sedang-Berat
Satu atau lebih gejala
 Tidur normal  Tidur terganggu
 Aktifitas sehari-hari saat olahraga dan  Aktifitas sehari-hari, saat olahraga dan
saat santai normal saat santai terganggu
 Bekerja dan sekolah normal  Saat bekerja dan sekolah terganggu
 Tidak ada keluhan yang mengganggu  Ada keluhan yang mengganggu

Tabel 1. Klasifikasi rinitis alergi

Berdasarkan ARIA-WHO dikenal klasifikasi rinitis alergi sebagai berikut:


1. Rinitis alergi intermiten ringan
2. Rinitis alergi intermiten sedang berat
3. Rinitis alergi persisten ringan
4. Rinitis alergi persisten sedang berat

3. Diagnosis dan identifikasi alergi

3.1. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan riwayat penyakit secara umum dan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih
spesifik meliputi gejala di hidung termasuk keterangan mengenai tempat tinggal / kerja dan pekerjaan penderita.
Gejala-gejala rinitis alergi yang perlu ditanyakan adalah :
- Bersin (lebih dari 5 kali setiap kali serangan), rinore (ingus bening encer)
- Hidung tersumbat (menetap/ berganti-ganti), gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau telinga.
- Kadang disertai : Mata gatal, berair atau kemerahan, hiposmia / anosmia, posterior nasal drip atau batuk
kronik
Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit, intermiten atau persisten.
Pengaruh terhadap kualitas hidup seperti adakah gangguan terhadap pekerjaan, sekolah, tidur dan aktifitas
sehari-hari.
Komorbid di organ lain sebelum atau bersamaan dengan rinitis alergi
Rinosinusitis, asma bronkhial, eosinofilik otitis media, hipertrofi tonsil adenoid, dermatitis atopik, urtikaria,
alergi makanan
Riwayat atopi di keluarga
Apakah ada anggota keluarga (ayah, ibu, saudara sekandung) yang pernah menderita salah satu penyakit
alergi tersebut diatas (Riwayat atopik keluarga).
Faktor pemicu timbulnya gejala rinitis alergi
Lingkungan misalnya polutan, asap rokok, udara dingin, polutan, bau kimia seperti parfum, bau deodoran dan
olah raga. Selain itu terdapat juga hipersensitifitas dan hiperesponsif.
Riwayat pengobatan dan hasilnya
Efektifitas obat yang dipergunakan sebelumnya dan macam pengobatan yang sudah
diterima dan kepatuhan berobat

3. 2. Pemeriksaan Fisik
- Rinoskopi anterior menggunakan cahaya yang cukup dan spekulum hidung
Perhatikan adanya edem dari konka inferior / media yang diliputi sekret encer bening, mukosa pucat.
Keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum nasi. Perhatikan pula kemungkinan adanya polip nasi.
- Nasoendoskopi (bila fasilitas tersedia)
Pemeriksaan ini dapat menilai patologi hidung dan sinus paranasalis yang tidak terlihat pada pemeriksaan
rinoskopi anterior. Dapat menggunakan endoskopi tipe rigid atau flexible. Gambaran konka inferior livid/
pucat dan dapat juga ditemukan konka yang hipertrofi.
- Terdapat tanda khas penderita rinitis alergi:
- Allergic shinner: warna kehitaman pada orbita dan palpebral
- Nasal crease/linea nasalis: Penebalan serta timbulnya skar pada hidung
- Allergic shalutte: biasanya terdapat pada anak, hal ini karena anak mencoba mengurangi rasa gatal
di hidung.

3. 3. Pemeriksaan Penunjang
Pertimbangkan keadaan / kondisi di seluruh R.S
Tes Kulit Tusuk (Prick test)
- Intradermal skin test / Skin End Point Titration Test (bila tersedia)
- IgE serum spesifik ( mahal )
- IgE serum total (kurang bermanfaat), nilai normal dewasa 100 – 150 IU/ml
- Pemeriksaan sitologis hidung, bila diperlukan untuk :
a. Menentukan antara alergi / non alergi dan rinitis akibat infeksi
b. Menindak lanjuti respons terhadap terapi
c. Melihat sel eosinofil, basofil dan sel mast
Pemeriksaan ini lebih sering dilakukan untuk keperluan penelitian.
- Test provokasi hidung/ nasal challenge test (bila tersedia), dilakukan bila ada keraguan dan kesulitan dalam
mendiagnosis rinitis alergi, dimana riwayat rinitis alergi positif, tetapi hasil tes alergi selalu negatif.
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :
- Untuk mendiagnosis rinitis okupasi
- Untuk mendiagnosis rinitis alergi lokal
- Untuk penelitian.
- Foto polos sinus paranasal : bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal
- CT Scan / MRI sinus paranasal : atas indikasi, dilakukan bila :
a. Untuk menentukan adakah komplikasi seperti rinosinusitis
b. Tidak ada respons terhadap terapi
c. Direncanakan tindakan operatif

Teknik melakukan tes alergi/ tes kulit.


Persiapan tes kulit :
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan pada penderita dan tujuannya.
2. Istirahat cukup, tidak boleh olah raga sebelum dan sesudah hari pemeriksaan tes kulit tusuk
3. Waktu bebas obat :
- Antihsitamin minimal 2-7 hari tergantung dari macam antihistamin
- Steroid topikal kulit minimal 7 hari, steroid oral tidak mempengaruhi tes kulit
4. Periksa tekanan darah sebelum tes alergi untuk membandingkan jika sewaktu-waktu terjadi reaksi
sistemik
5. Pastikan tidak mengalami serangan alergi berat 24 jam sebelumnya ( asma bronkhial ).
6. Sediakan jarum suntik 1 cc dan epineprin ampul
7. Jelaskan kemungkinan timbul tanda dan gejala reaski alergi sistemik dari ringan sampai berat selama
tes alergi
8. Tanda tangan informed consent.
9. Desinfeksi daerah lokasi tes kulit ( bagian volar lengan bawah)

1. Desinfeksi bagian volar lengan bawah yang akan dilakukan tes dengan kapas alcohol 70%.
2. Gambar kotak-kotak dengan spidol yang jumlahnya sesuai dengan jumlah ekstrak alergen yang akan
di tes, dengan jarak 2 cm.
3. tambahkan kotak untuk kontrol negatif dan kontrol positif pada setiap tes.
4. Tiap kotak diberi nomor sesuai dengan penomoran jenis ekstrak alergen, selanjutnya kotak tersebut
ditetesi dengan ekstrak alergen masing-masing.
5. Kemudian dilakukan cukit pada masing-masing kotak dengan menggunakan jarum steril no.26
dengan sudut kemiringan ± 45° pada epidermis.
6. Lakukan pembacaan hasil setelah 15-20 menit dengan mengukur diameter horizontal dan vertikal
dari bintul (wheal) yang terjadi.
7. Setelah itu penderita tetap dipantau selama 30 menit setelah dilakukan prosedur untuk melihat ada
tidaknya efek samping.
Pembacaan tes kulit
Dengan mengukur diameter bintul vertikal dan horizontal
a. Negatif :<3
mm
Positif :3
atau
>
mm

Perhatikan selama tes kulit : kemungkinan terjadi reaksi alergi sistemik.


Gejala : Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien mendadak mengeluh lemes, mual, seperti
mau pingsan, penderita tampak pucat. Bila terdapat gejala tersebut penderita lakukan tatalaksana
anafilaktik. Jika terdapat gejala tersebut : segera tidurkan penderita tanpa bantal, periksa tensi dan nadi
.Bila ada gejala shock : suntikan epineprin 0.2 cc subkutan/ intramuskular. Amati nadi, tensi dan
pernapasan dalam 5 menit. Jika belum ada perbaikan dapat ulangi epineprin setelah 10 menit diikuti
pemberian steroid im, pasang infus dan konsul spesialis anestesi.

You might also like