You are on page 1of 102

BAB III

ANALISA SITUASIONAL

A. Pengkajian Manajemen Ruang Keperawatan


Gambaran Umum Ruang Mawar
Ruang Mawar merupakan ruang rawat inap dewasa kelas tiga
yang dikhususkan untuk pasien dengan penyakit dalam dan syaraf di RSUD
Muntilan. Ruang Mawar diresmikan pada tahun 2013 oleh Bupati Kabupaten
Magelang. Ruang Mawar dipimpin oleh seorang Kepala Ruang dibantu 3
orang Ketua Tim, dan 12 Anggota Tim atau perawat pelaksana serta satu
orang tenaga administrasi.
Kapasitas ruang Mawar adalah 21 tempat tidur terdiri dari 6 kamar
pasien dan 2 kamar isolasi. Pada setiap kamar terdapat 4 tempat tidur dan 1
kamar mandi pasien, sedangkan pada kamar isolasi terdapat 1 tempat tidur
dan 1 kamar mandi pasien. Selain kamar pasien di Ruang Mawar juga
terdapat ruang lainnya yaitu 1 ruang Karu, 1 ruang dokter, Ners Station, 1
ruang perawat, 1 ruang rapat,1 ruang administrasi, 1 ruang obat, 1 ruang
sampah, 1 gudang, 1 kamar mandi petugas, 1 dapur, 1 ruang linen, dan 1
ruang spoelhook.

B. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan


a. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan
Pada tahun 1925 Pastor Van Lith bersama para suster mendirikan
balai pengobatan di daerah Muntilan. Balai pengobatan tersebut dipimpin
oleh seorang biarawati bernama Sr. Alfrida Smulder Fransisca. Kemudian
tanggal 1 Juni 1946 status balai pengobatan tersebut dikelola oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang. Tenaga medis dan dokter satu-
satunya pada saat itu adalah Dr. Gondo Sumekto. Selanjutnya
perkembangan balai pengobatan tersebut semakin lama semakin maju.
Pada tahun 1977 balai pengobatan bekembang menjadi rumah sakit. Pada
tanggal 3 Februari 1977 bapak Ahmad selaku Bupati Magelang atas nama

1
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang membeli rumah sakit tersebut
untuk dijadikan rumah sakit umum.

b. Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan


RSUD Muntilan ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C pada tahun
1988 melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
105/Menkes/SK/1988. Secara struktur organisasi pada tahun 2002 RSUD
Muntilan menjadi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Magelang (Eselon II) yang ditetapkan melalui Perda Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pembentukan Badan Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Magelang.
Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, RSUD Muntilan
menjadi lembaga teknis daerah (eselon III) yang ditetapkan melalui
peraturan daerah nomor 30 tahun 2008 tentangPembentukan, Kedudukan,
Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPK RSU
Kabupaten Magelang.
Ijin penyelenggaraan RSUD Muntilan diterbitkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.07.06/III/525/08 tentang
Pemberian Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah. Ijin tersebut telah diperbaharui melalui
surat keputusan bupati nomor 180.182/581/KEP/21/2015 tentang Izin
Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.
Mulai Tahun 2012 RSUD Muntilan telah menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Magelang Nomor
188.45/451/KEP/02/2011 Tentang Penerapan Status Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah
Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang secara bertahap dan
ditetapkan menjadi PPK BLUD Penuh pada Tahun 2013 melalui Surat
Keputusan Bupati Magelang Nomor 188.45/414/KEP/31/2013 tentang
Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

2
Daerah (PPK-BLUD) Secara Penuh Pada Rumah Sakit Umum Daerah
Muntilan Kabupaten Magelang.
Dalam Rangka meningkatakan Mutu Rumah Sakit RSUD Muntilan
telah melaksanakan Akreditasi dan telah mendapat status Akreditasi
Penuh Tingkat lanjut melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
YM.01.10/III/504/2011 tentang pemberian Status Akreditasi Penuh
Tingkat Lanjut Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Magelang
Di Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Saat ini sedang dalam
proses persiapan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.

c. Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan


RSUD Muntilan terletak di Jl. Kartini No.13 Muntilan Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. RSUD Muntilan Kabupaten Magelang adalah
rumah sakit Type C Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Magelang nomor 180.182/581/KEP/21/2015 tentang Izin Operasional
Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang, menempati
areal tanah seluas 27.800 m2 yang terdiri dari 2 (dua) lokasi yang
dipisahkan oleh Sungai Lamat yaitu 12.670 m2 di areal depan/area lama
serta 15.130 m2 di area seberang Sungai Lamat. Tanah tersebut semua
dengan status hak pakai, dan status kepemilikan ada pada Pemerintah
Kabupaten Magelang.
Batas RSUD :
- Sebelah Timur Laut : Kecamatan Dukun dan Sawangan
- Sebelah Timur : Kecamatan Srumbung
- Sebelah Tenggara: Kecamatan Salam
- Sebelah Selatan : Kecamatan Ngluwar
- Sebelah Barat : Kecamatan Borobudur
- Sebelah Barat Laut : Kecamatan Mungkid.

d. Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan


Pelayanan yang dilaksanakan di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang dikoordinasi oleh 3 bidang (Bidang Pelayanan, Penunjang,

3
Keuangan) dan 1 bagian(Bagian Tata Usaha) dan masing–masing
pelayanan tersebut diselenggarakan pada instalasi-instalasi yang ada
dibawahnya. Secara terperinci fasilitas pelayanan yang ada di RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang yaitu:
1. Bidang Pelayanan, meliputi :
a. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan terdiri atas beberapa Klinik Spesialis dengan
rincian yang terdapat pada tabel 1.1sebagaiberikut:
Tabel 3.1
Pelayanan Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan
KabupatenMagelang

No Nama Klinik Pelayanan


1 Klinik Penyakit Dalam Senin-Sabtu
2 Klinik Bedah Senin-Sabtu
3 Klinik KIA (Obsgyn) Senin-Sabtu
4 Klinik Anak Senin-Sabtu
5 Klinik Syaraf Senin-Sabtu
6 Klinik THT Senin, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu
7 Klinik Mata Senin-Sabtu
8 Klinik Kulit & Kelamin Senin-Kamis
9 Klinik Jiwa Kamis
10 Klinik Psikologi Senin, Selasa, Rabu
11 Klinik Rehab Medik Senin- Sabtu
12 Klinik Gigi - Senin- Kamis
- Sabtu (Khusus Pasien Yang Janjian)
13 Klinik Umum Senin- Sabtu
14 Klinik Gizi Senin- Sabtu
15 Klinik VCT Senin- Sabtu
16 Klinik DOT Senin- Sabtu
17 Klinik Paru Kamis
18 Klinik Orthopedi Senin-Sabtu
Sumber :
b. Instalasi Rawat Inap
- Pelayanan rawat inap terdiri atas 10 bangsal perawatan yaitu:
1. Ruang Menur digunakan untuk perawatan penyakit dalam
dan syaraf
2. Ruang Melati digunakan untuk perawatan penyakit dalam
dan syaraf

4
3. Ruang Dahlia digunakan untuk perawatan penyakit dalam
dan syaraf
4. Ruang Mawar digunakan untuk perawatan penyakit dalam
dan syaraf
5. Ruang Anggrek digunakan untuk perawatan penyakit dalam
dan syaraf
6. Ruang Aster digunakan untuk perawatan umum
7. Ruang Seruni digunakan untuk perawatan penyakit anak
8. Ruang Flamboyan digunakan untuk perawatan penyakit
bedah
9. Ruang Bersalin/VK/Ponek digunakan untuk perawatan
obsgyn
10. Ruang Gladiol digunakan untuk perawatan pasca bersalin
11. Ruang Kenanga digunakan untuk perawatan perinatologi
c. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang memberikan
pelayanan gawat darurat dengan cepat, tepat, cermat dan
terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat dan difasilitasi oleh SDM
yang terampil dan bermutu dalam melakukan pelayanan gawat
darurat.
d. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Instalasi bedah sentral merupakan instalasi yang melayani tindakan
pembedahan (operasi) baik yang direncanakan (elektif) maupun
yang gawat (emergency). Pembedahan yang dapat dilakukan di
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang meliputi :
1. Bedah Umum
2. Bedah Obsgyn
3. Bedah Digesty
4. Bedah THT
5. Bedah Mata
6. Bedah Gigi
7. Bedah Kulit-Kelamin

5
8. Bedah Ortopedi
e. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
Instalasi Intensive Care Unitmerupakan instalasi yang memberikan
pelayanan untuk pasien yang perlu perawatan intensif dan
komprehensif.
f. Instalasi Pusat Sterilisasi dan Pengendalian Infeksi (IPSPI)
Instalasi Pusat Sterilisasi dan Pengendalian Infeksi merupakan
instalasi yang berperan dalam meningkatkan mutu sterilisasi yang
sesuai dengan standar sterilisasi dan berperan dalam upaya
pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit. Instalasi ini
memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan bahan atau alat
dalam kondisi steril/bebas dari mikroorganisme secara cepat, tepat
dan terukur.
g. Instalasi Rujukan & Ambulance
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang mempunyai 6 buah mobil
ambulance dan 1 buah mobil jenazah yang digunakan untuk
kebutuhan mobilisasi pasien seperti pengantaran pasien rujukan,
pelayanan menjemput/mengantar pasien baik untuk transportasi di
dalam rumah sakit ataupun untuk ke luar rumah sakit baik dalam
maupun luar kota, evakuasi kasus kegawat daruratan, pelayanan
pemulangan jenazah serta evakuasi jenazah dari korban kecelakaan
selama24 jam.
h. Instalasi Rehabilitasi Medik
Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan instalasi yang memberikan
pelayanan fisioterapiuntuk menstabilkan atau memperbaiki
gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu.
i. Instalasi Persalinan & Perinatalogi
Instalasi Persalinan & Perinatalogi merupakan instalasi yang
memberikan pelayanan pada kasus kebidanan dan kasus kandungan
di kamar bersalin serta pelayanan khusus bagi bayi baru lahir yang
mempunyai masalah/sakit sampai usia satu bulan.
2. Bidang Penunjang

6
Penunjang Medis :
a. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi merupakan instalasi yang memberikan pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan untuk
pasien yang berobat di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.
b. Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi merupakan instalasi yang memberikan layanan
pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa foto/
gambar untuk membantu dokter yang merawat pasien dalam
penegakan diagnosis.
c. Instalasi Laboratorium
Instalasi laboratorium merupakan instalasi yang bertanggungjawab
memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium untuk membantu
menegakkan diagnosis, memantau penyakit dan pengobatan serta
menentukan prognosis. Adapun pelayanan laboratorium yang
dilakukan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang adalah
pelayanan laboratorium patologi klinik dan pelayanan laboratorium
patologi anatomi.
d. Instalasi Gizi
Instalasi gizi merupakan instalasi yang memberikan pelayanan
nutrisi/makan pasien rawat inap, asuhan gizi pasien rawat inap,
konsultasi gizi pasien rawat inap & rawat jalan, serta
pelayanannutrisi karyawan dengan risiko kesehatan.
Penunjang Non Medis
a. Instalasi Kesling & Pengelolaan Limbah
Instalasi Kesling & Pengelolaan Limbah merupakan instalasi yang
bertanggung jawab terhadap :
1. Pengelolaan Air Bersih,
2. Pengelolaan Air Limbah,
3. Pengelolaan Sampah,
4. Penyehatan Ruang Bangun,
5. Penyehatan Makanan dan Minuman,

7
6. Penyehatan Tempat Pencucian Umum dan Linen,
7. Sterilisasi dan Desinfeksi,
8. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu,
9. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
b. Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
merupakan instalasi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pemeliharaan sarana dan prasarana di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang, termasuk fasilitas peralatan medis berada di bawah
tanggung jawab IPSRS. Sampai dengan tahun 2015, jumlah
peralatan medis rumah sakit sebanyak 5.142 unit yang terdiri dari
3.820 unit dari APBD dan 1.322 unit dari APBN.
c. Instalasi Linen/Laundry
Instalasi Linen/Laundry merupakan instalasi yang berperan dalam
pengelolaan linen dalam hal menyediakan linen bersih, kering,
rapih, utuh dan siap pakai disetiap unit rumah sakit dengan
memperhatikan kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan
efek penggunaan bahan kimia.
d. Instalasi Kebersihan dan Pertamanan
Instalasi Kebersihan dan Pertamanan merupakan instalasi yang
bertanggung jawab terhadap :
1. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit,
2. Pengawasan terhadap kebersihan ruangan/bangsal,
3. Pengawasan terhadap kebersihan lingkungan rumah sakit,
4. Pengawasan terhadap pemeliharaan dan keindahan taman.
e. Instalasi Keamanan, Ketertiban dan Parkir
Instalasi Keamanan, Ketertiban dan Parkir merupakan instalasi
yang melaksanakan kegiatan pengamanan dan ketertiban
lingkungan, penyuluhan, pencegahan/penanggulangan gangguan
keamanan dan ketertiban di lingkungan RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang
f. Instalasi Pemulasaraan Jenazah

8
Instalasi Pemulasaraan Jenazah merupakan instalasi yang
mengelola kegiatan pemulasaraan jenazah di rumah sakit yang
meliputi:
1. Perawatan jenazah
2. Pemandian jenazah
3. Do’a/sholat jenazah
4. Pengawetan jenazah
5. Penitipan/penyimpanan jenazah
6. Pemakaman jenazah
3. Bidang Keuangan
a. Instalasi Pembiayaan Jaminan Kesehatan (IPJK)
Instalasi Pembiayaan Jaminan Kesehatan (IPJK) merupakan
instalasi yang mengelola pembiayaan kesehatan yang bekerjasama
dengan pihak ketiga dengan pembiayaan sistem klaim di Rumah
Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.
b. Instalasi Pendapatan dan Piutang
Instalasi Pendapatan dan Piutang merupakan instalasi yang
mengelola pendapatan dan piutang rumah sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.
4. Bagian Tata Usaha
a. Instalasi Diklat
Instalasi Diklat merupakan instalasi yang menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan baik
Internal maupun eksternal.Adapun kegiatan Internal Instalasi
Diklat merupakan penyediakan fasilitas untuk kegiatan pendidikan
dan pelatihan bagi karyawan RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Sedangkan Kegiatan Eksternal Instalasi Diklat
merupakan penyediaan fasilitas kerjasama dan MOU dengan pihak
lain yang saling menguntungkan serta penyediaan fasilitas
kerjasama dengan pihak ketiga (penyelenggara sekolah) khususnya
untuk Residen, Mahasiswa, dan Kepaniteraan Magang yang akan

9
melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan di RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang.
b. Instalasi Humas dan Infokom
Instalasi Humas dan Infokom merupakan instalasi
yangmemberikan pelayananpenyediaan data dalam bidang
hubungan masyarakat, promosi dan penyediaan informasi
komunikasi.
c. Instalasi SIM RS
Instalasi SIM RS merupakan instalasi yang memberikan pelayanan
pengelolaan data daninformasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai
dengan kebutuhan untuk proses pengambilan keputusan di
berbagai tingkat administrasi (rumah sakit maupun jajaran kantor
Pusat dan Daerah).
d. Instalasi Litbang (Penelitian dan Pengembangan)
Instalasi Litbang (Penelitian dan Pengembangan) merupakan
instalasi yang memberikan pelayanan penelitian DIII, S1, S2 dan
S3.
e. Instalasi Rumah Tangga (RT RS)
Instalasi Rumah Tangga (RT RS) merupakan instalasi yang
memberikan pelayanan pengelolaan kebutuhan alat rumah tangga
dan pemeliharaan alat rumah tangga di Rumah Sakit Umum
Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.

e. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan


Gambar 3.1
Bagan Organisasi Struktural
Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang

DIREKTUR

Kel. Jab.
KABAG Fungsional
TU

Sub. Sub. Sub.


Bag. Bag. 10 Bag.
Umum Kepegawaia Rekam Medik
n
Bidang Bidang Bidang
Pelayanan Keuangan Penunjang

Kepala Seksi Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala


Pelayanan Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Medis Keperawatan Anggaran Akuntansi Penunjang Penunjang
Non Medis Medis

Sumber: Profil Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kaupaten
Magelang
Tahun 2012

Ruang Mawar
Gambar 3.2
Bagan Organisasi Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan
Kabupaten Magelang
hartanta

f. Alur Pelayanan
Gambar 3.3
Bagan Alur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan
Kabupaten Magelang

11
C. Hasil Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2017 melalui
pendekatan penyebaran dan pengisian kuesioner, observasi serta wawancara
kepada Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, Kepala Ruang Mawar,
Perawat serta Pasien diperoleh data :
1. Pengkajian Input
a. Man (Tenaga)
1) Recruitment
Kajian Teori
Recruitment merupakan proses mencari, menemukan dan menarik
karyawan untuk ditugaskan dipekerjakan dalam dan oleh suatu
organisasi Rumah Sakit sebagai langkah awal calon karyawan
menduduki suatu pekerjaan.
Kriteria
Kriteria karyawan di Rumah Sakit yaitu:

12
a. Karyawan yang direkrut memiliki kompetensi yang diharapkan
oleh Rumah Sakit
b. Memiliki sikap yang positif.
c. Memenuhi syarat administrasi meliputi:
 S1 Ners/D 3 kekaryawanan/
 Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
 Lulusan dari Institusi Pendidikan Kekaryawanan yang
terakreditasi
 Sehat fisik dan mental
 Lebih diutamakan memiliki sertikat berkaitan dengan
keahlian kekaryawanan.
 Surat lamaran
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit 53
2) Seleksi Tenaga Kekaryawanan
Kajian Teori
Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih calon tenaga
kekaryawanan yang tepat dan mengeliminasi pelamar yang dianggap
kurang tepat untuk diterima dalam suatu pekerjaan di Rumah Sakit.
seleksi dilakukan dengan cara sistematis guna menjamin tenaga
kekaryawanan yang diterima dianggap paling tepat, baik sesuai
kriteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah yang dibutuhkan.
Metode Seleksi
Seleksi tenaga kekaryawanan di Rumah sakit dilakukan secara
sistematis yang meliputi:
 Seleksi administratif/telaah dokumen
 Test Intelegensi/TPA (jika diperlukan)
 Test Wawancara
 Test Kompetensi
 Psiko Test/Test Minnesota Multiphasic
PersonalityInventory/MMPI (jika diperlukan)
 Test Kesehatan
Seleksi Dokumen

13
Pada seleksi dokumen, staf SDM melakukan seleksi persyaratan
sesuai dengan kriteria tersebut di atas.
Test Wawancara
Test wawancara dilakukan oleh tim seleksi karyawan yang
ditetapkan berdasarkan surat keputusan direktur Rumah Sakit /
Bupati / Walikota / Gubenur / Pejabat yang ditunjuk.
Adapun kriteria/aspek yang dinilai pada saat wawancara calon
karyawan tersebut adalah sebagai berikut: penampilan/Sikap,
pengalaman kerja, motivasi, dorongan/semangat, kepercayaan diri,
komunikasi, inisiatif, kerja sama, kepemimpinan. Penampilan umum
yang dinilai meliputi: tata krama, disiplin, postur tubuh, pakaian,
sikap waktu berkomunikasi,
pemakaian Bahasa Indonesia, kebersihan perorangan, perhatian,
suasana perasaan (mood), rasa percaya diri (lampiran format
wawancara).
54 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit
Asesment Kompetensi
Asesment kompetensi dilakukan oleh tim seleksi karyawan yang
ditetapkan berdasarkan surat keputusan Direktur rumah sakit.
Asesmen kompentensi dipersiapkan oleh Komite Kekaryawanan sub
Komite Kredential minimal mencakup materi dan instrumen
assesmen kompetensi (uji tulis, uji keterampilan, dan sikap).
Kompetensi kunci kekaryawanan meliputi:
a. Komunikasi interpersonal dalam melakukan intervensi
kekaryawanan
b. Implementasi prinsip etik kekaryawanan
c. Implementasi prinsip pengendalian infeksi nosokomial
d. Analisa, interpretasi dan dokumentasi data secara akurat
e. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan kekaryawanan
yang aman melalui pengendalian mutu dan manajemen risiko
f. Memfasilitasi pengukuran tanda-tanda vital
g. Memfasilitasi pencegahan cidera/precaution

14
h. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
i. Memfasilitasi karyawanan luka
j. Memfasilitasi pemberian obat-obat yang tepat dan benar secara
aman.
k. Memfasilitasi pemberian darah secara aman
l. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
Psiko Test
Psiko test ( bila memungkinkan ) yang dilakukan pada umumnya
mencakup penilain yang meliputi:
a. Kecerdasan : Intelegensi Umum, Logika
b. Sikap kerja : Kecepatan dan Ketelitian, Ketekunan
c. Kepribadian : Stabilitas Emosi, Kerja Sama, Kepercayaan Diri
Seleksi Kesehatan
Seleksi kesehatan dilakukan oleh tim seleksi kesehatan yang terdiri
dari dokter dan karyawan yang ditetapkan berdasarkan surat
keputusan. Seleksi kesehatan pada umumnya meliputi aspek:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah rutin,
Ro foto torak, EKG).
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit 55
Orientasi
Setelah proses seleksi selesai, para calon karyawan yang diterima
sebagai tenaga kekaryawanan diangkat menjadi staf kekaryawanan
setelah masa orientasi yang berlaku/
ditetapkan oleh rumah sakit dilanjutkan dengan penugasan di unit-
unit pelayanan kekaryawanan. Orientasi terdiri dari program
orientasi umum dan khusus, waktu orientasi yang ideal selama 12
bulan. Program orientasi bagi karyawan baru tersebut diberikan
melalui program bimbingan. Pembimbing orientasi adalah para
karyawan yang mempunyai kualifikasi pendidikan minimal D III
kekaryawanan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun, Kriteria
Pembimbing diatur dan ditetapkan oleh rumah sakit Program
orientasi bertujuan agar mereka memahami:

15
a. Tugas, kewajiban, wewenang dan prosedur kerja
b. Tujuan, falsafah dan peraturan-peraturan di lingkungan rumah
sakit serta kebijakan pimpinan rumah sakit
c. Prosedur-prosedur pengamanan dalam berbagai bidang di
berbagai unit kerja
d. Teknik-teknik mengerjakan basic life support dalam keadaan
darurat
e. Prosedur tentang penilaian terhadap penampilan kerja staf
kekaryawanan.
f. Hak dan kewajiban pasien.
g. Pengendalian INOK di Rumah Sakit
h. Program Patient Safety di Rumah Sakit Program orientasi secara
umum yang lengkap meliputi:
- Struktur organisasi rumah sakit dan bidang kekaryawanan
- Falsafah & tujuan RS dan pelayanan kekaryawanan
- Fasilitas/sarana yang tersedia dan cara penggunaannya
- Kebijakan dan prosedur yang berlaku di RS/pelayanan
kekaryawanan
- Metoda pemberian asuhan kekaryawanan di RS
- Pola ketenagaan dan sistem penilaian kinerja kekaryawanan
- Prosedur pengamanan dalam berbagai bidang di RS
- Hak dan kewajiban tenaga kekaryawan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit
Program orientasi khusus meliputi praktik klinik di empat pelayanan
spesialis dasar yaitu: penyakit dalam, bedah, obstetri-ginekologi dan
kesehatan anak, melalui program pembimbingan.
Program kegiatan pembimbingan melalui 4 tahap:
Program kegiatan pembimbingan dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan rumah sakit
a. Tahap I
Pada tahap I dimulai dengan program orientasi dan dilanjutkan
dengan penempatan karyawan baru tersebut ke unit tertentu yang

16
berfungsi sebagai anggota tim karyawan dalam memberikan
asuhan kekaryawanan pasien dengan kasus yang sederhana di
bawah supervisi pembimbing.
b. Tahap II
Pada tahap II karyawan baru berfungsi sebagai anggota tim
karyawan dalam memberikan asuhan kekaryawanan pasien
dengan kasus yang lebih spesifik di bawah supervisi pembimbing
asuhan kekaryawanan di unit dengan supervisi pembimbing,
diberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar dan dilakukan asesmen
kemampuan kompetensi kunci kekaryawanan.
c. Tahap III
Tahap ke III berlaku untuk penempatan karyawan rumah sakit
khusus atau unit khusus. Pada tahap ini karyawan baru berfungsi
sebagai anggota tim karyawan dalam memberikan asuhan
kekaryawanan pasien dengan gangguan yang sederhana sampai
dengan moderate sesuai dengan jenis rumah sakit/ unit. Karyawan
baru harus mempunyai kemampuan dalam mempraktikkan
kepemimpinan dalam memberikan asuhan kekaryawanan kepada
pasien.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan lanjutan dari tahap III. Pada tahap ini
karyawan baru berfungsi sebagai anggota tim karyawan dalam
memberikan asuhan kekaryawanan pasien dengan gangguan yang
sederhana sampai dengan moderate. Karyawan harus mampu
melakukan presentasi asuhan kekaryawanan menggunakan
pendekatan proses kekaryawanan dan memberikan penyuluhan
kesehatan pada pasien/keluarga, sesuai dengan format penugasan
kompetensi tingkat beginner. Evaluasi Rencana Asuhan
Kekaryawanan.
3) Penempatan Staf
Penempatan staf disesuaikan dengan rencana kebutuhan satuan unit
pelayanan kekaryawanan dihubungkan dengan kompetensi dan

17
peminatan dari tenaga yang telah melalui proses kredensial.
Penempatan staf berpedoman pada pola jenjang karier karyawan.
4) Pengembangan Staf
Pengembangan staf kekaryawanan merupakan salah satu program
yang penting untuk mendukung pengembangan pelayanan
kekaryawanan guna mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri.
Pengembangan tenaga kekaryawanan diarahkan untuk menciptakan
tenaga kekaryawanan yang profesional dan kompeten dalam bidang
keahliannya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
kekaryawanan, pengembangan staf berpedoman pada pola jenjang
karier karyawan dalam bentuk pendidikan formal maupun informal.
5) Promosi dan Terminasi
Promosi dalam kekaryawanan sangat penting dilaksanakan dengan
mengacu kepada pola karir kekaryawanan. Terminasi merupakan
proses berakhirnya karyawan dalam melaksanakan tugas secara
formal di rumah sakit. Proses ini dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit yang bersangkutan.

Kajian data
Pengertian Pegawai PNS / BLUD
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai Kepegawaian.
2. Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut
Pegawai Non PNS adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas di BLUD
RSUD dan berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil.
Tahapan Pengadaan Pegawai non PNS berdasarkan Peraturan Bupati
nomor 31 tahun 2014 meliputi:
a. Perencanaan

18
1) Berdasarkan formasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pemimpin BLUD menyusun perencanaan pengadaan Pegawai non
PNS.
2) Penyusunan perencanaan pengadaan pegawai non PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada prinsip
efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dalam meningkatkan
pelayanan.
b. Pelaksanaan
Pengadaan Pegawai BLUD non PNS dilaksanakan dengan cara:
1) Kerjasama
Pengadaan pegawai BLUD non PNS dengan cara kerjasama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Seleksi.
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengadaan pegawai BLUD non
PNS dengan cara seleksi dibentuk Tim Pengadaan Pegawai
BLUD Non PNS yang ditetapkan dengan Keputusan
Pemimpin BLUD.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengumumkan
pengadaan pegawai BLUD non PNS dengan cara seleksi
sesuai alokasi formasi pegawai dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap pelamar.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a) Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan fotokopi
Kartu Tanda Penduduk;
b) berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun dan paling
tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun, kecuali untuk formasi
jabatan Dokter Spesialis dan Dokter Sub Spesialis;
c) berpendidikan sesuai formasi jabatan yang dibutuhkan
dibuktikan dengan fotokopi ijazah yang telah dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang;

19
d) sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter pemerintah;
e) terdaftar sebagai pencari kerja di Satuan Kerja Perangkat
Daerah bidang ketenagakerjaan dibuktikan dengan fotokopi
kartu pencari kerja yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;
f) tidak sedang terikat kontrak kerja dengan pihak lain yang
dibuktikan dengan surat pernyataan bermeterai cukup yang
ditandatangani oleh pelamar;
g) tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap, karena melakukan suatu tindak pidana
kejahatan yang dibuktikan dengan surat pernyataan
bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pelamar;
h) tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan
hormat sebagai pegawai swasta yang dibuktikan dengan
surat pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani
oleh pelamar; dan
i) tidak berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil
atau Pegawai Negeri Sipil yang dibuktikan dengan surat
pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh
pelamar.
(4) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk
formasi jabatan tertentu dapat ditambah persyaratan khusus
yang ditetapkan oleh Pemimpin BLUD.
Teknis
a) Pelamar mengajukan surat lamaran dengan menyebutkan
nama jabatan yang dilamar yang ditujukan kepada
Pemimpin BLUD dilampiri persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4).

20
b) Tim Pengadaan Pegawai BLUD Non PNS melakukan
seleksi administrasi terhadap persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
c) Dalam hal pelamar dinyatakan lulus seleksi administrasi
dilakukan tahapan seleksi lanjutan meliputi:
- tes tertulis meliputi tes kompetensi dasar dan tes
kompetensi bidang;
- wawancara;
- test keterampilan;
- test psikologi; dan/ atau
- tes kesehatan.
Berdasarkan hasil seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
Pemimpin BLUD menetapkan dan mengumumkan hasil kelulusan
Pegawai BLUD Non PNS.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan pegawai BLUD non
PNS dengan cara seleksi ditetapkan dengan Keputusan Pemimpin
BLUD
c. Pengangkatan.
1) Pelamar yang dinyatakan lulus seleksi diangkat sebagai
Pegawai Non PNS d a n wajib menandatangani Surat Perjanjian
Kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja.
3) Pengangkatan sebagai Pegawai Non PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Pemimpin BLUD.
Tabel
SPO tentang rekruitmen pegawai non PNS / BLUD RSUD Muntilan
No Judul SPO No SPO Tgl Terbit
1 Seleksi Administrasi Penerimaan Pegawai 36/TU/X/2014 14-10-2014
2 Pelaksanaan Tes Tertulis Penerimaan pegawai 37/TU/X/2014 14-10-2014
3 Pelaksanaan Tes Ketrampilan Penerimaan 38/TU/X/2014 14-10-2014
Pegawai

21
4 Pelaksanaan Tes Psikologi Penerimaan Pegawai 39/TU/X/2014 14-10-2017
5 Pelaksanaan Tes Wawancara Penerimaan 40/TU/X/2014 14-10-2014
Pegawai
6 Pelaksanaan Tes Wawancara Penerimaan 41/TU/X/2014 14-10-2014
Pegawai
Sumber: data primer Kepegawaian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi proses rekruitmen pegawai baru non
PNS sudah dilaksanakan sesuai dengan SPO yang ada.

Tabel…
Distribusi Perawat Ruang Mawar Berdasarkan Status Pegawai Dan Masa
Kerja Di Rumah Sakit
Status Tahun Masuk RS /
No Nama Pegawai Masa Kerja Di RS
Kepegawaian 0-10 thn 11-20 thn  20 thn
1 MMCH. PNS
Krisanti,Amd.Kep
2 Kristina,Amd.Kep PNS
3 Sudiasih,Amd.Kep PNS
4 Sri Rejeki, Amd.Kep PNS
5 Kanifah, Amd.Kep PNS
6 Yeni Rahmawati, BLUD
Amd.Kep
7 Susi Alimastutik,S.Kep.,Ns PNS
8 Wahyu Wicaksono, BLUD
S.Kep.,Ns
9 Siti Andriyani,SSIT PNS
10 Dewi Maya R, Amd.Kep PNS
11 Nina Yuniarti, Amd Kep BLUD
12 Paryati, Amd.Kep BLUD
13 Budi K,Amd.Kep BLUD
14 Muntamah, Amd.Kep BLUD
15 Elly Rahmawati,Amd.Kep PNS
16 Ferika, Amd.Kep PNS
17 Gigih Rahayu, Amd.Kep PNS
Jumlah PNS = 11
BLUD = 6
Prosentase PNS = 64,7%
BLUD=
35,3%
Sumber data :

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pegawai di ruang mawar dengan status
PNS adalah 64,7% sedangkan pegawai BLUD sebanyak 35,3%. Sedangkan

22
berdasarkan lama kerja di RS 55,6 % mempunyai masa kerja 0 - 10 tahun, 38,9 %
mempunyai masa kerja 11 - 20 tahun dan 5,6 % mempunyai masa kerja paling
lama yaitu > 20 tahun.

Kuantitas Tenaga Keperawatan


a). Kajian Teori
Perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan
datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan
bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan
(Bahtiar, 2009). Perencanaan yang adekuat dan efektif akan
mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala
ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis
dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian
dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit
yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis,
memungkinkan dilakukannya pengawasan.
Ketenagaan adalah proses mobilisasi potensi dan
pengembangan sumber daya, manusia dalam memenuhi
tuntutan tugas untuk mencapai tujuan individu, organisasi
maupun masyarakat dimana dia berkarya. Kebutuhan tenaga
keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik klien, model
penugasan dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan
yang mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi dengan
kebutuhan pelayanan diperlukan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien (Depkes, 2002).
Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan rumus, antara lain :
1) Menurut Gillies (1982)

23
a) Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah :
AxBxC F
---------------- = ....... = H
(C–D)xE G

Keterangan :
A = rata – rata jumlah perawatan / pasien / hari
B = rata – rata jumlah pasien /hari ( BOR x jumlah tempat
tidur )
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing – masing perawat
E = jumlah jam kerja masing – masing perawat
F = jumlah jam keperawatan yang diberikan perawat per
tahun
G = jumlah jam kerja efektif per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
b) Jumlah tenaga yang bertugas tiap hari

Rata-rata jam perawatan/hari x Rata-rata jumlah jam


perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif / hari

c) Asumsi jumlah cuti hamil 5% ( usia subur) dari tenaga yang


dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti
hamil =
5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga :

5% x Jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil


Jumlah Jam Kerja Efektif / Tahun

24
Catatan :
1) Jumlah hari tak kerja / tahun
Hari minggu (52 hari ) + cuti tahunan (12 hari ) + hari besar
(12 hari) + cuti sakit /ijin (10 hari ) = 86 hari
2) Jumlah hari kerja efektif / tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 –
86 = 279 hari
3) Jumlah hari efektif / minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat per minggu = 40 jam
4) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit
harus ditambah 20% ( untuk antisipasi kekurangan /
cadangan )
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36% dan
malam 17%
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne
adalah 55% tenaga profesional dan 45% tenaga non
profesional

Prinsip perhitungan rumus Gillies :


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu sebagai berikut :
a. Perawatan langsung , adalah perawatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik,psikologis,
sosial dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
pada perawat dapat diklasifikan dalam empat kelompok , yaitu
: self care, partial care, total care dan intensive care. Rata-rata
kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam
pehari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah :
1. Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam

25
2. Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
3. Total care dibutuhkan 1 – 1 ½ x 4 jam : 4 – 6 jam
4. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang /menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membawa catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan
Young = 60 menit /pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit
John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien ( Gillies,1996)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi :
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit /pasien/hari.

Penghitungan rata-rata jumlah jam perawatan/pasien /hari


A. Perawatan Langsung
1. Self care dibutuhkan ½ x 4 jam
2. Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam
3. Total care dibutuhkan 1-1,5 x 4 jam
Tingkat Ketergantungan Pasien Waktu Jumlah Jam
Pasien (%) Perawatan/Hari Perawatan
Self care 2,1 2 4,2
Partial care 93,2 3 279,6
Total care 4,8 5 24
Total 307,8
Waktu perawatan/hari 307,8/100 =
3,07 jam

B. Perawatan tidak langsung


Perawatan tidak langsung = 38 menit x 1 pasien/hari = 38
menit = 0,63 jam.
Rata-rata Jumlah pasien/hari = BOR 1 tahun x TT
= 73,5 % x 26 = 19,1 = 19 pasien/hari

26
Jadi, waktu perawatan tidak langsung = 38 x 19 = 722 menit = 12
jam

Total waktu perawatan = waktu perawatan langsung + waktu


perawatan tidak langsung = 3,07 + 0,63 = 3,7 jam

A x B x 365
Tenaga perawat =
(365 – C) x jam kerja / hari

3,7 x (73,5% x 26) x 365


=
(365 -82) x 7

Tenaga Perawat = 3,7 x 19 x 365


(365 - 82) x 7
Tenaga Perawat = 25.659,5
1981
Tenaga Perawat = 12,95
Tenaga Perawat = 12,95 dibulatkan menjadi 13 perawat
Hasil dari perhitungan belum termasuk kepala ruangan,
sehingga kebutuhan tenaga perawat menurut Gillies adalah 13 +
1 kepala ruang = 14 perawat.
Interpretasi Data :
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Gillies untuk
kebutuhan tenaga keperawatan di ruang Mawar adalah
sebanyak 17 perawat dan jumlah tenaga keperawatan saat ini
berjumlah 18 orang. Sehingga kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang Mawar kelebihan 1 perawat.
2) Menurut Depkes 2002
a) Kajian Teori
Kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan keperawatan (
perawat/ bidan ) harus memperhatikan unit kerja yang ada di

27
rumah sakit. Secara gratis besar terdapat pengelompokan unit
kerja dirumah sakit sebagai berikut :
a. Rawat Inap
Berdasarkan klasisfikasi pasien cara perhitungannya
berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
 Jumlah perawatan yang diperlukan /hari/pasien
 Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari
 Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shift
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (
faktor koreksi dengan hari libur /cuti/hari besar ( loss day )
Loss day =

Jumlah hari minggu 1 tahun + cuti + hari besar


x Jumlah perawat
tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non


keperawatan ( non nursing jobs ), seperti : membuat rincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan
lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
( Jumlah tenaga keperawatan + loss day ) x 25%
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
 Tingkat ketergantungan pasien :
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang
didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan /
kebidanan
1). Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan
kriteria:

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

28
sendiri

b) Mandi dan minum dilakukan sendiri

c) Ambulasi dengan pengawasan

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift

e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil

2). Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria :

a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

3). Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria :

a) Sebagian besar aktivitas dibantu

b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 - 4 jam sekali

c) Terpasang folley kateter, intake dan output dicatat

d) Terpasang infus

e) Pengobatan lebih dari sekali

f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

4). Perawatan maksimal, dengan kriteria :


a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat
b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda – tanda vital
setiap dua jam
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction
d) Gelisah / disorientasi

b) Kajian Data
Rata-rata Jam Jumlah jam
No Klasifikasi
jumlah perawatan/hari perawatan/hari
pasien/hari
1 Minimal 2,1% x 19 = 0,4 2 0,8
2 Sedang 93,2 % x 19 = 3,08 54,5
17,7

29
3 Maksimal 4,8 x 19 = 0,9 6,16 5,5
Jumlah 19 pasien 60,8 jam
Sumber: data primer ruang perawatan
Jumlah jam perawatan di ruangan per hari = 60,8 jam
Jumlah jam kerja per shift = 7 jam
Maka kebutuhan tenaga perawat = Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shift

= 60,8/7
= 8,69
Faktor koreksi
Jumlah hari minggu 1 tahun + cuti + hari besar
Loss day = x kebutuhan tenaga
Jumlah hari kerja efektif

= 52 + 12 + 18 x 8,69
365 – 82
= 82 x 8,69
283
= 2,52

Tugas non keperawatan = 25% (kebutuhan tenaga + loss day)


= 25% ( 8,69 + 2,52)
= 25 % x 11,21
= 2,8 orang
Jadi jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + factor koreksi
(loss day + tugas non keperawatan)
= 8,69 + 2,52 + 2,8
= 14,01
Jadi jumlah kebutuhan tenaga duang Mawar adalah 14 + 1 karu = 15
orang.

3) Menurut Douglas

30
Douglas ( 1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut :
(1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam / 24 jam
(2) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3 – 4 jam / 24
jam
(3) Perawatan maksimal / total memerlukan waktu : 5 – 6 jam /
24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kategori I : perawatan mandiri
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan
ganti pakaian
b. Makan, dan minum dilakukan sendiri
c. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d. Observasi tanda vital setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f. Persiapan prosedur pengobatan
2. Kategori II : perawatan intermediet
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum ,
ambulasi
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam
c. Pengobatan lebih dari satu kali
d. Pakai kateter Foley
e. Pasang infus intake – output dicatat
f. Pengobatan perlu prosedur
3. Kategori III : perawatan total
a. Dibantu segala sesuatunya , posisi diatur
b. Observasi tanda vital tiap 2 jam
c. Pemakaian slang NG
d. Terapi intavena
e. Pemakaian suction
f. Kondisi gelisah/ disorientasi/tidak sadar

31
Catatan :
 Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22
hari
 Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klasifikasi pasien
 Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam


suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana
masing – masing kategori mempunyai nilai standar per shift, yaitu
dalam tabel 9.5

Jumlah Klasifikasi Pasien


Pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst.

Derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan berdasarkan criteria


sebagai berikut:
a) Perawatan minimal memerlukan waktu perawatan 1-2 jam / 24 jam,
dengan criteria:
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan, minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda vital dilakukan tiap shift
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu perawatan 3-4 jam / 24 jam,
dengan criteria:

32
 Dibantu dalam kebersihan diri,makan dan minum, ambulasi
 Observasi tanda vital tiap 4 jam
 Pengobatan lebih dari satu kali
 Pakai foley kateter
 Pasang infuse intake – output dicatat
 Pengobatan perlu prosedur
c) Perawatan maksimal memerlukan waktu perawatan 5-6 jam / 24 jam
dengan criteria:
 Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
 Observasi tanda vital tiap 2 jam
 Pemakaian slang NGT
 Terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar

Douglas menetapkan jumlah jumlah perawat yang dibutuhkan dalam unit


perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shift, yaitu dalam table berikut
Data tingkat ketergantungan pasien/hari bulan Desember 2016
Kebutuhan perawat
Waktu
Pagi Siang Malam
Minimal 9 : 31 = 0,3 13 : 31 = 0,42 9 : 31 = 0,3
Partial 467 : 31 = 15,1 475 : 31 = 15,32 557 : 31 = 17,97
Total 15 : 31 = 0,48 37 : 31 = 1,19 31 : 31 = 1
Jumlah
Sumber: data primer supervisi
Penghitungan jumlah tenaga ruang Mawar Desember 2016
Kebutuhan perawat
Waktu
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 0,3 = 0,05 0,14 x 0,42 = 0,07 x 0,3 =
0,06 0,02
Partial 0,27 x 15,1 = 0,15 x 15,32 = 0,10 x 17,97 =

33
4,08 2,3 1,78
Total 0,36 x 0,48 = 0,30 x 1,19 = 0,20 x 1 = 0,2
0,17 0,38
Jumlah 4,3 2,74 2

jumlah perawat yang dibutuhkan : 4,3 + 2,74 + 2 = 9,04


penambahan loss day : 1/3 x 9,04 = 3,01
jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan : 9,04 + 3,01 + 1 karu = 13,05 = 13
perawat
analisa data :
berdasarkan perhitungan dengan rumus Douglas untuk kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang Mawar adalah 13 orang. Sedangkan jumlah perawat
saat ini di ruang Mawar adalah 13 orang. Jadi jumlah tenaga keperawatan
yang ada di bangsal Mawar kelebihan 5 orang.

Perbandingan perhitungan jumlah tenaga di ruang Mawar RSUD Muntilan


No Perhitungan ∑perawat Karu 20 % jumlah TOTAL(tanp kesimpulan
tenaga a karu)
(antisipasi
kekurangan/cad
angan)
1 Berdasarkan 13 1 20 % x 13 = 2,6 15-16 orang Berlebih
perhitungan 2-3 orang
menurut
Gillies
2 Berdasarkan 14 1 20 % x 14 = 2,8 16-17 orang Sesuai
perhitungan 2-3 orang
depkes
3 Berdasarkan 12 1 20 % x 12 = 2,4 14-15 orang Berlebih
perhitungan 2-3 orang
douglas
4 Perawat di 17 1

34
ruang
Mawar saat
ini

b) Kualitas tenaga keperawatan

Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan


kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan
yang berkualitas memerlukan sumber daya yang sesuai dengan
kualitas dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Praktek professional yang merupakan ciri
profesi yang harus tetap dipelihara dan di tingkatkan dalam
rangka mempertahankan akontabilitas dan standar kinerja yang
tinggi.

Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM


yang disebut Human Resource Development mempunyai tiga
program yaitu

1. Trainning , yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan


kepada pekerjaan saat ini.
2. Education, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan
pada pekerjaan yang akan datang.
3. Development, yaitu aktifitas di mana proses belajar tidak
diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara
langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997),
Pelatihan, kursus, dan lokakarya diperlukan bagi tenaga
professional di rumah sakit untuk menunjang kualitas pelayanan
yang diperlukan untuk para medis:

1. Etika komunikasi

2. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan

35
3. Etika keperawatan

4. Manajemen keperawatan

5. Hospital management training

6. Audit medik

7. Pencegahan infeksi nosokomial

8. Sanitasi rumah sakit (Djojodobroto, 1997)


Disamping itu perlu juga direncanakan rotasi dan mutasi SDM
dalam rangka menyesuaikan beban serta tuntutan pelayanan
kesehatan di masa depan, sehingga penyesuaian keahlian yang
dibutuhkan dilakukan melalui pelatihan secara kontinyu dan
berkesinambungan
Tabel 3.2
Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2016
No Jenis Pendidikan Jumlah Prosentase
1 D3 Keperawatan 15 83
2 S1 Keperawatan 1 6
3 S1 Keperawatan + ners 2 11
Sumber: Studi dokumentasi Tanggal 6-8 Maret 2017
Analisa data:
Frekuensi tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan yang
ada di runga Mawar mayoritas D3 keperawatan yaitu 15 orang (83
%) sedangkan yang paling sedikit yaitu tenaga keperawatan dengan
tingkat pendidikan S1 keperawatan dan S1 keperawqatan + Ners
yaitu 3 orang (17%). Hal ini berarti sesuai dengan standar profesi
yang mana minimal dengan jenjang D3 keperawatan.
Tabel 3.3
Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan Dan Seminar
Yang Pernah Diikuti Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2016

No Nama Pendidikan Pelatihan/Seminar


Yang Pernah Diikuti

36
1 Anton Marianto, S.Kep. Ns S1 Ners -
2 Siti Ulfa, Amd.Kep D3 Kep Pelatihan pelaksanaan stroke, KDM,
PPGD , Pelayanan prima
3 Susanti, S.Kep.Ns S1 Ners Pelatihan Hemodialisa 2008,seminar
terapi komplementer 2013, TOT CI
2013, seminar nyeri punngung bawah
dengan aktivitas seksual 2014,
seminar penatalaksanaan HIV-AIDS
di RS 2014
4 Sri Utami, Amd.Kep D3 Kep Kesehatan lingkungan
5 Purwanti, Amd.Kep D3 Kep Pelatihan komunikasi terapeutik
“CARING”, Keperawatan terapi
komplementer (2013), Keperawatan
legislasi dan SIPP (2013)
6 M. Devianto, Amd.Kep D3 Kep Penatalaksanaan asma, Pelatihan
MPKP
7 Puput Afrianto K N, Amd. D3 Kep PPGD 2010
Kep
8 Isti Maryunani, S.Kep S1 Kep Seminar update manajemen cardiac
arrest dan penggunaaan terapi
defibrilasi serta interpretasi EKG
2016, peserta workshop teknik
massage abdominal dalam
keperawatan 2016, seminar penerapan
massage abdominal dalam
keperawatan 2016, seminar nyeri
punggung bawah dengan aktivitas
seksual 2014, seminar membentuk
keperawatan yang berkarakter 2014,
legislasi dan SIPP 2013, seminar
perawatan luka modern 2014
9 Dita Yuniasari, Amd.Kep D3 Kep BTCLS
10 A. Leny N, Amd.Kep D3 Kep -
11 Wahyu Dani, Amd Kep D3 Kep Continuing nursing education terapi
untuk anak yang di hospitalisasi,
Model praktik keperawatan
Professional, MPKP, Terapi bermain,
PPGD, Perawatan luka, Perawat
berkarakter
12 Etty Dwi W, Amd.Kep D3 Kep
13 Indah S,Amd.Kep D3 Kep Perawatan luka (2009)
14 Sulistyani, amd.Kep D3 Kep CWCCAP 2014
15 Utami Dewi,Amd.Kep D3 Kep -
16 Heny Tri W, Amd.Kep D3 Kep Perawatan luka (2009)
17 Mutiara Aprida, Amd.Kep D3 Kep PPGD 2013
18 Subagyo, Amd Kep D3 Kep Seminar membangun perawat yang
berkarakter 2014, nyeri punggung

37
dengan aktivitas seksual 2014,
perawatan luka odern 2014, workshop
teknik massage abdominal dalam
keperawatan 2016, seminar teknik
massage abdominal dalam
keperawatan
Sumber : data primer profil pegawai dan wawancara 6-8 Maret 2017

Analisa data:
Dari tabel di atas diketahui bahwa pelatihan yang diikuti
bermacam-macam jenisnya dan banyaknya. Hal ini menunjukkan
bahwa keikutsertaan perawat dalam sebuah pelatihan maupun
seminar sangat bergantung dari masing-masing perawat. Rumah
Sakit dalam hal ini bagian SDM belum memfasilitasi adanya
pengembangan SDM perawat rumah sakit secara tertata.
3) Struktur Organisasi Keperawatan Ruangan
Pak eko
4) Komposisi Ketenagaan Keperawatan

b. Material
a) Kajian Teori
Saat ini rumah sakit menghadapi berbagai tantangan untuk dapat
melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan. Dalam
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit sudah
disebutkan, upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali.
Akreditasi itu melingkupi segala bentuk pelayanan tenaga medis
terhadap pasien dan fasilitas yang harus dipenuhi rumah sakit sesuai
golongannya. Pelayanan keperawatan merupakan bagian intregral
dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga
pelayanan. kesehatan rumah sakit juga ditentukan oleh mutu
pelayanan keperawatan secara profesional. Mutu pelayanan secara
profesional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra rumah
sakit melalui pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.

38
Pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan ikut
menentukan tercapainya mutu pelayanan keperawatan di rumah
sakit atau puskesmas. Rumah sakit atau puskesmasmemiliki kondisi
yang berbeda-beda dan kompleks. Keadaan ini mempengaruhi
manajemen pelayanan keperawatan termasuk pengelolaan
peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan. Sehubungan
dengan hal ini diperlukan adanya standar pengelolaan peralatan
kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai pedornan bagi
manajer keperawatan dari perawat pelaksana dalam menggunakan
sumber daya peralatan untuk mencapai pelayanan keperawatan
secan. etisien dan efektif.
Standar pengelolaan peralatan ini mencakup standar tentnng alat
tenun, peralatan untuk pelayanan keperawatan, peralatan rumah
tangga, pencatatan dan pelaporan, serta pengelola peralatan. Rurnah
sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks keadaan
ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan termasuk
fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan pengelolaan
keperawatan. Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya standar
pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
bagi manager keperawatan dalam keperawatan sebagai pedoman
menggunakan somber daya fasilitas peralatan demi mencapai
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikanjenis alat, bahan atau wama, ukuran,
jenis kegiatan, dan jumlah yang dibutuhkan. Standar fasilitas dan
alat keperawatan adalah penetapan fasilitas dan alat-alat yang
digunakan dalarn memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang.
b) Kajian data
Sarana dan Fasilitas

39
a. Fasilitas untuk pasien
Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 1
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

*Kamar 1 :
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. tempat tidur 4 Baik
2. almari pasien 4 Baik
3. Kamar mandi 1 Baik
a. Bak air 1 Baik
b. Gayung 1 Baik
c. Lantai Baik
d. Lampu 1 Baik
4. Lampu 1 Baik
5. Kipas angin - Baik
6. Gorden plastik + rail 4 Baik
7. Pintu 2 Baik
8. Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 2
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017
Kamar 2

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 tempat tidur 4 Baik
2 almari pasien 4 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik
c.Lantai Baik

40
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Gorden plastik + rail 4 Baik
7 Pintu 2 Baik
9. Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 3
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017
Kamar 3

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 tempat tidur 4 Baik
2 almari pasien 4 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Gorden plastik + rail - Baik
7 Pintu 2 Baik
8 Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 4
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017
Kamar4

No Nama Barang Jumlah Kondisi

41
1 tempat tidur 4 Baik
2 almari pasien 4 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Gorden plastik + rail 4 Baik
7 Pintu 2 Baik
8 Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 5
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Kamar 5

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 tempat tidur 4 Baik
2 almari pasien 4 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik

42
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Gorden plastik + rail - Baik
7 Pintu 2 Baik
8 Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar 6
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017
Kamar 6

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 tempat tidur 4 Baik
2 almari pasien 4 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Gorden plastik + rail - Baik
7 Pintu 2 Baik
8 Jendela 4 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar Isolasi 1
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Kamar isolasi 1

43
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 tempat tidur 1 Baik
2 almari pasien 1 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Ruang transit 1 Baik
7 Pintu 3 Baik
8 Exhouse fan 1 Baik
9 jendela 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruangan Kamar Isolasi 2
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Kamar isolasi 2

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 tempat tidur 1 Baik
2 almari pasien 1 Baik
3 Kamar mandi 1 Baik
a.Bak air 1 Baik
b.Gayung 1 Baik

44
c.Lantai Baik
d.Lampu 1 Baik
4 Lampu 1 Baik
5 Kipas angin - Baik
6 Ruang transit - Baik
7 Pintu 2 Baik
8 Exhouse fan 1 Baik
9 jendela 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Nurse Station
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017
Ruang Nurse Station

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Counter perawat 1 Baik
2 Rak dokumen 1 Baik
3 Kursi 3 Baik
4 wastafel 1 Baik
5 Kipas angin 1 Baik
6 Meja buku 1 Baik
7 Televisi 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Istirahat Perawat
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang istirahat perawat

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Kasur 2 Baik
2 Loker perawat 1 Baik
3 Dispenser 1 Baik
4 Kamar mandi 1 Baik
a.bak air 1 Bocor
b.gayung 1 Baik
C,closet 1 Baik
d.Ember besar 2 Baik

45
5 Jendela 2 Baik
6 Pintu 2 Baik
7 Lampu 2 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Administrasi
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Administrasi

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Meja 2 Baik
2 Almari 1 Baik
3 Kursi 4 Baik
4 Kipas angin 1 Baik
5 Lampu 1 Baik
6 Pintu 2 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang rapat
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Rapat

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Meja Besar 1 Baik
2 Komputer 1 Baik
3 Kursi 10 Baik
4 Kipas angin 1 Baik
5 Meja komputer 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Obat
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

46
Ruang Obat

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Almari Alat 1 Baik
2 A.C 1 Baik
3 Troli emergensi 1 Baik
4 Loker Obat oral 1 Baik
5 Kulkas 1 Baik
5 Loker infus 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Krepala Ruang
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Kepala Ruang

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Almari 1 Baik
2 Meja 1 Baik
3 Kursi 2 Baik
4 Kipas angin 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Spool hok
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Spol Hok

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Bak air 1 Baik
2 Gayung 1 Baik
3 Waskom Besar 26 Baik
4 Tempat waskom 1 Baik

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Linen Kotor
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Linen Kotor

47
NO Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Ember Besar 2 Baik
2
3
4

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Linen Bersih
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Ruang Linen Bersih

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Almari linen 1 Baik
2 Troli Linen 1 Baik
3 Etalase tempat APD 1 Baik
4

Tabel ……
Distribusi Inventaris Ruang Pantri
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tahun 2017

Pantri

NO Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Kompor gas 1 Baik
2 Panci Besar 1 Baik
3 Ceret Besar 1 Baik
4 Ember Besar 1 Baik
5 Rak plastic tempat gelas 1 Baik

Sumber data :Data primer (hasil observasi dari tanggal 7maret s/d 9 maret
2017)

Interpretasi:

48
Belum adanya buku monitoring inventaris barang di Ruang Mawar. Ada Ramp
yang belum ada pegangan tangannya. sehingga memungkinkan untuk terjadi
resiko jatuh . Pintu kamar mandi dikamar perawatan ruang mawar membukanya
ke dalam

b. Daftar inventaris alat tenun


Tabel …..
Daftar Invetaris Alat Tenun
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

No Nama Barang Rasio Standar Jumlah Yang Ada Di


Ruangan
1 Sprei 1:3 78 22 Kurang
2 Steek laken 1:3 78 16 Kurang
3 Perlak 1:3 78 26 Kurang
4 Selimut Lorek 1:3 78 2 Kurang
5 Sarung Bantal 1:3 78 14 Kurang
6 Baju pasien 9 - Kurang
7 Washlap 7 12 Cukup
8 Handuk mandi 7 - Kurang
9 Short 13 - Kurang
10 Duk instrument 8 - Kurang
11 Masker 13 - Kurang
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel …..2.15 dapat diketahui bahwa dari daftar alat tenun
ketersediannya …….

c. Daftar inventaris alat pencatatan dan pelaporan


Tabel ….
Daftar Alat Pencatatan Dan Pelaporan
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Yang Ada Di
No Nama Barang Rasio Standar Jumlah
Ruangan

49
1 Formulir pengkajian 1 bendel Cukup
26
awal/blangko rawat inap @100 lembar
2 Formulir RM 05 130 1 bendel Cukup
@100 lembar
3 Formulir CPPT 130 1 bendel Cukup
@100 lembar
4 Form laboratorium 78 80 Cukup
5 Form rontgen 10 150 Cukup
6 Form permintaan darah 1 bendel 1 bendel Cukup
@100 lembar
7 Form kematian 5 89 Cukup
8 Resep 10 11 Cukup
9 Form konsultasi 5 6 Cukup
10 Form permintaan makanan 26 2 bendel Cukup
@200 lembar
11 Form cukup permintaan 26 26 Cukup
obat
12 Register pasien 4 2 Kurang
13 Streples 2 2 Cukup
14 Pensil 1 2 Cukup
15 Pensil merah dan biru 2 2 Cukup
16 Spodolboadred maker 6 4 Kurang
17 Spidol snowman 1 2 Cukup
18 Form sensus harian 1/r/bln 1 Cukup
19 Form pulang 26 100 lembar Cukup
20 Form control 26 1 bendel Cukup
@100 lembar
21 Form discharge planing 26 340 lembar Cukup
22 Form rujukan 26 26 Cukup
23 Form pernyataan askes 26 1 bendel Cukup
@100 lembar
24 Form informasi pasien baru 26 22 lembar Kurang

25 Form pelunasan biaya 26 80 lembar Cukup


26 Form persetujuan tindakan 26 1 bendel @100 Cukup
medis
27 Form kuesioner rawat 26 1 bendel @100 Cukup
jalan/poliklinik

50
28 Form surat keterangan 26 50 lembar Cukup
diagnosa
29 Form permintaan diagnose 26 14 lembar Kurang
30 Form pelayanan tindakan 26 1 bendel Cukup
operasi @100 lembar
31 Form keterangan ijin sakit 26 60 lembar Cukup
32 Form Grafik Suhu dan Nadi 26 120 lembar Cukup

33 Form pembayaran biaya 26 59 lembar Cukup


perawatan

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.15 dapat diketahui Alat Pencatatan Dan Pelaporan….

d. Daftar inventaris alat kesehatan


Tabel ….
Daftar Alat Kesehatan
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Kondisi
No Nama barang Di Ruangan Keterangan
Baik Rusak
1 Tensimeter manual 3 2 2 Kurang
2 Tensimeter digital 2 2 - Cukup
3 Stetoskop 4 3 1 Cukup
4 Oksigen sentral 22 22 0 Baik
5 Korentang 2 2 - Cukup
6 Sterilisator rebus 1 1 - Cukup
7 Bak Instrumen sedang 2 2 - Cukup
8 Bengkok 2 2 - Cukup
9 Pispot 13 13 - Cukup
10 Urinal perempuan 13 13 - Cukup
11 Termometer 5 5 - Cukup
12 Standar Infus 26 26 - Cukup
13 Reflek hammer 1 1 - Cukup
14 Suction 2 2 - Cukup
15 Bankart 2 2 - Cukup
16 Kursi roda 1 1 - Kurang
17 Trolly medikasi 2 2 - Cukup
18 Trolly linen 1 1 - Cukup
19 Standar Waskom
2 2 - Kurang
double

51
20 Trolly obat 1 1 - Cukup
21 WWZ 1 1 - Kurang
22 Ambubag 1 1 - Cukup
23 Tromol sedang 2 2 - Cukup
24 Kom kecil 5 5 - Cukup
25 Nebulizer 1 1 - Cukup

Interpretasi Data :

Berdasarkan tabel …. daftar alat kesehatan, dapa di Ruang Mawar RSUD


Muntilan dapat diketahui bahwa ……

e. Daftar inventaris alat rumah tangga


Tabel ….
Daftar Alat Rumah Tangga
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Jumlah Kondisi Alat


No Nama Barang Keterangan
Di Ruangan Baik Rusak
1 Jam dinding 4 4 - Cukup
2 Kursi tunggu pasien 26 26 - Cukup
3 Tempat Tidur Pasien 26 26 - Cukup
4 Kamar Mandi Pasien 8 8 - Cukup
5 Meja pasien 26 26 - Cukup
6 Kipas angin 4 4 - Cukup
7 Baskom 26 26 - Cukup
8 Lemari obat stok 1 1 - Cukup
9 Meja konter perawat 1 1 - Cukup
10 Tempat sampah pasien 6 6 - Cukup
11 Tempat sampah medis 7 7 - Cukup
12 Lemari infuse 1 1 - Cukup
13 Rak obat 1 1 - Cukup
14 Kulkas 1 1 - Cukup
15 Ember linen kotor 2 2 - Kurang
16 Westafel 1 1 - Cukup
17 Kompor set 1 1 - Cukup
16 Keset 4 4 - Cukup
17 Senter 2 2 - Cukup

52
18 Toilet 9 9 - Cukup
19 Nampan 3 3 - Cukup
20 TV 1 1 - Cukup
21 Lemari obat pasien 1 1 Cukup

Interpretasi Data :

Berdasarkan tabel …. dapat diketahui bahwa sebagian besar kebutuhan alat


rumah tangga di Ruang Mawar RSUD Muntilan sudah lengkap, memenuhi
standar dan dalam kondisi baik, tetapi ada beberapa alat rumah tangga yang
ketersediannya ….

f. Daftar inventaris alat khusus


Tabel …..
Daftar Inventaris Alat Khusus
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan
Kondisi
No Nama Barang Tersedia Keterangan
Baik Rusak
1 EKG 1 1 - Lengkap
2 Suction 2 2 - Lengkap
3 Nebulier 1 1 - Lengkap
4 Blood Warmer 1 1 - Lengkap
5 Bedsite monitor 1 1 - Lengkap

Interpretasi Data :

Berdasarkan tabel …. dapat diketahui bahwa sebagian besar alat khusus di Ruang
Mawar sudah lengkap, memenuhi standar dan dalam kondisi baik.

c. Metode
1. Metode pelayanan asuhan keperawatan

Ada beberapa metode pemberian asuhan keperawatan profesional


yang sudah ada dan akan terus dikembangkan salah satunya adalah
Tim-Primer. Metode Tim dan Primer adalah metode yang
digunakan dari kedua system. MenurutSudarsono (2000), penetapan
model ini didasarkan pada beberapa alasan :

53
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena pada saat ini perawat yang ada
dirumah sakitsebagian besar adalah lulusan D3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
 Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim
akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

54
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga
profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu.
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya
(Nursalam, 2002) yaitu :
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota
tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu
dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang dan
observasi yang dilakukan selama 3 hari, metode yang
digunakan diruang Mawar adalah metode tim yang
pelaksanaannya masih belum maksimal.
2. Overan
Proses Manajemen Pelayanan Operasional
Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen, yaitu suatu
tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi
keperawatan.Elemen pertama dari manajemen menurut Fayol
adalah perencanaan.Ia mendefinisikan hal ini sebagai
pembuatan rencana tindakan untuk memberikan pandangan
kedepan (Swanburg, 2000).

55
Ciri-ciri perencanaan yang baik :
 Disusun atas dasar tujuan yang telah ditetapkan.
 Dimengerti dengan baik oleh orang-orang yang akan
melaksanakan kegiatan
 Penjabaran kegiatan lengkap dan jelas
 Dikoordinasikan dengan perencanaan yang disusun oleh
satuan kerja lain yang ada hubungannya
 Fleksibel/luwes
Kerangka perencanaan terdiri dari :
 Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai langkah yang
akan dilakukan untuk melaksanakan visi
 Filosofi, merupakan sesuatu yang dapat menguatkan motivasi
 Tujuan, berisikan tujuan yang akan dicapai
 Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
 Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Hasil wawancara dan observasi diRuang Mawar didapatkan
bahwa fungsi perencanaan sudah berjalan, dibuktikan dengan
adanya misi dan filosofi bangsal, dan adanya Plann Of Action
(POA) yang dibuat oleh kepala ruang.
Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yaitu
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan obyektif,
penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas
pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari
pengkoordinasian aktifitas yang tepat dengan unit lainnya, baik
secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian
menentukan tentang tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan
mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan.

56
Menurut Nursalam (2007), fungsi pengorganisasian dari kepala
ruang adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan metode penugasan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d. Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g. Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat
kepada ketua tim
h. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
i. Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
Berikut ini data tentang pengorganisasian yang ada diRuang
Mawar
Tabel ….
Hasil Kajian Pengorganisasian di Ruang Mawar tahun 2017
No Aspek yang dinilai Sko Keterangan
r
1 Pembagian tugas 1 Sudah ada pembagian tugas
2 Pendelegasian tugas 1 Sudah ada pendelegasian tugas
3 Koordinasi tugas 1 Koordinasi tugas terlaksana
4 Pengaturan /manajemen waktu 1 Ada pengaturan waktu
5 Pengaturan dan pengendalian 1 Sudah ada pengaturan dan
situasi praktek pengendalian situasi tempat
praktek
6 Memberi wewenang kepada 1 Administrasi diurus oleh tata usaha
tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
7 Pengembangan MAKP dengan
metode Tim:
 Pelaksanaan tugas
a. Pelaksanaan tugas 1 Tugas Kepala Ruang, Ketua tim/PP
kepala ruang dan anggota tim/PA sudah
keperawatan 1 terlaksana
b. Pelaksanaan tugas
ketua Tim/PP 1
c. Pelaksanaan tugas

57
anggota Tim / PA
 Hubungan profesional 1
a. Hubungan profesional Hubungan profesional antara staf
antara staf dengan 1 dan pasien baik
pasien Hubungan profesional antar staf
b. Hubungan profesional keperawatan sudah terjalin baik
antar staf keperawatan 1
Hubungan antara staf keperawatan
c. Hubungan antara staf dengan tim kesehatan lain sudah
keperawatan dengan terjalin dengan baik
tim dokter /tim 1
kesehatan yang lain Hubungan antara staf keperawatan
d. Hubungan professional dengan peserta didik baik
antara staf keperawatan 1
dengan peserta didik Pelaksanaan operan jaga sudah
e. Pelaksanaan operan terlaksana, tetapi belum sesuai teori
jaga 1 yang ada.
Pelaksanaan pre conference sudah
terlaksana, tetapi belum ada
f. Pelaksanaan pre 1 pembagian tugas,
conference Pelaksanaan post conference belum
terlaksana dengan baik, sehingga
g. Pelaksanaan post ada data /tindakan yang
conference terlewatkan
1

Pelaksanaan komunikasi
h. Pelaksanaan therapeutik sudah terlaksana
komunikasi terapeutik 1 dengan baik

i. Pelaksanaan pemberian Pelaksanaan pemberian informasi


informasi pasien baru pasien baru sudah terlaksana
dengan baik
Total 18
Prosentase 100%
Sumber : wawancara dan observasi tgl 6-9 Maret 2017

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan fungsi pengorganisasian


sudah berjalan, namun masih ada beberapa hal yang belum maksimal.

Tabel ….
Penilaian Struktur Organisasi dan Jadwal Dinas Ruang Mawar Tahun 2017
No Aspek Yang Dinilai Skor Keterangan
1 Terdapat struktur organisasi 1 Sudah terdapat struktur

58
diruangan organisasi diruangan
2 Menggambarkan kedudukan 1 Sudah menggambarkan
kepala ruang kedudukan kepala ruang
3 Adanya posisi tim 1 Ada posisi tim 1 dan tim 2
4 Gambaran jumlah anggota tim 1 Sudah menggambarkan berapa
jumlah anggota tiap tim
5 Struktur organisasi diruang 0 Struktur yang ada diruang pasien
pasien menggambarkan anggota belum menggambarkan anggota
tim saat ini tim saat ini
6 Jadwal menggunakan format 1 Format jadwal sudah digunakan
yang disediakan
7 Tercantum nama-nama perawat 0 Nama dalam jadwal belum
pertim sesuai dengan pembagian tim
distruktur
8 Jadwal tergambar adanya 1 Ada penanggungjawab harian
penanggungjawab harian
9 Susunan dinas pershift pagi, 1 Dinas pershift sudah tersusun
siang dan malam
10 Jadwal dibuat untuk satu bulan 1 Sudah dibuat untuk satu bulan
Sumber: wawancara dan observasi tanggal 6-8 Maret 2017

Berdasarkan tabel diatas, nilai pengkajian terhadap struktur organisasi dan jadwal
dinasa diRuang Mawar adalah 80%, dalam kategori baik, dan masih perlu
pembenahan

Tabel …..
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang MawarTahun 2017
Observasi
No. Uraian Tugas SLL SR KD TDK
(3) (2) (1) (0)
1. Apakah kepala ruang melakukan 
meeting morninging secara rutin?
2. Apakah kepala ruang membagi 
tugas, kepada PP dan PA setiap
hari?
3. Apabila ada permasalahan
diruang, apakah kepala ruang
dapat menyelesaikan dengan baik 
bersama, dengan perawat
ruangan?
4. Apakah kepala ruang 
memberikan motivasi kerja
kepada staf keperawatan ?
5. Apakah kepala ruang melakukan 
supervisi keperawatan secara
rutin?

59
6. Apakah kepala ruang 
mengevaluasi tugas-tugas PP/PA
secara rutin?.
7. Apakah kepala ruang dalam 
membuat jadwal dinas
disesuaikan dengan:
a.Harian
b.Bulanan
c.Jenis Kelamin
8. Apakah kepala ruangmengadakan 
rapat ruang secara rutin
9. Setiap ada kasus keperawatan 
yang menarik apakah kepala
ruang mengadakan pembahasan
kasus?
10. Apakah kepala ruang membuat 
perencanaan untuk
pengembangan SDM?
11. Apakah kepala ruang membuat 
rencana kerja :
a.Harian
b. Mingguan
C. Bulanan
12 Apakah kepala ruang mengikuti 
operan tugas perawat dari jaga
malam secara rutin
13 Apakah kepala ruang melakukan 
pengawasan kedisiplinan tugas
staf melalui daftar hadir yang
ada di ruangan ?
14 Apakah kepala ruang menguasai 
permasalahan yang ada di
ruangan ?
15. Apakah kepala ruang bisa 
sebagai konsultan?
16. Apakah kepala ruang bisa 
berperan sebagai role model ?
Total 3 8 3 2
Total skor 3/16 8/16 3/16 2/16
(18,8 %) (50 %) (18,8 %) (12,5 %)
Sumber: wawancara dan observasi tanggal 6-8 maret 2017

Keterangan : SL=selalu, skor : 3

SR=sering, skor : 8

KD=kadang-kadang, skor : 3

60
TP=Tidak pernah, skor : 2

Berdasarkan data diatas, pelaksanaan tugas kepala Ruang Mawar RSUD


Muntilan, kategori selalu 18,8 %, kategori sering 50 %, kategori kadang 18,8 %,
kategori tidak 12,5 %. Kegiatan supervisi merupakan salah satu kegiatan kepala
ruang yang belum optimal di lakukan.

Tabel 2.13
Pelaksanaan Tugas Ketua Tim Ruang MawarTahun 2017

Observasi
Tidak
No Uraian Tugas Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1 Apakah PP melakukan operan tugas jaga malam 
bersama dengan PA
2 Apakah PN melakukan konfirmasi atau 
supervisi tentang kondisi pasien segera setelah
operan tugas jaga setiap pasien
3 Apakah PP mengajak PA untuk melakukan doa 
bersama pada waktu mengawali dan mengakiri
tugas
4 Apakah PP melakukan prekonfren dengan 
semua Pa yang ada dalam grupnya setiap awal
dinas pagi
5 Apakah PP membagi tugas atau pasien kepada 
PA sesuai kemampuan dan beban kerja
6 Apakah PP melakukan pengkajian 
menetapkanmasalah apa diagnose dan
perencanaan keperawatan kepada semua pasien
yang menjadi tanggung jawab dan
pendokunentasikan kedalam RM pasien.
7 Apakah PP memonitor tugas PA 
8 Apakah PP membantu tugas PA untuk 
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien
9 Apakah PP telah melakukan koreksi,merevisi 
dan melengkapi catatan asuhan keperawatan
yang dilakukan PA yang ada dibawah tanggung
jawabnya.
10 Apakah PP melakukan evalusi hasil 
keperawatan setiapsesuai tujuan yang ada

61
dalam perencanaan asuhan keperawatan dan
ada bukti dalak RM
11 Apakah PP melakukan post konfrent pada 
akhirdinas
12 Apakah PP mendampingi PA dalam operan 
tugas jaga
13 Apakah PP memperkenalkan PA yang akan 
merawat selama pasien dirawat, kepada pasien
atau keluarga baru.
14 Apakah PA menyelenggarakan diskusi kasus 
confront dengan dokter atau tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali.
15 Apakah PA menyelenggarakan diskusi kasus 
dalam pertemuan rutin keperawatan diruangan
minimal 1 bulan sekali.
16 Apakah PP menggantikan tugas kepala runag, 
bila kepala ruang tidak ada
17 Apakah PP mendelegasikan tugas PA pada 
dinas siang atau malam atau hari libur.
18 Apakah PP memberikan bimbingan praktek 
keperawatan kepada mahasiswa yang ada dalam
grupnya.
19 Apakah PP menginformasikan peraturan dan 
tata tertib yang berlaku pada pasien dan
keluarga.
20 Apakah PP melakukan supervisi perkembangan 
persiapan pulang
21 Apakah PP menerima konsultasi atau keluhan 
pasien dan berusaha mengatasinya
22 Setiap akhir tahun apakah PP membuat laporan 
tugas kepada kepala ruang
23 Apakah PP bisa sebagai role model 

Total 10 8 5

Total Skor 78,3 % 21,7 %

Sumber data : wawancara dan observasi tanggal 6-8 maret 2017

Dari tabel diatas Pelaksanaan tugas Ketua Tim di Ruang Mawar RSUD Muntilan
sudah berjalan 78,3% dalam kategori cukup.dan kegiatan post conferen belum
dilaksanakan di ruang Mawar.

Tabel 2.14

62
Pelaksanaan tugas Anggota Tim di Ruang Mawar Tahun 2017
Observasi
Tidak
Selalu Kadang
No Uraian Tugas pernah
(2) (1)
(0)
1 Apakah PA Melaksanakan operan tugas setiap awal 
dan akhir jaga dari dan kepada PA yang ada dalam
satu grup
2 Apakah PA Melakukan konfirmasi atau supervisi 
tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan
setiap Pasien
3 Apakah PA Melakukan do’a bersama setiap awal dan 
akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima
operan tugas jaga
4 Apakah PA Mengikuti pre conference yang dilakukan 
PP setiap awal tugas
5 Apakah PA Melaksanakan asuhan keperawatan 
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti di rekam keperawatan
6 Apakah PA Melakukan monitoring respon pasien dan 
ada bukti di rekam keperawatan
7 Apakah PA Melakukan konsultasi tentang masalah 
pasien/keluarga kepada PP
8 Apakah PA Membimbing dan melakukan pendidikan 
kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
9 Apakah PA Menerima keluhan pasien/keluarga dan 
berusaha untuk mengatasinya
10 Apakah PA Melengkapi catatan asuhan keperawatan 
pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
11 Apakah PA Melakukan evaluasi asuhan keperawatan 
pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12 Apakah PA Mengikuti post conferance yang diadakan 
oleh PP pada setiap akhir tugas dan melaporkan
kondisi dan perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada PP
13 Apakah PA Melaksanakan pendelegasian tugas PP 
pada sore malam libur
14 Apakah PA Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim 
kesehatan lain bila ada masalah pasien pada sore
malam libur
15 Apakah PA Mengikuti diskusi kasus dengan 
dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
16 Apakah PA Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan 
rutin keperawatan di ruangan
17 Apakah PA Melaksanakan tugas lain sesuai uraian 
tugas PA

63
18 Apakah PA Membantu melakukan bimbingan PKK 
kepada peserta didik keperawatan.
Total 7 9 2
Total Skore
11,1%
88,9 %
Sumber Data : wawancara dan observasi tanggal 6-8 Maret 2017

Pelaksanaan tugas anggota tim di Ruang Mawar RSUD Muntilan sudah berjalan
88,9 % dalam kategori Baik.

Berdasarkan hasil observasi di ruang Mawar, metode asuhan keperawatan


profesional yang diterapkan diRuang Mawar adalah metode primer modifikasi,
sehingga selalu ada serangkaian kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
keperawatan, mulai dari serah terima tugas yang didalamnya juga terdapat acara
pertemuan pagi, dilanjutkan dengan pelaksanaan pre conference dan diakhir tugas
pelayanan dilakukan serah terima ke jaga sore tanpa melakukan post conference
terlebih dahulu.

 Pre Conference
Tujuan dari pre conference adalah untuk mengenali masalah
pasien, membuat rencana asuhan keperawatan dan membagi
tugas anggota tim
Tugas ketua tim pada pre conference adalah menyiapkan
ruangan, menyiapkan rekam medis yang menjadi tanggung
jawabnya, memandu pelaksanaan pre conference,
menjelaskan dan mengidentifikasi masalah keperawatan
pasien danmembuat rencana keperawatan, membagi tugas
kepada anggota tim sesui kemampuan yang dimiliki,
mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan
Tabel ….
Pelaksanaan Pre ConferernceDi Ruang MawarTahun 2017
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya (2) Tidak (1)
N % N %
1 Apakah Pre conference dilaksanakan di 
ruang Mawar

64
2 PP/Katim Menyiapkan ruangan atau tempat 
pre conference
3 PP / Katim Menyiapkan rekam medik 
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
4 PP / Katim Menjelaskan tujuan dilakukan 
nya prekonfrens
5 Karu Membantu pelaksanaan prekonfrens 
6 PP / Katim Menjelaskan masalah 
keperawatan pasien, keperawatan dan
rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
7 PP / Katim Membagi tugas kepada PA 
sesuai kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
8 PP / Katim Mendiskusikan cara dan strategi 
pelaksanaaan asuhan pasien atau tindakan
9 Karu Memotivasi untuk memberikan 
tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
10 PP / Katim Mengklarifikasi kesiapan PA 
untuk melaksanakan asuhan
keperawatankepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
11 PP / Katim Memberi reinforsement pada 
PA
12 PP / Katim Menyimpulkan hasil pre 
konfrens
Jumlah 7 5
Total skor 58,3 41,7
Sumber: data primer observasi tgl 6-8 maret 2017

Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaan pre conference diRuang Mawar sudah


berjalan akan tetapi belum optimal 58,3% dalam kategori kurang.

 Post Conference
Tujuan dari kegiatan post conference adalah untuk
mengetahui perkembangan pasien, mengetahui pencapaian
tujuan asuhan keperawatan, mengetahui kendala yang
dihadapi selama pemberian asuhan keperawatan, dan
mengetahui kejadian-kejadian lain yang ditemukan.
Tugas ketua timsaatpost conference adalah menyiapkan
ruangan, menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi
tanggung-jawabnya, menerima penjelasan dari anggota tim

65
tentang tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah
dilakukannya.
Tabel 2.17
Pelaksanaan Post Conference Di Ruang Mawar Tahun 2017
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
N % N %
1 Apakah post conference (bukan 
operan jaga siang) dilaksanakan di
ruang Mawar
2 PP / Katim Menyiapkan tempat atau 
ruang
3. PP / Katim Menyiapkan rekam medik 
pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
4. PP / Katim Menjelaskan tujuan 
dilakukan post konfrens
5. PP / Katim Menerima penjelasan dari 
PA tentang hasil tindakan atau hasil
suhan keperawatan yang telah
dilakukan PA
6. PP dan PA Mendiskusikan masalah 
yang ditemukan dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
nya
7 PP / Katim Memberika reinforsement 
/pujian/ penghargaan pada PA
8 PP / Katim Menyimpulkan hasil post 
konfrens
9 PP / Katim Mengklarifikasi data 
keperawatan ke kamar pasien
sebelum melakukan operan tugas jaga
sift jaga berikutnya
Jumlah 9
Total 100
Sumber Data : wawancara dan observasi tanggal 6-8 Maret 2017

Pelaksanaan post conference di Ruang Mawar tahun 2017 belum berjalan. Hal ini
mungkin terjadi karena menganggap cukup dengan operan jaga.

3. Ronde Keperawatan

66
4. Pendokumentasian Keperawatan
a. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan yang merupakan pemberian asuhan keperawatan
yang logis, sistematis, dinamis dan teratur. Proses akhir dari
proses keperawatan dapat berupa sebuah pembebasan dari
gejala, penghilangan resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal (Nursalam, 2007).
Langkah-langkah proses keperawatan :
1) Pengkajian - Pengumpulan Data.
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien,
melainkan juga mengenai institusi (Rumah
sakit/Puskesmas); tenaga keperawatan, administrasi, dan
bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungi
organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu :
 Pengumpulan data keperawatan
 Pengelompokan data/analisa data
 Perumusan diagnosa
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko
dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau
mencegah masalah klien yang ada pada tanggung
jawabnya. Perumusan diagnosa keperawatan terdiri dari :
 Rumus Problem (P) Etiologi (E) Symptom (S) untuk
diagnosa aktual.
 Rumus PE untuk diagnosa resiko
 Rumus P untuk masalah kolaborasi

67
3) Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan digunakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perumusan tujuan diutamakan
menggunakan NOC dan rencana intervensi dengan NIC
dengan langkah sebagai berikut :
 Menetapkan urutan prioritas masalah
 Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
 Menentukan rencana tindakan keperawatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
tujuan :
 Ditulis secara singkat dan jelas, mudah dimengerti oleh
perawat atau tenaga kesehatan lainnya
 Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART
:
S = Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak
menimbul-kan arti ganda)
M = Measurable ( tujuan keperawatan harus dapat
diukur, khususnya tentang perilaku klien; dapat di
lihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau)
A = Achievable( tujuan harus dapat dicapai )
R = Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah )
T = Time ( waktu pelayanan keperawatan )
4) Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang telah ditentukan agar kebutuhan pasien
dapat terpenuhi secara optimal. Tindakan tersebut dapat
dilakukan oleh pasien sendiri, oleh perawat secara mandiri
atau dengan bekerjasama dengan tim kesehatan lain

68
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi sebagai
sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistermatik pada status kesehatan klien (Griffith, 1986).
Tahap Evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan.
Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan, untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan dan mengadakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
 Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan)
 Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).
 Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai
tujuan)
Kajian Data
Penerapan menejemen asuhan keperawatan dengan metode
studi dokumentasi menggunakan instrument A berdasarkan hasil
studi dokumentasi 8 catatan rekam medis pasien (status pasien)
yang telah dirawat minimal 1 hari atau 24 jam perawatan di Ruang
Mawar. Hasil evaluasi disertai dengan analisa data dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel …
Nilai Rata-rata Instrumen A
Pada Tanggal 6-9 Maret 2017
Di Ruang Mawar RSUD Muntilan (n=15)

No Aspek yang Hasil Keterangan

69
dinilai (%)
1 Pengkajian 80 1. Data pengkajian sebagian besar telah ditulis
dengan lengkap.
2 Diagnosa 93 1. Diagnosa keperawatan telah menyertakan data
DO dan DS.
2. Diagnosa sudah mencerminkan aktual/resiko/
potencial/ kolaboratif
3. Dignosa keperawatan 7 % belum menyertakan
etiologi dan symtom
3 Perencanaan 80 1. Rencana tindakan sudah mengacu pada
diagnosa keperawatan
2. Rumusan tujuan sudah mengandung komponen
pasien, perubahan perilaku, kondisi pasien atau
kriteria.
3. Rencana tindakan 20 % tidak menggambarkan
keterlibatan peran keluarga dan mengacu pada
tindakan dengan kalimat perintah, terinci, dan
jelas dan atau melibatkan pasien dan keluarga
4. Rencana tindakan belum menggambarkan
kerjasama dengan tim kesehatan lain
5. Rencan tindakan disusun menurut urutan
prioritas
4 Tindakan 96,87 1. tindakan belum mengacu pada rencana
perawatan 4,13%
2. Tindakan yang dilakukan sesuai dan disusun
secara ringkas dan jelas pada rencana
keperawatan.

5 Evaluasi 86.7 Sebagia evaluasi belum mengacu pada tujuan


rencana perawatan.

Rata-rata (%)
Sumber : Hasil studi dokumentasi tanggal 6 -9 Maret 2017

Interprestasi data :
Dari hasil observasi diperoleh hasil pada diagnosa keperawatan, perawat
kurang memiliki kesadaran dan motivasi dalam penulisan diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan standar yang memuat criteria masalah
keperawatan, etiologi, dan data subjektif objektif yang menunjang. Dan
hasil evaluasi pada catatan asuhan keperawatan belum mengacu pada
tujuan rencana keperawatan serta pedokumentasian catatan asuhan
keperawatan masih kurang lengkap dalam mencantumkan paraf,nama
jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan.

70
5. Perencanaan Pasien Pulang
Tabel 2.18
Discharge Planing Perencanaan Pulang
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya Tidak
N % N %
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien 
2. Membuat rencana pertemuan dengan 
klien
B Orientasi
3 Member salam dan tersenyum kepada 
klien
4. Memperkenalkan nama diri 
5 Menanyakan nama panggilan kesukaan 
klien
6. Menanyakan perasaan klien 
7. Menjelaskan peran perawat 
8. Menjelaskan tugas perawat 
9. Menjelaskan kegiatan (orientasi ) yang
akan dilakukan
10. Menjelaskan tujuan kegiatan 
11. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 
untuk orientasi
12. Menjelaskan kerahasiaan 
C. Tahap kerja
13. Menanyakan keluhan utama klien 
14. Memberikan kesempatan bertanya 
15. Memulai dengan ajakan untuk 
berkonsentrasi
16. Melakukan orientasi 
D. Tahap materi
17. Menjelaskan informasi mengenai 
penyakit
18. Menjelaskan informasi mengenai 
penyebab penyakit
19. Menjelaskan informasi mengenai tanda 
dan gejala penyakit
20. Menjelaskan informasi mengenai cara 
perawatan di rumah
21 Menjelaskan informasi mengenai cara 
pemberian obat
22 Menjelaskan informasi mengenai cara 
pencegahan penyakit dan infeksi
23 Menjelaskan informasi mengenai 
program pengobatan lanjutan

71
24 Menjelaskan informasi mengenai nutrisi 
yang sesuai dengan program diet
25 Menjelaskan informasi mengenai 
aktivitas dan istirahat
26 Menjelaskan informasi mengenai 
control waktu, tempat, cara control,
persiapan control
E. Fase Terminasi
27 Menyimpulkan hasil kegiatan 
28 Member pujian positif 
29 Merencanakan tindak lanjut kepada 
pasien
30 Melakukan kontrak selanjutnya 
31 Mengakhiri pertemuan dengan cara 
yang baik dan tersenyum
Jumlah
26 5
Total 16,
83,9 1
Sumber Data : wawancara dan observasi tanggal 6-8 Maret 2017
Pelaksanaan discharge planning di Ruang Mawar tahun 2017 sudah berjalan
dengan baik 83,9%.

6. Pasien safety/pencegahan risiko jatuh


Dalam pelaksanaan patient safety dirumah sakit, kejadian pasien
jatuh merupakan salah satu indikator berjalan atau tidaknya
pelaksanaan program ini. Menurut Miake Lye at al (2013) dalam
Nationale Database of Nursing Quality Indicators
mendefiniskan jatuh sebagai “an unplanned descent to the floor
with or without injury” sedangkan menurut World Health
Organization (WHO) jatuh adalah “an event wich result in a
person coming to rest inadvertently on the ground or floor or
same lower lever”
Upaya penanggulangan kejadian pasien jatuh dirumah sakit
mendapatkan perhatian khusus dalam akreditasi
internasional,.Hal ini seperti disebutkan dalam tujuan
keselamatan pasien internasional khususnya sasaran ke enam
yang menyebutkan bahwa sebagian cidera pada pasien rawat

72
inap terjadi karena jatuh.Dalam hal ini rumah sakit harus
melakukan evaluasi resiko pasien terhadap jatuh dan segera
bertindak untuk mengurangi resiko cidera akibat jatuh.Rumah
sakit menetapkan program mengurangi resiko jatuh berdasarkan
kebijakan dan prosedur yang tepat.Pendidikan pada pasien,
penilaian resiko jatuh, pemberian tanda beresiko pada tempat
tidur pasien, monitoring keadaan pasien dan pelatihan pada staf
merupakan tindakan yang efektif dalam mencegah kejadian
jatuh.
Berdasarkan pengkajian dari hasil wawancara didapatkan data
bahwa dalam tribulan I tahun 2015 ini tidak ada kejadian pasien
jatuh, disebutkan juga semua tempat tidur pasien sudah ada
pengaman, didalam kamar mandi juga sudah ada pegangan,
namun alat untuk melakukan pengkajian risiko jatuh belum
tersedia. Berikut hasil kajian resiko jatuh diRuang Mawar
RSUD Muntilan
Tabel …
Ceklist Implementasi Pengelolaan Resiko Jatuh Di Ruang Mawar Tahun
2017
Penilaian
No Uraian
Ya Tidak
1 Apakah sudah tersedia formulir pengkajian resiko jatuh? 
2 Apakah perawat sudah memberikan tanda pada pasien 
dengan resiko jatuh?
3 Apakah perawat memberikan edukasi kepada keluarga 
terkait resiko jatuh?
4 Apakah sudah terpasang pengaman pada masing-masing 
tempat tidur pasien?
5 Apakah perawat sudah mengikuti pelatihan pasien 
safety?
Total 4 1
Prosentase (%) 80 20
Dari tabel diatas menggambarkan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan resiko
jatuh pada pasien baru berjalan 80%, termasuk dalam kategori baik.

d. Money
1) Kajian Teori

73
Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan
jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis. Sebagian besar
rumah sakit masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih
sangat memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena
keterbatasan sumber daya baik sumber daya finansial maupun
sumber daya non finansial. Tuntutan peningkatan kualitas jasa
layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak sedikit.
Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah sakit harus
dibarengi dengan profesionalismme dalam pengelolaannya.
Perkembangan rumah sakit baik dari aspek manajemen maupin
operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari
lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan
eksternal antara lain adalah dari para stakeholder bahwa rumah
sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan
berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak internal
antara lain adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya
merupakan masalah kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai
pihak yaiyu mekanisme pasar. Sumber pembiayaan kesehatan
berasal dari:
a) Pendapatan pajak secara umum
- Defisit finansial (pinjaman dari luar negeri)
- Pendapatan pajak finansial
b) Asuransi sosial
Berdasarkan alokasi atau pengelolaan anggaran, pembiayaan
kesehatan berasal dari:
- Pemerintah pusat
- Pemerintah daerah tingkat I
- Pemerintah daerah tingkat I
c) Departemen kesehatan
Sumber dana yang ada:
- APBN – DIP (Daftar Isian Proyek)

74
- APBN – DIK (Daftar Isian Kegiatan)
- RKAP
- OPRS
- INPRES
d) Non Departemen Kesehatan
e) SDO (Departemen Keuangan)
2) Kajian Data
RSUD Muntilan merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah
Kabupaten Magelang, berdasarkan hasil wawancara sumber
berupa dana berasal dari:
a) APBN untuk kegiatan perbelanjaan alat-alat kesehatan dan
pembangunan fisik
b) Bantuan Gubernur
c) APBD Kabupaten Magelang untuk kegiatan langsung dan
belanja tidak langsung
d) Cukai rokok
e) BLUD adalah SKPD atau unit kerja pada SKPD di lingkungan
Pemda yang merupakan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD
(PPK-BLUD) dan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.
e. Market
Pasien
1) Kajian Teori
Menurut Depdikbud pengertian pasien adalah orang sakit yang
dirawat oleh seorang dokter, jadi pasien adalah seseorang yang
kondisi badannya tidak pada semestinya atau kurang baik dimana
orang tersebut dirawat oleh seorang dokter. Selain itu untuk
membantu proses pemulihan pasien, diperlukan manajemen
keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup
manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan

75
dan manajemen asuhan keperawatan.Manajemen pelayanan
keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh
bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu
manajemen puncak (kepala bidang keperawatan, manajemen
menegah ( kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah ( kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan
keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
2) Kajian data
(1) Jumlah pasien yang dirawat di Ruang Mawar RSUD Muntilan
selama bulan Oktober 2016 - Desember 2016 dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel. …
Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tribulan IV Tahun 2016
No Bulan Jumlah Prosentase (%)
1 Oktober 93 33
2 Nopember 106 37
3 Desember 85 30
Jumlah 284 100
Sumber Data Rumah Sakit Oktober - Desember 2016

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel … dapat diketahui bahwa distribusi jumlah
pasien di Ruang Mawar RSUD Muntilan selama bulan
Oktober - Desember 2016 yang tertinggi terdapat pada bulan
Nopember 2016, yaitu 106 orang atau 37% dari total jumlah
pasien rawat inap pada triwulan IV dan jumlah pasien
terendah terdapat pada bulan Desember 2016, yaitu 85 orang
dengan prosentase 30%.

(2) Jumlah sepuluh penyakit terbanyak yang terdapat di Ruang


Mawar RSUD muntilan selama bulan Oktober - Desember

76
2016 dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel …..
Distribusi 10 Besar Penyakit Dirawat Di Ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tribulan IV Tahun 2016

No Nama Penyakit Jumlah Prosentase (%)


1 Stroke 66 34
2 Thypoid Fever 35 18
3 Transient Cerebral Ischemic 30 15
4 Dengue Fever 16 8
5 CHF/Decompensasi Cordis 12 6
6 Gastro Enteritis 12 6
7 Dyspepsia - Gastritis 10 5
8 PPOK 6 3
9 Septic Shock 5 3
10 Pneumonia 4 2
Jumlah 196 100
Sumber Data Rumah Sakit Oktober - Desember 2016

Interpretasi Data :
Berdasarkan dari tabel …. dapat diketahui bahwa distribusi 10
penyakit terbanyak di ruang Mawar RSUD Muntilan selama
bulan Oktober - Desember 2016 yang tertinggi adalah Stroke
yang berjumlah 66 penderita dengan prosentase 34% dan
jumlah penyakit terendah adalah Pneumonia sebanyak 4
penyakit dengan prosentase 2%.
(3) Jumlah pasien berdasarkan tempat tinggal yang terdapat di
ruang Mawar RSUD Muntilan selama bulan Oktober -
Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel …..
Distribusi 10 Besar Demografi Pasien Di Ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Bulan Oktober - Desember 2016

No Kecamatan Jumlah Prosentase (%)


1. Borobudur 32 10
2. Dukun 32 10

77
3. Mungkid 48 15
4. Muntilan 58 18
5. Mertoyudan 15 5
6. Ngluwar 26 8
7. Salam 43 13
8. Salaman 18 6
9. Srumbung 23 7
10. Sawangan 24 8
Jumlah 319 100
Sumber Data Rumah Sakit Oktober - Desember
Interpretasi Data :
Berdasarkan dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa distribusi 10
tempat tinggal terbanyak pada pasien di ruang Mawar RSUD
Muntilan selama bulan Oktober -Desember 2016 adalah
Muntilan yang berjumlah 58 dengan prosentase 18% dan
untuk jumlah tempat tinggal terendah adalah Mertoyudan
sebanyak 15 orang, dengan prosentase 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa RSUD Muntilan dipercaya oleh
masyarakat.
1) Jumlah pasien berdasarkan tempat tinggal yang terdapat di
ruang Mawar RSUD Muntilan selama bulan Oktober -
Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel …..
Distribusi Pasien Berdasarkan Kepesertaan Di Ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tribulan IV Tahun 2016
No Bulan Jumlah Prosentase (%)
1. JKN 224 0
2. Umum 56 0
3. Jamkesda 53 0
Jumlah 333 0

Mahasiswa Praktek
1) Kajian Teori

78
Sebagai mahasiswa profesi keperawatan harus dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan
tehnis, dan moral. ……….
2) Kajian data
Tabel ….
Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktek Ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Tribulan IV Tahun 2016
No Institusi Jenjang Jumlah Prosentase
(%)
1 Stikes Muhammadiyah Klaten D-III 6
2 Fikes Muhammadiyah D-III 10
Magelang
3 Profesi Ners Umm Profesi 6
4 Stikes Muhamadiyah Klaten Profesi 11
5 Universitas Aisiyah S-I 8
Yogyakarta
Jumlah 41
Sumber Data Rumah Sakit Tribulan IV Tahun 2016
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.4 Mahasiswa terbanyak yang pernah praktek di
Ruang Mawar adalah Mahasiswa Profesi Stikes Muhammadiyah
Klaten dengan jumlah 11 mahasiswa, sedangkan yang paling sedikit
adalah mahasiswa D-III Stikes Muhammadiyah Klaten dengan jumlah 6
mahasiswa.

2. Pengkajian Proses
a. Visi dan Misi RSUD Muntilan
Visi
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya Di Kabupaten Magelang
dan Sekitarnya
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau
2. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya rumah sakit secara
profesional

79
3. Menyelenggarakan peningkatan ilmu dan keterampilan tenaga
rumah sakit
4. Memberi pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan
5. Menjalin kerjasama yang saling memberi manfaat dengan mitra
kerja
Motto
Sehatmu, Semangat Kerjaku.
Nilai
Keikhlasan, Kejujuran, Kedisiplinan, Kebersamaan dan Kepedulian.
b. Perencanaan Ruangan
Dari hasil wawancara menunjukkan kepala ruang sudah melakukan
perencanaan, program tahunan, hal ini ditunjukkan dengan adanya
softcopy program tersebut tetapi belum dalam bentuk fisik
c. Pengorganisasian ruang Mawar

d. Pengarahan
1) Kajian Teori
Menurut Terry (2008:181), directing atau pengarahan adalah
mengintegrasikan usaha-usaha anggota suatu kelompok
sedemikian rupa, sehingga dengan selesainya tugas-tugas yang di
serahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan-tujuan
individual dan kelompok.
Teknik atau strategi pengarahan yang efektif sebagai berikut:
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil
tindakan efektif
2. Memberikan informasi mengenai lingkungan fisik dan manusia
ditempat bekerja ( untuk pegawai baru)
3. Informasi cara kerja yang baik
4. Menyampaikan kebijakan/keputusan-keputusan pimpinan
perusahaan yang meliputi:
a. Lokasi peralatan dalam organisasi/perusahaan atau pabrik
b. Penentuan tempat/ bagian-bagian

80
c. Perumusan metode kerja
d. Hubungan /kordinasi horizontal di internal perusahaan
e. Saran atau cara membuat dan mengisi format laporan
f. Teknis mengevaluasi kinerja karyawan
Fungsi pengarahan adalah untuk mempengaruhi seseorang supaya
bersedia menjadi pengikut, melunakkan daya resistensi pada
seseorang, untuk membuat orang menyukai tugas serta mengerjakan
dengan baik, untuk mendapatkan serta memelihara dan memupuk
kesetiaan , kesayangan, kecintaan pada pemimpin, tugas serta
organisasi tempat mereka bekerja, untuk menanamkan, memupuk
serta memelihara rasa tanggung jawab dengan penuh pada seseorang.
1. Motivasi
Manajer memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut,
manajer harus mempertimbangkan keunikan/karakteristik stafnya dan
berusaha untuk memberikan tugas sebagai suatu strategi dalam
memotivasi staf.

CEK LIST KEGIATAN MOTIVASI KEPALA RUANG MAWAR

Kadang- Tidak
No Kegiatan Selalu Sering
kadang pernah
Mempunyai harapan yang jelas terhadap
1 stafnya dan mengomunikasikan harapan
tersebut kepada para staf
Harus adil dan konsisten terhadap semua
2
staf/karyawan
Pengambilan keputusan harus tepat dan
3
sesuai
4
Mengembangkan konsep kerja tim
Mengakomodasikan kebutuhan dan
5
keinginan staf terhadap tujuan organisasi
Menunjukkan kepada staf bahwa Anda
memahami perbedaan-perbedaan dan
6
keunikan dari masing-masing staf

81
Menghindarkan adanya suatu
7
kelompok/perbedaan antar staf
Memberikan kesempatan kepada staf untuk
menyelesaikan tugasnya dan melakukan
suatu tantangan-tantangan yang akan
8
memberikan pengalaman yang bermakna
Meminta tanggapan dan masukan kepada
staf terhadap keputusan yang akan dibuat di
9
organisasi
Memastikan bahwa staf mengetahui
dampak dari keputusan dan tindakan yang
10
akan dilakukannya
Memberi kesempatan setiap orang untuk
mengambil keputusan sesuai tugas limpah
11
yang diberikan
Menciptakan situasi saling percaya dan
12
kekeluargaan dengan staf
Memberikan kesempatan kepada staf untuk
melakukan koreksi dan pengawasan
13
terhadap tugas
14
Menjadi role model bagi staf
15
Memberikan dukungan yang positif
Jumlah
Sub total
Total

2. Manajemen Konflik
Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai
masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau
lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu
kejadian, konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses,
konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan oleh dua orang atau kelompok, di mana setiap orang atau
kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak
lawan. Sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan,

82
komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana,
perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang membingungkan.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap
tatanan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, manajer harus
mempunyai dua asumsi dasar tentang konflik. Asumsi dasar yang
pertama adalah konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari
dalam suatu organisasi. Asumsi yang kedua adalah jika konflik dapat
dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan suatu penyelesaian
yang kreatif dan berkualitas, sehingga berdampak terhadap
peningkatan dan pengembangan produksi. Di sini, peran manajer
sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer berusaha
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan
yang produktif.. Jika konflik mengarah ke suatu yang menghambat,
maka manajer harus mengidentifikasi sejak awal dan secara aktif
melakukan intervensi supaya tidak berefek pada produktivitas dan
motivasi kerja. Belajar menangani konflik secara konstruktif dengan
menekankan pada win-win solution merupakan keterampilan kritis
dalam suatu manajemen.
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
1. Keterbatasan sumber daya
2. Perbedaan tujuan
3. Ketidakjelasan peran
4. Hubungan dalam pekerjaan
5. Perbedaan antar individu
6. Masalah organisasi
7. Masalah dalam komunikasi
Kategori Konflik
Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan horizontal
(Marquis dan Huston, 1998). Konflik vertikal terjadi antara atasan dan
bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan
kedudukan yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang,

83
keahlian, dan praktik.
Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik
intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok.
1. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari
konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat
dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa
mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi
keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada
pasien.
2. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana
nilai, tujuan, dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi
karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain,
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering
mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan
bawahannya.
3. Konflik Antar kelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau
organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam
mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbatasan prasarana.
Langkah-Langkah
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu
konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan intervensi.
1. Pengkajian
a. Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang
diperlukan, setelah dilakukan pengumpulan fakta dan
memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih
mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-

84
masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.
b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi.
Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu
penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2. Identifikasi
a. Mengelola perasaan
Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang
mempunyai respons yang berbeda terhadap kata-kata,
ekspresi, dan tindakan
3. Intervensi
a. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan
dengan baik. Selanjutnya identifikasi hasil yang positif
yang akan terjadi.
b. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik.
Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang
berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.
Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik
1. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.
2. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan
perasaan.
3. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan
saksama.
4. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari
solusi yang terbaik dan gali konsekuensi dari keputusan
yang akan dibuat.
5. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.

85
6. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.

Beberapa Strategi Penyelesaian Konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam
macam :
1. Kompromi atau negosiasi.
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang
terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan
bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai
lose-lose situation. Kedua pihak yang terlibat saling
menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh
middle dan top manajer keperawatan.
2. Kompetisi.
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation.
Penyelesaian ini menekankan hanya ada satu orang atau
kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang
kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan,
putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa
mendatang.
3. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative
situation. Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada
strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain
untuk menang. Pada strategi ini, masalah utama yang
terjadi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan
berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada

86
strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya
mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh
kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan
pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat dipergunakan
pada konflik yang besar, misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini
menyadari tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih
untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.
Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan
membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih
besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan
dengan sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam
kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan
bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
Oleh karena keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan bisa
berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi
tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai
kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak
adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang
(Bowditch dan Buono, 1994).
e. Pengawasan
1) Kajian Teori
Supervisi Keperawatan
a) Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya
adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama

87
(Huber, 2000). Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
b) Tujuan
Supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan.
dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
c) Prinsip
1) Supervisi dilakukan dengan struktur organisasi
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
3) Fungsi supervisi di uraikan dengan jelas, teroganisir dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan
standar
4) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis
antara supervisor dan perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah tujuan dan rencana
yang spesifik
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efaktif, kreatifitas dan motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang mempberi kepuasan
klien, dan manajer.
d) Perawat Pelaksana
1) Kepala ruang
- Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang perawatan
- Merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di RS

88
- Mengawasi perawat pelaksanan dalam melaksanakan
pratek keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan
yang didelegasikan
2) Pengawasan keperawatan, bertanggungjawab dalam
supervisi pelayanan kepada kepala ruang yang ada di
instalasinya
Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam
melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat
secara tidak langsung.
2) Kajian Data
Tabel ….
Pengkajian Supervisi Kepala Ruang di Ruang Mawar
SUPERVISI
No Aspek yang Dinilai Skor
4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal V
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi V
yang dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor V
maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi V
supervisi kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai V
dengan materi supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf V
dan memberikan reinfrocement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja V
yang perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role V
model bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut V
supervisi yang telah dilaksanakan

89
10 Supervisor memberikan reinforcement V
terhadap pencapaian keseluruhan staf
Sub Total
Total

Nilai = 10 X 100 Nilai : 10


Petunjuk :
4 Jika Anda Selalu mengerjakan isi pernyataan
3 jika Anda Sering mengerjakan isi pernyataan
2 jika Anda Kadang-kadang mengerjakan isi pernyataan
1 jika Anda Tidak pernah mengerjakan isi pernyataan

Interpretasi data:
Supervisi belum terlaksana secara terstruktur dan terjadwal, hanya
dilakukan secara spontan bersifat observasi dan tidak tercatat
Kepala Seksi Keperawatan
Kepala seksi keperawatan mengawasi instalasi dalam
melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara
tidak langsung.
Tabel
Pengkajian Supervisi kepala ruang di Mawar
SUPERVISI
No Aspek yang Dinilai Skor
4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal V
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang V
dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor V
maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi V
kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan V

90
materi supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf V
dan memberikan reinfrocement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja V
yang perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model V
bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi V
yang telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement V
terhadap pencapaian keseluruhan staf
Sub Total
Total

Nilai = 10 X 100 Nilai : 10


Petunjuk :
4 Jika Anda Selalu mengerjakan isi pernyataan
3 jika Anda Sering mengerjakan isi pernyataan
2 jika Anda Kadang-kadang mengerjakan isi pernyataan
1 jika Anda Tidak pernah mengerjakan isi pernyataan

Analisa data:
Supervisi belum terlaksana secara terstruktur dan terjadwal, hanya
dilakukan secara spontan bersifat observasi dan tidak tercatat

f. Pengendalian
1) Kajian Teori
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur presasi
kerja
2) Pengertian
Penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai adalah merupakan
proses kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat

91
pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (perfomance
appraisal) seorang pegawai. Dilingkungan PNS dikenal
dengan DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang
diatur dalam PP 10 Tahun 1979.
3) Manfaat
Untuk menetapkan pengembangan karier atau promosi
- Untuk menentukan training
- Untuk menentukan standar penggajian
- Untuk menentukan mutasi atau perpindahan pegawai
- Meningkatkan produktivitas & tanggung jawab karyawan
- Meningkatkan motivasi pegawai
- Menghindari pilih kasih
- Mengukur keberhasilan kepemimpinan seseorang
4) Penilaian perlaku kerja meliputi:
- Orientasi Pelayanan;
- Integritas;
- Komitmen;
- Disiplin;
- Kerjasama; dan
- Kepemimpinan.
Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil (SKP) yang telah
disusun dan disetujui bersama antara atasan langsung
dengan PNS yang bersangkutan, ditetapkan sebagai kontrak
prestasi kerja, selanjutnya pada akhir tahun SKP tersebut
digunakan sebagai standar/ ukuran penilaian prestasi kerja.
Penilaian prestasi kerja berdasarkan SKP ini bersifat
obyektif, terukur, akuntabel, partisipatif dan transparan.
b. Pengukuran prestasi kerja di lakukan 1 tahun sekali
Setiap PNS wajib menyusun SKP sebagai rancangan
pelaksanaan kegiatan tugas jabatan sesuai dengan rincian tugas,

92
tanggung jawab dan wewenangnya sesuai dengan struktur dan
tata kerja organisasi.
SKP disusun dan ditetapkan sebagai rencana operasional
pelaksanaan tugas jabatan dengan mengacu pada Renstra dan
Renja.
SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh
pejabat penilai. SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari
dan digunakan sebagai dasar penilaian prestasi kerja. Awal
tahun pegawai menentukan target sasaran kinerja pegawai,
sedangkan di akhir tahun atasan langsung melakukan penilian
c. Standar prestasi kerja
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
a) Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja
terhadap setiap PNS dilingkungannya.
b) Pejabat Pembina Kepegawaian sebagai pejabat penilai
dan/atau atasan pejabat penilai yang tertinggi.
c) Pejabat penilai dalam melakukan penilaian perilaku PNS
wajib mempertimbangkan masukan dari pejabat penilai lain
yang setingkat dilingkungannya.
d) Penilaian dilakukan setiap akhir bulan Desember tahun ybs
atau paling lambat akhir Januari tahun berikutnya.
e) Hasil Penilaian Prestasi Kerja diberikan kepada PNS ybs.
Penilaian prestasi kerja dilakukan oleh kepala ruang tiap akhir
tahun, dan tiap awal tahun setiap pegawai merencanakan target
capaian yang akan dicapai, bagi tenaga dengan status BLUD
juga menggunakan format yang sama dan telah terlaksana
100%.
2) Kajian Data

d. Pengkajian Output
a. Tingkat kepuasan pelanggan/pasien
1) Kajian teori

93
2) Kajian data
2) Tingkat kepuasan pelanggan

Tabel….
Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan
No Kriteria Ya % Tidak %
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan 4 100 0 0
diri?
2 Apakah perawat melarang anda / 3 75 1 25
pengunjung merokok diruangan?
3 Apakah perawat selalu menanyakan 4 100 0 0
bagaimana nafsu makan pasien?
4 Apakah perawat pernah menanyakan 2 50 2 50
pantangan makanan anda/keluarga anda?
5 Apakah perawat memperhatikan berapa 4 100 0 0
jumlah diet yang dimakan oleh pasien?
6 Bila pasien tidak mampu makan sendiri, 1 25 3 75
apakah perawat membantu menyuapi?
7 Pada saat pasien dipasang infus, apakah 4 100 0 0
perawat selalu memeriksa cairan atau
tetesan dan area sekitar pemasangan
infuse?
8 Bila pasien mengalami kesulitan buang 3 75 1 25
air besar, apakah perawat menganjurkan
makan buah, sayur, minum yang cukup
dan banyak bergerak?
9 Pada saat perawat membantu pasien 4 100 0 0
BAK/BAB, apakah perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela,
mempersilakan pengunjng keluar
ruangan?
10 Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga 4 100 0 0
kebersihannya?
11 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu 4 100 0 0
bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup
terang?
12 Selama pasien belum mampu mandi, 1 25 3 75
apakah dimandikan oleh perawat?
13 Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila 2 50 2 50
tidak mampu menggosok gigi,
membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
14 Apakah alat – alat tenun seperti selimut, 4 100 0 0
sprei dll diganti setiap kotor?
15 Apakah perawat pernah memberikan 4 100 0 0

94
penjelasan akibat dari: kurang bergerak,
berbaring terlalu lama?
16 Pada saat pasien masuk ruangan, apakah 4 100 0 0
perawat menjelaskan tentang fasilitas
yang tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?
17 Selama pasien dalam perawatan, apakah 3 75 1 25
perawat memanggil nama pasien dengan
benar?
18 Selama pasien dalam perawatan, apakah 4 100 0 0
perawat mengawasi keadaan pasien
secara teratur pada pagi, sore maupun
malam hari?
19 Selama pasien dalam perawatan, apakah 4 100 0 0
perawat segera memberi bantuan bila
diperlukan?
20 Apakah perawat bersikap sopan dan 4 100 0 0
ramah?
21 Apakah pasien/keluarga mengetahui 3 75 1 25
perawat yang bertanggung jawab setiap
kali pergantian dinas?
22 Apakah perawat selalu memberikan 4 100 0 0
penjelasan sebelum melakukan tindakan
perawatan/pengobatan?
23 Apakah perawat selalu bersedia 3 75 1 25
mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan pasien?
24 Dalam hal memberikan obat, apakah 2 50 2 50
perawat membantu menyiapkan/
meminumkan obat?
25 Selama pasien dirawat, apakah diberikan 4 100 0 0
penjelasan tentang perawatan/
pengobatan/ pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang?
Sub total 83 83 17 17

Analisa data:
Tingkat kepuasan yang di capai di ruang Mawar 83% kategori
puas, dan 17% yang mengatakan kurang puas

Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Mawar


RSUD tribulan IV Tahun 2016 sebesar 79,2%
Interpretasi Penilaian Instrumen B :76% -100% = Baik
b. Tingkat kepuasan perawat

95
1) Kajian teori
Menurut Mc.Gregor dalam Nursalam (2012) kepuasan kerja
karyawan dapat diukur dengan pengaplikasian ilmu yang
diperoleh.Kepuasan berhubungan dengan motivasi. Kepuasan
kerja sebagai sikap umum individu pada pekerjaannya, selisih
antara banyaknya ganjaran yang diterima soerang pekerja dengan
banyaknya yang pekerja yakini seharusnya diterima (Robbins,
2003). Kesuksesan ”mentorship” berkaitan erat dengan
perkembangan karier yang cepat, pendidikan yang lebih baik,
dan peningkatan kepuasan kerja. Penelitian terhadap perawat
ditemukan bahwa perawat yang mempunyai mentor (disiplin,
bekerja keras, dedikasi tinggi, mandiri, jujur, dan tekun) lebih
puas akan pekerjaannya daripada perawat yang tidak mempunyai
mentor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari
kondisi sebenarnya adalah:
1. Kompensasi: Sikap pekerja terhadap pembayaran yang
diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan lain
baik di dalam maupun di luar organisasi tempat ia bekerja.
2. Supervisi: Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan
diwaktu memberikan bimbingan
3. Pekerjaan itu sendiri: Signifikansi pekerjaan, umpan balik dari
pekerjaan itu sendiri.
4. Rekan sekerja : Perilaku rekan sekerja terhadap individu
pekerja yang lain.
5. Keamanan Kerja: Kepuasan pekerja dalam menduduki
pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji, pinjaman,
hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari depannya.
2) Kajian Data
Dari bagian kepegawaian belum pernah melakukan pengkajian
kepuasan perawat di ruang Mawar. Mahasiswa manajemen
keperawatan melakukan pengkajian tingkat kepuasan perawat
dengan menggunakan instrumen tingkat kepuasan perawat,

96
didapatkan hasil pada tabel dibawah ini :
Tabel
Tingkat Kepuasan Perawat Ruang Mawar RSUD Muntilan
Tahun 2017
Observasi
No Variabel yang dinilai STP TP CP P SP
1. Apakah anda puas dengan sistem
penggajian yang dilakukan institusi 1 3 6
tempat saudara bekerja

2. Apakah anda puas dengan perhatian


4 2 4
yang diberikan institusi terhadap saudara

3. Apakah anda puas dengan kesempatan


yang diberikan dalam melakukan
2 8
pekerjaan yang berbeda dari waktu ke
waktu

4. Apakah anda puas dengan dukungan


profesi lain dalam memberikan 1 2 2 5
pelayanan fokus pada pasien

5. Apakah anda merasa puas dengan


dukungan dan kelengkapan peralatan 8 2
dalam melaksanakan pekerjaan

6. Apakah anda merasa puas dengan


adanya jaminan atas kesehatan dan 4 1 5
keselamatan anda

7. Apakah anda merasa puas dengan


kesempatan yang diberikan dalam 3 2 5
melakukan sesuatu untuk orang lain.

8. Apakah anda merasa puas dengan


kesempatan untuk memberikan pendapat 2 1 7
kepada orang lain

9. Apakah anda merasa puas dengan


kesempatan untuk melakukan sesuatu
3 6 1
yang dapat mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan anda

10. Apakah anda merasa puas dengan


3 4 3
penerapan kebijakan RS

11. Apakah anda merasa puas dengan uang 2 6 2


jasa pelayanan yang anda terima di

97
bandingkan dengan pekerjaan anda

12. Apakah anda merasa puas dengan


kesempatan yang diberikan untuk 4 2 3
mengembangkan karir/pekerjaan

Apakah anda merasa puas dengan


13. kebebasan yang diberikan untuk
2 4 4
memutuskan sesuatu yang mendukung
pelayanan

14. Apakah anda merasa puas dengan


2 2 6
kesempatan partisipasi di institusi anda

15. Apakah anda merasa puas dengan situasi


1 6 3
lingkungan pekerjaan anda

16. Apakah anda merasa mudah komunikasi


dan mudah menyalurkan pendapat 3 4 3
kepada atasan anda

17. Apakah anda merasa puas dengan


penghargaan dari atasan yang anda 3 5 2
terima.

18. Apakah anda merasa di beri kesempatan


meningkatkan kemampuan kerja melalui 2 7 1
pelatihan atau pendidikan tambahan.

19. Apakah anda merasa sudah di terapkan


punishme dan reward yang adil dari 2 5 2 1
atasan/ institusi anda

20. Apakah anda merasa puas dengan


fasilitas pendukung seperti: beribadah,
2 6 1 1
berolahraga, kamar mandi, tempat parkir
dan gizi karyawan dll.

Jumlah 7 55 61 75 1

Prosentase

c. Efisiensi Ruang Rawat


1) Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi empat indikator mutu pelayanan

98
kesehatan rumah sakit yang meliputi:
1. BOR (Bed Occupancy Rate= Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “ratio of patient service
days to inpatient bed count days in a period under consideration
“. Sedangkan menurut DepKes RI (2005) BOR adalah
Presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu .
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai Parameter BOR
yang ideal adalah antara 60% - 85%. (Dep Kes RI 2015)
Rumus:

BOR= (Jumlah hari perawatan Rumah Sakit )


(Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam 1
periode)

2. AVLOS (Average Legth Of Stay = Rata-rata lamanya pasien


dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “ The average
hostitalization stay of inpatien discarged during the period under
consideration”. AVLOS menurut Dep Kes RI 2005 adalah rata-
rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi , juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apa bila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut .Secara umum nialai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Dep Kes 2005).
Rumus:

AVLOS= (jumlah lama dirawat)


( jumlah pasien keluar (hidup+mati))

3. TOI (Turn over Interval= Tenggang Perputaran)

99
TOI menurut Dep Kes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi kesaat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus:
TOI = ((Jumlah tempat tidur X periode) – Hari perawatan ))
(Jumlah keluar (hidup+mati))

4. BTO ( Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “ … the net effect of
changet in occupancy rate and lengght of stay “. BTO menurut
Dep Kes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
1 periode , beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu . Idealnya dalam 1 tahun , 1 tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali .

Rumus :
BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup+mati)
Jumlah tempat tidur

5. NDR ( Net Death Rate)

NDR menurut Dep Kes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam


setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator
ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :

NDR = (jumlah pasien mati > 48 jam) X 1000 %0


( Jumlah pasien keluar (hidup+mati))

100
2) Kajian Data

Interpretasi Data
1. BOR (Bed Occupacy Rate) di ruang Mawar RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang tahun 2016 rata-rata 73,5% dengan
demikian belum sesuai standar nasional BOR untuk RSU dalam
jangka 1 tahun adalah 75-85%.
2. LOS (Length of Stay) pasien yang dirawat di ruang Mawar
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang sebesar 5.1 hari lama
rata-rata hari perawatan dibawah standar nasional. Hal ini
menunjukkan perawatan pasien di ruang Mawar sesuai dengan
standar nasional yaitu 7-10 hari, hal ini menunjukan perawatan
baik.
3. TOI (Turn Over Internal) di ruang Mawar sebesar 2.02 atau 2
hari, dengan demikian waktu rata-rata tempat tidur kosong
sesuai dengan standar nasional/dibawah standar yaitu 1-3
termasuk baik .
4. BTO (Bed Turn Over) di ruang Mawar RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang sebesar 54,0 kali. Hal ini menunjukkan
bahwa pergantian tempat tidur di ruang Mawar dalam rentang
….. dalam standar nasional pergantian tempat tidur yaitu 4 - 45
kali, termasuk …..
5. NDR

101
102

You might also like