Professional Documents
Culture Documents
*Email: yana_zahara@yahoo.co.id
Abstrak
Kinerja perawat berpengaruh langsung terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor motivasi kerja
dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit X. Penelitian menggunakan proportionate random
sampling yang telah memenuhi kriteria inklusi, yaitu 100 perawat pelaksana Rumah Sakit X. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada tiga subvariabel motivasi kerja yang ada hubungan signifikan dengan kinerja perawat yaitu: hubungan
interpersonal (OR= 4,345), supervisi (OR= 72,952) dan penghasilan/gaji (OR= 7,304). Sedangkan variabel karakteristik
individu menunjukkan dua variabel yang ada hubungan signifikan dengan kinerja adalah pendidikan perawat pelaksana (OR
= 7,567) dan umur (OR= 25,948). Adapun subvariabel yang dominan berhubungan dengan kinerja perawat adalah supervisi
(OR= 72,952), setelah dikontrol variabel umur, penghasilan/gaji dan tingkat pendidikan. Peningkatan supervisi oleh kepala
ruangan, komite keperawatan, dan bagian keperawatan perlu untuk ditingkatkan, dengan cara pendekatan struktur organisasi
agar dapat memotivasi kinerja perawat pelaksana.
Kata kunci: faktor-faktor motivasi kerja, kinerja perawat
Abstract
Performance of nurses directly affect to quality health care. Staff nurse is a contribution worker directly to the quality of the
services for the client. The work motivation factor is one of factors which influence the work of nurse. This research is a descriptive
quantitative by a cross sectional design which aiming to know relationship between the work motivation factors with staff nurse
performance inpatient wards in Hospital X. Research used a proportionate random sampling which fulfilled an inclusion criterion;
it was almost 100 staff nurse at inpatient wards in Hospital X. This research result indicated three sub variables of work motivation
which related significantly by nurse performance including interpersonal relation (OR= 4.345), supervision (OR= 72.952) and
incomes or salary (OR=7.304). While individual characteristic variable indicated two variables which related significantly by
performance is education of staff nurse (OR= 7.567) and age (OR= 25.948). There are dominant sub variable connected with staff
nurse performance is supervision (OR= 72.952), after it was controlled by variables of age, incomes or salary and education level.
Increase of supervision by head nurse, nursing committee, and nursing section need to be improved, with the approach of
organizational structure in order to motivate the performance of nurses.
Analisis bivariat
dilakukan untuk
mengetahui hubungan
masing-masing
variabel independen
dan variable
confounding dengan
variabel dependen
menggunakan uji Chi-
square. Analisis
multivariat untuk
mengetahui
subvariabel
independen dan
variable confounding
dengan variabel
dependen (kinerja
perawat). Uji statistik
yaitu menggunakan
Faktor motivasi kerja: Supervisi, penghasilan, & hubungan interpersonal mempengaruhi kinerja (Yana Zahara, Ratna Sitorus, Luknis Sabri) 75
Umur
a. = 34 tahun 74 74%
b. < 34 tahun 26 26%
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 17 17%
b. Perempuan 83 83%
Status Perkawinan
a. Menikah 83 83%
b. Belum Menikah 17 17%
Pendidikan
a. SPK 19 19%
b. D III Kep/S1 Kep 81 81%
Lama Kerja
a. > 11 tahun 65 65%
b. < 11 tahun 35 35%
hubungan bahwa perawat
< 34 tahun. Jenis interpersonal harmonis yang pelaksana yang
kelamin perawat 83% kinerjanya baik, lebih mempersepsikan
perempuan dan 17% besar dari yang supervisi yang baik
laki-laki, sedangkan mempersepsikan berpeluang
status perkawinan hubungan
83% sudah menikah interpersonal kurang
dan 17% belum harmonis (40,0%).
menikah. Tingkat Hasil uji statistik
pendidikan perawat menyimpulkan adanya
yaitu 81% DIII/ S1 hubungan yang
Keperawatan dan 19% bermakna antara
SPK. Lama kerja hubungan
perawat rerata 11 interpersonal dengan
tahun, dengan 65% kinerja (p= 0,001; α=
lama kerja > 11 tahun 0,05). Hasil analisis
dan 35% lama kerja < menunjukkan bahwa
11 tahun (lihat tabel perawat yang
1).
mempersepsikan
Motivasi Kerja dan hubungan
Kinerja Perawat interpersonal yang
harmonis berpeluang
Hasil penelitian berkinerja baik 4,345
menunjukkan bahwa kali dibanding
59% perawat perawat yang
pelaksana memiliki memiliki hubungan
motivasi kerja yang interpersonal yang
baik, sedangkan 41% kurang harmonis
memiliki motivasi (OR= 4,345; 95% CI :
kerja kurang. Selain 1,820-10,369).
itu, hasil
menunjukkan bahwa Hasil penelitian
61% perawat menunjukkan 85,9%
pelaksana memiliki perawat
kinerja baik, mempersepsikan
sedangkan 39% supervisi baik yang
memiliki kinerja kinerjanya baik lebih
kurang (tabel 2). besar daripada yang
mempersepsikan
Hubungan Faktor- supervisi kurang
Faktor Motivasi (16,6%). Hasil dari uji
statistik menunjukkan
Kerja dengan
bahwa ada perbedaan
Kinerja Perawat
kinerja perawat antara
Tabel 3 menunjukkan yang mempersepsikan
73,4% perawat supervisi baik dan
pelaksana yang supervisi kurang (p=
mempersepsikan 0,000; α= 0,05). Hasil
juga menunjukkan
76 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 73-82
berkinerja baik 30,556 kali dibandingkan yang tidak ada hubungan yang bermakna dengan
mempersepsikan supervisi kurang (OR= 30,556; kinerja (p= 0,227; α= 0,05).
95% CI : 9,923-94,090).
Hasil penelitian menunjukkan 83,3% perawat yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar mempersepsikan penghasilan/gaji yang mencukupi
62,1% perawat yang mempersepsikan kebijakan dengan kinerjanya baik lebih besar daripada yang
administrasi kondusif dengan kinerjanya baik lebih mempersepsikan penghasilan/gaji tidak mencukupi
besar daripada yang mempersepsikan kebijakan (40,3%). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa
administrasi tidak kondusif (57,6%). Hasil uji ada hubungan yang bermakna antara penghasilan/
statistik diperoleh bahwa kebijakan administrasi gaji dengan kinerja perawat (p= 0,000; α= 0,05).
tidak ada hubungan yang bermakna dengan kinerja Hasil juga menunjukkan bahwa perawat yang
(p= 0,430; α= 0,05). Selain itu, hasil menunjukkan mempersepsikan penghasilan/gaji yang mencukupi
bahwa sebesar 63,6% perawat mempersepsikan mempunyai peluang berkinerja baik sebesar 7,381
kondisi kerja kondusif, sedangkan sebesar 52,1% kali dibandingkan dengan yang mempersepsikan
yang mempersepsikan kondisi kerja tidak kondusif. penghasilan/gaji tidak mencukupi (OR= 7,381;
Hasil uji statistik didapatkan bahwa kondisi kerja 95% CI : 2,664-18,890).
Tabel 2. Distribusi Perawat Berdasarkan Motivasi Kerja, Kinerja, dan Faktor-faktor Motivasi
Motivasi Kerja
a. Baik 59 59
b. Kurang 41 41
Kinerja
a. Baik 61 61
b. Kurang 39 39
Supervisi
a. Baik 64 64
b. Kurang 36 36
Kebijakan administrasi
a. Lengkap 74 74
b. Kurang lengkap 26 26
Kondisi kerja
a. Kondusif 77 77
b. Kurang kondusif 23 23
Penghasilan/gaji
a. Mencukupi 48 48
b. Kurang mencukupi 52 52
Faktor motivasi kerja: Supervisi, penghasilan, & hubungan interpersonal mempengaruhi kinerja (Yana Zahara, Ratna Sitorus, Luknis Sabri) 77
analisis menunjukkan
Hasil penelitian ini bahwa perawat
Hubungan menunjukkan bahwa dengan supervisi yang Pembahasan
Karakteristik sebesar 66,6% baik akan berpeluang Hubungan
Individu dengan perawat dengan latar memiliki kinerja yang
Karakteristik
Kinerja Perawat belakang pendidikan baik 72,952 kali
Individu dengan
Tabel 4 menunjukkan DIII/S1 Keperawatan dibanding dengan
yang kinerjanya baik, perawat yang Kinerja
sebesar 72,6%
lebih besar supervisi kurang baik Hasil penelitian
perawat berumur >
dibandingkan dengan (OR= 72,952). menunjukkan bahwa
34 tahun kinerjanya
yang berpendidikan perawat yang berumur
baik, lebih besar
SPK/SPR (36,6%). > 34 tahun berpeluang
dibandingkan dengan
Hasil uji statistik berkinerja baik 25,848
yang berumur < 34
didapatkan bahwa kali dibanding dengan
tahun (71,4%). Hasil
terdapat hubungan perawat umur < 34
uji statistik
yang bermakna tahun. Hal ini sesuai
disimpulkan bahwa
antara pendidikan pendapat Wursanto
umur tidak ada
dengan kinerja (p= (2003), bahwa
hubungan dengan
0,017; α= 0,05). produktifitas akan
kinerja (p= 0,059; α=
meningkat antara umur
0,05). Hasil juga
Hasil menunjukkan 20 – 45 tahun. Siagian
menunjukkan bahwa
perawat (2005) menjelaskan
62,6% perawat
berpendidikan DIII/ umur berkaitan erat
pelaksana perempuan
S1 Keperawatan dengan kedewasaan
kinerjanya baik, lebih
berpeluang berkinerja atau maturitas
besar dibandingkan
baik 3,429 kali seseorang, bahwa
dengan perawat laki-
dibandingkan yang semakin tinggi umur
laki (52,9%).
berpendidikan seseorang, kedewasaan
Hasil uji statistik SPK/SPR (OR 3,429; teknis, dan
dapat disimpulkan 95% CI : 1,211- psikologisnya juga
bahwa jenis kelamin 9,704). Hasil semakin tinggi.
tidak ada hubungan penelitian Menurut Gibson (1987,
dengan kinerja (p= menunjukkan 61,5% dalam Ilyas, 2002),
0,314; α= 0,05). perawat dengan lama bahwa umur
Selain itu, hasil kerja > 11 tahun mempengaruhi kinerja
menunjukkan bahwa kinerjanya baik, lebih individu.
sebesar 61,4% besar dibanding
dengan lama kerja < Hasil penelitian
perawat pelaksana
11 tahun (60,0%). menunjukkan perawat
yang sudah menikah
Hasil uji statistik pelaksana perempuan
dengan kinerjanya
menyimpulkan bahwa kinerja baik lebih
baik, lebih besar
lama kerja tidak besar dibanding laki-
dibanding dengan
berhubungan dengan laki. Sesuai dengan
yang belum menikah
kinerja (p= 0,524; α= penelitian Nurhaeni
(58,8%). Hasil uji
0,05). Tabel 4 (2001) terhadap
statistik menunjukkan
menunjukkan bahwa perawat menunjukkan
status perkawinan
supervisi merupakan secara proporsional
tidak ada hubungan
faktor yang paling bahwa perawat
dengan kinerja (p=
dominan berhubungan perempuan kinerjanya
0,321;
dengan kinerja. Hasil lebih baik dibanding
α= 0,05).
laki-laki. Selain itu, lebih berharga dan
hasil didapatkan jenis penting. Situasi
kelamin tidak ada tersebut dapat
hubungan bermakna meningkatkan
dengan kinerja. motivasi kerja dan
Hipotesis penelitian akhirnya
tidak terbukti, analisis mempengaruhi tingkat
ini sejalan dengan keberhasilan kerja.
hasil riset oleh
Pada penelitian ini
Robbins (2006) yang
mengatakan hanya ada perawat dengan latar
sedikit perbedaan belakang pendidikan DIII/
penting antara laki- S1 Keperawatan
laki dan perempuan mempunyai
yang mempengaruhi
kinerja mereka.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan
antara status
perkawinan dengan
kinerja. Menurut
Nurhaeni (2001),
bahwa karyawan yang
sudah menikah
mempunyai tingkat
keabsenan dan
pengunduran diri lebih
rendah, dan lebih puas
dengan pekerjaannya
daripada rekan kerja
yang tidak menikah.
Sejalan dengan
pendapat Siagian
(2005), status
perkawinan
berpengaruh terhadap
perilaku karyawan
dalam kehidupan
organisasinya, secara
positif maupun
negatif. Menurut
Robbins (2002),
bahwa status
perkawinan
menimbulkan
peningkatan tanggung
jawab sehingga
pekerjaan menjadi
78 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 73-82
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Faktor Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Kinerja Perawat
Komponen
Motivasi Kerja Baik Kurang Total p OR
n % n % 95% CI
Hubungan interpersonal
a. Harmonis 47 73,4 17 26,6 64 4,345
b. Kurang harmonis 14 40,0 22 60,0 35 0,001 (1,820-10,369)
Supervisi 30,556
a. Baik 55 85,9 9 24,1 64 0,000 (9,923-94,090)
b. Kurang 6 16,6 30 83,3 36
Kebijakan administrasi
a. Kondusif 46 62,1 28 47,9 74 0,430 1,205
b. Tidak kondusif 15 57,6 11 32,4 26 (0,485-2,990)
Kondisi kerja
a. Kondusif 49 63,6 28 36,4 77 0,227 1,604
b. Tidak kondusif 12 52,1 11 47,9 23 (0,626-4,110)
Kinerja Perawat
OR
Karakteristik Individu Baik Kurang Total p 95% CI
n % n %
Umur
a. ≥ 34 tahun 49 72,6 25 17,4 74 0,059 2,287
b. < 34 tahun 12 71,4 14 18,6 26 (0,921-5,676)
Status Perkawinan
a. Menikah 51 61,4 32 38,6 83 0,321 1,156
b. Belum Menikah 10 58,8 7 42,2 17 (0,567-4,299)
Pendidikan
a. D III Kep/S1 Kep 54 66,6 27 33,4 81 0,017 3,429
b. SPK/SPR 7 36,8 12 63,2 19 (1,211-9,704)
Lama Kerja
a. ≥ 11 tahun 40 61,5 25 38,5 65 0,524 1,067
b. < 11 tahun 21 60,0 14 40 35 (0,460-2,473)
80 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 73-82
Hasil analisis yang diperoleh bahwa 74% perawat untuk bekerja akan lebih baik lagi bila
perawat mempersepsikan kebijakan administrasi didukung dengan kondisi kerja yang kondusif,
lengkap. Hal ini sejalan dengan pendapat Azwar sehingga kinerja perawat akan meningkat yang
(1996) mengemukakan kebijakan yang kondusif berdampak pelayanan dan asuhan keperawatan
akan memberikan dampak positif terhadap akan berkualitas.
kinerja karyawan. Hasil analisis hubungan
kebijakan administrasi dengan kinerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang
menunjukkan bahwa kebijakan administrasi tidak mempersepsikan penghasilan/gaji yang mencukupi
ada hubungan yang bermakna dengan kinerja. berpeluang berkinerja baik 7,304 kali dibanding
yang mempersepsikan gaji tidak mencukupi. Hasil
Kelengkapan standar dan sosialisasi terhadap penelitian ini sesuai pendapat Harder (1992, dalam
karyawan rumah sakit secara terus menerus akan Panggabean, 2004), yang memaparkan bahwa gaji
dapat meningkatkan pemahaman staf. Kondisi merupakan jenis penghargaan yang paling penting
yang mendorong, menggerakkan, dan dalam organisasi.
memelihara perilaku seseorang dari luar (faktor
eksternal) akan melaksanakan pekerjaan Menurut Hill, Bergma, dan Scarpello (1994, dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena Panggabean, 2004) yang juga mengungkapkan
adanya aturan, pedoman kerja yang lengkap. bahwa penghargaan yang diberikan mempunyai
tujuan untuk menarik karyawan dalam jumlah dan
Hasil analisis didapatkan bahwa sebesar 77% kualitas yang diinginkan, mendorong agar lebih
perawat mempersepsikan kondisi kerja kondusif. berprestasi, dan agar dapat mempertahankan
Sesuai dengan pendapat dari Gauci dan Norman mereka. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
(1997, dalam Lovegren, Rasmussen, dan penghargaan dapat memengaruhi tingkat motivasi
Engstrom, 2002) yang mengemukakan bahwa karyawan (Lawler, 1973; Vroom, 1964, dalam
kondisi kerja yang baik dapat meningkatkan Panggabean, 2004). Hal ini perlu perhatian dari
kualitas hidup dalam bekerja yang akan pimpinan rumah sakit agar ada upaya untuk
berdampak terhadap produktivitas kerja tenaga meningkatkan penghasilan.
kesehatan profesional yang baik pula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 61%
Hasil penelitian menunjukkan kondisi kerja tidak perawat pelaksana memiliki motivasi kerja yang
ada hubungan signifikan dengan kinerja. Hal ini baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan
kemungkinan perawat pelaksana yang kondisi kerja (2003), bahwa motivasi merupakan hal yang
kondusif akan berkinerja baik dan ada yang kondisi menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
kerja tidak kondusif tetap berkinerja baik. Situasi perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan
ini sebagai gambaran bahwa motivasi kerja antusias dalam mencapai hasil yang maksimal.
Tabel 5. Analisis multivariat regresi logistik supervisi, gaji, umur dan pendidikan dengan kinerja perawat pelaksana
Nurhaeni. (2001).
Faktor-faktor
determinan yang
berhubungan
dengan kinerja
perawat
pelaksana di
Rumah Sakit Jiwa
Makasar (Tesis
Master, Tidak
dipublikasikan).
Fakultas Ilmu
Keperawatan
Universitas
Indonesia, Jakarta.
Panggabean, M.S.
(2004).
Manajemen
sumber daya
manusia. Bogor:
Penerbit Ghalia
Indonesia.
Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
(PPNI). (2004).
82 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 73-82
Robbins, S.P. (2006). Sukoco, A.S. (2001).
Perilaku Perbedaan
organisasi (Edisi persepsi perawat
kesepuluh). dengan klien
Jakarta: PT Indeks terhadap kualitas
kelompok pelayanan
Gramedia. keperawatan di
RSPAD Gatot
Rusmiati. (2006). Soebroto Jakarta
Hubungan (Tesis Master,
lingkungan Tidak
organisasi dan dipublikasikan).
karakteristik Fakultas Ilmu
perawat dengan Keperawatan
kinerja perawat Universitas
pelaksana di Indonesia, Jakarta.
ruang rawat inap
RSUP Widaningsih. (2002).
Persahabatan Faktor-faktor yang
Jakarta (Tesis berhubungan
Master, Tidak dengan kinerja
dipublikasikan). perawat pelaksana
Fakultas Ilmu di RSPAD Gatot
Keperawatan Soebroto Jakarta
Universitas (Tesis Master,
Indonesia, Jakarta. Tidak
dipublikasikan).
Siagian, S.P. (2005). Fakultas Ilmu
Manajemen Keperawatan
sumber daya Universitas
manusia. Jakarta: Indonesia, Jakarta.
PT Bumi Aksara.