Professional Documents
Culture Documents
darurat, yang mampu memberikan informasi berharga mengenai status asam basa,
ventilasi maupun oksgenasi dari pasien. Analisis gas darah arteri merupakan
saraf, cedera pembuluh darah hingga nekrosis anggota gerak pada bagian distal
alternatif yang lebih aman untuk menilai status asam basa dan respirasi melalui
analisis gas darah vena.Analisis gas darah vena memerlukan pungsi yang lebih
minimal dan merupakan prosedur yang relatif lebih aman untuk pasien maupun
20
pekerja, dan mungkin merupakan alternatif untuk pemeriksaan analisis gas darah
arteri untuk evaluasi status asam basa (Koul dkk, 2011; Kellydkk, 2001).
Bilan dkk dalam penelitiannya pada pasien – pasien pediatri yang dirawat di
pediatric intensive care unit, menyatakan bahwa analisis gas darah vena perifer
(vena dorsum manus dan vena antecubiti) dapat digunakan untuk mengevaluasi
status asam basa pada pasien dengan respiratory distress syndrome, sepsis
Namun pada penyakit lainnya seperti kejang neonatus, syok, gagal jantung
kongestif, dan penyakit jantung kongenital, analisis gas darah arteri tetap menjadi
pilihan dan sebaiknya tidak digantikan oleh analisis gas darah vena(Bilan dkk,
2008).
Analisis gas darah vena perifer juga dikatakan dapat menjadi alternatif
analisis gas darah arteri pada evaluasi awal pasien – pasien dewasa yang dirawat
di unit gawat darurat. Dikatakan bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan antara
analisis gas darah vena maupun arteri. Dan keduanya sangan kuat
yang beraneka ragam, seperti penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia, sepsis,
organofosfat (Malatesha dkk, 2007; Rang dkk, 2002). Dikatakan pula kadarPCO2
dari vena dapat digunakan sebagai screening awal dari PCO2 arteri dan dapat
digunakan sebagai acuan trend kadar PCO2 pada pasien – pasien tertentu (Kelly,
2010).
21
Penelitian yang dilakukan oleh Treger dkk pada pasien – pasien yang dirawat
di ruang terapi intensif, menjumpai bahwa analisis gas darah vena sentral maupun
perifer dapat menggantikan analisis gas darah arteri dalam evaluasi pH, PCO2 dan
Analisis gas darah perifer jika digabungkan dengan pulse oxymetri juga
dikatakan dapat menggantikan pegambilan rutin analisis gas darah arteri pada
Penelitian yang dilakukan oleh Theusinger dkk pada babi yang mendapat
yang baik untuk mengevaluasi kadar laktat dan base excess arteri pada kondisi
yang stabil. Namun, variasi antara laktat arteri dan vena sentral meningkat secara
signifikan selama terjadi perdarahan. Oleh karena itu selama periode perdarahan
atau kondisi tidak stabil kadar laktat vena sentral harus segera dikonfirmasi
kritis dan memerlukan monitoring ketat diantaranya adalah penilaian status asam
basa, ventilasi dan oksigenasi. Pada populasi pasien inilah umumnya analisis gas
darah arteri paling sering dikerjakan. Sementara itu sebagian besar pasien yang
dirawat intensif umumnya sudah terpasang kateter vena sentral sebagai akses vena
22
gas darah vena, namun masih diperlukan penelitian lanjutan yang menunjukkan
perbandingan antara nilai masing – masing parameter analisis gas darah arteri dan
antara semua parameter pada sampel analisis gas darah arteri dan vena sentral
dalam populasi yang beragam pada pasien kritis yang dirawat di ruang terapi
intensif.
KAJIAN PUSTAKA
peranan penting. Pemeriksaan dari parameter gas darah dapat dibagi menjadi
beberapa subgroup, mulai dari status oksigenasi, parameter metabolik yang terkait
dan status asam basa.Status asam basa adalah suatu keadaan yang mencerminkan
keseimbangan antara input (intake dan produksi) dan output (eleminasi) dari ion
Sampel darah arteri berguna untuk mengetahui status ventilasi dan oksigenasi
tekanan parsial oksigen arteri (PaO2). Sampel darah arteri didapatkan dari arteri
radialis, arteri brachialis, arteri dorsalis pedis, arteri femoralis atau pada pasien
Sampel arteri dapat diambil melalui penusukan arteri ataupun apirasi dari
83
7. Risiko infeksi
9. Risiko anemia akibat terlalu banyak darah yang terbuang dalam pengambilan
84
Gas darah vena dapat memberikan informasi mengenai status asam basa dan
antara 4-6 mmHg lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan parsial
karbondioksida arteri, perbedaan tersebut bisa lebih besar pada pasien dengan
mengevaluasi status oksigenasi mixed vein. Hasil yang tidak sesuai dapat
disebabkan jika sampel diambil hanya pada vena superior atau inferior saja, atau
terjadi shunt dari kiri ke kanan (Kaare E Lundstrøm, 2011; Chris Higgins, 2011).
Status oksigen dari darah mixed vein yang didapatkan dari kateter yang
respirasi, metabolik dan sirkulasi. Kandungan oksigen mixed vein yang rendah
Tabel 2.1 Rentang Nilai Analisis Gas Darah Vena Perifer dan Arteri (Chris Higgins, 2011;
Laboratory Service Manual, 2005)
85
Arteri Vena pH 7,35 – 7,45 7,31 – 7,41 PCO2 (kPa) 4,7 – 6,0 5,5 – 6,8 PCO2 (mmHg) 35 –
45 41 – 51 Bikarbonat (mmol/L) 22 – 28 23 – 29 PO2 (kPa) 10,6 – 13,3 4,0 – 5,3 PO2
(mmHg) 80 – 100 30 – 40 SaO2 (%) >95 75 BE -2 - +2 -3 - +3
Perhatian utama analisis gas darah secara langsung adalah untuk mengukur
ukur komponen metabolik dari status asam basa pasien, sementara PCO2
mengevaluasi ventilasi dan mewakili komponen respiratorik dari status asam basa.
Oksigenasi, yang dihitung dari PaO2 juga merupakan bagian dari komponen
2.3.1 pH
86
(alkalosis) yang diproses di dalam tubuh. Hal ini ditentukan dengan menghitung
Secara umum, asidemia adalah kondisi dimana pH darah turun hingga kurang
dari 7,35 dan alkalemia jika pH darah lebih dari 7,45 (7,4 adalah netral) (Dorland,
dengan rasio konsentrasi HCO3- dengan konsentrasi CO2 yang terlarut dalam
cairan ekstrasel.
pH = HCO3- (metabolik)
αPCO2 (respiratorik)
udara per unit waktu yang mencapai alveoli, tempat dimana pertukaran gas
retensi CO2 dalam darah. CO2 merupakan asam volatil, sehingga jika terjadi
87
asidosis terjadi akibat beberapa aspek kegagalan ventilasi, dimana sejumlah
normal CO2 dihasilkan oleh jaringan tidak dapat diekskresikan dengan baik
aliran udara yang melalui saluran nafas (misal : obstruksi saluran nafas atas
Martini, 2006).
2009).
88
Nilai rujukan untuk HCO3- adalah 22–28 mmol/L (arteri). Nilai yang kurang
dikalkulasikan dari pH dan PCO2, yang mana hal tersebut tidak terbebas dari
netral (pH = 7,4) sementara tekanan CO2 dipertahankan konstan pada 40 mmHg.
representasi dari gangguan asam basa metabolik pada pasien. Normalnya, BEecf
0+2 mEq/L. Nilai yang lebih rendah (BEecf <-2) mengindikasikan asidosis
hidrogen (H+) dari faktor endogen (misal: laktat, keton) atau asam yang bersifat
eksogen (misal: ethylene glycol, salisilat) dan oleh inabilitas ginjal untuk
sehingga menurunkan pH. Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh
atau ginjal (asidosis renal tubular) atau yang lebih jarang akibat pemberian cairan
89
Gangguan asam basa sederhana disebabkan oleh empat gangguan asam basa
berjalan secara paralel, seperti yang ditunjukkan pada arah panah masing-masing
Tabel 2.2. Empat Gangguan Utama Asam Basa dan Kompensasinya(Irizarry dkk, 2009)
Kondisi Gangguan Primer Kompensasi ↓pH dan ↓HCO3- (↓BEecf) Metabolik Asidosis
↓PCO2 ↑pH dan ↑ HCO3- (↑ BEecf) Metabolik Alkalosis ↑ PCO2 ↓ pH dan ↑ PCO2
Respiratori asidosis ↑ HCO3- (↑ BEecf) ↑pH dan ↓PCO2 Respiratori alkalosis ↓HCO3-
(↓BEecf)
akan dilawan oleh komponen lain (respirasi) untuk menjaga rasio yang sesuai dari
90
rasio HCO3-: PCO2 dan menyebabkan acidemia (pH <7.35). Secara singkat,
meskipun masih dalam rentangan acuan pasien dengan gangguan asam basa
dengan nilai ekspektasi (yang dihitung), klinisi dapat menilai apakah pasien masih
di dalam atau di luar batas error yang ditentukan. Jika mereka masih dalam batas
adekuat, namun jika di luar batas error, mungkin pasien memiliki gangguan asam
dipikirkan jika kompensasi tidak sesuai dengan nilai yang diekspektasi. Sebagai
rentangan acuan namun PCO2 dan HCO3- nilainya tidak sesuai atau jika
dkk, 2009).
91
nyawa dan nilai PaO2 dibawah 60 mmHg membutuhkan intervensi terapi segera.
oksigen alveolar-arteri (A-a). Nilai normal untuk gradien oksigen A-a adalah 5-15
(FiO2), dan ventilasi pada oksigenasi pasien, gradien A-a menyediakan suatu
gradien oksigen A-a memberikan estimasi objektif dari fungsi paru(Irizarry dkk,
2009).
oksigen ke dalam darah dan berhubungan dengan PaO2 yang lebih rendah. V/Q
mmHg) pada udara ruangan dan A-a gradien akan mengikuti(Irizarry dkk, 2009).
Persamaan gas alveoli:
92
permukaan laut) dan 47 adalah tekanan penguapan air dalam mmHg (yang mana
dikurangi karena hanya gas alveoli kering yang terukur). Faktor 1,2
Secara klinis, Gradien A-a yang normal (5 hingga 15 mmHg) tidak termasuk
oksigen yang terinspirasi. Pasien dengan gradien lebih dari 25 mmHg harus
dipikirkan memiliki derajat V/Q mismatch dari penyakit parenkim paru, meskipun