You are on page 1of 7

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: SVT

Tujuan: Mengoptimalkan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kasus SVT

Bahan bahasan: Tinjauan Riset Kasus Audit


pustaka
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
diskusi

Data Pasien:

Nama klinik

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :


- Sesak hebat sejak tadi malam

1
- Sesak tidak menghilang dengan istirahat
- Pasien gelisah
- Tadi malam tidak bisa tidur
- Kesadaran menurun
- Keluarga pasien mengeluh jari2 tangan kaki pucat kebiruan
- Mual dan muntah
- Tadi malam tidak nafsu makan
- Keluhan lain -
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan / Penyakit :
- Pasien pernah MRS bulan September dengan HHF
4. Riwayat Keluarga :
Anggota keluarga lainnya tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja di sawah
6. Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : GCS E2 V3 M5
Tekanan darah : 147/121 mmHg
Heart rate : 129 x/mnt
Respiratory rate: 40 x/mnt
Temperature : 36,7o C
Status Generalis:
Pasien tampak gelisah
Kepala: anemis(-), ikterik(-), sianosis(-), dyspneu(-)
Leher: pembesaran KGB(-), massa (-), pelebaran vena (-)
Thorax:
 Pulmo:
 Inspeksi: normochest, simetris, retraksi -/-
 Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, fremitus simetris
 Perkusi: sonor +/+

2
 Auskultasi: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Cor:
 Inspeksi: iktus tidak terlihat
 Palpasi: iktus teraba di ICS V MCL S
 Perkusi: batas ICS II parasternal line S, batas jantung kanan ICS V parasternal line D,
batas jantung kiri ICS IV MCL S
 Auskultasi: S1-S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur(-)
Abdomen:
 Inspeksi: cembung, supel, ascites (-), kolateral (-), caput medusa (-)
 Palpasi: nyeri tekan(-)
 Perkusi: meteorismus(-), shifting dullness (-)
 Auskultasi: bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Extremitas:
 Superior: akral kering, dingin pucat kebiruan, merah -/- , edema -/-
 Inferior: akral kering, dingin pucat kebiruan, merah -/- , edema -/-
7. Pemeriksaan Penunjang :
Hb: 16,0 g/dl
Leukosit: 3.740
Hct: 31 %
Trombosit: 229.000
SGOT/SGPT: 135/172
GDA:117
Kreatinin 2,3 Urea: 97
8. Foto Thorax

9. EKG

Daftar Pustaka:
1. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Process. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1994
2. Masud I., 2012. Patofisologi Iskemik dan Infark Myocardium, dalam: Dasar-Dasar Fisiologi

3
Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC pp. 159-164.
3. Alwi I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST, dalam: Buku Ajar Ilmu Pengetahuan
Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Edisi
V. Jakarta: Interna Publishing pp. 1741-1754.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis SVT
2. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarganya akan pentingnya early diagnosis dan
bahaya komplikasinya
3. Pentingnya penanganan kasus secara definitif

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Subyektif:
Pasien mengeluh sesak hebat sejak tadi malam, sesak tidak menghilang dengan istirahat,
gelisah terus2an, tadi malam tidak bisa tidur, kesadaran menurun, keluarga pasien mengeluh
jari2 tangan kaki pucat kebiruan, mual dan muntah, tadi malam tidak nafsu makan, lemas,
Keluhan lain –

Objektif:
Pada kasus ini diagnosis SVT ditegakkan berdasarkan:
 Pasien mengeluh sesak, ndredek, dada terasa berat, sampai timbul penurunan kesadaran.
 Hasil pemeriksaan penunjang yakni EKG didapatkan irama yang cepat, sempit dan teratur,
serta gelombang P yang tidak tampak.

Assessment (penalaran klinis):

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan reguler berkisar
antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut Paroxysmal Supraventrikular
Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung
yang menjadi cepat.

4
Bila kita perhatikan SVT dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Denyut jantung yang cepat, disebut takikardi yang artinya denyut jantung melebihi > 100
denyut per menit. Pada SVT denyut jantung ini berkisar antara 150-250 denyut per menit.
2. Denyut jantung yang reguler (dapat dilihat dari kompleks QRS yang teratur) dengan
gelombang P yang superimposed dengan komplek QRS (tidak terlihat gelombang P).
3. Komplek QRS sempit (QRS < 0,12 detik atau 3 kotak kecil).

Penanggulangannya tergantung keadaan. Apabila tidak membahayakan atau hemodinamik


penderita masih stabil, maka dapat dicoba dengan perangsangan vagus misalnya dengan masase
karotis, valsava manuver, gagging atau merendam muka di air dingin. Obat-obat seperti valium
dan fenobarbital juga sangat efektif. Pada kasus yang lebih berat dapat diberi injeksi adenosin
atau verapamil.

Masase Karotis
Memijat ( masase ) arteri karotis dapat membantu mendiagnosis dan menghentikan serangan.
Baroreseptor yang merasakan perubahan tekanan darah terletak pada sudut mandibula tempat
arteri karotis komunis bercabang dua. Bila tekanan darah meningkat, baroreseptor ini
mengirimkan isyarat sepanjang saraf vagus ke jantung. Masukan vagus mengurangi frekuensi
pacuan nodus sinus, dan yang lebih penting memperlambat konduksi melalui nodus AV.
Baroreseptor karotis ini tidak begitu cerdas, dan tidak dapat dikelabui agar menganggap
bahwa tekanan darah naik dengan penekanan ringan dari luar pada arteri karotis ( untuk hal ini,
sesuatu yang meningkatkan tekanan darah, seperti manuver valsava atau jongkok akan
merangsang input vagus ke jantung, tetapi masase karotis adalah manuver yang paling sederhana
dan paling luas digunakan ). Karena pada sebagian besar kasus, mekanisme yang mendasari
takikardi supraventrikular paroksismal adalah sirkuit re-entran yang melibatkan nodus AV,
masase karotis dapat :
 Mengganggu sirkuit re-entran tersebut, sehingga menghentikan aritmianya.
 Paling kurang memperlambat aritmia sehingga ada atau tidak adanya gelombang
P dapat lebih mudah ditentukan dan aritmianya terdiagnosis.
Masase karotis harus dilakukan dengan sangat hati-hati

5
a. Auskultasi untuk mencari bruit karotis.
Jika ada penyakit karotis yang berarti jangan melakukan masase karotis.
b. Tidur terlentang, leher ekstensi
c. Raba arteri karotis dan lakukan tekanan halus selama 10-15 detik.
d. Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan.
e. Coba dulu arteri karotis yang kanan, jika gagal baru dilanjutkan ke arteri karotis yang kiri.
f. Rekam EKG selama tindakan sehingga dapat dilihat apa yang sedang terjadi.

Pengobatan SVT tergantung pada frekuensi serangan, lamanya serangan terdahulu dan sekarang,
adanya kolaps sirkulasi, gagal jantung, angina, dan riwayat pengobatan yang efektif.
Pengobatan darurat :
Pasien dengan renjatan kardiogenik, angina pektoris hebat atau gagal jantung penting untuk
menghentikan SVT dengan segera. Dengan cara :
1. rangsangan Vagus : letakkkan kantong es pada wajah pasien masase sinus karotikus,
muntah, manuver valsava, penekanan bola mata ( tidak dianjurkan pada bayi dan anak )
2. Rangsangan mekanik dengan pemukulan dada
3. Farmakologik : Digoksin intravena, Propanolol intravena.
4. Jika gejala-gejala gagal jantung kongestif berat telah terjadi, kardioversi DC sinkron 0,5-2
watt-det/kg dapat dianjurkan sebagai manajemen awal.

Pengobatan bukan darurat :


· Digoksin oral 10-20 mikrogram/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
Pada bayi obat ini merupakan terapi utama karena obat ini dapat memperlambat hantaran dalam
nodus A-V dan dengan demikian akan mengganggu sirkuit re-entry.
Pada anak yang lebih tua dengan bukti adanya sindrom pre-eksitasi, digoksin dapat
menaikkan frekuensi hantaran impuls anterograd melalui saluran pintas. Penderita ini biasanya
di tatalaksana jangka lama dengan obat-obat propanolol, prokainamid atau kuinidin.
· Propanolol oral 0,5-14 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis
· Verapamil oral 10-20 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis
Pada bayi yang berumur dibawah 1 tahun obat ini tidak boleh diberikan karena dapat
mengurangi curah jantung dan menyebabkan hipotensi serta dapat juga terjadi henti jantung.

6
Obat lain : Prokainamid 15-50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis
Amiodaron10mg/kg/hari 1x selama seminggu, kemudian 5 mg/kg/hari.
Bila penderita telah diubah ke irama sinus, kemudian dipilih obat yang bekerja lebih lama
untuk terapi rumatan. Jika gagal jantung terjadi karena takikardia yang lama pada bayi dengan
jantung normal, fungsi jantung biasanya kembali ke normal sesudah irama sinus dikembalikan,
walaupun keadaan ini dapat memerlukan waktu beberapa minggu.
Bila tindakan diatas tidak efektif dapat dilakukan operasi eksisi fokus ektopik operasi
divisi bundel his.

Planning:
Pengobatan:
 Infus PZ 7tpm
 02 10lpm
 Inj pantoprazol 1 vial
 Pro kardioversi sinkronise mulai dari 50j, sebelumnya kasih midazolam 5mg iv pelan.
Rujukan:
Penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis jantung
Edukasi:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk menjelaskan kondisi penyakit yang diderita
pasien, tindakan yang harus dilakukan,dan bahaya komplikasi apabila tidak segera ditangani
lebih lanjut serta membantu proses penyembuhan dan pemulihan dari pasien.

You might also like