You are on page 1of 8

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa


Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Laki-laki usia 41 th, keluar benjolan selangkangan kiri
Tujuan: Mengoptimalkan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kasus Hernia inguinalis
reponibel
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
membahas:

Data Pasien:
Nama klinik
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- Pasien mengeluh keluar benjolan diselangkangan sebelah kiri sejak +/- 2 tahun yang lalu,
- Jika tidur benjolan hilang, kemudian timbul lagi bila berdiri dan berjalan,
- nyeri (-), Panas (-),
- BAB tidak aada keluhan
- BAK tidak ada keluhan
2. Riwayat Pengobatan :
Belum pernah periksa
3. Riwayat kesehatan / Penyakit :
Riw. Hipertensi disangkal, Riw Diabetes disangkal, tidak pernah seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga :
- Anggota keluarga lainnya tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Pekerjaan dan sosial:
- Pasien bekerja sebagai petani, mencangkul
- Riw.merokok (+) ,

1
6. Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : GCS E4 V5 M6
Tekanan darah : 130/90mmhg
Heart rate : 88 x/mnt
Respiratory rate: 20 x/mnt
Temperature : 37.3o C
Status Generalis:
Kepala: anemis(-), ikterik(-), sianosis(-), dyspneu(-)
Pupil isokor, 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+,
Leher: pembesaran KGB(-), massa (-), pelebaran vena (-)
Thorax:
 Pulmo:
 Inspeksi: normochest, simetris, retraksi -/-,
 Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, fremitus simetris
 Perkusi: sonor +/+
 Auskultasi: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/- , wheezing -/-
 Cor:
 Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi: iktus cordis teraba di ICS V MCL S
 Perkusi: batas ICS II parasternal line S, batas jantungkanan ICS V parasternal line D,
batas jantungkiri ICS IV MCL S
 Auskultasi: S1-S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur(-), ekstrasistol(-)
Abdomen:
 Inspeksi: Distended (-), ascites (-)
 Auskultasi: bising usus(+) normal,
 Perkusi: Tympani,
 Palpasi: Soepel, nyeri tekan(-)
Extremitas:
 Superior: akral hangat +/+, edema -/-
 Inferior: akral hangat +/+, edema -/-
Status Lokalis :

2
Regio inguinalis Sinistra: Benjonal (+) dapat masuk kembali bila tidur , nyeri (-), tanda radang
(-)

Pemeriksaan Penunjang :
Persiapan operasi :
-Laboratorium
-Foto Thorax
-EKG
Daftar Pustaka:
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp.
519-37
2. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com
3. Anonim. Hernia. http://hernia.tripod.com
4. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F,
Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Hernia ingiuinalis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Prinsip penatalaksanaan Hernia Inguinalis
3. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarganya akan pentingnya early diagnosis dan
bahaya komplikasinya
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
Subjektif :
Pasien mengeluh keluar benjolan diselangkangan sebelah kiri sejak +/- 2 tahun yang lalu,
Jika tidur benjolan hilang, kemudian timbul lagi bila berdiri dan berjalan, BAB dan BAK
tidak ada keluhan

3
Objektif :
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Faktor risiko : Laki-Laki, bekerja sebagai petani, sering mencangkul, perokok (+)
- Pemeriksaan fisik : Thumb Test (+), Finger Test (+)
Assessment :

Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah
dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.

Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan sebelumnya
c) Kongenital
d) Aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
 Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada
saat buang air besar atau buang air kecil.
 Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jaringan ikatnya yang
sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang
banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
 Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal
 Penyakit yang melemahkan dinding perut
 Merokok
 Diabetes mellitus
Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

4
Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi:
 Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
 Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
 Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan
bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan
hernia skrotalis.
 Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi
yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan
lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau
kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak
pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut),
peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan
akibat sembelit, dll).

5
Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Bila bayi lahir umumnya
prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Biasanya hernia
pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, tetapi karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh
dan keluar melalui defek tersebut.
Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Finger test  menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis
lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis
medialis.
Pemeriksaan Ziemen
test  posisi
berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia
kanan diperiksa dengan tangan kanan, penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia
ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis
medialis, jari ke-4 hernia femoralis.

Pemeriksaan Thumb test  anulus ditekan dengan ibu jari


dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti
hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti
hernia inguinalis lateralis.

Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan ultrasonografi erguna untuk membedakan
hernia incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari
suatu massa yang teraba di inguinal.
 CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator.

6
Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus
abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi
residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.
Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.

Diagnosis
Hernia inguinalis reponibel Sinistra
PLAN:

Terapi
-Terapi Definitive :
Konsul dr.Spesialis Bedah (Sp.B) :
ACC Pro Hernioraphy
Konsul Anatesi dan Cardio

Rujukan:
Penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis Bedah

7
Edukasi :
- Edukasi pada pasien bahwa penyakit yang terjadi akibat tekanan intra abdominal
(didalam perut) yang meningkat, sehingga isi perut keluar lewat defek hernia tersebut.
- Menjelaskan Tatalaksana Definitive yang akan dilakukan yaitu Operasi Hernioraphy
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan
hernia kembali, seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-
barang berat, mengejan.

Konsultasi:
Konsultasi ditujukan kepada dr.Spesialis Bedah (Sp.B) untuk mendapatkan pengobatan
definitive.

Observasi:
Dilakukan observasi untuk memonitor keadaan pasien.

You might also like