You are on page 1of 29

INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Sasaran Pembelajaran
1. Menjelaskan perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
2. Menjelaskan gangguan – gangguan akibat perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
3. Menjelaskan jenis- jenis Inkontinensia Urin pada manula
4. Menjelaskan faktor resiko terjasinya Inkontinensia Urin pada manula
5. Menjelaskan patofisiologi IU pada manula
6. Menjelaskan cara mendiagnosis dan tatalaksana pada IU
7. Menjelaskan tatalaksana dan rehabilitasi pada IU

Skenario Kasus
Ny. Sari, usia 66 tahun, datang ke Poliklinik RSMP karena sejak 1 minggu yang lalu ia mengalami sulit menahan
BAK yang ditandai dengan keluarnya urine sebelum sampai di kamar mandi. Selain itu, urine sering keluar
sedikit-sedikit jika sedang batuk. Sejak 3 bulan yang lalu Ny sari sering terbangun malam hari ke kamar mandi
untuk BAK. Ny Sari adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik rendah. Akibat gejala ini, Ny Sari
justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
Riwayat penyakit dahulu : Ny Sari menderita DM dan hipertensi sejak 15 yang lalu, kontrol tidak teratur, minum
obat Metformin 3x1 , captopril 2x12,5 mg dam HCT 1x1
Riwayat kehailan : Ny Sari sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan
Riwayat menopause : sejak umur 45 tahun
Pemeriksaan fisik : Keadaan umu : compos mentis
Vital sign : TD : 160/90 mmHg; RR : 18 x/menit , Temp : 36,7 O C, HR : 70 x/menit reguler
Pemeriksaan khusus :
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Ekstremitas : dalam batas normal
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11 gr%
Diff Count : 1/1/14/58/20/4
Urin rutin : leukosit 1-2 , eritrosit 2-5
Kimia darah : GDS 250 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4 mg/dl
Leukosit : 9500/ mm3

1
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Identifikasi Masalah
1. Ny. Sari, usia 66 tahun, datang ke Poliklinik RSMP karena sejak 1 minggu yang lalu ia mengalami sulit
menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine sebelum sampai di kamar mandi. Selain itu, urine sering
keluar sedikit-sedikit jika sedang batuk.
2. Sejak 3 bulan yang lalu Ny sari sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.
3. Ny Sari adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik rendah. Akibat gejala ini, Ny Sari justru
menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
4. Riwayat penyakit dahulu : Ny Sari menderita DM dan hipertensi sejak 15 yang lalu, kontrol tidak teratur,
minum obat Metformin 3x1 , captopril 2x12,5 mg dam HCT 1x1
5. Riwayat kehailan : Ny Sari sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan
6. Riwayat menopause : sejak umur 45 tahun
7. Pemeriksaan fisik : Keadaan umu : compos mentis
Vital sign : TD : 160/90 mmHg; RR : 18 x/menit , Temp : 36,7 O C, HR : 70 x/menit reguler
Pemeriksaan khusus :
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Ekstremitas : dalam batas normal
8. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11 gr%
Diff Count : 1/1/14/58/20/4
Urin rutin : leukosit 1-2 , eritrosit 2-5
Kimia darah : GDS 250 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4 mg/dl
Leukosit : 9500/ mm3

Prioritas Masalah
No :
Alasan :

2
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Analisis Masalah
1. Ny. Sari, usia 66 tahun, datang ke Poliklinik RSMP karena sejak 1 minggu yang lalu ia mengalami
sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine sebelum sampai di kamar mandi. Selain
itu, urine sering keluar sedikit-sedikit jika sedang batuk.
a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan kasus ?
Jawab :
 Jenis kelamin :
Perempuan lebih sering mengalami inkontinensia urin daripada laki-laki dengan perbandingan
1,5:1. Hal ini disebabkan karena perempuan mengalami proses kehamilan, persalinan, menopouse,
serta struktur kandung kemih yang berbeda dengan laki-laki.
 Usia
Dari penelitian pada populasi lanjut usia dimasyarakat, didapatkan 7% dari pria dan 12% pada
wanita diatas usia 70 tahun mengalami keluhan sulit menahan BAK atau pengeluaran urine tanpa
disadari. Usia lanjut sering kali memiliki kondisi medic yang dapat mengganggu proses berkemih
yang secara langsung mempengaruhi fungsi saluran berkemih, perubahan status volume dan ekskresi
urie atau gangguan kemampuan untuk ke jamban. Semakin tua usia terjadi perubahan pada struktur
kandung kemih dan otot-otot dasar panggul sehingga pada lanjut usia memiliki risiko untuk tejadi
inkontinensia urine.

b. Organ apa yang terlibat ?


Jawab ;
Sistem tractus urinarius bagian bawah :
 Vesica Urinaria
 Sfingter uretra interna dan eksterna
 otot-otot dasar panggul
 musculus detrusor.

1. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


 Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.
 berbentuk seperti buah pir (kendi).
 letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.

3
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Dinding kandung kemih terdiri dari:


1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

2. Uretra
 saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
 Fungsi menyalurkan air kemih ke luar.
 Dinding uretra terdiri dari beberapa lapisan.
 Lapisan paling luar adalah otot lurik spinkter urogenital yang juga dikenal dengan sebutan otot
lurik sirkuler, atau muskulus sfingter uretra eksterna atau rhabdosphincter.
 Otot lurik ini melingkari selapis tipis otot polos sirkuler yang juga melingkari otot-otot polos
longitudinal. Diantara otot polos dan mukosa terdapat submukosa yang sangat kaya suplai
vaskuler. Musculus rhabdosphincter ini juga merupakan sebagian dari otot-otot dasar panggul.

Pada laki-laki
1. panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
2. Urethra pars Prostatica
3. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
4. Urethra pars spongiosa.

Pada wanita
 panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
 Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Purnomo, Basuki, 2012).

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis
dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Neuroanatomi Traktur Urinarius Bagian Bawah

4
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Persyarafan traktus urinarius bagian bawah berasal dari tiga sumber :


1. Sistim syaraf parasimpatis (S2-S4) – n pelvikus
2. Sistim syaraf simpatis (T11-L2) – n. hipogastrikus dan rantai simpatis
3. Sistim syaraf somatis atau volunter (S2-S4) – n. pudendus

c. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi terutama traktus urinarius ?


Jawab :
Sistem Perubahan yang Terjadi
Perkemihan

Ginjal  Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.


 Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada
usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan
berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi.
Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar
renin yang menyebabkan hipertensi.
 Terjadi penebalan membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya
permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh
darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri
menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal
dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal
- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata
- aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun
- tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal
ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus.
Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.
Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi
tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal
tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif
sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.

5
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

 Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area


fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi
menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu
menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia
menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein
dan eritrosit menjadi terganggu.
Pembuluh darah  Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks. Pada
ginjal korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti
terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
Vesica urinaria/  Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
kandung kemih atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
 Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa
sadar, terutama di malam hari.
 Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume
residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di
sadari dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
 Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering
berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca
menopause karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya
kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan
urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.
Mekanisme Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi fungsi
Kontrol perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan,
sedangkan otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan
kandung kemih, menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan,
dan stimulasi kontraksi pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemih
terisi, reseptor sensori di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke saraf
spinal sakral. Pada lansia, perubahan degeneratif di korteks serebral dapat
mengubah sensasi pemenuhan kandung kemih dan kemampuan

6
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

mengosongkan kandung kemih dengan komplet. Pada orang dewasa, sensasi


penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah. Tetapi, pada lansia
interval antara persepsi awal dari dorongan untuk mengosongkan dan
kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih menjadi lebih
singkat sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.

Kandung kemih  fungsi kontraktil tidak Perubahan morfologis


efektif lagi & mudah terbentuk trabekulasi
sampai divertikel  akibat dari  Trabekulasi ↑
peningkatan fibrosis & kandungan kolagen  Fibrosis ↑
 Saraf autonom ↓
 Pembentukan divertikula
Perubahan fisiologis

 Kapasitas ↓
 Kemampuan menahan kencing ↓
 Kontraksi involunter ↑
 Volume residu pasca berkemih
 Pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna
 Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren
protein Tamm-Horsfall.
Uretra: Perubahan morfologis

↓ tekanan penutupan uretra & tekanan  Komponen seluler ↓


outflow  akibat dari atrofi mukosa,
 Deposit kolagen ↑ pada uretra sehingga terjadi
perubahan vaskularisasi submukosa &
menipisnya lapisan otot uretra atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan
otot uretra
Perubahan fisiologis

 Tekanan penutupan ↓
 Tekanan akhiran keluar ↓
Prostat Hiperplasia dan membesar

7
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Vagina Komponen seluler ↓

Mukosa atrofi

Dasar panggul  berperan penting dalam Deposit kolagen ↑


dinamika miksi & mempertahankan
kondisi kontinen Rasio jaringan ikat-otot ↑

Otot melemah

d. Bagaimana fisiologi berkemih ?


Jawab :
Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme; refleks
berkemih dan kontrol volunter. Refleks brkemih terpicu ketika reseptro regang didalam dinding kandung
kemih terngsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung ghingga 250 sampai 400 ml
urine sebelum tegangan didindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang.
Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat
aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron,
merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik kespingter
eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada
mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka spingter internus ; perubahan bentuk kandung
kemih selama kontraksi akan secara mekanis manarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan ,
sfingter eksternus melemas karea neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan
urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.

Kontrol Refleks Kontrol volunter

Kandung kemih terisi Kotreks serebri

8
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

+
+
Reseptor regang

+ Neuron motoric ke
sfingter eksternus
Saraf parasimpatis

+ -

Kandung kemih Sfingter uretra eksternus


membuka ketika neuron
motoric dihambat
Kontraksi dinding kemih
Sfingter uretra eksternus
tertutup ketika neuron
Sfingter uretra internus secara mekanis motoric terangsang
terbuka ketika kandung kemih berkontraksi

Tidak kemih
Berkemih

e. Apa saja kemungkinan penyebab sulit menahan BAK pada kasus ?


Jawab :
Penyebab inkontinensia urine secara umum:
 Kelainan urologik ; misalnya radang, batu, tumor, divertikel
 Kelainan neurologik ; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia, dan lain-lain
 Lain-lainnya ; misalnya hambatan morbiditas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai atau
jauh dan sebagainya

Faktor risiko terjadinya inkontinensia urine adalah kehamilan, umur lanjut, menopause, bedah pelvis dan
kondisi kesehatan pasien itu sendiri seperti gangguan neurologis dan penggunaan obat-obatan.
Melahirkan pervaginam akan meningkatkan risiko inkontinensia tipe stress dan tipe campuran.
Jadi pada kasus, kemungkinan penyebab Ny. Sari sulit menahan BAK yakni dari fakor usia lanjut ,jenis
kelamin seorang wanita , menopause, riwayat kehamilan dan riwayat penggunaan obat-obatan seperti

9
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

HCT dan Captopril kelemahan pada otot dasar panggul  kelemahan M.sfingter uretra eksterna 
Inkontinensia urine

f. Bagaimana mekanisme terjadinya sulit menahan BAK ?


Jawab :
FR: Usia lanjut

FR: DM

Perubaha Perubahan Faktor Perubaha


Bersifat ↑ n VU uretra Risiko: n otot
osmolaritas  Aktivitas dasar
↑kontraks  ↑ deposit
i kolagen fisik panggul
FR:
rendah
minum Dieresis
involunter  Atrofi ↑ deposit
obat  Riwayat
osmotik ↓saraf mukosa dan
kehamila
HCT autonom  Menipisny kolagen
n dan
a lapisan jaringan
↑fibrosis persalina
otot ikat otot
& kolagen n
poliuri  Riwayat Otot
menopaus melemah
e
↑Teknan(P)
Intravesica Aktivitas Kelemahan Kelema
m.detrusor ↑ muskulus han
sfingter uretra otot
↓ kap VU
eksterna dasar
Dorongan panggu
urin klr ↑ l
Kontrksi VU ≠ trkndli
↑ P intraVU
(Overactiv VU)
↓ kap VU
Dorongan
urin klr ↑

Sulit menahan
BAK

g. Apa makna sulit menahan BAK pada kasus ?


Jawab :

10
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Sulit menahan BAK menunjukkan Ny. Sari mengalami inkontinensia urine.


Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine tanpa disadari atau sulit menahan BAK, dalam jumlah
dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan atau sosial.

Tipe-tipe inkontinensia urine :


 Inkontinensia urine tipe urgensi ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih
setelah sensasi berkemih muncul.manifestasinya berupa urgensi, pengeluaran urine dalam
jumlah banyak, tidak dapat menahan miksi/BAK dan nokturia
 Inkontinensia urine tipe stress; Terjadi akibat tekanan intraabdomen yang meningkat seperti
batuk, bersin, mengejan, terutama terjadi pada perempuan lansia yang mengalami hipermobilitas
uretra dan lemahnya otot dasar panggul akibat sering melahirkan, operasi, penurunan estrogen
(menopause)
 Inkontinensia urine tipe fungsional ; Terjadi akibat penurunan berat fungsi fisik dan kognitif
sehingga pasien tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Biasanya terjadi pada demensia
berat, gangguan mobilitas (atritis genu, kontraktur), gangguan neurologic dan psikologik (seperti
marah, depresi), belum siap untuk berkemih,
 Inkontinensia urine tipe overflow ;inkontinensia ini jarang ditemukan. Dapat idiopatik atau akibat
gangguan persyarafan sacrum (neurogenic bladder). Bila mengakibatkan Inkontinensia, ditamdai
dengan sering berkemih, malam hari lebih sering, dan jumlah urine sedikit-sedikit/kecil, sisa urine
residu setelah berkemih (sekitar 450 cc) membedakannya dari inkontinensia tipe urgensi dan
stress.

Jadi pada kasus, makna sejak 1 minggu sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine
sebelum sampai dikamar mandi menunjukkan Ny Sari telah mengalami inkontinensia urine tipe urgensi.
Dilihat dari waktunya 1 minggu mengindkasikan bahwa penyakit yang dialami masih bersifat akut.

h. Bagaimana proses terjadinya perburukan gejalan tersebut ?


Jawab :

11
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Proses perburukan dapat terjadi akibat gejala tersebut tidak diobati ditambah keadaan fungsional pada
geriatri yang semakin menurun dan memburuk sehingga kekuatan penutupan sfingter uretra eksterna
menurun yang menyebabkan pasien sering tidak dapat menahan BAK sejak 1 miggu yang lalu (perjalanan
timbulnya gejala bersifat progresif)

i. Apa makna urine sering keluar sedikit-sedikit jika sedang batuk ?


Jawab :
Makna urine sering keluar sedikit-sedikit jika sedang batuk yaitu menunjukkan Ny. Sari mengalami
inkontinensia urine tipe stress akibat adanya tekanan intraabdominal seperti batuk.

Tipe-tipe inkontinensia urine :


 Inkontinensia urine tipe stress; Terjadi akibat tekanan intraabdomen yang meningkat
seperti batuk, bersin, mengejan, terutama terjadi pada perempuan lansia yang mengalami
hipermobilitas uretra dan lemahnya otot dasar panggul akibat sering melahirkan, operasi,
penurunan estrogen (menopause)

j. Apa penyebab urin sering keluar sedikit-sedikit pada kasus?


Jawab :
Akibat adanya tekanan intraabdomninal yang meningkat seperti batuk, bersin atau mengejan, terutama
terjadi pada perempuan usia lanjut yang mengalami hipermobilitas uretra dan lemahnya otot dasar
panggul akibat sering melahirkan.

2. Sejak 3 bulan yang lalu Ny sari sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.

12
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

a. Bagaimana mekanisme sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK sejak 3 bulan
yang lalu ?
Jawab :
FR: Usia lanjut

FR: DM
Perubaha Perubah Faktor Risiko: Perubah
Bersifat ↑ n VU an
 Aktivitas
an otot
osmolaritas uretra dasar
↑kontraksi fisik rendah
panggul
FR: involunter ↑  Riwayat
minum deposit kehamilan ↑ deposit
Dieresis ↓saraf
obat kolagen dan dan
osmotik autonom persalinan
HCT  Atrofi kolagen
↑fibrosis &  Riwayat jaringan
mukosa
kolagen menopause ikat otot
 Menipis
poliuri nya Otot
lapisan melemah
otot
↑Teknan(P)
Intravesica
Aktivitas Kelemahan
Kelemah
m.detrusor ↑ muskulus
an otot
sfingter uretra
↓ kap VU dasar
Dorongan eksterna
panggul
urin klr ↑
Kontrksi VU ≠
trkndli ↑ P intraVU
(Overactiv VU)
nokturia ↓ kap VU Dorongan
urin klr ↑

Sulit menahan
BAK

3. Ny Sari adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik rendah. Akibat gejala ini, Ny Sari
justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.

13
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Jawab :
a. Apa hubungan tingkat aktivitas fisik yang rendah dengan kasus ?
Jawab :
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko inkontinensia dengan memperkuat otot dasar
pelvis. Aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan melemahnya otot-otot dasar panggul sehingga
semakin rentan terjadinya inkontinensia urin.
Jadi, hubungannya aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya inkontinensia urin

b. Apa akibat menghndari aktivitas fisik di luar rumah ?


Jawab :
Dampaknya Ny. Siti akan terjauhi dengan kehidupan masyarakat  dapat membuatnya cenderung lebih
murung dan depresi serta menjadi FR terjadinya gangguan psikologi dan psikiatri lainnya seperti
scizofrenia

4. Riwayat penyakit dahulu : Ny Sari menderita DM dan hipertensi sejak 15 yang lalu, kontrol tidak
teratur, minum obat Metformin 3x1 , captopril 2x12,5 mg dam HCT 1x1
a. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu Ny. Sari dengan eluhan saat ini ?
Jawab :
Riwayat penyakit dahulu menderita DM dan hoertensi sejak 15 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur;
 Diabetus militus ; terdapat hubungan antara Dm dengan terjadinya inkontinensia urine pada kasus
ini
Riwayat penyakit dahulu: DM  hiperglikemi  melampaui tresh hold absorpsi ginjal 
glikosuria  dieresis osmotic  volume urin ↑  poliuri  berisiko mengalami inkontinensia
urin
 Hipertensi ; tidak terdapat hubungan antara penyakit hipertensi yang dialami dengan terjadinya
inkontinensia urine

b. Apa hubungan obat yang diminum Ny. Sari dengan keluhan saat ini ?
Jawab :

14
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Riwayat mengonsumsi obat:


Metformin
Mekanisme kerja :
Kerjanya dalam menurunkan kadar gula darah tidak bergantung pada sel beta pankreas yang berfungsi.
Hipotesis terkini tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan glukoneogenesis dihati dan
ginjal (2) perlambatan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan konversi glukosa menjadi
laktat oleh enterosit ; (3) stimulasi langsung glikolisis dijaringan dengan peningkatan bersihan glukosa
dari darah dan ; (4) penurunan kadar glukagon plasma.

Metabolisme dan eksresi


Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam, tidak berkaitan dengan protei plasma, tidak dimetabolisme
dan diekresikan oleh ginjal sebagai senyawa akif. Akibat blokade glukoneogenesis oleh metformin, obat
ini dapat mengganggu metabolisme asam laktat dihati. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal, biguanid
menumpuk sehingga meningkatkan risiko terjadinya asidosis laktat, yang agaknya menjadi kompliksi yang
bergantung pada dosis tunggal tersebut.

Toksisitas
Efek toksisitas tersering metformin terjadi disaluran cerna (anoreksia, mual,muntah, rasa tidak nyaman
diabdomen, diare) dan terjadi pada hingga 20% pasien.

Jadi pada kasus, tidak ada hubungan bermakna antara mengonsumsi obat metformin dengan terjadinya
inkontinensia urine. Karena efek toksik yang terjadi pada metformin berhubungan dengan saluran
pencernaan.

Captopril (penghambat ACE)


Mekanisme kerja
Captopril menghambat converting enzyme , peptidil dipeptidase yang nenghidrolisis angiotensin I menjadi
angiotensin II dan menginaktifkan bradikinin, vasodilator yang poten, yang setidaknya bekerja sebagian
dengan merangsang pelepasan nitrat oksida dari kerja penghambat pada sistem renin angiotensin dan suatu
kerja rangsangan pada sistem kinin-kalikrein.Penghambat angiotensin II menurunkan tekanan darah
terutama dengan mengurangi tahanan vaskular perifer. Curah jantung dan frekuensi jantung tidak diubah
secara nyata.

15
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Toksisitas
Hipotensi berat dapat terjadi setelah pemberian dosis-dosis awal beberapa penghambat ACE pada pasien
yang hipovolemik akibat diuretik. Efek tak diinginkan lain yang sering ditemukan disemua penghambat
ACE adalah gagal ginjal akut, hiperkalemia, batuk kering yang kadang disertai mengi dan angioedema.

Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat captopril dengan terjadinya inkontinensia
urine. Karena efek toksis yang terjadi pada obat captopril salah satunya batuk. Batuk dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen sehingga dapat memperberat keadaan inkontinensia urine.

Hidroklorotiazid (HCT)
Mekanisme kerja
Tiazid menghambat reabsorbsi NaCl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade transporter Na+/
Cl- . Berbeda dengan CAT, tempat diuretik loop menghambat reabsorbsi Ca2+. Peningkatan ini
diperkirakan terjadi akibat efek tiazid pada tubulus contortus proksimal dan distal. Dalam tubulus
proksimal, hilangnya volume cairan tubuh akibat tiazid menyebabkan peningkatan reabsorbsi pasif Ca2+
dan Na2+.

Toksisitas
a. alkalosis metabolik hipokalemia
b. gangguan toleransi karbohidrat
c. hiperlipidemia
d. hiponatremia
e. reaksi alergi

Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat HCT dengan terjadinya inkontinensia urine.
HCT merupakan obat golongan diuretik yang dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia urine.
Mekanisme kerja HCT menghambat reabsorbsi natrium di tubula distal ginjal, sehingga menyababkan
peningkatan eksresi natrium dan air, begitu pula kalium dan ion hidrogen.

5. Riwayat kehailan : Ny Sari sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan


a. Apa makna dan hubungan sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan ?

16
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Jawab :
Sudah melahirkan 6 kali (grandemultipara) :
Tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama
sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya
inkontinensia urine

6. Riwayat menopause : sejak umur 45 tahun


a. Apa hubungan menopause sejak umur 45 tahun dengan kasus ini ?
Jawab :
Pada saat menopause  penurunan produksi estrogen  atrofi pada sel-sel uretra dan berkurangnya
aliran darah ke jaringan Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi -- Matriks yang terdiri dari
berbagai jenis kolagen, elastin, fibronektin dan proteoglikan juga mengalami perubahan Perubahan-
perubahan ini dan penurunan aliran darah menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot polos
uretra dan detrusor vesika  mengganggu mekanisme kerja jaringan-jaringan ikat Akibatnya pada usia
tua mudah terjadi kelemahan pada dasar panggul dan berpengaruh terhadap intergritas sistem
neuromuskular  Kelemahan M.sfingter urethra exsterna  Inkontinensia urine

7. Pemeriksaan fisik : Keadaan umu : compos mentis


Vital sign : TD : 160/90 mmHg; RR : 18 x/menit , Temp : 36,7 O C, HR : 70 x/menit reguler
Pemeriksaan khusus :
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Ekstremitas : dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan abnormal ? (TD)
Jawab :

Pemeriksaan Klasifikasi Kasus Interpretasi

17
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Tekanan Klasifikasi menurut JNC 7 TD : Hipertensi


Darah Normal <120/80 mmHg 160/90 Stage II
Prehipertensi 120-139/80-89 mmHg mmHg
Hipertensi ≥ 140/90 mmHg
Hipertensi stage I 140-159/90-99 mmHg
Hipertensi stage II ≥ 160/100 mmHg

Patofisiologi
Tekanan Darah (hipertensi stage II)
FR (Usia lanjut) perubahan vaskuler (penurunan elastisitas pembuluh darah akibat peningkatan kolagen
di dalam struktur pembuluh darah) resistensi perifer meningkat  hipertensi (stadium 2)

8. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11 gr%
Diff Count : 1/1/14/58/20/4
Urin rutin : leukosit 1-2 , eritrosit 2-5
Kimia darah : GDS 250 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4 mg/dl
Leukosit : 9500/ mm3
a. Bagaimana interpretasi dan dan mekanisme dari pemeriksaan laboratorium abnormal ?
Jawab :
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi

Hb 11 g% 12-16 g% Anemia

Leukosit 9500/m3 5000-10.000 Normal

Diff Count 1/1/14/58/20/4 Basofil : 0-1 Netrofil batang


meningkat: Shift to the
Eosinofil : 1-3
Left  infeksi bersifat
Batang : 2-6 akut

Segmen : 40-70

Limfosit : 20-40

18
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Monosit : 2-8

Leukosit 1-2 0-4 Normal

Eritrosit 2-5 0-3 Hematuria mikroskopik

GDS 250 70-110 Hiperglikemia

Ureum 35 20-40 Normal

Creatinin 1 0,5-1,5 Normal

Asam Urat 4 2-6 Normal

Patofisiologi
Anemia
FR (Usia lanjut)  perubahan dari sistem hematopoiesis (penurunan eritropoiesis oleh sumsum tulang) 
produksi eritrosit menurun  anemia

Netrofil batang meningkat (Shift to the Left)


Inkontinensia urin  kemungkinan tinggi terjadi infeksi saluran kemih (ISK)  diif count shift to the left

Eritrosit 2-5 (↑ eritrosit dalam urin)


Hipertensi  tekanan di glomerulus meningkat  beberapa eritrosit gagal untuk disaring  adanya
eritrosit dalam urin.

Hiperglikemi
FR (Usia lanjut)  proses degeneratif, perubahan gaya hidup (aktifitas fisik yang rendah → obesitas →
sel adiposa dapat membuat dan melepaskan adipositokin yaitu TNF-alfa yang berperan menginduksi
resistensi insulin melalui glukose transporter 4 (GLUT4)), dan perubahan pelepasan insulin (akibat
ganguan gen glukokinase)  glukosa dalam darah meningkat  hiperglikemi (GDS 250 mg/dl)

9. Cara mendiagnosis
Jawab :

19
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Cara mendiagnoss pada kasus :


1. Anamnesis
 Sejak 1 minggu mengalami sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine sebelum
sampai di kamar mandi.
 Urine sering keluar sedikit-sedikit jika sedang batuk.
 Sejak 3 bulan yang lalu sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.
 Tingkat aktivitas fisik rendah.
 Menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
2. Riwayat penyakit dahulu :menderita DM dan hipertensi sejak 15 yang lalu, kontrol tidak teratur, minum
obat Metformin 3x1 , captopril 2x12,5 mg dam HCT 1x1
3. Riwayat kehailan : melahirkan 6 kali spontan cukup bulan
4. Riwayat menopause : sejak umur 45 tahun
5. Pemeriksaan fisik : Keadaan umu : compos mentis
Vital sign : TD : 160/90 mmHg; RR : 18 x/menit , Temp : 36,7 O C, HR : 70 x/menit reguler
6. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11 gr%
Diff Count : 1/1/14/58/20/4
Urin rutin : leukosit 1-2 , eritrosit 2-5
Kimia darah : GDS 250 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4mg/dl
Leukosit : 9500/ mm3

Diagnosis inkontinensia urine bertujuan untuk :


1. Menentukan kemungkinan inkontinensia urine tersebut reversibel
2. Menentukan kondisi yang memerlukan uji diagnostik khusus
3. Menentukan jenis penanganan opeeratif, obat dan perilaku

10. DD
Jawab :

20
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Tipe
Campuran Tipe Tipe Tipe Tipe
(uregensi dan urgensi stress overflow fungsional
Stress)
Urin keluar Ada keinginan Ada keinginan Tekanan Vesika urinaria Pada orang usia
pada saat untuk untuk intraabdomen mencapai lanjut yg tidak
kencing (tidak kencing (tidak meningkat kapasitas mampu atau tidak
mampu mampu (batuk, bersin, maksimum tetapi mau mencapai
menunda) menunda)>8x mengangkat tidak dapat keluar toilet pada
sehari beban) semuanya waktunya
Menopause Faktor risiko Faktor risiko Faktor risiko - -
mekanisme Melemahnya Melemahnya Kelemahan otot Obstruksi parsial Kelainan saluran
sfingter uretra sfingter uretra panggul yang atau otot vesika kemih bg bawah
eksterna, eksterna, menyebabkan urinaria yang spt hiperaktivitas
overactive bladder: overactive bladder gangguan fungsi inaktif detrusor
aktivitas detrusor : sfingter uretra
berlebihan selama aktivitas detrusor
fase berlebihan selama
pengisian/penyimp fase
anan, dan pengisian/penyimp
Kelemahan otot anan
panggul yang
menyebabkan
gangguan fungsi
sfingter uretra
Penyebab Non neurogenik; Non neurogenik; • Prolaps • Menurunnya • Gangguan
• Inflamasi atau • Inflamasi atau Hipermobilita kontraksi VU fisis:
iritasi pada VU iritasi pada VU s uretra • Denervasi gangguan
• Proses menua: • Proses menua: • Perubahan pada detrusor immobilitas
• Kelemahan otot • Kelemahan otot posisi uretra akibat akibat
dasar panggul dasar panggul dan VU kelainan arthritis,
• Idiopatik • Idiopatik • Defisiensi neurologis paraplegia
intrinsik yang inferior,
Neurogenik ; Neurogenik ; sfingter(konge mempengaruh stroke
• SSP yang • SSP yang nital) i inervasi VU • Gangguan
menghambat menghambat kognitif akibat

21
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

kontraksi VU kontraksi VU • Predisposisi : • Obtruksi delirium atau


• Kelainan • Kelainan obesitas , aliran urin demensia
neurologik neurologik batuk kronik , • Obtruksi • Obat
• akibat lesi • akibat lesi trauma anatomik pada
suprapontin suprapontin perineal, perempuan
(stroke,parkinson) (stroke,parkinson) melahirkan • Neuropati
pervaginam diabetes
• Prolaps melitus
Hipermobilitas
uretra
• Perubahan
posisi uretra dan
VU
• Defisiensi
intrinsik
sfingter(kongen
ital)
Predisposisi :
obesitas , batuk
kronik , trauma
perineal,
melahirkan
pervaginam

11. Data tambahan


Jawab :
Pemeriksaan tambahan :
1. Pemeriksaan laboratorium  untuk menyingkirkan adanya proses nflamasi / infeksi atau keganasan pada
saluran kemih
 Kultur urine
 Sitologi urine
 Uji fungsi ginjal
 USG ginjal

22
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

2. Pemeriksaan ginekologi  untuk mendiagnoss penyakit genikologi yang berhubungan dengan terjadinya
inkontinensia
3. Pemeriksaan urologi
4. Cystouretroskopi
5. Uji urodinamik sebagai suatu pengujian faktor normal dan abnormal pada proses pengisian, transpor, dan
pengoaongan urine pada kandung kemih dan uretra dengan menggunakan metode tertentu.
 Simpel
 Observasi proses pengosongan kandung kemih
 Uji batuk
 Cystometri simpel
 Kompleks
 Urine flowmetry
 Multichannel cystometrogram
 Pressure-flow study
 Leak-point pressure
 Urethral pressure profilometry
 Sphinter electromygraphy
 Video urodynamics
6. Postvoid Residual volume: untuk mengetahui kemungkinan adanya obstruksi intravesika atau
kelemahan otot detrusor. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan kateterisasi atau dengan USG
setelah miksi.

12. WD
Jawab :
Inkontinensia tipe campuran(tipe urgensi dan tipe stress) + DM tipe II dan hipertensi stageII

13. Tatalaksana
Jawab :

23
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

1. Modalitas suportif non-spesifik


 Edukasi
 Memakai substansi toilet
 Manipulasi lingkungan
 Pakaian tertentu dan pads
 Modifikasi intaks cairan obat
2. Intervensi behavior
Bergantung pasien :
 Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi non-farmakologi
lainnya. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan teknik
distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali.
 Latihan otot dasar panggul merupakan terapi yang efektif untuk inkontinensia urin tipe stress
atau campuran dan tipe urgensi. Latihan ini dilakukan tiga sampai lima kali sehari dengan 15
kontraksi dan menahan hingga 10 detik. Latihan dilakukan dengan membuat kontraksi berulang-
ulang pada otot dasar panggul.
 Habit training memerlukan penjadwalan waktu berkemih. Diupayakan agar jadwal berkemih
sesuai dengan pola berkemih pasien sendiri.
 Promptes voiding dilakukan dengan mengajari pasien mengenali kondisi atau status kontinensia.
Teknik ini digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif
 Terapi biofeedback bertujuan agar pasien mampu mengontrol atau menahan kontraksi involunter
otot detrusor kandung kemihnya.
 Stimulasi elektrik merupakan terapi yang menggunakan dasar kejutan kontraksi otot pelvis
dengan menggunakan alat0alat bantu pada vagina atau rektum.
 Neuromodulasi merupakan terapi dengan menggunakan stimulasi saraf sakral.

Bergantung Caregiver (pengasuh)


 Penjadwalan miksi
 Latihan kebiasaan
 Prompted vuiding
 Obat

24
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

 Terapi farmakologi atau medikamentosa telah terbukti mempunyai efek yang baik
terhadap inkontinensia urine tipe urgensi dan tipe stress. Obat-obat yang dipergunakan
dapat digolongkan menjadi antokolinergik- antispasmodik, agonis adrenergik alfa,
estrogen topikal dan agonis adrenergik alfa.
 Pada kasus :.Golongan antikolinergik atau antispasmodic seperti Oksibutinin ; 2,5 – 5
mg tid, Tolterodine :2 mg bid, Propanthelin ; 15-30 mg tid, Dicyclomine ; 10-20 mg,
Imipramine ; 10-50 mg tid
 Pembedahan
 Tindaka operatif dilakukan atas pertimbangan yang matang dan didahului dengan evaluasi
urodinamik. Teknik pembedahan yang bertujuan untuk merusak struktur kekuatan
detrusor seperti transeksi terbuka kandung kemih, transeksi endoskopi, injeksi penol
periureter dan sistolisis telah banyak digunakan. Teknik pembedahan yang sering
digunakan adalah ileosistoplasti dan miektomi detrusor. Teknik pembedahan untuk
inkontinensia tipe stress adalah injectable intraurtehral bulking agents, suspensi leher
kandung kemih, urethral slings, dan artifical urinary sphincter. Teknik pembedahan
untuk inkontinensia tipe urgensi adalah augmentation cystoplasty dan stimulasi electrik.
 Kateter eksternal, intermitten, kronik atau menetap

Terapi primer untuk berbagai tipe inkontinensia urine


Tipe inkontinensia urine Terapi primer
Stress  Latihan kegel
 Agonis adrenergik α
 Estrogen
 Injeksi periuretral
 Operasi bagian leher kandung
kemih
Urgensi  Relaksan kandung kemih
 Estrogen
 Bladder training
Luber (overflow)  Operasi untuk menghilangkan
sumbatan
 Bladder retraining

25
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

 Kateterisasi intermiten
 Kateterisasi menetap
Fungsional  Intervensi behavioral
 Manipulasi lingkungan
 Pads

HCT
Pada usia lanjut efektif untuk hipertensi sistolik, tetapi apabila ada inkontinensa urine maka obat ini tidak
dianjurkan

Hipertensi kronik
1. Tujuan: control HR, cegah stroke, dan mengembalikan ritme sinus
2. Non Farmakologi Diet rendah garam dan olahraga teratur
3. Farmakologi  ganti HCT (diuretik) dan captopril yang digunakan pada kasus dengan antihipertensi
seperti ARA, digoxin, beta-blockers, calcium antagonists (verapamil or diltiazem), atau amiodarone.
Pada kasus ganti dengan Amlodipin 1x 5 mg,

Diabetes Melitus
Nonfarmakologi
 diet DM (mengurangi asupan kabohidrat, Low carbohidrat, Low fat, low sugar, middle protein, high
fiber, high water, Makannya sedikit tapi sering) dan olahraga teratur.

Farmakologi
Pemakaian metformin bisa dilanjutkan atau dapat diganti OAD. penggantinya dapat berupa:
 Sulfonyluria dan meglitinides  Merangsang sel beta untuk mengeluarkan insulin agar produksi insulin
meningkat, misalnya glibenclamid, glimepirid , dosis glibenclamide 2,5 -15 mg , diminum 1-2 x sehari
karena waktu paruhnya 12-24 jam
 Alfa glucosidase inhibitor  menghambat enzim yang mencena karbohidrat di usus sehingga pennyerapan
glukosa ke darah lebih lambat, misalnya acarbose dosis 50 – 100 mg , diminum 3x sehari
1. Komplikasi
Jawab :
Inkontinensia urine dapat menimbulkan komplikasi :

26
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

 Infeksi saluran kemuh


 Lecet pada area gluteus sampai dengan ulkus decubitus karena selalu lembab
 Infeksi kulit daerah genital
 Masalah psikososial
 Dehidrasi karena umumnya pasie mengurangi asupan cairan agar tidak terjadi inkontinensia urine

2. Prognosis
Jawab :
Quo ad fungsional  dubia ad bonam

Quo ad vitam  dubia ad bonam

 Inkontinensia urine tipe stress ;pengobatan yang efektif latihan kegel, agonis adrenergik alfa, estrogen,
tindakan bedah. Perbaikan dengan terapi agonis adrenergil alfa hanya sebesar 17-74%, tetapi perbaikan
dengan latihan kegel bisa mencapai 87-88%
 Inkontiensia urine tipe urgensi ; pengobatan yang efektif dengan relaksan kandung kemih, estrogen dan
bladder training. Pada inkontinensia urine tipe ini latihan kandung kemig membarikan perbaikan yang
cukup signifikan (75%) dibandingkan dengan penggunaan obat. Pilihan terapi bedah sangat terbatas dan
memilikti tingkat morbiditas yang tinggi
 Inkontinensia urine tipe campuran ; latihan kandung kemig dan latihan panggul memberikan hasil yang
lebih memuaskan dibandingkan penggunaan obat-obatan antikolinergik

3. KDU
Jawab :

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
4. PI
Jawab :

27
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Berobatlah. Sebab Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya,
kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR.
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata
bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam
kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486

Kesimpulan

28
INKONTINENSIA TIPE CAMPURAN (URGENSI & STRESS)

Ny. Sari 66 tahun mengeluh sulit menahan BAK, urine keluar sedikit-sedikit dan sering terbangun pada malam hari
untuk BAK akibat inkontinensia urine tipe campuran (tipe ugensi dan tipe stress) + hipertensi stage II dan Diabetus
militus tipe II

Kerangka konsep

FR: Usia lanut, FR : DM tidak Konsumsi Konsumsi Efek


menopause, terkontrol obat HCT obat samping
grandemultipar Captopril obat : Batuk
a, tingkat
aktivitas fisil
rendah, wanita

Kelemahan
pada otot dasar
panggul

Poliuri
Kelemahan M. ↑ tekanan
sphinter uterhra intraabdomen

Inkontinensia urine
tipe campuran (Tipe
urgnsi dan tipe stress)

29

You might also like