You are on page 1of 12

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No.

2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA


DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Putri Ayuningtyas1), Soegimin W. W.2), A. Imam Supardi3).

1)
Mahasiswap Rogram Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
2), 3)
Dosen Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya.
E-mail: putriayuningtyas26@gmail.com

Abstract: This study aims to produce a feasible, practical, and effective Physics learning materials with guided inquiry models to
facilitate high school students science process skills on the static fluids. The learning materials were try outed to the class XI
SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya in the second semester of the academic year 2013/2014 with the replication of three
classes which are class XI-IPA 1, XI-IPA 2, and XI-IPA 3. This research is the development research, with four D models. The
trial design using one-group pretest-posttest design. The results were obtained: (1) the validity of learning materials were good
category; the readability student textbook and worksheets were good category; (2) learning performance was good category;
student’s activities were categorized to students centered learning; (3) students gave the positive mastery of learning with high
gain scores; all students are quite able to practice skill process throught the performance test. Based on the result and discussion
of this research, it can be concluded that the Physics learning materials with guided inquiry models to facilitate science process
skills of high school students on the static fluids were feasible, practical, and effective to be used at learning process.

Keywords: Development of Learning Material, Guided Inquiry, Science Process Skills

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Fisika yang layak, praktis, dan efektif dengan
model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA pada materi fluida statis. Perangkat
pembelajaran tersebut diujikan terhadap siswa kelas XI SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya tahun pelajaran 2013/2014
dengan replikasi tiga kelas yaitu kelas XI-IPA 1, kelas XI-IPA 2, dan kelas XI-IPA 3. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan, dengan model 4-D. Rancangan ujicoba perangkat menggunakan one group pretest-posttest design. Hasil
penelitian menunjukkan: (1) validitas perangkat pembelajaran berkategori baik; tingkat keterbacaan buku ajar siswa dan lembar
kegiatan siswa berkategori baik; (2) keterlaksanaan RPP berkategori baik; aktivitas siswa menunjukkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa; (3) respon siswa positif terhadap proses pembelajaran; 93% siswa mencapai ketuntasan hasil belajar dengan
skor peningkatan yang tinggi; seluruh siswa sudah cukup mampu untuk berlatih keterampilan proses melalui tes kinerja.
Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran Fisika dengan model inkuiri
terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA pada materi fluida statis layak, praktis, dan efektif digunakan
dalam pembelajaran.

Kata kunci: Pengembangan Erangkat Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Proses Sains

I. PENDAHULUAN penyelidikan (a way of investigating) (Collette dan


Fisika merupakan salah satu cabang IPA (sains) Chiappetta, 1994). Proses pembelajaran Fisika bukan
yang mendasari perkembangan teknologi maju dan hanya memahami konsep-konsep Fisika, tetapi juga
konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika bertujuan siswa belajar berpikir konstruktif melalui Fisika sebagai
agar siswa memiliki kemampuan antara lain: keterampilan proses sains, sehingga pemahaman siswa
mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan terhadap hakikat Fisika menjadi utuh, baik sebagai
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui proses maupun sebagai produk (Lesmono, Supeno,
percobaan, merancang instrumen percobaan, Riani, 2012).
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta Siswa sekolah menengah memandang Fisika
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan, kurang
tertulis (BSNP, 2007). Fisika merupakan sebuah menyenangkan dan membosankan. Kondisi diruang
kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau kelas terlalu monoton, anak-anak dipaksa duduk dengan
jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk rapi selama berjam-jam mendengarkan guru

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 636


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
mencurahkan ilmu, memungkinkan siswa merasa ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
berada di dunia lain. Apa yang dialami siswa diruang pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
kelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang siswa. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
dialaminya. Kegembiraan, warna-warni kehidupan tidak investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh
lagi ditemukan diruang kelas, yang hanya ada buku, pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
catatan dan sederet perintah guru. Kondisi ini akan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah,
melahirkan kebosanan sehingga dapat berpengaruh metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
(Triharyanti, 2012). empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran
Pembelajaran yang berkualitas memerlukan suatu yang spesifik. (Mendikbud, 2013)
perangkat pembelajaran yang dapat membantu siswa Pembelajaran Fisika yang berkaitan dengan kerja
memahami dan menguasai materi Fisika dengan baik. ilmiah, sangat tepat jika guru memilih dan menerapkan
Implikasi dari pernyataan tersebut adalah agar guru model inkuiri. Untuk materi tertentu, guru perlu
dapat mengajar dengan baik, maka guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum mengembangkan rasa ingin tahunya dan memberikan
kegiatan belajar mengajar dimulai. Dengan demikian, peluang pada mereka untuk menemukan sendiri
perangkat pembelajaran memegang peranan penting jawaban atas rasa keingintahuannya, bukan justru
dalam kesuksesan proses pembelajaran guna membunuh rasa keingintahuan siswa. Untuk
mendukung kelancaran dalam kegiatan belajar menumbuhkan rasa keingintahuan dan keterampilan
mengajar. siswa dalam menemukan berbagai jawaban atas
Guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru perlu memberi
yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya, bimbingan, terlebih kepada siswa yang belum mampu
dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil melakukan langkah-langkah kerja ilmiah.
jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk
mau melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar jenjang SMA dilaksanakan menggunakan pendekatan
tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan, di samping ilmiah (scientific). Pembelajaran scientific tidak hanya
merugikan guru sebagai tenaga profesional juga akan memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum
sangat mengganggu perkembangan siswa. Untuk proses pembelajaran dipandang sangat penting. Dalam
membuat perencanaan yang baik dan dapat proses pembelajaran siswa dituntut agar berperan aktif
menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, terutama dalam kegiatan penemuan, sedangkan guru
setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang semula bertindak sebagai sumber belajar beralih
yang baik, antara lain: mengidentifikasi kebutuhan fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan
siswa, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, pembelajaran yang berperan mengarahkan
berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan (membimbing) siswa untuk memecahkan masalah-
untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi (Hunt, masalah yang dihadapi dalam belajar atau menemukan
dalam Majid, 2006). sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Seorang guru perlu mempersiapkan perangkat Pembelajaran scientific menekankan pada keterampilan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah proses (Mendikbud, 2013). Oleh karena itu,
sekumpulan media atau sarana yang membantu dan keberhasilan pembelajaran sains di sekolah dapat diukur
memudahkan proses belajar mengajar (PBM) untuk dari dua aspek penting yaitu dari proses ilmu
mencapai tujuan yang sudah ditentukan (Ibrahim, pengetahuan dan ilmu pengetahuan produk
2002). Perangkat pembelajaran diibaratkan seperti (Supriyatman dan Sukarno, 2014).
“segitiga emas pembelajaran”. Segitiga emas Hasil diskusi yang telah dilakukan dengan guru
pembelajaran memuat tujuan belajar, pengalaman Fisika SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya dapat
belajar, dan prosedur evaluasi, yang saling berkaitan diungkap bahwa:
antara satu dengan yang lainnya. Serangkaian perangkat 1. Belum tersedianya perangkat pembelajaran Fisika
pembelajaran yang berkualitas, perlu dikembangkan berbasis pendekatan ilmiah (scientific).
melalui penelitian pengembangan. Perangkat 2. Pelaksanaan pembelajaran Fisika hanya
pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola PBM menekankan pada pemahaman konsep, penguasaan
berupa: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran teori, dan pembahasan soal. Tujuan utama
(RPP), Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Kegiatan pembelajaran Fisika adalah siswa bisa mengerjakan
Siswa (LKS), Penilaian Hasil Belajar, serta Media soal.
Pembelajaran (Ibrahim, 2002). 3. Kegiatan praktikum belum mampu melatihkan
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi keterampilan proses sains seperti merumuskan
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 637


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
variabel percobaan, merancang percobaan, dan dengan model inkuiri terbimbing yang bertujuan untuk
kegiatan lain yang dapat melatihkan keterampilan melatihkan keterampilan proses sains siswa perlu
proses sains. Sehingga, keterampilan proses sains dilaksanakan. Untuk itu peneliti mengajukan penelitian
yang ada pada siswa tidak tampak. dengan judul, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Fenomena di atas merupakan kondisi nyata di Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
lapangan dalam proses belajar mengajar Fisika, pada Materi Fluida Statis”.
meskipun tidak semua sekolah mengalami keadaan Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk
yang sama. Menurut hasil pengamatan Wiyanto (2006) menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model
menunjukkan bahwa pada umumnya pembelajaran inkuiri terbimbing yang valid, praktis, dan efektif untuk
Fisika cenderung monoton dengan aktivitas sains melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA.
termasuk rendah. Keadaan seperti inilah yang menjadi
permasalahan yang menjadi penyebab masih rendahnya II. METODE PENELITIAN
hasil belajar siswa, termasuk keterampilan proses sains Jenis Penelitian ini adalah penelitian
siswa (Suwasono, 2011). pengembangan karena dikembangkan perangkat
Mengingat pentingnya keterampilan proses sains pembelajaran Fisika dengan model inkuiri terbimbing
dalam pembelajaran Fisika, maka salah satu upaya untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA
untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis. Perangkat pembelajaran yang
adalah melalui pembelajaran dengan model inkuiri dikembangkan terdiri dari Rencana Pelaksanaan
terbimbing. Menurut Bonnstetter dalam Inquiry: Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
Learning from the Past with an Eye on the Future Buku Ajar Siswa (BAS), dan Tes Hasil Belajar, dan Tes
mengungkapkan bahwa: Inkuiri terbimbing masih Kinerja (Keterampilan Proses). Disamping itu juga
memegang peranan guru dalam memilih materi atau dilengkapi dengan instrumen yang diperlukan dalam
bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi, akan penelitian ini yaitu lembar validasi perangkat
tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau pembelajaran, lembar pengamatan keterlaksanaan RPP,
merancang penyelidikan, menganalisa hasil, dan sampai lembar pengamatan aktivitas siswa, angket respon
pada kesimpulan. siswa, tes hasil belajar pengetahuan, tes kinerja
Menurut Herdian (2010), inkuiri terbimbing yaitu (keterampilan proses), serta lembar pengamatan
model pembelajaran di mana guru membimbing siswa hambatan-hambatan yang dihadapi selama KBM.
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal Perangkat akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai dan datanya dianalisis secara deskriptif. Subyek
peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap- penelitian ini adalah perangkat pembelajaran Fisika
tahap pemecahannya. Dengan model pembelajaran ini dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan
siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan keterampilan proses sains siswa SMA pada materi
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami fluida statis. Perangkat pembelajaran diterapkan pada
konsep-konsep pelajaran, siswa akan dihadapkan pada tiga kelas replikasi yaitu XI-IPA 1, XI-IPA 2, dan XI-
tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik IPA 3 SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya semester
melalui diskusi kelompok maupun secara individual genap tahun pelajaran 2013/2014.
agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu Model pengembangan perangkat yang digunakan
kesimpulan secara mandiri. dalam penelitian ini mengacu pada model 4-D (Four - D
Fluida statis merupakan salah satu materi yang ada Model) dari Thiagarajan, et al. (Ibrahim, 2002).
pada mata pelajaran Fisika yang cocok diajarkan Prosedur pengembangan perangkat model ini terdiri
dengan model inkuiri terbimbing. Alasan pertama dari empat tahap yaitu pendefinisian (define),
pemilihan materi ini karena materi ini dapat diajarkan di perencanaan (design), pengembangan (develop), dan
semua sekolah termasuk sekolah yang minim dengan penyebaran (disseminate). Namun dalam penelitian ini
peralatan laboratorium. Alasan yang kedua memilih pengembangan perangkat dilakukan hanya sampai pada
materi ini karena mencakup konsep dan aplikasi hukum tahap yang ketiga yakni tahap pengembangan
Pascal dan hukum Archimedes yang sering dijumpai (develop). Model ini dipilih karena tampak lebih
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model terperinci tahapan-tahapannya, sistematis, dan terarah,
pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan menjadi sehingga memudahkan bagi peneliti untuk
salah satu model pembelajaran yang dapat mengaplikasikannya. Model 4-D tersebut dapat dilihat
meningkatkan hasil belajar dan melatihkan pada Gambar 1.
keterampilan proses sains siswa. Rancangan uji coba perangkat pembelajaran yang
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian digunakan adalah One Group Pretest – Posttest Design
tentang pengembangan perangkat pembelajaran Fisika (Prabowo, 2011). Rancangan uji coba perangkat dapat

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 638


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
digambarkan sebagai berikut: ΣK
P= × 100%
ΣN
U1 L U2 (Hartati, 2014)
Dengan: Keterangan:
U1 : Uji Awal, untuk mengetahui tingkat P : Persentase keterbacaan BAS dan LKS
penguasaan siswa terhadap materi  K : Jumlah aspek keterbacaan siswa
pembelajaran sebelum dengan perlakuan  N : Jumlah total aspek keterbacaan siswa
(pretest).
L : Memberikan perlakuan pada siswa, yaitu 3. Analisis keterlaksanaan RPP
pembelajaran dengan model inkuiri Penilaian dan pengamatan dilakukan setiap kali
terbimbing untuk melatihkan keterampilan tatap muka oleh dua orang pengamat. Teknik analisis
proses sains siswa data keterlaksanaan RPP dilakukan secara deskriptif
U2 :Uji Akhir, untuk mengetahui hasil belajar kuantitatif dengan teknik persentase sebagai berikut:
dan tingkat penguasan materi pembelajaran
ΣA
sesudah perlakuan (posttest) P= × 100%
ΣN
Keterangan:
Teknik pengumpulan data digunakan untuk
P : Persentase keterlaksanaan RPP
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan
 A : Jumlah aspek yang terlaksana
dapat digunakan dengan tepat sesuai tujuan penelitian.
 N : Jumlah keseluruhan aspek yang diamati
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) observasi; (2) angket; dan (3)
Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran
pemberian tes.
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif dengan cara menghitung hasil pengamatan,
A. Teknik Analisis Data
dihitung berdasarkan skor rata-rata tiap bagian untuk
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
tiap RPP dan dikonversi menggunakan kriteria sebagai
adalah:
berikut:
1. Analisis validitas Peragkat Pembelajaran
1,00 – 1,99 = tidak baik
Perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP,
2,00 – 2,99 = kurang baik
Buku Ajara Siswa (BAS), LKS, Tes Hasil Belajar
3,00 – 3,49 = cukup baik
Pengetahuan, dan Tes Kinerja Siswa (Keterampilan
3,50 – 4,00 = baik
Proses) yang dikembangkan selanjutnya ditelaah oleh
pembimbing kemudian di validasi oleh validator untuk
4. Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
memberikan penilaian terhadap kelayakan untuk
Aktivitas siswa adalah segala aktivitas yang
dijadikan perangkat pembelajaran. Dalam penelitian ini
dilakukan oleh siswa selama KBM berlangsung dan
passing grade adalah skor rata-rata (P) dari hasil
dinilai oleh dua pengamat dengan menggunakan
penilaian para validator, kemudian disesuaikan dengan
instrumen yang disediakan. Aktivitas yang diamati
kriteria penilaian perangkat sebagai berikut:
meliputi: a) mendengarkan penjelasan guru, b)
Tabel 1. Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran
membaca bahan ajar, c) merumuskan masalah, d)
Interval Skor Kategori Penilaian merumuskan hipotesis, e) mengidentifikasi variabel, f)
melaksanakan percobaan, g) mempresentasikan hasil
3,5  P  4,0 Baik / Valid
percobaan, h) bertanya dan menanggapi pertanyaan
2,5  P < 3,5 Cukup Baik / Cukup Valid teman/kelompok/guru, i) berperilaku tidak relevan.
1,5  P < 2,5 Kurang Baik/ Kurang Valid Data yang diperoleh selanjutnya dipersentasekan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1,0  P < 1,5 Tidak Baik/ Tidak Valid
F
(Diadaptasi dari Ratumanan & Laurens, 2006) P= × 100%
N
Keterangan:
2. Analisis keterbacaan Buku Ajar Siswa (BAS) dan
P : Jumlah nilai dalam persen
LKS
F : Frekuensi dalam menit aktivitas siswa
Tingkat keterbacaan merupakan gambaran
yang diamati
bagaimana tingkat pembacaan siswa terhadap buku ajar
N : Jumlah aktivitas keseluruhan dalam menit
dan LKS yang telah dikembangkan. Teknik analisis
(Djamarah, 2002 dalam Hartati, 2014)
secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
rumus berikut:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 639


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
5. Analisis Kendala-kendala selama Kegiatan Belajar Hasil belajar siswa dapat dikatakan tuntas
Mengajar belajarnya secara individu apabila memenuhi KKM
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan yang telah disepakati bersama guru bidang studi.
kendala atau hambatan yang ditemui dilapangan selama Sebagai standar ketuntasan hasil belajar siswa secara
KBM dideskripsikan dan dicari solusinya untuk individual ditetapkan sebesar 75.
memperbaiki kendala-kendala yang ditemukan. Data hasil pretest dan posttest siswa dilakukan
analisis N-Gain. Gain menunjukkan perbedaan
6. Analisis Respon Siswa pengetahuan fisika siswa sebelum dan setelah
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui perlakuan.
pendapat siswa terhadap penerapan perangkat
Spost − Spret
pembelajaran yang dikembangkan. Respon siswa 〈g〉 =
dianalisis secara deskriptif dengan rumus persentase Smax − Spret
sebagai berikut:
Keterangan:
ΣR 〈g〉 = nilai gain
P= × 100% 𝑆𝑝𝑟𝑒𝑡 = nilai pre-test
ΣN
𝑆post = nilai post-test
Keterangan: 𝑆max = nilai maksimal.
P : Persentase respon siswa
ΣR : Jumlah respon Selanjutnya dari hasil perhitungan N-gain tersebut
Σ𝑁 : Jumlah keseluruhan respon kemudian dikonversi dengan kriteria seperti berikut:
(Hartati, 2014) Tabel 2. Kriteria Normalized Gain
Kriteria Normalized
7. Analisis ketuntasan belajar Aspek Pengetahuan Skor N-Gain
Gain
Ketuntasan belajar siswa dianalisis secara
deskriptif kuantitatif, meliputi: 0.70 < N-Gain Tinggi
a. Ketuntasan Indikator 0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 Sedang
Ketuntasan indikator dihitung dengan menggunakan
N-Gain < 0.30 Rendah
rumus:
(Hake,1999)
Ketuntasan indikator
Σ skor ketercapaian tiap indikator 8. Analisis Keterampilan Proses Siswa
= × 100%
Σ skor indikator dalam KD Tes kinerja digunakan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap keterampilan proses sains.
Suatu indikator dikatakan tuntas apabila 75% Ketuntasan tes kinerja ini merujuk pada KKM yaitu
siswa mencapai ketuntasan indikator. Rumus lebih besar atau sama dengan 75. Ketuntasan belajar
ketuntasan indikator mengacu pada BSNP (2006). siswa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
b. Ketuntasan Individual
Analisis untuk menentukan ketuntasan belajar siswa jumlah skor yang diperoleh
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai KTK = × 100%
jumlah skor maksimum
berikut:
Keterangan: KTK = Ketuntasan tes kinerja.
Pindividual
jumlah skor yang diperoleh siswa Langkah-langkah pengembangan perangkat
=[ ] × 100% pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing
jumlah skor maksimum
dideskripsikan pada diagram alur pada Gambar 1.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 640


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776

Analisis Kurikulum

Pendefinis
Analisis Siswa

ian
Analisis Tugas Analisis Konsep

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Kisi-kisi Tes dan


Penyusunan Perangkat
Validasi Tes

ngan
Peranca
Draft I Disain Perangkat

Validasi Perangkat

Draft II Revisi I

Revisi IV Draft

n
Pengembanga
Uji Coba I Uji Coba II

Saran-saran Data Saran-saran Data

Revisi III Analisis Data Revisi V


Analisis Data

Makalah Komprehensif Tesis


(Ibrahim, 2002)
Gambar 1. Diagram alir pengembangan perangkat pembelajaran diadaptasi model 4-D

III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI 2. Keterbacaan BAS dan LKS


A. Hasil Kelayakan Perangkat
1. Hasil validasi perangkat pembelajaran
Hasil pengembangan perangkat pembelajaran
fisika model inkuiri terbimbing yang dikembangkan
valid untuk digunakan dalam pembelajaran fisika untuk
melatihkan keterampilan proses sains siswa.
Tabel 3. Hasil validasi perangkat pembelajaran fisika
Nilai
Reliabil
No Jenis Perangkat rata- Kategori
itas
rata
1 RPP 3,79 Baik 100% Gambar 2. Persentase keterbacaan BAS
2 BAS 3,54 Baik 99,37%
3 LKS 3,59 Baik 98,70%
Tes Hasil
Belajar
Pengetahuan
a. Validitas Isi
4
b. Validitas Valid
3,60 95,80%
Bahasa dan Dapat
3,50 98,60%
Penulisan dipahami
Soal
Tes Kinerja
5 (Keterampilan 3,70 Valid 98,80%
Proses) Gambar 3. Persentase keterbacaan LKS

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 641


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Berdasarkan hasil penilaian, keterbacaan BAS Rata-rata skor keterlaksanaan RPP kelas replikasi
dan LKS secara umum berkategori baik dan layak I, II, dan III yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti,
digunakan dalam pembelajaran. penutup, dan suasana kelas berkategori baik.
Pengelolaan waktu dalam pembelajaran belum optimal
B. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran pada pertemuan pertama, Hal ini disebabkan karena
1. Keterlaksanaan RPP siswa merasa asing/tidak terbiasa dengan pembelajaran
Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam inkuiri terbimbing, sehingga membutuhkan waktu
RPP di kelas Replikasi I terlaksana dan secara rata-rata cukup lama untuk menjelaskan hal yang baru dalam
keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.60 dengan proses pembelajaran.
kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 97.33%. Keterlaksanaan RPP yang baik menunjukkan
bahwa guru mampu mengelola pembelajaran sesuai
dengan tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Guru mampu menggiring siswa ke dalam
situasi pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga siswa
dapat menemukan sendiri konsep materi fluida statis
melalui penyelidikan dengan benar. Hal ini sesuai
dengan teori Scaffolding Vygotsky tentang konsep
pembelajaran dengan bantuan, yang menyatakan bahwa
guru seharusnya memandu proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat menguasai secara tuntas
keterampilan-keterampilan dengan fungsi kognitif yang
Gambar 4. Keterlaksanaan RPP pada kelas replikasi I lebih tinggi (dalam Nur, 2011). Hal ini juga didukung
oleh Bruner (dalam Nur, 2011), yang menyarankan
Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam bahwa seorang guru tidak hanya memikirkan
RPP di kelas Replikasi II terlaksana dan secara rata-rata “bagaimana cara siswa belajar”, tetapi juga harus
keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.70 dengan memikirkan “bagaimana cara membantu siswa untuk
kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 96.89% belajar yang terbaik”, sehingga siswa dapat menguasai
konsep Fisika sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

2. Aktivitas siswa
Aktivitas yang menunjukkan keterlibatan aktif
siswa pada pembelajaran Fisika dengan model inkuiri
terbimbing meliputi membaca bahan ajar, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variabel, melaksanakan percobaan, mempresentasikan
hasil percobaan, bertanya dan menanggapi pertanyaan
Gambar 5. Katerlaksanaan RPP pada kelas replikasi II teman/kelompok/guru. Sementara itu aktivitas yang
berupa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam serta berperilaku tidak relevan tidak menunjukkan
RPP di kelas Replikasi III terlaksana dan secara rata- keterlibatan aktif siswa selama KBM.
rata keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.50 Pembelajaran inkuiri merupakan aktivitas
dengan kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 96.33% . beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat
pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber
informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui;
merencanakan penyelidikan; memeriksa kembali apa
yang telah diketahui menurut bukti eksperimen;
menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa,
dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban,
penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil
(National Science Education Standart). Berdasarkan
analisis aktivitas siswa di atas, maka dapat diperoleh
gambaran bahwa siswa telah melakukan aktivitas
Gambar 6. Keterlaksanaan RPP pada kelas replikasi III dominan selama melakukan penyelidikan. Siswa aktif

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 642


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
dalam berlatih beberapa keterampilan proses sains siswa diberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui
melalui pembelajaran inkuiri. ketuntasan hasil belajar siswa. Nilai pretest dan posttest
tersebut digunakan untuk mengukur apakah ada
3. Kendala-kendala selama Kegiatan Belajar Mengajar perbedaan hasil belajar siswa aspek pengetahuan antara
Kendala atau hambatan yang dihadapi selama sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan
proses pembelajaran berlangsung diantaranya (a) model inkuiri terbimbing untuk melatihkan
keterbatasan waktu dalam KBM, (b) Siswa belum keterampilan proses sains siswa pada materi fluida
terbiasa dalam merumuskan masalah, membuat statis. Nilai tersebut kemudian diolah untuk menghitung
hipotesis, dan menentukan variabel, (c) Siswa sensitivitas tes hasil belajar siswa aspek pengetahuan,
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan ketuntasan indikator pembelajaran, dan ketuntasan
analisis pada LKS, (d) Siswa tidak sabar untuk segera individual siswa.
melakukan percobaan, (e) Siswa masih belum percaya
diri ketika diminta oleh guru untuk menyampaikan hasil
kerjanya di depan teman-teman sekelasnya ataupun
untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
Hambatan-hambatan tersebut dominan ditemukan pada
pertemuan pertama dan dapat diminimalisir pada
pertemuan selanjutnya.

C. Keefektivan Perangkat Pembelajaran


1. Respon Siswa
Berdasarkan data dari kelas replikasi I, replikasi II, Gambar 8. Rata-rata N-Gain pada kelas replikasi I, II,
dan replikasi III diperoleh rata-rata persentase respon dan III
siswa yang dituangkan dalam gambar grafik sebagai Berdasarkan tes hasil belajar aspek pengetahuan
berikut. sebelum dan sesudah pembelajaran didapatkan bahwa
peningkatan skor ketuntasan belajar menunjukkan hasil
yang signifikan dimana skor jawaban yang didapatkan
siswa mengalami peningkatan, meskipun besar
peningkatannya tidak sama. Hasil perhitungan gain skor
ternormalisasi (N-gain score) dinyatakan bahwa N-gain
score tes hasil belajar aspek pengetahuan siswa
tergolong tinggi karena memiliki skor rata-rata  0,7
atau 70% yakni 0,79 atau 79% pada kelas replikasi I,
0,77 atau 77% pada kelas replikasi II, dan 0,76 atau
76% pada kelas replikasi III (Savinainen & Scott,
Gambar 7.. Rata-rata Persentase Respon Siswa Kelas 2002). Hal ini menunjukkan bahwa model inkuiri
Replikasi I, Replikasi II, dan Replikasi III terbimbing yang diterapkan dalam pembelajaran materi
pokok fluida statis dapat meningkatkan hasil belajar
Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa siswa secara signifikan. Hasil penelitian ini mendukung
dapat dinyatakan bahwa sebagian besar siswa merespon penelitian yang telah dilakukan oleh Burhanuddin
pembelajaran Fisika dengan model inkuiri terbimbing (2014) tentang pengembangan perangkat pembelajaran
untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing,
sebagai pembelajaran yang menarik dan baru. Siswa menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing dapat
memberikan respon yang sangat positif terhadap meningkatkan hasil belajar siswa, baik hasil belajar
pembelajaran Fisika dengan model inkuiri terbimbing produk maupun hasil belajar proses.
untuk melatihkan keterampilan proses sains, dapat Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing
dilihat dari persentase banyak siswa yang menyatakan siswa juga dibantu tahapan-tahapannya sesuai dengan
positif pada setiap aspek  70% (Nieven dalam Sulasih teori Vigotsky yang menekankan pada prinsip daerah
dan Patahuddin, 2010). perkembangan terdekat zone of proximal development
(Nur, 2011). Guru menggunakan ide Vygotsky dalam
2. Tes Hasil Belajar Siswa mengajarkan sains dengan cara menetapkan tugas-tugas
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran yang melampaui kemampuan siswa sendiri, tetapi yang
dengan menerapkan model inkuiri terbimbing, siswa dapat dicapai dengan bantuan guru. Awalnya apa yang
diberikan tes pendahuluan (pre-test) untuk mengetahui dilakukan siswa tergantung pada guru, tetapi semakin
kemampuan awal siswa. Setelah diberikan perlakuan, mandiri setelah menguasai tugas belajar dan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 643
Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
mendapatkan kontrol atas fungsi baru. Tugas guru siswa belum terbiasa dalam melakukan tes kinerja
adalah menyediakan lingkungan dan kondisi yang seperti hasil dalam angket respon dimana siswa merasa
memungkinkan siswa belajar untuk menguasai baru dalam merumuskan masalah, merumuskan
keterampilan baru dan belajar hal baru (Khotimah, hipotesis, merumuskan hipotesis, menentukan variabel,
2013). tetapi siswa sangat senang dengan pembelajaran yang
melatihkan keterampilan proses yang dikemas dalam
3. Tes Kinerja (Keterampilan Proses Sains) model inkuiri terbimbing. Ditambah lagi dengan
Selain diberikan tes hasil belajar pengetahuan, kenyataan bahwa 92,74% siswa (Gambar 7) merasa
siswa juga diminta untuk melakukan tes kinerja untuk mudah mengikuti komponen-komponen keterampilan
melihat keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. proses yang dilatihkan guru, siswa merasa mudah dalam
Keterampilan proses yang diamati pada saat siswa merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
melakukan tes kinerja meliputi: merumuskan masalah, menentukan variabel, melakukan percobaan,
merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, Kemudahan-kemudahan yang dirasakan oleh siswa
menganalisis data, dan menyimpulkan hasil tersebut menjadi salah satu faktor yang menarik dalam
eksperimen. Hasil analisis tes kinerja pada kelas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa sangat berminat
replikasi I, II, dan III disajikan sebagai berikut. mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing untuk
melatihkan keterampilan proses sains siswa.
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil ketuntasan
tes kinerja siswa sudah cukup mampu untuk berlatih
keterampilan proses melalui tes kinerja. Namun
demikian, siswa masih memerlukan latihan secara
berkelanjutan agar siswa terbiasa untuk menggunakan
keterampilan proses dalam memecahkan masalah-
masalah pada pembelajaran sains dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai lebih optimal.
Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri
terbimbing menunjukkan efektif untuk melatihkan
keterampilan proses sains siswa, dibuktikan dari hasil
Gambar 9. Hasil belajar keterampilan proses sains penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2013) dan
pada kelas replikasi I, II, dan III Chrisnawati (2013), yang menyatakan bahwa
pembelajaran dengan inkuiri terbimbing efektif untuk
Dalam pembelajaran Fisika, siswa sebagai subjek melatihkan keterampilan proses sains siswa dan
belajar perlu dibekali dan dilatih untuk mengembangkan keterampilan psikomotorik.
mengembangkan keterampilan proses sains melalui Penerapan keterampilan proses pada pembelajaran
serangkaian proses dan kerja ilmiah, sehingga tumbuh Fisika yang disajikan dengan strategi dan metode yang
dan tertanam sikap keilmuan pada diri siswa (Azis, tepat, diharapkan mampu membuat siswa terlatih dalam
2014). Topik tes kinerja tersebut adalah tentang hukum keterampilan yang bersifat ilmiah. Kegiatan
Archimedes yaitu hubungan antara gaya Archimedes pembelajaran seperti yang dilaksanakan dalam
yang bekerja pada benda dengan massa jenis fluida. pembelajaran ini diharapkan mampu memenuhi harapan
Keterampilan proses sains siswa mencapai dari kurikulum 2013 yaitu adanya peningkatan dan
kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 83.31. keseimbangan antara kemampuan dan pengetahuan
Peneliti beranggapan bahwa hasil ini dicapai karena untuk hidup secara layak dari peserta didik yang
siswa terus dilatih selama tiga kali pertemuan untuk meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
melakukan kegiatan eksperimen. Pada pertemuan keterampilan.
pertama guru memodelkan terlebih dahulu bagaimana Keterampilan proses sains yang diteliti ini sangat
melakukan eksperimen dan menggunakan keterampilan berkaitan erat dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini
proses. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam
gambaran-gambaran tentang apa yang akan dilakukan. pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian
Kemudian siswa melakukan eksperimen dengan emas perkembangan dan pengembangan sikap,
bimbingan guru untuk merumuskan masalah, hipotesis, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode
merumuskan hipotesis, menentukan variabel, ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan
merancang percobaan, mengambil data percobaan, kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan
menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Walaupun simpulan umum. Untuk dapat disebut ilmiah, metode

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 644


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada komprehensif tidak dipublikasikan). Universitas
bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, Negeri Surabaya.
dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang Banchi, H. and Bell, R. (2008). The many levels of
spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat inquiry. (Online). Tersedia
serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan http://learningcenter.nsta.org/files/sc0810_26.pdf.
ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji Diakses tanggal 16 Januari 2014.
hipotesis (Mendikbud, 2013). Rangkaian kegiatan inilah Bonnstetter, R.J. (1998). “Inquiry: learning from the
yang dilatihkan oleh peneliti kepada siswa agar mereka past with an eye on the future”. Electronic journal
terbiasa bekerja ilmiah, khususnya dalam pembelajaran of science education. Vol. 3, No. 1.
Fisika. Borich, D. (1994). Observation skill for effective
teaching. New York: Macmilan Publising
IV. KESIMPULAN Company.
Berdasarkan analisis, pembahasan hasil, dan Burhanuddin. (2013). Pengembangan perangkat
temuan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran listrik dinamis dengan model
pengembangan perangkat pembelajaran Fisika dengan inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan
model inkuiri terbimbing untuk melatihkan proses sains dan meningkatkan hasil belajar
keterampilan proses sains siswa SMA pada materi produk. (Tesis Magister Pendidikan Tidak
fluida statis telah memenuhi syarat kevalidan, dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya.
kepraktisan, dan keefektivan sehingga layak digunakan Chrisnawati, Z. (2013). Pengembangan perangkat
dalam proses pembelajaran. pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
Beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan melatihkan keterampilan proses sains pada
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil materi suhu dan kalor. (Tesis Magister
yang didapat adalah sebagai berikut: Pendidikan Tidak dipublikasikan). Universitas
1. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing Negeri Surabaya.
memerlukan pengaturan waktu seefektif mungkin Collette, A.T. dan Chiapetta, E.L. (1994). Science
sehingga pembelajaran dapat berlangsung sesuai instruction in the middle and secondary schools.
dengan tujuan yang telah ditentukan. New York: Macmillan Publising Company
2. Dalam merencanakan dan melaksanakan Depdiknas. (2006). Peraturan menteri pendidikan
pembelajaran inkuiri, hendaknya guru menyiapkan nasional republik indonesia no.22 tahun 2006
alat-alat dan bahan percobaan yang akan digunakan tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
dengan teliti, sehingga kegiatan penyelidikan dapat dan menengah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
berjalan dengan lancar. Eggen, P.D. and Kauchak, D.P. (1993). Strategy for
3. Guru perlu terus melatih siswanya untuk teacher. Singapore: Allyn and Bacon
mengembangkan keterampilan proses sains melalui Giancoli, D.C. (2005). Fisika edisi keenam. Jakarta:
kegiatan-kegiatan percobaan supaya siswa terbiasa Erlangga
melakukannya. Gronlund, N.T. (1982). Constucting achievment test.
Mengingat respon siswa terhadap model Engglewood Clifs, NJ: Prentice-Hall
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan Hake. (1999). Analyzing change/gain scores. (Online).
keterampilan proses sains positif, maka diharapkan Tersedia http://www.
model ini dapat diterapkan pada materi Fisika yang lain. physicsindiana.edu/sdi/Analyzing-Change-Gain.
pdf. Diakses 15 November 2013.
REFERENSI Hartati. (2014). Pengembangan perangkat
Ahmadi, I.K. dan Amri, S. (2011). Pengembangan pembelajaran kimia berbasis pendekatan
pembelajaran IPS terpadu. Jakarta: Prestasi keterampilan proses untuk meningkatkan
Pustakarya. penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
Akbar, S. (2013). Instrumen perangkat pembelajaran. kritis siswa pada materi pokok koloid di SMA.
Bandung: Remaja Rosdakarya. (Tesis Magister Pendidikan Tidak
Amaliah, N. (2012). Standar pengembangan buku teks dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya.
pelajaran. Jakarta: Wordpress. Herdian. (2010). Model pembelajaran inkuiri. Jakarta:
Arends, R. (2012). Learning to teach, ninth edition. Wordpress.
New York: Mc-Graw Hill. Herron, M.D. (1971). “The nature of scientific
Azis, M. (2014). Pengembangan perangkat inquiry”. School Review, 79(2), 171-212.
pembelajaran inkuiri berbantuan program Holil, A. (2008). Keterampilan proses. Jakarta:
simulasi PhET untuk melatihkan keterampilan Wordpress.
proses dan pemahaman konsep IPA (Makalah Ibrahim, M. (2002). Pengembangan perangkat

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 645


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
pembelajaran (pelatihan terintegrasi berbasis Sekolah: Universitas Negeri Surabaya.
kompetensi guru mata pelajaran biologi). Jakarta: Nur, M. (2011). Teori-teori belajar. Pusat Sains dan
Depdiknas Matematika Sekolah: Universitas Negeri
Ibrahim, M. (2005). Asesmen berkelanjutan. Surabaya: Surabaya.
Unesa University Press Nurfatita, N. (2011). Pengertian inkuiri. (Online).
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2000). Models of Tersedia http://nitanurtafita.blogspot.com.
teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
Kardi, S. (2002). Mengembangkan tes hasil belajar.. Opara and Oguzor. (2011). “Inquiry instructional
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. method and the school science currículum”.
Kardi, S. (2013). Model pembelajaran langsung, Jurnal internasional. research journal of social
inkuiri, sains teknologi dan masyarakat. sciences 3(3): 188-198, 2011. (halaman 188-198).
Surabaya: Pendidikan Sains PPs. Universitas Prabowo. (2011). Metodologi penelitian (sains dan
Negeri Surabaya. pendidikan sains). Surabaya: UNESA University
Khotimah, K. (2013). “Pengembangan perangkat Press.
pembelajaran berdasarkan model inkuiri Permendiknas Nomor 22. (2006). Standar kompetensi
terbimbing dalam rangka melatihkan dan kompetensi dasar. Jakarta: Kementrian
keterampilan proses siswa” (Makalah Pendidikan Nasional.
komprehensif tidak dipublikasikan). Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Universitas Negeri Surabaya. (2014). Pedoman penulisan tesis dan disertasi.
Koes, S. (2003). Strategi pembelajaran fisika, Surabaya.
technical cooperation project for development of Ratumanan, G.T. (2004). Belajar dan pembelajaran.
science and mathematics teaching for primary Surabaya: UNESA University Press
and secondary education in indonesia (IMSTEP), Ratumanan, G.T., dan T, Laurens. (2006). Evaluasi
JICA. Malang: Universitas Negeri Malang. hasil belajar yang relevan dengan kurikulum
Kuhlthau C.C., Maniotes L.K., Caspari A.K. (2007). berbasis kompetensi. Surabaya: UNESA
Guided inquiry: learning in the 21st century University Press
school. London: Libraries Unlimited Rustaman, N.Y. (2005). “Perkembangan penelitian
Lesmono, A.D., Supeno, Riani, T. (2012). “Penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dalam pendidikan
pendekatan keterampilan proses sains dengan sains”. Makalah dipresentasikan dalam seminar
model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam nasional II himpunan ikatan sarjana dan
pembelajaran fisika”. Jurnal pendidikan fisika pemerhati pendidikan IPA indonesia bekerjasama
universitas jember. Vol. 1, No. 1, pp. 119-124. dengan FPMIPA universitas pendidikan
Majid, A. (2007). Perencanaan pembelajaran. indonesia, Bandung, tanggal 22 – 23 Juli 2005.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Slavin, R.E. (1994). Cooperative learning: theory,
Meador. (2010). Introduction to inquiry physic a research, and practice. Second Edition. Boston:
modified learning cycle curriculum. Bartlesville: Allyn and Bacon.
Bartlesville High School. (Online). Tersedia Soegimin, W.W. (1993). Pengantar fisika statistik.
http://inquiryphysics.org/, Diakses tanggal 16 Surabaya: ITS.
Januari 2014. Sulasih dan Patahuddin, S. (2010). “Pengembangan
Mendikbud. (2013). Diklat guru dalam rangka perangkat pembelajaran tesselasi berbasis inkuiri
implementasi kurikulum 2013: konsep pendekatan dengan menggunakan ICT”. Makalah SEACMA-
scientific. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan 2. Surabaya: ITS.
Kebudayaan. Supriyatman dan Sukarno, (2014). “Improving science
Mendikbud. (2013). Standar proses pendidikan dasar process skills (sps) science concepts mastery
dan menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan (SCM) prospective student teachers through
dan Kebudayaan. inquiry learning instruction model by using
National Academy of Sciences. (2000). Inquiry and the interactive computer simulation”. International
national science education standards: a guide for journal of science and research (IJSR), India
teaching and learning. Washington DC: National Online ISSN: 2319-7064. Volume 3 Issue 2,
Academy Press Februari 2014. www.ijsr.net
Nur, M. (2011). Model pembelajaran berdasarkan Sutrisno, (1997). Fisika dasar: mekanika. Bandung:
masalah. Pusat Sains dan Matematika Sekolah: Institut Teknologi Bandung.
Universitas Negeri Surabaya. Suwasono, P. (2011). “Upaya meningkatkan
Nur, M. (2011). Modul keterampilan-keterampilan keterampilan proses sains mahasiswa fisika
proses sains. Pusat Sains dan Matematika angkatan tahun 2010/2011 offering M kelas G

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 646


Inkuiri Terbimbing untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
melalui penerapan pembelajaran fisika model Wenning, C.J. (2005). “Levels of inquiry: hierarchies
inkuiri terbimbing”. Jurnal fisika dan of pedagogical practices and inquiry processes”.
pembelajarannya. Volume 15, Nomor 1. Journal of physics teacher education. Vol. 2, No.
TIM BSNP. (2007). Permendiknas nomor 41 tahun 3,
2007 tentang standar proses untuk satuan Wenning, C.J. (2010). ”Using inquiry spectrum
pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP. learning to teach science”. Journal of pysics
Tribowo, P. (2013). Pengembangan perangkat teacher education. Vol. 5, No. 3Summer. pp. 11-
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing 20.
(guided inquiry) untuk melatihkan keterampilan Wenning, C.J. (2011). “Experimental inquiry in
berpikir kritis pada materi fluida statis (Tesis introductory physics courses” dalam JPTEO
Magister Pendidikan Tidak dipublikasikan). (Journal of physics teacher education online)
Universitas Negeri Surabaya. Illinois State University Physics Dept. USA. No.
Triharyanti, C. (2012). “Pengembangan perangkat 2, Vol. 6. Halaman 2-7.
pembelajaran kuantum - think pair share (TPS) Wiyanto. (2006). “Potret Pembelajaran sains di SMP
pada materi reaksi redoks”. Prosiding Seminar dan SMA”. Jurnal pendidikan fisika indonesia.
Nasional Kimia Unesa. Volume 4, Nomor 2..
Wardoyo, S.M. (2013). Pembelajaran konstruktivisme Young, H.D. and Freedman, R.A. (2002). Fisika
teori dan aplikasi pembelajaran dalam universitas edisi kesepuluh jilid I. Jakarta:
pembentukan karakter. Bandung: Alfabeta. Erlangga.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model 647


Inkuiri Terbimbing untuk …

You might also like