You are on page 1of 1

Status ekonomi yang lebih tinggi tampaknya memiliki pelindung efek pada anemia

dan IDA(1) sesuai dengan hasil dari studi sebelumnya penelitian yang dilakukan di
Yunani menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan dan
mengkonsumsi lebih banyak daging memiliki prevalensi anemia yang lebih
rendah(2). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia dan defisiensi
zat besi: usia, jenis kelamin dan fisiologis, patologis dan kondisi gizi(3). Komponen
gizi merupakan faktor yang sangat penting, terutama berkenaan dengan defisiensi zat
besi. Diet besi diklasifikasikan menjadi dua bentuk: besi heme dan non-heme. Zat
besi ditemukan dalam daging dan memiliki bioavailabilitas tinggi, sedangkan
Besi non-heme kaya akan tumbuhan dan memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah.
Bioavailabilitas besi non-heme tergantung pada yang lain nutrisi yang bertindak
sebagai peningkat atau penghambat. Vitamin C dan daging adalah peningkat, dan
kalsium, serat, teh dan kopi adalah inhibitor penyerapan zat besi non-heme (4, 5).
Hasil penelitian Kim et al (2013) mengungkapkan prevalensi anemia dan IDA pada
gadis Korea masing-masing 5,3 dan 4,2%. Anak perempuan dengan anemia lebih
tua, lebih tinggi, lebih berat, memiliki BMI lebih tinggi, memiliki porsi menarche
lebih tinggi dan mengkonsumsi lebih sedikit daging merah daripada anak perempuan
tanpa anemia. Anak perempuan dengan pendapatan lebih tinggi memiliki prevalensi
anemia yang lebih rendah dan mengkonsumsi lebih banyak zat besi dan vitamin.
Analisis regresi logistik menunjukkan kecenderungan menurun pada prevalensi
anemia karena pendapatan rumah tangga meningkat. Analisis korelasi menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pendapatan rumah tangga dan serum hemoglobin dan
kadar feritin (P = 0,003 dan P = 0,026, masing-masing).(1)

1. Kim JY, Shin S, Han K, Lee K-C, Kim J-H, Choi YS, et al. Relationship between
socioeconomic status and anemia prevalence in adolescent girls based on the fourth and
fifth Korea National Health and Nutrition Examination Surveys. European Journal of Clinical
Nutrition. 2013;Volume 68:Pages 253–8.
2. Gompakis N, Economou M, Tsantali C, Kouloulias V, Keramida M, Athanasiou-
Metaxa M. The effect of dietary habits and socioeconomic status on the prevalence of iron
deficiency in children of northern Greece. Acta Haematol. 2007;117:200–4.
3. Organization WH. Iron Deficiency Anaemia: Assessment, Prevention And Control. A
guide for programme managers. WHO: Geneva, 2001.
. WHO: Geneva; 2001.
4. Conrad M, Umbreit J, Moore E. Iron absorption and transport. Am J Med Sci
1999;318:213–29.
5. Andrews N. Iron Deficiency and Related Disorders. In: In: Greer JP PJ, Rodgers GM,
Paraskevas F, Glader B, Arber DA et al., editor. Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &
Wilkins: Philadelphia): Wintrobe’s Clinical Hematology. 12 edn.; 2009. p. 810–34.

You might also like