Professional Documents
Culture Documents
· Disfagia adalah kesulitan dalam menelan cairan dan atau makanan yang disebabkan karena adanya
gangguan pada proses menelan. Disfagia pada pasien stroke terjadi karena disfungsi dan inkoordinasi
otot faring dan central nervous system kehilangan kontrol terhadap fungsi menelan. (Jeasell et al.,
2013)
· Stroke mengakibatkan penurunan suplai darah dan O2 di otak sehingga akan mengakibatkan
penurunan fungsi neuron. Salah satunya adalah N.X (Vagus) dan N.IX (Glossofaringeus) yang akan
menyebabkan proses menelan menjadi kurang efektif. Proses menelan yang kurang efektif akan
menyebabkan refluks dan terjadi disfagia. (Junaidi, 2004)
· Proses menelan merupakan suatu sistem kerja neurologik yang sinkron, berurutan, terkoordinasi,
simetris, semiotomatis, unik dan spesifik bagi setiap individu. Proses menelan memerlukan beberapa
elemen yang meliputi; input sensori dari saraf tepi, koordinasi saraf pusat, dan respon motorik sebagai
umpan balik. Proses menelan sendiri terdiri atas 3 fase, yaitu fase oral, fase faringeal, dan fase
esopageal. Pada pasien stroke, yang sering mengalami gangguan adalah pada fase oral, fase faringeal,
atau keduanya. (Mulyatsih, 2009)
· Hasil penelitian menunjukkan 22 % - 65% pasien mengalami kesulitan menelan akan beresiko
terhadap infeksi, malnutrisi, kecacatan, dirawat lebih lama dan kematian (Ramsey, 2002)
- Syarat Diet :
· REE = (10xBB)+(6,25xTB)-(5XU)+ 5 (rumus miflin)
· TEE = REE x AF x FS
· KH = 60 % = 246,15 gram
· P = 15% = 61,54 gram
· L = 25% = 45,58 gram
· Densitas pemberian enteral = 1,25 kcal/ml x265 ml 1656,25 = 331,25 kkal dalam 265 ml
· Untuk 5 kali makan = 331,25 x 5 = 1656,25 kka
· Kebutuhan cairan = 265 ml x 5 kali makan + 50 cc untuk pembilasan sebelum dan sesudah pemberian
= 1325 +500 = 1825 ml
· Utamakan sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan
energi total. Kolesterol dibatasi <300 mg.
· Asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) 1,5-6 g/hari : relaksasi pembuluh darah, membantu
metabolisme neurotransmitter, menurunkan sintesis trigliserida dan VLDL
· Cukup mineral, terutama Kalium, Magnesium, Kalsium
· Cukup serat, yaitu 25 g/hari
· Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites, cairan dibatasi. Minuman
hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan dapat dihabiskan. Untuk pasien
disfagia, cairan diberikan secara hati-hati. Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau guarcol.
· Vitamin A 600 mcg sebagai antioksidan
· Vitamin C 90 mg sebagai antioksidan
· Vitamin E 15 mg sebagai antioksidan
· Vitamin D 20 mcg sebagai neuro protektif sehingga mempercepat kesembuhan
· Vitamin B6 1,7 mg : untuk mencegah hiperhomosistein yang dapat menyebabkan aterosklerosis
· Vitamin B12 2,4 mcg : untuk mencegah hiperhomosistein yang dapat menyebabkan aterosklerosis
· Asam folat 20 mcg : untuk mencegah hiperhomosistein yang dapat menyebabkan aterosklerosis
· Calcium 500-1000 mg/hari : untuk memperbaiki kontraksi otot, membantu transmisi impuls saraf,
relaksasi pembuluh darah
· Zat besi 8 mg/hari : untuk membantu metabolisme sel otot, sintesis neurotransmitter, vasodilator,
membantu sintesis asam lemak tidak jenuh
· Zink 5-10 mg/hari : untuk sintesis neurotransmitter, meningkatkan fungsi sensori
(Grober, 2009) (Almatsier, 2006) (Keinreich etal, 2013) (Khairunnisa, 2014)
DAFTAR PUSTAKA