You are on page 1of 32

 

 
BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
 
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka dan landasan teori
  berkaitan dengan tugas akhir ini. Teori yang dirangkum mendukung
yang
  perancangan, pembuatan alat dan analisa sistem.
2.1 Tinjauan Pustaka
 
HVAC adalah singkatan dari Heating, Ventilating, and Air Conditioning yang
 
merupakan aplikasi dari beberapa bidang ilmu meliputi termodinamika, mekanika
  dan perpindahan panas. Sistem ini termasuk vital penggunaannya di beberapa
fluida
  industri, gedung, perkantoran, dan bangunan lain dengan fungsi menjaga kondisi
udara sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan personal dan
melindungi peralatan yang ada seperti komputer, brangkas, asset berharga dan
barang lain yang perlu dijaga kelembaban udaranya. [1]

Dalam sistem HVAC terdapat beberapa unit kerja yang dapat melakukan
perubahan pada udara, suhu dan aliran udara yang mengalir dan beredar sehingga
kondisi udara dapat tetap terjaga. Unit kerja yang dimaksud antara lain AHU (Air
Handling Unit), Chiller, dan blower. Adapun saluran penyebaran udara yang
disebut ducting [2], dan juga perlengkapan lain seperti volume damper dan valve.

AHU merupakan alat yang dapat mendinginkan atau memanaskan udara yang
melawati pipa-pipa didalamnya melalui perpindahan kalor sehingga
mengakibatkan perubahan suhu dan kelembaban dalam ruang atau plant yang
dikontrol. AHU memiliki kapasitas kerja dengan satuan BTU (British Termal Unit)
yang biasanya dikomparasikan dengan satuan HP (1 HP = 9000 BTU). Faktor kerja
AHU dapat diketahui dari persentasi suhu udara yang masuk dari chiller dan udara
return yang kemudian berubah suhunya setelah melewati AHU. [3]

Untuk membuat suatu sistem berfungsi dengan baik dibutuhkan sebuah sistem
kendali. Dimana sistem kendali tersebut dapat mendukung tercapainya tujuan yang
ingin dicapai oleh sistem yang dibuat dengan cara yang tepat dan mudah. Logika
Fuzzy merupakan istilah yang digunakan oleh Lotfi Zadeh pada Juli tahun 1964.
Fuzzy berarti samar atau tidak jelas. Untuk itulah Logika Fuzzy digunakan untuk

II-1
 
  II-2

 
memisahkan suatu himpunan dengan hipunan lain yang batasnya samar dengan
 
menentukannya berdasarkan nilai derajat keanggotaan dalam himpunan. [4]
 
Telah dibuat beberapa penelitian mengenai pengontrolan kestabilan temperatur
dan kelembaban ruangan menggunakan metode logika Fuzzy oleh beberapa peneliti
diantaranya
  [5] yang membuat simulasi tampilan pada GUI Matlab mengatakan

 
bahwa dengan hasil perhitungan dan penerapan input logika Fuzzy didapatkan suhu
optimal berdasarkan temperatur suhu yang dikeluarkan aplikasi. Pendapat lain dari
 
[6] bahwa dengan meggunakan logika Fuzzy sistem yang dirancang lebih efektif
  mengklasifikasikan suhu ruangan dengan kemampun clustering pembacaan
dalam
suhu  secara teori dan aplikasi. Selain kedua pendapat tersebut, [7] yang

  menggunakan sensor SHT 11 dalam penelitian yang dilakukannya juga mengatakan


kendali logika Fuzzy relative mudah dengan tidak melibatkan model matematika
yang rumit dari sistem yang akan dikendalikan.

Dari penelitian yang sedikit berbeda, yaitu pembuatan rancang bangun


inkubator bayi [8] yang juga menggunakan metode logika Fuzzy menghasilkan
akurasi sebesar 90% untuk pencapaian set point temperatur. Ada pula yang
membuat kontrol HVAC dengan metode Building Automation System (BAS) oleh
[3] dikatakan bahwa penting dilakukan otomatisasi kontrol kestabilan temperatur
dan kelembaban untuk penghematan energi yang dikonsumsi oleh sistem HVAC.

Dari beberapa penelitian yang telah dibuat terdapat beberapa kekurangan


diantaranya belum dibuatnya prototipe sistem yang diteliti ataupun belum
dimuatnya hasil analisis dari penggunaan logika Fuzzy. Untuk itu penulis akan
membuat sebuah rancang bangun“Alat Kestabilan Temperatur Pada Pendingin
Ruangan Berbasis AC Sentral Menggunakan Logika Fuzzy Tsukamoto.”

2.2 Sistem Kendali Logika Fuzzy


2.2.1 Pengertian Logika Fuzzy
Logika Fuzzy diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Astor Zadeh pada tahun 1962.
Logika fuzzy adalah metodologi sistem kontrol untuk melakukan analisis sistem
yang mengandung ketidakpastian. [9] Logika Fuzzy dapat diimplementasikan baik
pada sistem yang sederhana, embedded sistem, jaringan PC, multi-channel ataupun
workstation berbasis akuisisi data, dan sistem kontrol. Dalam metode ini,
serangkaian bilangan mendapatkan nilai keaggotaan antara 0 dan 1 untuk mengukur

 
  II-3

 
suatu keadaan. Tiap himpunan akan memiliki anggota dengan derajat keanggotaan
 
tertentu. [10]
  2.2.2 Himpunan Fuzzy
  Himpunan fuzzy merupakan pengelompokkan objek dalam batas yang samar.
Himpunan
  tersebut dikaitkan dengan suatu fungsi yang menyatakan derajat
kesesuaian unsur-unsur dalam semestanya dengan konsep yang merupakan syarat
 
keanggotaan himpunan tersebut. Fungsi ini disebut fungsi keanggotaan dan nilai
 
fungsi itu disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam himpunan, yang
 
selanjutnya disebut himpunan kabur (fuzzy set). Dengan demikian setiap unsur
dalam
  semesta mempunyai derajat keanggotaan (nilai keanggotaan) tertentu dalam
himpunan tersebut. Derajat keanggotaan dinyatakan dengan suatu bilangan riil pada
 
interval [0,1]. Himpunan fuzzy A dinotasikan dengan :
μA = x [0,1]
dengan: μA = nilai keanggotaan.
Pembentukan himpunan fuzzy merupakan suatu proses untuk mengubah suatu
variabel input bentuk crisp menjadi variabel linguistik dalam bentuk himpunan-
himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaannya masing-masing. [9]
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam pengoperasian logika fuzzy, yaitu:

1. Variabel fuzzy
Variabel fuzzy adalah variabel yang hendak dibahas dalam suatu fuzzy.
Contohnya yaitu kecepatan, temperatur, tegangan dan sejenisnya. Dalam hal ini
variable fuzzy terbagi menjadi variabel input dan variabel output.
2. Himpunan fuzzy
Himpunan fuzzy merupakan suatu group yang mewakili suatu kondisi atau
keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Contoh: variabel kecepatan terdiri dari
tiga himpunan fuzzy, yaitu lambat, cepat dan sangat cepat.

3. Scope/domain
Scope/domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam
semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Contoh

 
  II-4

 
: lambat = [0, 500], cepat = [300, 1000], sangat cepat = [800, 1200].
 
4. Semesta pembicaraan
  Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk
dioperasikan
  dalam suatu variabel fuzzy. Contoh: semesta pembicaraan untuk
kecepatan
  [0,1200].
5. Derajat keanggotaan
 
Fungsi dari derajat keanggotaan ini adalah untuk memberikan bobot pada suatu
 
input yang telah kita berikan, sehingga input dapat dinyatakan dengan nilai.
 
Misalnya putaran adalah lambat, dengan adanya derajat keanggotaan maka putaran
lambat
  dapat mempunyai suatu nilai misal 0,5. Batas dari derajat keanggotaan dari
0 –1.
 
6. Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang
menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (derajat
keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui
pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan seperti representasi
II-9 linear, representasi kurva segitiga, representasi kurva trapesium, representasi
kurva bentuk bahu, represeentasi kurva-s, dan representasi kurva bentuk lonceng a.
Fungsi Keanggotaan Linier Terdapat dua fungsi keanggotaan linier, yaitu linear
naik dan turun. Pada linear naik, himpunan fuzzy dimulai pada nilai domain yang
memiliki dearajat keanggotaan nol bergerak ke kanan menuju domain yang
memiliki derajat keanggotaan yang lebih tinggi.
a. Fungsi Keanggotaan Linier
Terdapat dua fungsi keanggotaan linier, yaitu linear naik dan turun. Pada linear
naik, himpunan fuzzy dimulai pada nilai domain yang memiliki dearajat
keanggotaan nol bergerak ke kanan menuju domain yang memiliki derajat
keanggotaan yang lebih tinggi seperti yang diperlihatkan pada gambar II.1

 
  II-5

 
Gambar II.1 Fungsi keanggotaan liner naik
 
Fungsi keanggotaan :
 

…………………………………….(2.1)

b. Fungsi Keanggotaan Segitiga


Pada fungi keanggotaan segitiga, terdapat tiga parameter a,b dan c yang
membentuk kurva segitiga seperti yang diperlihatkan pada gambar II.2

Gambar II.2 Fungsi keanggotaan segitiga

Untuk mencari derajat keanggotaan fungsi kurva segitiga, dapat dicari melalui
persamaan:

……………………………(2.2)

c. Fungsi Keanggotaan Trapesium

 
  II-6

  Gambar II.3 Fungsi keanggotaan trapesium

 
………………………………(2.3)

2.2.3 Proses Fuzzy Logic


Proses Fuzzy Logic terdiri dari tiga bagian utama. Fuzzifikasi, Rule Based dan
Defuzzifikasi seperti yang diperlihatkan pada gambar II.4 berikut.

Gambar II.4 Proses fuzzy logic

2.2.3.1 Fuzzifikasi
Merupakan proses pengubahan variabel numerik menjadi variabel linguistik.
Suatu besaran dimasukkan sebagai input (crisp input). Crisp input kemudian
dimasukkan pada batas domain sehingga input tersebut dinyatakan sebagai label
seperti lambat, sedang, cepat dari fungsi keanggotaan. Kemudian dari fungsi
keanggotaan ini dapat diketahui berapa derajat keanggotannya. Fuzzifikasi
memiliki peranan mentransformasikan bilangan tegas yang diperoleh dari sebuah
pengukuran ke dalam penaksiran sebagai pemetaan dari ruang masukan ke
himpunan fuzzy dalam semesta pembicaraan. Untuk keperluan tersebut diperlukan

 
  II-7

 
suatu operator fuzzy. Sinyal masukan pada fuzzycontroller berupa nilai tegas yang
 
diambil dari selisih antara set point dengan nilai keluaran aktual berupa nilai
  kesalahan error (e) dan turunan pertama dari nilai error yang disebut delta error
(de). 
2.2.3.2
  Evaluasi Rule
Proses ini berfungsi untuk untuk mencari suatu nilai fuzzy output dari fuzzy
 
input. Prosesnya adalah suatu nilai fuzzy input yang berasal dari proses fuzzifikasi
 
kemudian dimasukkan kedalam sebuah rule yang telah dibuat untuk dijadikan
 
sebuah fuzzy output. Evaluasi rule merupakan bagian utama dari fuzzy, karena
disinilah
  sistem akan menjadi pintar atau tidak. Jika tidak pintar dalam mengatur
rule (basis aturannya) maka sistem yang akan dikontrol menjadi kacau. Basis aturan
 
berisi aturan-aturan fuzzy yang digunakan untuk pengendalian sistem. Aturan-
aturan ini dibuat berdasarkan logika dan intuisi manusia, serta berkaitan erat dengan
jalan pikiran yang membuatnya. Jadi tidak salah bila dikatakan bahwa aturan ini
bersifat subjektif, tergantung dari ketajaman yang membuat. Aturan yang telah
ditetapkan digunakan untuk menghubungkan antara variabel-variabel masukan dan
variabel-variabel keluaran. Aturan ini berbentuk ‘JIKA – MAKA’ (IF – THEN).
2.2.3.3 Defuzzifikasi
Defuzzifikasi merupakan cara untuk mendapatkan nilai tegas dari nilai fuzzy
secara representatif. Secara mendasar defuzzifikasi adalah pemetaan dari ruang aksi
kendali fuzzy yang didefinisikan dalam semesta pembicaraan keluaran ke dalam
ruang aksi kendali nyata (non fuzzy). Proses ini berfungsi untuk menentukan suatu
nilai crisp output. Prosesnya adalah: suatu nilai fuzzy output yang berasal dari
evaluasi rule diambil kemudian dimasukkan ke dalam suatu fungsi keanggotaan
keluaran (membership function output).
Besar nilai fuzzy output dinyatakan sebagai degree of membership function
output. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam suatu rumus untuk mendapatkan
hasil akhir yang disebut crisp output. Crisp output adalah suatu nilai analog yang
dibutuhkan untuk mengolah data pada sistem yang telah dirancang. Terdapat
beberapa metode pada defuzzyfikasi, metode tersebut yaitu metode Tsukamoto,
metode Tsukamoto dan metode Tsukamoto. Pada metode Tsukamoto, setiap
konsekuen pada aturan yang berebentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan

 
  II-8

 
suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Pada metode
 
Tsukamoto, output tidak berupa himpunan fuzzy, namun berupa konstanta atau
  persamaan linier. Sedangkan untuk metode Tsukamoto nilai tegas diperoleh dengan
cara  mengambil titik pusat daerah fuzzy. Metode yang dipakai yaiu metode
Tsukamoto
 
weight average.
 
2.2.4 Operator Fuzzy Logic
 
Terdapat beberapa operasi yang dapat digunakan untuk mengkombinasi dan
 
memodifikasi himpunan fuzzy. Selain itu terdapat nilai keanggotaan yang didapat
dari  operasi 2 himpunan yang disebut α–predikat. Terdapat 2 operasi dasar pada
fuzzy, operasi tersebut yaitu:
 
2.2.4.1 Operator AND
Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. α–
predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan mengambil
nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan-himpunan yang
bersangkutan.
μAnB = min(μAμB[y])…………………………………………………….....(2.4)
2.2.4.2 Operator OR
Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α–predikat
sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai
keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan.
μAuB = max(μA[x],μB[y])……………………………………………….….(2.5)

2.2.5 Fuzzy Tsukamoto


Dalam metode ini untuk setiap konsekuen yang berbentuk if-then dalam aturan
harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan
yang monoton. Untuk mendapatkan output crisp (Z), input yang berupa himpunan
fuzzy dari komposisi aturan-aturan fuzzy, berupa operasi konjungsi (AND), dirubah
menjadi bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. [11] Metode defuzzyfikasi
yang digunakan adalah metode rata - rata terpusat (Center Average Defuzzyfier)
dengan persamaan sebagai berikut :

 
  II-9

 
= ...............................................................................................(2.6)
 

2.3  Sistem Kendali


 
2.3.1 Pengertian Sistem Kendali
  Sistem merupakan kombinasi beberapa komponen yang bekerja bersama-sama
  sehingga dapat mencapai suatu target tertentu yang telah ditentukan. Komponen
yang
  bekerja dapat berdiri sendiri maupun komponen yang saling berhubungan satu
sama lain. [12] Sistem kendali merupakan sebuah sistem dimana keluaran sistem
 
tersebut dikendalikan sehingga mencapai nilai tertentu ataupun perubahan
 
ketentuan dalam sistem dimana hal tersebut ditentukan dari masukan ke sistem.
Keluaran dan masukan adalah besaran fisis atau variabel dan tidak harus dengan
dimensi yang sama. Gambar menujukkan diagram blok umum dari sebuah sistem
kendali.

Masukan Keluaran
Sistem Kontrol

Gambar II.5 Diagram Blok Sistem Kendali

Dalam sistem kendali terdapat beberapa istilah yang sering digunakan,


diantaranya sebagai berikut [12] :

a. Masukan, merupakan rangsangan yang digunakan untuk menghasilkan


tanggapan dari sistem kendali, rangsangan tersebut berasal dari luar.
b. Proses, operasi kontinyu yang dikontrol secara sistematis untuk mencapai
hasil yang dikehendaki.
c. Keluaran, merupakan tanggapan sistem kendali. Dapat bernilai sesuai
dengan tanggapan yang didapatt dari input ataupun berbeda.
d. Gangguan, merupakan sinyal yang berpengaruh cenderung meerugikan
pada keluaran sistem.
e. Manipulated Variable, masukan yang dapat dimanipulasi agar nilai process
variable sesuai dengan set point.

 
  II-10

 
f. Variabel terkendali, merupakan nilai yang dikendalikan, sering disebut
 
Process Variable (PV).
  g. Aktuator, merupakan piranti elektromekanik, dapat dibuat dari sistem motor
  listrik, sistem pneumatik atau hidrolik dengan fungsi menghasilkan gerak.

 h. Transduser, adalah perangkat yang berfungsi sebagai pengalih sinyal atau
pengubah suatu energi ke bentuk energi lain.
 
i. Transmiter, berfungsi mirip dengan transduser yaitu membaca sinyal sensor
 
kemudian mengubahnya menjadi sinyal atau besaran yang dapat dimengerti
  kontoler, namun lebih spesifik penggunaannya dalam sistem pengukuran.

 j. Measurement Variable, cerminan sinyal yang pengukran yang keluar dari
transmiter.
 
k. Set Point, nilai variabel proses yang dikehendaki.
l. Plant, merupakan objek fisik yang dikontrol oleh sistem kendali.

2.3.2 Pengertian Kendali Loop Tertutup


Kendali loop tertutup adalah sebuah siskem kendali yang memiliki umpan
balik, atau dapat dikatakan bahwa keluaran dari sistem berpengaruh langsung pada
aksi pengontrolan sistem. Untuk memahami lebih jelas, berikut merupakan diagram
blok loop tertutup ditunjukkan pada gambar II.7.

Gambar II.6 Diagram Blok Loop Tertutup

Dapat dilihat pada gambar II.6, sinyal feedback yang didapat dari proses yang
telah dilakukan dibandingkan dengan nilai set point untuk memperkecil kesalahan
dan menghasilkan keluaran sistem mendekati nilai yang diinginkan. Kendali loop
tertutup memiliki ketepatan yang lebih tinggi dan tidak peka terhadap gangguan
dan perubahan dari lingkungan.

 
  II-11

 
2.4 Pengertian dan Prinsip Kerja Sistem HVAC (Heating, Ventilating, and Air
 
Conditioning)
  Sistem HVAC merupakan sistem tata udara sebagai pengatur suhu pada ruang
tertutup
  seperti gedung, bangunan ataupun kendaraan komersil [13], meningkatkan
sirkulasi
  udara dari luar ke dalam ruang tertutup juga mengeluarkan udara segar
keluar ruang tertutup yang terlebih dahulu disaring untuk mengurangi konsentrasi
 
kontaminan di udara.
 
Sistem HVAC mengontrol dan menyesuaikan suhu dalam ruang sehingga
 
kenyamanan meningkat, begitu pula efisiensi energi yang digunakan akan
 
meningkat. Selain variabel suhu, ada beberapa variabel lain yang dikontrol oleh

  sistem HVAC yaitu, variabel kelembaban dan variabel kebersihan udara yang dapat
menciptakan kebersihan udara yang bersirkulasi dalam ruang tertutup. Kebersihan
udara sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan manusia yang beraktifitas dalam
ruang tertutup tersebut. [3]

Prinsip kerja sistem HVAC tidak jauh berbeda dengan prinsip kerja pendingin
ruangan. Udara dari saluran balikan ruangan kemudian dicampurkan dengan udara
segar dari luar, dimana komposisi dari udara luar dan udara balikkan dapat
ditentukan. Udara diolah dengan melewati serangkaian proses (filtrasi,
pemanasan/pendinginan) untuk mendapatkan kebersihan dan kesesuaian suhu
ruang yang diinginkan.

2.5 Air Conditioner (AC)


Air Conditioner (AC) merupakan pengembangan dari sebuah mesin pendingin.
Dibuat dengan tujuan menjaga udara dan kelembaban yang dibutuhkan dalam
ruangan tetap stabil, juga menyediakan uap air yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sehingga penggunaan AC dalam ruangan dapat menunjang produktifitas dan
kenyamanan kerja dan kesehatan manusia yang ada dalam ruangan. [14]
Pada Air Conditioner (AC) terdapat beberapa komponen utama yaitu :

2.5.1 Kompresor
Kompresor merupakan bagian inti dari sebuah sistem kompresi yang
mendorong aliran refrigeran dari satu bagian sistem ke bagian sistem lain, hal
tersebut dapat terjadi karena kompresor membuat tekanan yang lebih tinggi pada

 
  II-12

 
bagian-bagian sistem tertentu. Karena perbedaan tekanan tersebut, refrigeran dapat
 
mengalir dari bagian pengolahan menuju evaporator.
  Kompresor berfungsi menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga
refrigeran
  cair di evaporator dapat mendidih atau menguap pada suhu yang lebih
rendah
  dan menyerap panas lebih banyak dari ruang di dekat evaporator. Fungsi
lain dari kompresor adalah menghisap refrigeran uap dari evaporator dengan suhu
 
rendah dan tekanan rendah lalu memampatkan uap tersebut sehingga menjadi uap
 
bertemperatur tinggi dan bertekanan tinggi. Kemudian mengalirkannya ke
 
kondensor, sehingga uap refrigeran tersebut dapat melepaskan panasnya kepada zat
yang
  mendinginkan kondensor lalu mengembun. [15]

  2.5.2 Kondensor
Kondensor berfungsi membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran dari
uap bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi menjadi cair jenuh bertekanan
tinggi dan bertemperatur tinggi, juga digunakan untuk melakukan kondensasi
refrigeran uap dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi.

Gambar II.7 Kondensor Unit Model TAC-09CS/K

Sumber :https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSBkBUlylGF4MJLiBFW2HzusaoLcl0DaoMq0vgyhC21
RffFPIPimw
Faktor penting yang menentukan kapasitas kondensor dengan pendinginan
udara adalah :
1. Luas permukakaan yang didinginkan dan sifat perpindahan kalornya.
2. Jumlah udara permenit yang dipakai untuk mendinginkan
3. Perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar.
4. Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang dipakai. [15]

 
  II-13

 
Untuk menentukan kapasitas kondensor pada ruangan terdapat persamaan (2.7)
 
adalah :
 
Kebutuhan BTU =(L x W x H x I x E) / 60……………………………(2.7)
 
Keterangan :
 
BTU = British Thermal Unit
 
L = Panjang Ruang (dalam feet)
  W = Lebar Ruang (dalam feet)

I   = Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan

  ruang lain). Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).

  H = Tinggi Ruang (dalam feet)

E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap


timur; Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.

1 Meter = 3,28 feet

Kapasitas AC berdasarkan PK:


 AC ½ PK = ± 5.000 BTU/h
 AC ¾ PK = ± 7.000 BTU/h
 AC 1 PK = ± 9.000 BTU/h
 AC 1½ PK = ±12.000 BTU/h
 AC 2 PK = ±18.000 BTU/h

2.5.3 Katup ekspansi


Katup ekspansi memiliki dua fungsi yaitu menurunkan tekanan refrigeran cair
dan mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Katup ekspansi yang biasa digunakan
adalah katup ekspansi termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigeran, yaitu
agar temperatur panas uap refrigeran di dalam evaporator tetap konstan. Pipa
kapilar dapat dgunakan sebagai pengganti katup ekspansi pada Air Conditioning
(AC) berkapasitass kecil dibawah 10 kW. Diameter dalam dan panjang dari pipa
kapilar dapat ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan tekanan yang diinginkan,
antara bagian yang bertekanan tinggi dan bagian yang bertekanan rendah, dan
jumlah refrigeran yang bersirkulasi.

 
  II-14

 
2.5.4 Evaporator
 
Evaporator berfungsi membuang panas ke udara sekitar yang berasal dari panas
  objek didekatnya. Perancangan evaporator harus memperhatikan penguapan yang
efektif
  dari refrigeran dengan penurunan tekanan yang minimum dan pengambilan
panas
  dari objek yang didinginkan secara efisien. Perancangan evaporator
tergantung dalam penempatannya dan wujud objek yang akan didinginkan apakah
 
gas, cair atau padat. Pada semua keadaan beban, refrigeran akan menguap saat
 
mengalir sepanjang pipa evaporator atau permukaan evaporator dan diusahakan
agar  cairan tetap membasahi semua bagian dari evaporator. [15]

 
2.5.5 Refrigeran
  Refrigeran adalah suatu substansi kerja dalam suatu sistem refrigerasi, yang
bertindak sebagai media penyerap dan pembuang kalor di evaporator. Refrigeran
menyerap kalor dari objek yang diinginkan sehingga wujud refrigeran berubah dari
cair menjadi uap, sedangkan di kondensor refrigeran membuang panas ke
lingkungan atau bahan lain sehingga wujudnya berubah dari uap menjadi cair. Zat
yang dapat dipakai sebagai refrigeran harus memiliki struktur kimia, sifat-sifat fisis,
dan termodinamis tertentu sehingga dapat digunakan dengan aman dan ekonomis.
[16]

2.6 AC Central
AC Central adalah sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik
atau tempat dan di distribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan
kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan
saluran udara / ducting AC. Beberapa fator yang dikontrol oleh AC Central adalah
temperatur dan kelembaban udara, ventilasi udara, gerakan aliran udara, kebersihan
(bau dan debu), penyebaran dan distribusi yang merata ke seluruh ruangan.
Kelebihan AC sentral antara lain adalah tidak ada suara di dalam ruangan dan
estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.
Pada AC central terdapat beberapa komponen yaitu :

2.6.1 Water Chiller


Chiller berfungsi untuk mendinginkan (penukar panas) air pada sisi evaporator.
Prinsip kerja chiller sama halnya sistem kerja pada Air Conditioner. Air dingin yang

 
  II-15

 
dihasilkan oleh chiller selanjutnya didistribusikan ke penukar kalor AHU (Air
 
Handling Unit) seperti yang diperlihatkan pada gambar II.2
 

Gambar II.8 Air cooled chiller

Sumber :http://www.empirebake.com/images/direct2.jpg
Keuntungan menggunakan Water Chiller adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi biaya operasional yang diakibatkan Waktu Beban Puncak (WBP).
2. Mengurangi jumlah peralatan pendinginan langsung.
3. Pengunaan mesin pendingin fleksibel.
4. Memiliki kemampuan back-up sistem pendingin utama.
Pertimbangan penggunaan air sebagai penyimpan kalor karena air memiliki
kapasitas kalor sebesar 1,285 watt jam/kg untuk setiap 1°C perubahan suhu. Jika
air masukkan AHU (Air Handling Unit) bertemperatur 6 °C dan keluaran suhu dari
kumparan pendingin adalah 13°C, maka setiap kg akan memiliki kapasitas
penyimpanan (13-5) x 1,285 watt jam/kg = 10,28 watt jam/kg. Asumsi 1m3 air
beratnya 998 kg, sehingga setiap 1m3 dapat menyimpan kalor 10,28 watt jam/kg x
998 kg/m3 = 10,260 watt/jam/m3 atau 10,26 kWh/m3. Thermal storage
diklasifikasikan sesuai dengan jenis media penyimpanan kalor yang digunakan baik
menyimpan kalor sensibel atau laten. Air dingin yang dihasilkan oleh chiller
selanjutnya didistribusikan ke penukaran kalor AHU (Air Handling Unit).

 
  II-16

 
2.6.2 AHU (Air Handling Unit)
 
Air Handling Unit merupakan unit pendistribusian udara dingin. Air Handling
  Unit biasanya berupa kotak besar yang terbuat dari logam yang berisi blower,
elemen
  pemanas atau pendingin, filter, peredam suara seperti yang diperlihatkan
pada  gambar II.3

Gambar II.9 AHU (Air Handling Unit)

Sumber :http://zenhospital.in/wp-content/uploads/2015/11/AHU-OT-ICU.jpg:

a. Filter
Air filter ini merupakan alat yang berfungsi sebagai penyaring udara yang akan
masuk ke dalam ruangan agar tetap bersih dari kotoran dan debu. Itulah sebabnya
mengapa sebuah ruangan yang menggunakan AC memiliki kadar debu yang jauh
lebih sedikit dibandingkan yang tidak menggunakannya. [17]

Dalam AHU filter yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pre Filter (Efisiensi : 35%)


2. Medium Filter (Efisiensi : 95%)
3. High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter (Efisiensi : Sekitar 99%)
Untuk menjaga tingkat efisiensi, dibutuhkan penggantian komponen filter
secara berkala sehingga sistem HVAC dapat beroperasi secara optimal sehingga
kualitas udara yang beredar dalam sistem dan masuk ke ruangan yang dikontrol
tetap terjaga.

 
  II-17

 
Gambar II.10 Filter AHU (Air Handling Unit)
 
Sumber :https://encrypted-
 
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTnTOeYWZB0M0ZqWcE2LDjdqVR3w5K6Zsp8nnPs_

  w9dkpYT-SNGQA

b. Fan Centrifugal
Fan atau kipas, adalah alat mekanika yang berfungsi untuk menghasilkan Flow
atau aliran pada suatu fluida, biasanya berupa gas. Fan terdiri dari beberapa bagian
yaitu, Case, Sudu (Blade), dan penggeraknya. Blade berputar untuk menghasilkan
aliran udara yang diinginkan. Kebalikan dari fungsi kompresor yang menghasilkan
udara bertekanan dengan aliran rendah, Fan menghasilkan aliran udara dengan
aliran tinggi dan tekanan yang rendah. [18]

Gambar II.11 Centrifugal fan

Sumber :www.fansandblowers.com/product-range

 
  II-18

 
c. Koil Pendingin
 
Koil Pendingin berfungsi menurunkan temperatur udara yang disalurkan
  melalui ducting.
 

Gambar II.12 Coil pendingin

Sumber :https://3.imimg.com/data3/UU/RQ/MY-7826626/ahu-250x250.jpg

d. Ducting
Ducting berfungsi sebagai saluran udara tertutup tempat mengalirnya udara,
dan penghubung utilitas ke ruangan. Ada 2 buah saluran yang dibuat dengan
Ducting, saluran udara masuk (Ducting Supply) dan saluran udara balikan (Ducting
Return).

 
  II-19

 
Gambar II.13 Ducting
 
Sumber :https://encrypted-
 
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcREVpV9XL2DIDQbNlw1AShpj8wzgHOES3s2iRm7mY
  lOhJTdGJ6V

 
e. Damper

  Damper merupakan sebuah komponen katup atau lempengan yang dapat


menghentikan atau mengatur aliran udara pada sebuah saluran (Ducting). Sebuah
 
damper dapat digunakan untuk memutus atau mengalirkan udara pada AC Sentral
 
ke ruang yang tidak terpakai, mengatur suhu setiap ruangan dan kontrol suhu.
 

Gambar II.14 Damper

Sumber :http://www.quickshipusa.com/components/dampers louvers/industrial dampers.html

2.7 Komponen Pendukung Sistem Refrigerasi


Beberapa komponen lain yang terdapat dalam sistem refrigerasi juga berfungsi
menjaga dan melindungi sistem, sehingga sistem tetap bekerja dengan baik dan
menghasilkan nilai efisiensi yang lebih besar, seperti berikut :

2.7.1 Pompa Sirkulasi


Pompa berfungsi mensirkulasikan air pendingin dari water chiller menuju ke
Air Handling Unit saat sistem beroperasi.

 
  II-20

 
Gambar II.15 Pompa Sirkulasi
 
https://www.bukalapak.com/p/elektronik/lain-lain-208/1cc0tv-jual-12v-pompa-air-dc-pompa-air

2.7.2 Insulasi (Harmaflex)


Insulasi digunakan untuk menjaga temperatur dalam sistem dan mencegah
panas dari luar sistem mempengaruhi keadaan dalam sistem.

Gambar II.16 Insulasi

https://d1qgevqwrecpov.cloudfront.net/uploads/component/image/2/small_rectangle_b3e3bd30-
a9f7-495d-bc4b-6fe259a5b275.jpg

2.8 Sensor
2.8.1 Pengertian Sensor
Sensor merupakan sebuah alat yang dapat mendeteksi atau mengukur satuan
daya, yang kemudian merubah satuan daya yang terdeteksi ke satuan daya yang lain
yang dapat langsung dibaca pada keluarannya. Daya yang terdeteksi antara lain
dapat berupa daya mekanis, magnetis, panas, cahaya, dan kimia yang kemudian
dirubah ke satuan arus dan tegangan listrik. Sebagai contoh, dalam dunia robotika,

 
  II-21

 
sensor dapat bekerja sebagai alat pengindra seperti indra pengecap, indra pencium,
 
indra peraba dan indra penglihatan yang kemudian hasil deteksi akan diolah oleh
  kontroler sebagai otak dari sistem.
 
2.8.2 Macam-Macam Sensor
  Sensor dibagi menjadi 3 kelompok besar :

  1. Sensor Biologi
  Contoh sensor biologi antara lain sebagai berikut :
  a. Sensor pengukuran molekul dan biomolekul
  b. Sensor pengukuran tingkat glukosa, oksigen dan osmolitas
  c. Sensor pengukuran protein dan hormon

2. Sensor Fisika

Contoh sensor fisika antara lain sebagai berikut :

a. Sensor Gaya

b. Sensor Percepatan

c. Sensor Suhu

d. Sensor Cahaya

e. Sensor Suara

3. Sensor Kimia

Contoh sensor kimia atara lain sebagai berikut :

a. Sensor Gas

b. Sensor Ledakan

c. Sensor PH

2.8.2.1 Sensor Suhu dan Kelembaban (SHT11)


Sensor SHT11 berupa chip untuk sensor suhu dan kelembaban relatif tunggal
dengan keluaran digital terkalibrasi melalui antarmuka serial dua kawat (2-wire
serial interface) yang mudah dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga sangat
hemat terhadap jalur masukan/keluaran (I/O) kontroler. Kisaran pengukuran dari 0-

 
  II-22

 
100% RH dengan akurasi absolut +/- 3%, sedangkan akurasi pengukuran suhu +/-
 
0,4°C pada suhu 25 °C [19]
 

  Gambar II.17 Sensor SHT 11

  Sumber :www.sensirion.com
Terdapat spesifikasi sensor SHT11 seperti yang diperlihatkan pada tabel II.1
yaitu :
Tabel II.1 Spesifikasi sensor SHT 11

Energy consumption 80uW (at 12bit, 3V, 1


measurement / s)
RH operating range 0 – 100% RH
T operating range -40 – +125°C (-40 – +257 °F)
RH response time 8 sec (tau63%)
Output digital (2-wire interface)
Accuracy ±3,5% RH, ±0,4°C

Seperti yang diperlihatkan pada tabel II.1 terdapat prinsip kerja sensor SHT 11
yaitu :

Gambar II.18 Rangkaian Sensor SHT11

 
  II-23

 
Sumber :www.sensirion.com
  Tabel II.2 Pin SHT11

 
Pin Nama Keterangan
  1 DATA Data serial
  3 SCK Serial clock

  4 GND Ground
8 VDD Supply 2.4 V – 2.5 V
 

 
2.9 Perhitungan Coefficient of Performance (COP)
 
Coefficient of performance (COP) dari sebuah unit/sistem merupakan salah
  satu parameter yang dapat menjadi acuan baik atau tidaknya kinerja/performansi
dari sistem tersebut. Terdapat 2 macam parameter COP yang dikenal dalam sistem
refrigerasi, yakni COPaktual dan COPCarnot. Adapun persamaan yang digunakan
untuk menghitung besarnya COPaktual adalah sebagai berikut:

……………………………………………………………(2.8)
keterangan:
qe : kalor penguapan/evaporasi (kJ/kg)
W : kerja kompresi
Adapun besarnya kalor penguapan/evaporasi dan kerja kompresi didapat dari
perubahan entalpi spesifik pada proses kompresi maupun evaporasi. Besarnya nilai
entalpi spesifik tersebut didapatkan dari diagram P-h. Besarnya kalor penguapan
dan kerja kompresi pada sistem dihitung dengan persamaan:

……………............................................................................(2.9)

………………........................................................................(2.10)
Keterangan:
qe : kalor penguapan/evaporasi (kJ/kg)
W: kerja kompresi (kJ/kg)
ℎ1: entalpi spesifik di titik suction (kJ/kg)
ℎ2: entalpi spesifik di titik discharge (kJ/kg)
ℎ4: entalpi spesifik di titik masukan evaporator (kJ/kg)

 
  II-24

 
COPCarnot didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 

  ..........................................................................(2.11)

2.10  Motor DC

  Motor DC merupakan mesin listrik yang membutuhkan suplai tegangan arus


searah untuk mengubah energi listrik (tegangan arus searah) menjadi energi
 
mekanik (gerak putaran motor). Arus mengalir melalui konduktor menimbulkan
 
medan magnet sekelilingnya. Gaya pada konduktor bergerak sepanjang medan
 
magnet. Gaya tersebut dapat disebut sebagai gaya Lorentz dengan persamaan
  sebagai berikut :

= .....................................................................................................(2.12)

dengan :

F = Gaya pada kumparan (Newton)

B = Kuat medan magnet (Tesla)

I = Arus yang mengalir (Ampere)

l = Panjang kumparan (meter)

Sesuai dengan kaidah tangan kiri seperti Gambar II.19, arah garis gaya magnet
bergantung pada arah arus yang mengalir pada konduktor dan arah garis gaya antara
dua kutub. Kaidah tangan kiri menyatakan bahwa ibu jari menunjukkan vektor arah
gaya yang bekerja pada konduktor, jari telunjuk menunjukkan vektor arah
kerapatan fluks dan jari tengah menunjukkan vektor arah dari arus. Medan magnet
hanya akan terbentuk di sekitar konduktor bila arus mengalir di sebuah konduktor.
Konduktor berarus ditempatkan diantara dua kutub magnet menghasilkan
pembengkokan garis gaya. [20]

 
  II-25

  Gambar II.19 Kaidah Tangan Kiri

  https://agesa21.files.wordpress.com/2014/03/peraturan2btangan2bkiri2bflemming.jpg

2.10.1 Motor Servo


Motor servo bergerak saat menerima sinyal elektronik dari rangkaian kendali.
Gerakan motor servo standar berdasar pada besar sudut spesifik sesuai dengan lebar
pulsa yang dikirim dari sinyal kabel motor. Dalam motor servo terdapat sistem
umpan balik tertutup, posisi dari motor servo akan diinformasikan kembali ke
rangkaian kendali yang ada didalamnya agar diperoleh sudut spesifik yang
diinginkan, selain itu juga memastikan motor dalam lintasan yang benar atau bila
tidak, maka dilakukan adjustment yang dibutuhkan.

Konstruksi motor servo terdiri dari motor DC, serangkaian gear,


potensiometer, dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi sebagai penentu
batas sudut putaran motor servo berdasarkan besar resistansi yang dihasilkannya.
Bagian-bagian dari sebuah motor servo standar seperti yang ditunjukkan pada
gambar II.20 adalah sebagai berikut :

a. Konektor motor servo dengan Vcc, Ground, dan sinyal input.


b. Tuas yang berbentuk four pointed, bergerak sesuai dengan arah yang ditentukan
sistem kendali
c. Casing berisi rangkaian kendali yang menerima instruksi dan mengkonversi
pulsa untuk menentukan kerja motor servo, berisi motor DC dan rangkian gear.

 
  II-26

 
Gambar II.20 Konstruksi Motor Servo
 
http://2bfly.com/assets/rotary-servo-anatomy1.png
 
Motor servo mampu bekerja dua arah, searah jarum jam dan berlawanan arah
jarum jam. Arah dan besar sudutnya dapat diatur dengan pemberian duty cycle
sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya. [21]

Ada 2 jenis motor servo :

a. Motor servo standar 180°, motor ini mampu bergerak dua arah (CW dan CCW)
dengan defelksi sudut putar 90° ke kiri dan kanan.
b. Motor servo continous, motor ini mampu bergerak dua arah tanpa batasan
defleksi sudut putar ke kiri dan kanan.

2.11 Driver Motor DC


Driver motor adalah perangkat yang dapat menggerakkan dan mengatur arah
putaran motor DC. Berikut merupakan contoh dari driver motor.

2.11.1 Pulse Width Modulation


PWM adalah salah satu cara mendapatkan sinyal analog dari piranti digital.
Dapat juga dikatakan sebagai manipulasi lebar sinyal dalam sebuah perioda dengan
pulsa sehingga didapat tegangan rata-rata yang berbeda.

Ada 2 cara pembangkitan PWM seperti uraian berikut :

a. Analog

Digunakan rangkaian pembanding op-amp seperti gambar yang bekerja


membandingkan tegangan gigi gergaji dengan tegangan referensi. Output akan

 
  II-27

 
bernilai high saat tegangan referensi lebih besar dari tegangan gigi gergaji
 
(tegangan carrier), sebaliknya, bila tegangan carrier lebih besar dari tegangan
  referensi maka output bernilai low. Besar tegangan referensi dapat diatur untuk
mendapat
  nilai duty cycle yang diinginkan dari sinyal output rangkaian. Secara
umum
  dapat ditulis :

  − = 100%...............................................................(2.13)

Gambar II.21 Duty Cycle dari Keluaran Pembanding

http://www.kompy.info/rangkaian-buck-dan-boost-regulator-dengan-kontrol-
pwm/2924_html_m4119909.png

b. Digital

Perubahan PWM pada metode ini dipengaruhi oleh resolusi. Untuk PWM
digital 8 bit, PWM tersebut memiliki resolusi 28 = 256, ini berarti bahwa nilai
keluaran PWM tersebut memiliki 256 variasi. Dengan demikian duty cycle 0%-
100% dari keluaran PWM diwakili oleh variasi 0-255 resolusi. [22]

Sama seperti metode analog, dimana variasi duty cycle didapat dari pengaturan
besar tegangan referensi, sehingga dihasilkan juga pengaturan lebar pulsa on (high)
dan off (low) seperti gambar . Persamaan duty cycle pada metode digital adalah
sebagai berikut :

= 100%........................................................................(2.14)

 
  II-28

Gambar 22 Lebar Duty Cycle

https://www.mathworks.com/matlabcentral/answers/111916-find-the-voltage-from-a-pwm-
signal?requestedDomain=www.mathworks.com

2.11.2 L298
IC L298 merupakan sebuah IC buatan SG5 Thomson Microelectron Inc. yang
berfungsi sebagai driver untuk sebuah motor. IC ini merupakan komponen driver
motor yang berbentuk seperti transistor TIP namun memiliki 15 kaki. Konfigurasi
pin pada IC L298 adalah sebagai berikut :

Gambar II.23 Konfigurasi Pin IC L298

https://www.sparkfun.com/datasheets/Robotics/L298_H_Bridge.pdf

 
  II-29

 
L298 bekerja dengan prinsip H-Bridge, rangkaian H-Bridge merupakan
 
rangkaian pengendali motor yanga menghasilkan keluaran berupa putaran motor
  yang berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam, dengan
kemampuan
  menggerakkan motor DC sampai arus 2A dan tegangan maksimum 40
Volt  DC. [23]

  2.12 Mikrokontroler

  Chip yang mengandung sistem mikroprosesor lengkap berisi komponen


pendukung sistem minimal mikroprosesor seperti memori, penerima dan pengirim
 
data, dan komponen lain disebut mikrokontoler atau dengan kata lain single chip
 
microcomputer yang termasuk ke dalam kategori embedded komputer. [24]
 
Mikrokontroler terdiri dari beberapa bagian diantaranya:

a. Central Prosesing Unit, otak atau pusat dari pengontrolan.

b. Read Only Memory, alat untuk menyimpan data yang dapat dibaca saat ini saja.

c. Random Access Memory data pada RAM dapat dibaca dan ditulis berulang kali.

d. Input/Output berfungsi melakukan download data melalui PC (Personal


Compuer), ISP maupun perangkat lainnya.

2.12.1 Sistem Minimum


Sistem minimum merupakan rangkaian minimum yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan IC (Integrated Circuit) mikrokontroler yang dihubungkan dengan
rangkaian kendali lain untuk membuat sistem yang diinginkan. Untuk beroperasi,
sebuah IC membutuhkan Kristal Oscilator (XTAL) dan rangkaian Reset selain
power supply. [25]

2.12.2 ATMega32
Mikrokontroler ATMega 32 termasuk dalam keluarga AVR dengan arsitektur
Reduced Instruction Set Computing 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam
kode 16 bit. Pin ATMega sebanyak 40 buah, dimana 32 buah dapat digunakan untuk
kebutuhan port Input/Output sesuai dengan konfigurasi program yang dibuat.
Konfigurasi keseluruhan pin dapat dilihat pada gambar II.24 berikut:

 
  II-30

Gambar II.24 Konvigurasi Pin ATMega 32

http://www.atmel.com/Images/Atmel-8155-8-bit-Microcontroller-AVR-
ATmega32A_Datasheet.pdf

Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari pin out ATmega32 [26] :

1. VCC berfungsi sebagai pin masukkan catu daya.


2. GND (Ground), merupakan pin ground.
3. PORTA (PORTA0-7), pin I/O dua arah, berfungsi khusus sebagai pin
masukan ADC.
4. PORTB (PORTB0-7), pin I/O dua arah, berfungsi khusus sebagai pin
Timer/counter, komparator analog dan SPI.
5. PORTC (PORTC0-7), pin I/O dua arah, berfungsi khusus yaitu TWI,
Komparator Analog, dan Timer Oscilator.

 
  II-31

 
6. PORTD (PORTD0-7), pin I/O dua arah, berfungsi khusus yaitu Komparator
 
Analog, Interupsi eksternal dan komunikasi serial USART.
  7. RESET, berfungsi mereset mikrokontroler.
 8. XTAL1 dan XTAL2 untuk external clock.

 9. AVCC masukan tegangan ADC.


10. AREF masukan tegangan referensi ADC.
 

  2.13 LCD
LCD display dot matrix merupakan sebuah komponen dengan fungsi
 
menampilkan tulisan, berupa angka atau huruf, sesuai dengan program kontrol yang
 
digunakan. Huruf atau angka yang ditampilkan pada LCD dikirimkan dalam bentuk
  kode ASCII yang kemudian diolah oleh mikrokontroler dalam LCD menjadi tulisan
yang terbaca sebagai huruf dan angka pada layar. Untuk beroperasi LCD
membutuhkan 5V tegangan VDC. Adapun konfigurasi pin pada LCD seperti pada
gambar II.25 adalah sebagai berikut :

1. Pin 1 (Vss/GND) untuk tegangan 0V / Ground


2. Pin 2 (Vcc) untuk tegangan Vcc
3. Pin 3 (V0)
4. Pin 4 (RS/Register Select) bila "0" untuk input instruksi, bila "1" untuk input
data.
5. Pin 5 (RW) untuk sinyal yang digunakan pada pemilihan mode pembacaan
"0" atau penulisan "1".
6. Pin 6 (E/Enable) untuk pengiriman data/instruksi
7. Pin 7-14 (DB0-DB7) Untuk pengiriman data karakter
8. Pin 15-16 (Anode dan Catode) untuk pengaturan cahaya background LCD
atau instruksi

D1-D7 menerima data dari mikrokontroler saat Pin 5 mendapat logika 0, data
tersebut dikirimkan ke mikrokontroler bila Pin 5 berlogika 1. Proses penerimaan
dan pengiriman data tersebut membutuhkan perpindahan sinyal E dari logika 1 ke
logika 0. Bila RS dan RW berlogika 1 maka akan dilakukan penulisan data ke
DDRAM. Karakter yang terbaca saat RS dan RW bernilai 0 akan ditampilkan ke
display, dan akan tersimpan di DDRAM. [27]

 
  II-32

 
Gambar II.25 LCD
 
http://circuits4you.com/wp-content/uploads/2016/05/lcd-16x2-pinout-300x196.png
 

You might also like