You are on page 1of 13

‘Transgenik Jambu Batu Tanpa Biji”

OLEH:
NAMA : ARIEF AHADIN MAJID
NPM : 1525010185
GOLONGAN : C3 / AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui
penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk
secara efektif dan efisien.
Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat didefinisikan sebagai
pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara
penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vektor tertentu) sehingga
memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru. Dengan teknik DNA
rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari
setiap DNA pada bakteri. Hasil organisme yang telah mengalami rekayasa genetika,
yang dilakukan melalui pemindahan atau transfer sebuah atau lebih gen antara species
yang sama atau yang berbeda itu, disebut transgenic (Shanty, 2007).
Modifikasi Gen atau Introduksi gen pada mikroba bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi,
pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos
dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk
menghasilkan bahan obat-obatan, tanaman transgenic tahan hama dan kosmetika, serta
Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pancreas yang mempu mensekresi Insulin
digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan
yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksi-kan lagi ke vektor, jika hidup segera
di kembangbiaakan.
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai
dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-
tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang
relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan,
pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah
melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing (Suryo 1994: 344).
Jambu batu tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon giberellin
pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk
sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian polen).Pertumbuhan
biji akan terhambat. Namun kelemahannya buah yang di hasilkan akan kecil-kecil. Tapi
sebenarnya dengan rekayasa genetik dalam lab yang lebih rumit, DNA
(Deoxyribonucleaic Acid) tanaman bisa direkayasa hingga bisa dihasilkan buah-
buahan tanpa biji.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Prosedur Rekayasa Genetik


2. Mengetahui Kelemahan Kelebihan Rekayasa Genetik

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Rekayasa Genetika


Rekayasa Genetika adalah teknik yang dilakukan manusia mentransfer (memindah-
kan) gen (DNA) yang dianggap menguntung-kan dari satu organism kepada susunan
gen (DNA) dari organism lain. Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti
paling luas adalah penerapan genetika untuk ke-pentingan manusia. Dengan pengertian
ini kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat
dimasuk-kan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula
dimasukkan. Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat
dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi molekular
untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi
genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Prosedur rekayasa genetika dengan menggunakan mikroorganisme adalah sebagai
berikut.:
A. Pemurnian DNA/Isolasi gen dengan menghancurkan atau melisiskan semua sel
yang mengandung gen yang ditarget-kan, kemudian dipisahkan dengan
sentrifuge pada kecepatan tinggi dan ditambahkan bahan kimia sehingga
didapatkan DNA cara, yaitu cara genetic, hibridasi asam nukleat dan
immunokimia.
B. DNA dapat berasal dari total genom organisme yang diinginkan
C. DNA yang dibuat dari mRNA yang diisolasi dari jaringan tertentu. DNA ini
dapat dibuat dari mRNA dengan menggunakan enzim reserve transcriptase.
D. DNA dibuat secara invitro dari nukleotida dan enzim polimerase DNA.
E. Pemecahan DNA : molekul DNA yang besar dipecah dengan menggunakan
gelombang ultrasonic, maka akan dijumpai fragmen random. Dengan
menggunakan enzim khusus bagi fragmen DNA seperti endonuklease restriksi
akan diperoleh DNA intermolekuler dan intramolekuler atau hanya akan
didapatkan urutan fragmen DNA dengan urutan tertentu. Supaya lebih stabil
dikaitkan dengan enzim yang disebut T-4 DNA ligase.
Contoh : ndonuklease restriksi adalah Hind II, Bam H1 dan Eco RI.
F. Pemindahan gen/transfer DNA pada sel vector yang sesuai transfer DNA ke
bakteri yang hidup (cloning vector : plasmid, bakteriofage atau kosmid) dapat
dengan cara, DNA asing dipaksakan berintegrasi dengan kromosom menjadi
genom. Atau dengan cara gen asing dapat dikembangkan menjadi suatu bagian
yang outonom molekul DNA yang sedang berkembang. Molekul DNA disebut
sebagai vector. Penyambungan ini menggunakan enzim ligase.
G. Memasukkan DNA rekombinan/kimera DNA ke dalam sel inang. Sel inang
yang dipakai harus seaman mungkin dan tidak bersifat patologis. Cara
memasukkan DNA rekombinan kedalam sel inang dapat dilakukan dengan cara
transformasi, transfeksi, DNA packaging dan micro injection.

H. Identifikasi/penapisan dan seleksi DNA yang baru diperoleh dari cirri klon
rekombinan. Untuk menyeleksi DNA baru hasil rekombinan agar sesuai dengan
yang diinginkan dapat dilakukan dengan tiga produk, peningkatan mutu produk
supaya tahan terhada serangan virus yang menyerang, meningkatan kandunagn
gizi, tahan terhadap serangan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau
virus), serta dapat meningkatkan perkembangan kualitas produk dari hewan
terrsebut.

Pada saat ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi
telah mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa etika, penanganan polusi, penciptaan
sumber energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar
manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. Beberapa penerapan bioteknologi
modern sebagai berikut.:
A. Rekayasa genetika Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan
gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan.
Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA.
B. Transplantasi intiTransplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke
sel yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat sesuai dengan inti
yang diterimanya.c. Fusi selFusi sel adalah peleburan dua sel baik dari spesies
yang sama maupun berbeda supayaterbentuk sel bastar atau hibridoma. Fusi
sel diawali oleh pelebaran membran dua selserta diikuti oleh peleburan
sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami).
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam
struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima
dapat berasal dari organisme apa saja. Rekayasa genetika pada hewan mempunyai
target dan tujuan antara lain peningkatan kualitas didirikan-nya badan perlindungan
keadaan lingkungan, serta perkembangan-perkembangan lainnya (Pelczar,1988).

Rekayasa genetik atau transformasi gen dilakukan dengan cara, ‘Memasukkan suatu
gen untuk mengkatalisis pembentukan enzim yang merangsang pembesaran
buah,.Cara itu dilakukan BB-Biogen pada tomat. Selain tak berbiji, anggota famili
Solanaceae itu bisa berproduksi optimal di dataran rendah. (Ragapadmi 2002)

2. Kelemahan dan kelebihan Rekayasa genetika


Kelemahan teknologi rekayasa genetika Selain membawa dampak kurangnya
zat gizi bagi ketersediaan makanan,membawa dampak negative antara lain
pencemaran organik memerlukan biaya yang sangat tinggi. hingga rekayasa genetika,
termasuk pada produksi benih transgenik, menjadi sulit untuk diterapkan pada
tanaman buah.Termasuk kelemahan teknologi rekayasa genetika memerlukan biaya
yang sangat tinggi. Hingga rekayasa genetika, termasuk pada produksi benih
transgenik, menjadi sedikit sulit untuk diterapkan pada tanaman buah.
Kelebihan rekaysa genetika yaitu meningkatan hasil pertanian dan gizi produk
makanan dan minuman Melestarikan hewan dan tumbuhan melalui kultur jaringan
Memproduksi obat-obatan dengan cara rekayasa genetika. Juga sangat membantu
untuk mendapatkan sifat yang di inginkan dengan bermacam variasi.
3. Tehnik Penciptaan Buah batu Tanpa Biji.
Beberapa cara telah dilakukan untuk teknik penciptaan buah tanpa biji
diantaranya yaitu dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga
menghasilkan tanaman triploid yang seedless, sinar radiasi, dan menggunakan
penyemprotan giberelin yang dilakukan pada bunga buah.Giberellin 20-oxidase yang
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol
promoter spesifik bagian polen). Pada saat bunga mekar di lakukan dengan tehnik
menyemprotkan hormon giberellin yang di sebut dengan genetika partenokarpi.
Peluang munculnya buah dengan sifat yang diinginkan sangat tinggi, tapi
teknik sulit dilakukan. Perlu ahli khusus untuk memasukkan gen tertentu. Selain itu,
biayanya mahal,’ kata Dr Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen. Beda dengan
radiasi yang peluang munculnya acak, tapi lebih mudah dan murah, serta tak ada
kontaminasi bahan kimia teknik penciptaan buah tanpa biji tentu tidak hanya sekadar
dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan tanaman
triploid yang seedless.
3.1.Genetika Partenokarpi
Buah merupakan bagian yang penting dari tanaman karena organ ini
merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangan, perlindungan, dan penyebaran
biji. Pada buah normal, pembentukan buah dimulai dengan adanya proses persarian
(polinasi) kepala putik (stigma) oleh serbuk sari (polen) secara sendiri (self
pollination) atau oleh bantuan angin, serangga penyerbuk (polinator), dan manusia
(cross pollination). Selanjutnya polen berkecambah dan membentuk tabung polen
(pollen tube) untuk mencapai bakal biji (ovule). Peristiwa bertemunya polen (sel
jantan) dengan bakal biji (sel telur) di dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan
(fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah
bersamaan dengan pembentukan biji. Akhirnya akan dihasilkan buah yang fertil
(berbiji) (Pardal, 2001).
Biasanya buah partenokarpi ini tanpa biji (seedless) karena tanpa melalui
fertilisasi. Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi benih/biji ,
namun tidak bagi pebisnis jenis tanaman komersial (hortikultura) karena
menghasilkan buah tanpa biji atau berbiji lunak selain itu juga memberikan
kemungkinan untuk perbaikan pembentukan biji apabila kondisi lingkungan tidak
menguntungkan untuk produksi polen, perkecambahan dan fertilisasi, selain itu pada
beberapa tanaman yang tidak mempunyai biji dapat memperbaiki kualitas buah tetapi
lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah, sebagai contoh,
pada terung partenokarpi dapat meningkatkan kualitas buah, sedangkan pada
Actinidia dapat meningkatkan produktivitas buah dan tidak membutuhkan bantuan
serangga penyerbuk (pollinator). Selain terung ada pisang, timun, nanas, pir, sukun,
dan jambu-jambuan (Anonim, 2009).
Partenokarpi bukanlah gejala yang dapat disejajarkan dengan partenogenesis
pada hewan. Gejala apomiksis pada tumbuhanlah yang lebih tepat sebagai gejala
yang paralel. Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) ataupun buatan
(induksi). Partenokarpi alami ada dua tipe, yaitu obligator apabila terjadinya tanpa
faktor/pengaruh luar dan fakultatif dan fakultatif apabila terjadinya karena ada
faktor/pengaruh dari luar/lingkungan yang tidak sesuai untuk polinasi dan fertilisasi,
misalnya suhu terlalu tinggi atau rendah (Anonim, 2009)
Sedangkan partenokarpi buatan dapat di induksi melalui aplikasi zat pengatur
tumbuh (fitohormon) pada kuncup bunga atau melalui polinasi dengan polen
inkompatibel atau dapat diserbuki dengan polen yang telah diradiasi sinar X. Bahkan,
kini dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler partenokarpi
dapat diinduksi secara endogen melalui teknik rekayasa genetika, yaitu dengan cara
menyisipkan gen partenokarpi (pengkode IAA/giberelin) ke dalam genom tanaman
target melalui proses transformasi genetik. Tanaman transgenik yang telah
mengandung gen partenokarpi akan mengekspresikan senyawa auksin pada plasenta
dan ovule atau giberelin pada polen sebelum polinasi.
Partenokarpi Alami
Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) pada beberapa jenis tanaman
saja (terbatas), misalnya pada pisang (triploid), tomat, dan manggis. Partenokarpi
dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu obligator dan fakultatif. Partenokarpi disebut
obligator apabila terjadi secara alami (genetik) tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal
ini dapat terjadi karena tanaman tersebut secara genetik memiliki gen penyebab
partenokarpi, misalnya pada tanaman pisang yang kebanyakan triploid. Tanaman
triploid ini memiliki mekanisme penghambatan perkembangan biji atau embrio sejak
awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa biji. Sedangkan partenokarpi fakultatif
apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada tanaman tomat
dapat terjadi pembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas
(Agostino, 2005).
Partenokarpi Buatan
A. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Pada awal abad ke-19 telah diketahui bahwa polinasi tanpa fertilisasi dapat
merangsang pembentukan buah. Kemudian, ekstrak polen diketahui pula dapat
menginduksi pembentukan dan perkembangan buah. Berikutnya diketahui lagi bahwa
auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada proses pembentukan dan
perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman.
Percobaan pada tanaman strawbery, di mana bakal biji yang telah dibuahi
(achenes) dapat dihilangkan tanpa merusak bagian reseptakel ternyata buah tetap
tumbuh dan berkembang setelah achenes tersebut diganti dengan olesan senyawa
lanolin yang berisi auksin. Lebih lanjut, telah dibuktikan bahwa kandungan dan
sintesis auksin pada bakal biji (achenes) berlangsung hingga 17 hari setelah
pembuahan. Hal ini membuktikan bahwa auksin dibutuhkan selama perkembangan
buah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain, seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti
dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi
partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur
tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan auksin
(IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan fertilisasi ataupun
setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah
berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20 hari
setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot
auksin. Peningkatan kadar IAA pada bakal buah akan merangsang pertumbuhan dan
perkembangan buah pada fase awal pembungaan. Mekanisme inilah yang
mengilhami para ahli bioteknologi pertanian dalam pembentukan buah partenokarpi
melalui rekayasa genetika.
B. Manipulasi Ploidi (Alteration in Chromosomes Number)
Partenokarpi dapat pula diinduksi secara genetik, yaitu melalui manipulasi
jumlah ploidi (kromosom) pada tanaman. Hal ini dapat ditempuh dengan persilangan
biasa, misalnya antara tanaman semangka dikotil (sebagai induk jantan/ penyerbuk)
dengan tanaman tetraploid (sebagai induk betina) menghasilkan hybrid (F1) triploid
yang ternyata dapat menghasilkan buah partenokarpi tanpa biji (seedless). Pada
tanaman triploid ini bakal biji (ovule) terhambat sejak awal perkembangannya,
sehingga embrio tidak berkembang. Akibatnya tanaman hanya menghasilkan buah
tanpa biji dengan integumen yang rudimenter (tidak berkembang).
C. Metode DNA Rekombinan (Rekayasa Genetika)
Pada beberapa tahun terakhir, beberapa metode telah dicoba dan
dikembangkan untuk menghasilkan partenokarpi melalui rekayasa genetika tanaman.
Pembentukan buah partenokarpi melalui teknik DNA rekombinan dapat ditempuh
melalui dua pendekatan, yaitu (1) menghambat perkembangan embrio/biji tanpa
mempengaruhi pertumbuhan buah dan (2) ekspresi fitohormon pada bagian ovary/
ovule untuk memacu perkembangan buah partenokarpi.
Cara pendekatan pertama ditempuh melalui penggunaan gen yang bersifat
merusak sel (cytotoxic). Gen ini akan menghasilkan senyawa toksik terhadap sel-sel
embrio/ biji, sehingga akan menghambat bahkan merusak perkembangan embrio/biji.
Pertumbuhan buah tetap berlangsung, tetapi tidak menghasilkan biji. Sebagai contoh,
penggunaan gen barnase yang diisolasi dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens atau
kombinasi gen sitotoksik, misalnya gen iaaM dan iaaH dari bakteri yang
mengekspresikan senyawa toksik kadar tinggi terhadap sel-sel embrio/biji.
Kombinasi ekspresi dua gen ini akan merubah triptofan menjadi IAA melalui
senyawa indoleacetamide. Kadar IAA tinggi ini akan bersifat toksik terhadap sel-sel
biji atau embrio tanaman. Beberapa ahli juga menggunakan gen regulator yang dapat
mengekspresikan senyawa toksik yang mempengaruhi perkembangan embrio atau
endosperm. Gen barnase akan menghasilkan enzim ribonuklease pada bagian biji di
bawah kontrol promoter spesifik bagian kulit biji. Tetapi pembentukan partenokarpi
melalui cara pendekatan ini kurang berhasil dan tidak berkembang, karena hingga
kini belum ada data hasil percobaan yang mendukung keberhasilan teknik ini.

Pembentukan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika Cara pendekatan


kedua dalam menghasilkan partenokarpi adalah melalui pengekspresian senyawa
fitohormon IAA atau analognya pada bagian bakal buah (ovary) terlihat lebih efektif.
Cara kedua ini didasari oleh pengetahuan sebelumnya bahwa aplikasi fitohormon
sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji dalam merangsang
pembentukan dan perkembangan buah. Induksi buah partenokarpi melalui
penggunaan gen pengkode giberelin telah berhasil, yaitu giberellin 20-oxidase yang
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol
promoter spesifik bagian polen). Buah partenokarpi dapat terbentuk sebelum
fertilisasi (anthesis). Telah berhasil digunakan promoter bagian regulator defh9
(deficiens homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk mengekspresikan gen iaaM
(pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv savastanoi pada bagian plasenta dan
bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil menginduksi buah partenokarpi
pada beberapa tanaman dari famili Solanaceae seperti terung, temba-kau, dan tomat.
Tanaman hibrid (F1) terung yang mengandung gen defh9-iaaM menunjukkan
peningkatan produksi pada musim dingin.
Dari semua tanaman transgenik partenokarpi tersebut ditemukan kadar
ekspresi auksin yang sangat rendah pada mRNA yang diekstrak dari kuncup bunga.
Dari hasil percobaan ternyata terdapat faktor penting di dalam pembuatan buah
partenokarpi melalui rekayasa genetika, yaitu terletak pada penggunaan bagian
regulator (regulator region) dalam konstruksi gen kimera. Bagian regulator
merupakan informasi genetik yang sangat penting dalam mengontrol ekspresi gen
interest baik secara temporal atau spatial. Dua parameter ini sangat penting dalam
memperoleh partenokarpi dan meyakinkan ekspresi yang optimal dari gen
partenokarpi tanpa menghambat pertumbuhan vegetatif (buah) pada tanaman
transgeniknya. Dengan demikian, semua gen regulator yang digunakan diarahkan
ekspresinya ke bagian ovary dan bagian-bagiannya. Sebagai contoh gen kimera
defh9-iaaM, bagian regulator defh9 (promoter) dapat mengontrol ekspresi gen iaaM
(pengkode IAA) hanya pada bagian plasenta, ovule, dan bagian ovule. Ekspresi IAA
pada bagian ovule ditujukan untuk menggantikan peran biji dalam memacu
pertumbuhan buah, sedangkan ekspresi IAA pada bagian plasenta untuk meyakinkan
bahwa partenokarpi terjadi sebelum polinasi (anthesis). Hal ini dimaksudkan
membandingkan dengan buah hasil penyerbukan biasa atau aplikasi ZPT.
3.2. Metode Pembentukan Buah Jambu batu Tanpa Biji
Beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk membentuk buah
tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi. Buah yang terbentuk tanpa melalui
polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi. Buah partenokarpi dapat dibuat
dengan memotong benang sari pada bunga yang siap mekar, sehingga dalam bunga
itu hanya terdapat putik saja. Kemudian bunga tersebut ditutup dengan kapas lalu
ditetesi dengan zat tumbuh seperti IAA atau GA. Penetesan IAA atau GA dilakukan
setiap hari sampai tampak adanya perubahan secara morfologi (Anonim, 2009).
Jambu batu adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae
yang berasal dari Asia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu
semarang (Syzygium Aqueum), kerabat dekatnya yang memiliki pohon dan buah
hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-
duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.(Anonim 2010)
Jambu batu tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon
giberellin pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian
polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian
polen).Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun kelemahannya buah yang di
hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan rekayasa genetik dalam lab yang
lebih rumit, DNA (Deoxyribonucleaic Acid) tanaman bisa direkayasa hingga bisa
dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Aplikasi fitohormon sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji
dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah.Penggunaan gen pengkode
auksin, giberelin atau sitokinin (iaaM, iaaH atau ipt) dari Agrobacterium tumefaciens
di bawah kontrol sequen regulator spesifik bagian ovary telah berhasil. Gen iaaM
mengkode senyawa triptofan 2-monooxigenase yang akan meru-bah triptofan
menjadi indoleaceta-mide (IAM), lalu menjadi indole acetic acid (IAA) dan amonia
menggunakan promoter GH3 dari kedelai atau AGL5 (Agamous-like 5) dari
Arabidopsis atau PLE36 dari tembaka. GH3 merupakan promoter inducible auksin di
bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan karpela dan PLE 36 spesifik untuk
ovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian regulator defh9 (deficiens
homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk mengekspresikan gen iaaM (pengkode
IAA) dari Pseudomonas syringae pv savastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji.
Gen kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil menginduksi buah.
zat pengatur tumbuh (ZPT), seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat
menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi
partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur
tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan auksin
(IAA) endogen dalam bakal buah (ovary).
Pembentukkan Buah Partenokarpi Pada Jambu Biji (Lambo Guava)
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris
disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar
ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah
dibudidayakan daerah Jawa.jambu biji termasuk salah satu contoh buah tanpa biji
menggunakan rekayasa genetika.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat didefinisikan sebagai pembentukan


rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara penyisipan DNA
dari luar kedalam suatu wahana (vektor tertentu) sehingga memungkinkan
penggabungan dan kelanjutan berkembang baru.
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan
makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga
pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA
untuk menggabungkan sifat makhluk hidup.
Beberapa cara telah dilakukan untuk teknik penciptaan buah tanpa biji diantaranya
yaitu dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan
tanaman triploid yang seedless, sinar radiasi, dan menggunakan penyemprotan
giberelin yang dilakukan pada bunga buah yaitu pada saat bunga mekar.
Jambu air tanpa biji bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon giberellin pada
bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk
sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian
polen).Pertumbuhan biji akan terhambat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Agostino Falavigna dan Giuseppe Leonardo Rotino. 2005. Pemanfaatan Bioteknologi


http://biogen.litbang.deptan.go.id/berita_artikel/seminar_22_sept_2005_ringkasan_fal
avigna.php. Anonim. 2009. Partenokarpi. http://id.wikipedia.org/wiki/Partenokarpi.
Hartono, 1995. Pengantar Genetika Kedokteran. Edisi 8 Penerbit ECG : Jakarta.
Kasper C. K. (2000), Genetic Engeneering, 6, Suppl. 2, 3-6.
Kompas, 2005. Mikroorganisme Lingkungan Akuatik. Edisi 6 Oktober 2011.
Leung R. (2005), Genetic Care in Asia, Makalah Plenary Kongres Nasional, di
Jakarta, 10 – 11 September.
Pelczar, 1988. Mirobiologi Lanjut. Jakarta
Pardal, Jumali. Saptowo. 2001. Pembentukkan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa
Genetika.
biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio. Balai Penelitian Bioteknologi
Tanaman Pangan, Bogor. Ragapadmi, 2002.Buah Tomat Tanpa Biji Artikel Buah
Jakarta
Sugiharto.1999. Pembentukan buah partenokarpi pada Cabai (Capsicum annum, L).
Faculty of Mathematics and Natural Science Airlangga University.
Suryo, 1990. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

You might also like