You are on page 1of 7

BIOTEKNOLOGI

PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI UNTUK


PEMBUATAN KENTANG TAHAN HAWAR DAUN

Disusun oleh :

Nama : Arief Ahadin Majid


Kelas : C25
NPM : 1525010185

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
I. Kentang
Kentang merupakan salah satu makanan pokok sebagian besar masyarakat
dunia, khususnya penduduk di Eropa. Keberadaan kentang sangat berpengaruh
pada ketahanan pangan masyarakat di Eropa dan daerah lain yang menjadikan
kentang sebagai makanan pokok. Menurut Duriat (1985), “kentang merupakan
salah satu makanan pokok dunia di samping gandum, padi, dan jagung dengan
kemampuan produksi perhektar lebih tinggi dibanding ketiga pangan pokok
tersebut”.
Sementara itu, produksi kentang di Indonesia masih rendah. Produktivitas
kentang di Sulawesi Selatan misalnya, dari tahun 1998-2002 baru mencapai 7,02
ton perhektar, sementara potensi hasilnya dapat mencapai 30 ton perhektar.
Sedangkan menurut Rukmana (1997) “pemeliharaan yang intensif, sebenarnya
produktivitas kentang dapat mencapai 30 - 35 ton perhektar”.
Menurut Pitojo (2004), “kebutuhan bibit kentang nasional setiap tahunnya
diprediksi mencapai 120.000 ton padahal kualitas produksi kentang yang
dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu benih atau bibit awal yang digunakan
dalam budidaya. Selama ini kebutuhan bibit yang sehat dan bermutu baru dapat
tercukupi sekitar 2.100 ton.”.
Menurut Duriat (1985), “umumnya petani memperoleh bibit dengan
menyisihkan sebagian umbi dari hasil panennya yang berukuran kecil tanpa
melakukan seleksi bibit, atau dari petani lain berupa bibit lokal yang tidak
diketahui asal-usulnya”.
Pengembangan komoditas kentang dihadapkan pada beberapa kendala,
antara lain serangan hama dan penyakit. Penyakit hawar daun (late blight) yang
disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans merupakan salah satu penyakit
utama pada tanaman kentang. Patogen ini memiliki keragaman genetik yang
tinggi sehingga ketahanan varietas menjadi mudah patah. Kerugian akibat
penyakit ini dapat mencapai 100% pada tanaman kentang yang rentan, terutama
pada musim hujan dengan kelembapan yang tinggi.
Pengembangan kentang tahan penyakit hawar daun di Indonesia
memerlukan pengkajian untuk mengetahui keefektifan gen RB yang berspektrum
luas terhadap isolat P. infestans di Indonesia. Tanaman transgenik Katahdin RB
dapat digunakan sebagai sumber ketahanan terhadap penyakit hawar daun.
Pendekatan yang dapat ditempuh yakni melakukan persilangan antara tanaman
transgenik Katahdin RB sebagai donor tahan dengan kentang budi daya yang
rentan terhadap hawar daun, seperti Granola dan Atlantic. Tanaman kentang
mempunyai heterozigositas yang tinggi sehingga persilangan akan menghasilkan
populasi segregasi (Sahat dan Sunarjono1985). Populasi hasil silangan perlu
dievaluasi dari aspek molekuler untuk mendeteksi integrasi gen maupun sifat
ketahanannya (bioasai) terhadap isolat P. infestans di rumah kaca maupun di
lapangan uji terbatas (LUT).

II. Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun
kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau
virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang
mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal
dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain. Tanaman
transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies
tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,
misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan,
resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas
yang lebih tinggi dari tanaman alami.
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning
gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa
DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan
transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun.

Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri
Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan
bantuan listrik).

a. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil


Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk
melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-
proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil
tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.
Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman,
meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan
berlangsung.
b. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium
tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang
menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.
Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di
dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.
Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang
diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
c. Metode elektroporasi
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen
asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas
(sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik
dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman
sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi)
dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun


untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi
ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi)
hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman
muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru
tanaman dapat

III. Keuntungan dan kerugian hasil biotek ini

 Keuntungan
1. Tahan Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin saat bakteri
membentuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20% dari
berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat
pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan
toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva
mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan
tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus
thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh
insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985
dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt
toksin (Winarno dan Agustina ,2007)
2. Tahan Patogen
Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk
memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan
memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson
grass mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan
tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang
bersangkutan. Potongan DNA dari JGMV, misalnya dari protein
terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu
diintegrasikan pada tanaman jagung dan kentang dan diharapkan akan
menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus
JGMV menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili
Graminae seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian
ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada
daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi keduanya. Akibat serangan
virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan tidak
panen sama sekali.
3. Tahan Cekaman Lingkungan
Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi
pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam
tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat
yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu
dingin dan beku.
4. Mengurangi Dampak Pencemaran Lingkungan
Tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida
sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan
lingkungan.
5. Kadar Pati Tinggi
Kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya
menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng
(deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan
kadar lemak yang lebih rendah.
6. Produksi Meningkat
Pada seminar "Peran Ekonomi Bioteknologi dalam Pertanian
Indonesia," Oktober lalu di Deptan, terungkap, keuntungan ekonomi
pengembangan kentang transgenik hampir mencapai Rp7 triliun.
Disebutkan pula, dalam jangka pendek, peningkatan produktivitas kentang
10% karena adanya adopsi kentang transgenik akan meningkatkan
produksi kentang nasional untuk pakan 1,89% dan untuk konsumsi
langsung 5,59%. Ditambah lagi bisa menurunkan harga kentang untuk
pakan 1,45% dan untuk konsumsi langsung 1,05%.
Data ini dipaparkan oleh Centre for Alternative Dispute
Resolutions, Regulation & Policy Analysis and Community Empowerment
(CARE)-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
IPB. Angka-angka itu muncul setelah tim CARE-LPPM IPB melakukan
pengujian lapang terbatas terhadap kentang transgenik di Lampung dan
Jatim.
Dari hasil penelitian itu diketahui pula pengembangan kentang
transgenik memberikan nilai tambah di tingkat usaha tani. Tambahan
keuntungan petani rata-rata Rp6,1 juta per ha. Tak berlebihan bila
pengembangan kentang transgenik akan membawa dampak positif cukup
besar bagi peningkatan kesejahteraan petani.
 Kekurangan
Sebagian besar bahan makanan berbahan kentang dan kedelai
impor yang beredar mengandung produk transgenik. Produk hasil rekayasa
ini diyakini sejumlah ahli berbahaya bagi kesehatan.Peneliti Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia, Iliyani Andang menyatakan, bahan
makanan transgenik yang dikonsumsi secara terus menerus bisa
mengakibatkan cacat kandungan hingga tumor.
“Dalam percobaan tentang transgenik jelas menunjukkan bahwa
tikus yang diberi makan kentang transgenik menderita tumor, kemudian
juga ada penelitian di Rusia tikus yang diberi makan kedelai transgenik itu
juga kecenderungannya anaknya langsung mati atau tidak normal
pertumbuhannya,” ujar Iliyani. Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, Iliyani Andang menambahkan, pangan transgenik yang beredar
di Indonesia sulit dideteksi oleh konsumen. Kandungan transgenik baru
bisa diketahui lewat uji laboratorium, padahal saat ini kedelai impor
menguasai 70 persen pangsa pasar Indonesia.
  Sebagian besar bahan makanan berbahan kentang dan kedelai
impor yang beredar mengandung produk transgenik. Produk hasil rekayasa
ini diyakini sejumlah ahli berbahaya bagi kesehatan. Peneliti Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia, Iliyani Andang menyatakan, bahan
makanan transgenik yang dikonsumsi secara terus menerus bisa
mengakibatkan cacat kandungan hingga tumor.
“Dalam percobaan tentang transgenik jelas menunjukkan bahwa
tikus yang diberi makan kentang transgenik menderita tumor, kemudian
juga ada penelitian di Rusia tikus yang diberi makan kedelai transgenik itu
juga kecenderungannya anaknya langsung mati atau tidak normal
pertumbuhannya,” ujar Iliyani. Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, Iliyani Andang menambahkan, pangan transgenik yang beredar
di Indonesia sulit dideteksi oleh konsumen. Kandungan transgenik baru
bisa diketahui lewat uji laboratorium, padahal saat ini kedelai impor
menguasai 70 persen pangsa pasar Indonesia.

You might also like