You are on page 1of 11

Sistem Electronic Traction Control

A. PENGERTIAN ETC
Sistem Electronic Traction Control Pada Kendaraan (ETC) adalah suatu
pengembangan konsep dari sistem rem ABS pada kendaraan. ABS dengan
aktuatornya dapat melaksanakan regulasi tekanan pengereman yang dikendalikan
ECU-ABS guna mengkondisikan roda tidak terjadi slip selama pengereman
berlangsung, konsep ABS ini dikembangkan dengan penambahan beberapa katup
electrohidraulik pada aktuator-ABS dan dikendalikan ECU-ETC tersendiri untuk
memperoleh suatu keadaan dimana saat terjadi slip percepatan (Spin) maka ECU-ETC
dapat mengakses aktuator untuk melaksanakan pengereman pada roda penggerak
yang slip sampai pada batas traksi optimal.

B. MENGAPA TERJADI SPIN ?


Spin adalah suatu kejadian/keadaan pada saat percepatan berlangsung roda berputar
sedangkan kendaraan belum bertambah kecepatannya. Keadaan seperti ini terjadi
dikarenakan gaya penggerak yang diteruskan keroda penggerak lebih besar dari pada
besarnya traksi ban, semakin kecil traksi semakin mudah terjadi spin seperti
ditunjukkan dengan ilustrasi pada Gambar 1 berikut untuk menjelaskannya :

Gambar 1 : Gaya penggerak dan Traksi


Gaya penggerak ”Fp” didapatkan dari proses kerja motor penggerak kendaraan yang
besarnya out-put motor mulai dari torsi rendah ke tinggi diatur sesuai keinginan
operatornya (pengemudi) dengan segala sifat pengendaliannya.
Traksi ban ”FT” didapatkan dari proses gesekan antara permkaan jalan dan permukaan
ban yang besarnya tergantung dari koefisien gesek antara ban dengan permukaan
jalan (µJ) dan berat kendaraan (W) ;
Terjadi spin jika :

Sedangkan Traksi relatif tetap yang besarnya :


Sehingga pada saat mobil dipercepat dengan power motor melebihi kemampuan traksi
maka akan terjadi roda penggerak slip (spin), hal ini akan menyebabkan mobil akan
jalan tidak stabil dan lebih ekstrim lagi jika salah satu roda pada kondisi traksi sangat
kecil kendaraan tidak bisa bergerak (berjalan).
Contoh :
1. Pada mobil dengan penggerak roda depan mobil tidak bisa dibelokkan mengikuti
radius jalan. (Gambar 2)

Gambar 2 : Understeering pada kendaraan penggerak depan


karena pada roda penggerak terjadi slip, bagian depan kendaraan terpelanting keluar
dari radius jalan (understeering)
2. Pada mobil dengan penggerak roda belakang mobil tidak bisa dibelokkan mengikuti
radius jalan. (Gambar 3)
Gambar 3 : Oversteering pada kendaraan penggerak belakang
karena pada roda penggerak terjadi slip, bagian belakang kendaraan terpelanting
keluar dari radius jalan (Oversteering).
3. Pada saat kedua roda penggerak pada µsplit (Gambar 4), roda kanan dipermukaan
jalan kering µ : 0,9 (µ beasar) dan roda penggerak kiri di permukaan jalan yang basah µ
: 0,9 (µ kecil).

Gambar 4 : Kendaraan dengan roda penggerak µsplit


Pada saat awal berjalan/ percepatan maka akan terjadi roda kanan diam tidak berputar

dan roda kiri berputar slip di permukaannya (spin) akibatnya kendaraan tidak bergerak

karena gaya penggerak hanya akan memutar roda yang memiliki µ kecil.

Konsep kerja ETC adalah memperbaiki sifat jalan kendaraan saat percepatan dari
ketiga contoh diatas (Gambar 2, 3, 4) dengan beberapa alternatif :
 Mengerem roda penggerak yang slip
 Menurunkan daya motor
 Kombinasi pengereman roda penggerak yang slip dan menurunkan daya motor

PRINSIP KERJA ETC


1. Mengerem roda penggerak yang slip
Situasi : (Gambar 5)
Roda penggerak berdiri diatas jalang yang mempunyai hambatan gesek ( ) yang
berbeda.

Gambar 5 : Putaran roda penggerak µsplit


Masalah :
Deferensial selalu membagi moment penggerak tidak sama besar antara roda kanan
dan kiri, karena roda kiri slip maka putaran differensial hanya memutarkan roda yang
slip saja → kendaraan tidak bisa jalan.
Perbaikan :
Dengan ETC akan mengerem roda yang slip akibatnya momen differensial menglir juga
ke roda kanan sebesar pengereman roda kiri → roda kanan berputar dan kendaraan
bisa berjalan. (Gambar 6)

Gambar 6 : Putaran roda penggerak µsplit ETC bekerja

Pada saat awal berjalan/ percepatan dengan sistem pengatur momen rem pada 
slip.Pada saat roda melebihi batas slip, roda penggerak kanan berputar lebih cepat
(slip). Dengan bantuan sensor putaran roda, besar slip diinformasikan ke kontrol unit
ETC. Kontrol unit dengan bantuan unit hidraulis memberikan tekanan rem pada roda
yang slip. Sehingga pada roda kanan menimbulkan moment pengereman dan
defferensial menghasilkan persamaan moment (M kanan = M kiri)
Pada sistem ini traksi dan gaya samping yang optimal dicapai pada kecepatan <
50 kg/jam.

Gambar 7 : ETC mengerem roda penggerak


Dengan ETC roda yang slip dapat diperlambat dengan rem roda itu sendiri tanpa
menginjak rem, sehingga dicapai slip yang ideal pada kecepatan yang semestinya.
Melalui defferensial dipindahkan moment rem yang ada sebagai moment penggerak
pada roda yang berlawanan.
Jika momen penggerak terlalu tinggi, ke dua roda direm tetapi lamanya
pengereman harus dibatasi supaya rem tidak terlalu panas.
2. ETC dengan pengatur daya motor (Gambar 6)
Untuk menghindari kerugian gaya dorong ke samping (pada penggerak belakang) atau
kemampuan di belokkan (pada penggerak depan) pengaturan sudah harus bekerja jika
salah satu roda penggerak slip lebih dari 30 %.
Gambar 8 : ETC menurunkan daya motor
Gaya samping optimal pada semua tingkat kecepatan.
Kemungkinan yang diatur pada mesin :
* Meregulasi daya mesin melalui katup gas dengan motor listrik penggerak katup gas (E
gas)
* Memundurkan saat pengapian (melalui kontrol unit mesin)
* Mematikan silinder motor (dengan mematikan injektor)
* Mengurangi tekanan turbo (melalui kontrol unit mesin)
* Memindahkan gigi yang besar (pada transmisi automatis) elektronik

3. ETC dengan pengaturan kombinasi antara rem dan daya motor.(Gambar 8)

Gambar 9 : ETC Pengaturan kombinasi


Pada sistem ini dapat diperoleh traksi dan gaya samping yang optimal pada semua
kecepatan
Pada ETC kombinasi terjadi pengaturan pada sistem rem dan moment putar motor.
Oleh karena itu keuntungan pada ke dua sistem dapat disatukan.
Prinsip kerja :
Jika salah satu roda berputar bebas (slip) segera sistem rem pada roda itu aktif. Jika
roda kedua ikut berputar bebas (slip) segera pula sistem rem pada roda kedua aktif
(kedua roda direm) bersamaan dengan itu moment putar roda dikurangi.
Pada kecepatan tinggi yang bekerja hanya ASR dengan pengaturan moment motor

D. CONTOH ; SKEMA BLOK KONTROL UNIT ETC (MERCEDES ASR2)


E. Beberapa penggunaan istilah :
ASR : Antriebs Schlupf Regelung
LTCS : Low Speeds Traktion Control Sistem
BSD : Bremsen Sperv Differential
EDS : Elektronische Differential Spere
ABD : Automatisches Bremsen Differential
ETC : Elektronic Traktion Control
ETS : Elektronic Traktion Suport
BTC : Breake Traktion Control

Daftar pustaka :
1. Training module ”Rad Bremsen” STF Wintherture Switzerland
2. BOSCH Hand Book
3. Robert BOSCH GmbH, Bremsanlagen fur Kraftfahrzeuge, Stutgart, 1994

source :http://mapelotomotif.blogspot.com/2015/11/sistem-electronic-traction-control.html
sumber : http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/ototronik/1155-
moch-toyib

Electronic Stability Control/Program (ESC/ESP)

Electronic Stability Control (ESC) dirancang membantu pengemudi untuk mempertahankan


kontrol kendaraannya pada manuver kecepatan tinggi atau di jalan licin. Biasanya kondisi itu
menimbulkan gejala oversteer atau understeer. ESC mengaplikasikan rem dan kontrol mesin
untuk mengendalikan mobil tetap dijalurnya.
1. Komponen – Komponen ESP
Komponen komponen ESP pada kendaraan meliputi :
1. ESP-Hydraulic Unit with Integrated ECU
Merupakan rangkaian hidrolik pada booster rem dan roda – roda yang berintegrasi atau di
kontrol oleh ECU
2. Wheel Speed Sensor
Merupakan sensor yang memantau kecepatan putaran roda
3. Steering Angle Sensor
komponen ini merupakan sensor yang bekerja memantau sudut belok kendaraan pada saat
dibelokan ke arah kanan ataupun kiri
4. Yaw Rate Sensor with Integrated Acceleration Sensor
Merupakan sensor yang berfungsi memantau akselerasi (percepatan) kendaraan
5. Engine-Management ECU for Communication
Merupakan otak dari system elektronik pada kendaraan yang berfungsi mengatur seluruh system
otomatis yang menggunakan sensor elektronik dalam kendaraan

2. Prinsip kerja ESP


Electronic Stability Program, anti over steer & under steer. Teknologi suspensi Mercedes Benz.
Basic cara kerjanya adalah mengontrol laju pengendaraan dengan secara selektif memberikan
pengereman pada roda yang paling membutuhkan. Dalam kondisi jalan lurus, kendaraan pun
melaju lurus di permukaan jalan rata, maka pengereman terpusat pada ke-empat roda secara
bersamaan. Namun jika jalan berbelok atau mobil melaju berbelok atau kondisi jalan tidak rata.
maka beban pengereman tidaklah terpusat pada ke empat roda secara merata. ESP mengatur
pengereman sedemikian rupa agar mobil tidak kehilangan kendali sekalipun pengereman tiba-
tiba sewaktu berbelok disertai kecepatan tinggi. ESP bekerja dengan sensor elektronis (48
kilobyte) yang keseluruhannya mengontrol akselerasi, pengereman di berbagai jenis kondisi
jalanan, mengontrol putaran masing-masing roda, menurunkan rpm untuk pada kondisi tertentu
untuk menghindari selip.
Rem ABS memiliki sejumlah sensor kecepatan dan ESC menambah sensor yang secara kontinyu
memonitor seberapa baik kendaraan merespon input dari roda kemudi. Sensor-sensor ini bisa
mendeteksi kapan pengemudi kehilangan kontrol karena mobil melenceng dari jalur yang
seharusnya dilalui, -masalah yang sering muncul pada manuver kecepatan tinggi atau jalan licin-.
Dalam situasi ini, otomatis ESC mengerem ban-ban secara individual untuk menjaga mobil tetap
terkontrol. Bila pengemudi melakukan gerakan manuver mendadak, misal menikung terlalu
cepat, mobil beresiko hilang kontrol. Maka ESC akan melakukan serangkaian pengereman yang
diperlukan dan pada kasus-kasus tertentu juga mengurangi kecepatan mobil agar mobil tetap
terkontrol.
Kerja ESP membantu pengendalian mobil ketika kemudi diputar secara mendadak saat
kendaaraan tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya pada waktu berbelok melibas
tikungan, melainkan juga ketika pengemudi memutar setir untuk menghindari objek yang tiba-
tiba muncul di depan. Hal itu dapat terjadi karena stability control system menggunakan sensor
yang secara konstan memonitor kecepatan putaran masing-masing roda, sudut putaran setir, dan
akselerasi lateral (menyamping) . Sistem itu juga memonitor kerja banyak sistem lain, apakah
menyimpang atau tidak. Semua informasi itu dikumpulkan oleh komputer, yang akan
menentukan apakah mobil itu berjalan sesuai dengan keinginan pengendaranya atau tidak. Dan
jika tidak sesuai, stability control system akan mengintervensi dan mengembalikan posisi mobil
sesuai dengan yang diinginkan pengendara.
Demikianlah kehebatan mobil yang telah mengaplikasikan fitur stability control dalam
melindungi dan menjaga keselamatan pengendara meskipun tengah berkendara dalam kecepatan
tinggi. Jika mobil mengalami understeer, fitur canggih ini akan menerapkan rem pada roda
belakang bagian dalam sehingga mobil tertarik kembali ke lintasan yang seharusnya dilalui.
Sementara jika mobil mengalami oversteer, stability program akan menerapkan rem hanya pada
roda depan bagian luar sehingga mobil tertarik kembali kelintasan yang seharusnya dilalui.
Electronic Stability Program (ESP®) saat ini sudah diperbaharui dengan fungsi tambahan : the
STEER CONTROL steering assistance system. Ini diaplikasikan bersama dengan
electromechanical power steering system, untuk membantu servo assistance dalam menjaga
kestabilan kendaraan saat sedang dikemudikan.
Tabel dibawah ini berdasarkan pada gambar 2 merupakan perbedan kendaraan yang
menggunakan ESP dan yang tidak menggunakan ESP

3. Kelemahan ESP
System ESP dapat bekerja karena adanya baterai karena system ini di kendalikan oleh ECU
(engine control unit) yang merupakan system elektronik yang memerlukan energy listrik, jika
baterai tidak optimal ataupun mengalami trouble maka system ini tidak dapat bekerja untuk
pengemudi yang tidak memperhatikan , karena menggunakan ESP, ada pengemudi yang merasa
bisa ngebut sesuka hatinya ketika melewati tikungan, melewati batas yang dapat ditoleriri mobil
atau sistem ESP. Bila ini terjadi, mobil akan terbanting dengan sangat keras dan menimbulkan
bahaya lebih besar.

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Electronic Stability Control(ESC) atau disebut juga dengan Vehicle Dynamic Control(VDC),
Dynamic Stability Control(DSC), Electronic Stability Program(ESP), Vehicle Stability
Control(VSC) atau Vehicle Stability Assist(VSA) adalah salah satu safety sistem pada mobil
modern. ESP pertama kali diperkenalkan oleh Mercedes pada pertengahan tahun 1990. Fungsi
utama yaitu untuk meingkatkan performa dan mencegah kecelakaan pada lintasan yang sulit
seperti tikungan tajam atau jalan yang licin, dan atau pengereman mendadak. Secara umum
sistem ini menyetabilkan kendaraan dengan memberikan yaw moment (diperoleh dari rem
disetiap roda) dan menyesuaikan arah roda sesuai arah yang diinginkan pengendara.
Kendaraan mungkin bergerak tidak sama persis dengan posisi stir ketika pengendara
membelokkan dengan arah yang tajam atau di jalan yang licin. Pada kondisi ini kendaraan bisa
bersifat understeer atau oversteer. Kondisi oversteer yaitu kendaraan membelok melebihi arah
belokan yang diinginkan pengemudi hal ini karena roda belakang kehilangan gaya gesek.

Gambar 1 Stability Control System[1]


Gambar 1 menunjukkan blok diagram dari Stability Control System yang terdiri dari tiga
komponen utama: Pengemudi, Mobil, dan Lingkungan. Pada kondisi normal, Pengemudi melihat
arah jalan kemudian menyesuaikan arah mobil dengan jalan menggunakan setir. Ketika ESC
system mendeteksi bahwa pengemudi akan kehilangan control mobil, ESC memberikan yaw
moment secara otomatis berdasarkan perbedaan antara arah stir dari pengemudi dan arah mobil
yang sebenarnya dan membantu pengemudi membawa mobil kembali pada jalur.

Gambar 2 Oversteer dan Understeer[1]


Berdasarkan data dari Insurance Institute for Highway Safety(IIHS), Amarika Serikat,
pada Juni 2006 hampir 10.000 ribu kecelakaan fatal di US dapat dihindari setiap tahun jika setiap
kendaraan dilengkapi dengan ESC. Pada tahun 2012 pemerintah US mewajibkan setiap mobil
yang dijual di US harus dilengkapi dengan ESC. Beberapa perusahaan yang sudah memakai ESC
pada produknya yaitu Bendix, Bosch, BWI Group, Continental, Johnson Electric, Mitsubishi
Electric, Nissin, TRW, Wabco.
Traction Control(TCS) dipakai untuk mencegah slip roda pada saat akselerasi. Slip
biasanya terjadi pada jalan yang licin seperti salju atau genangan air, dimana roda tidak
memperoleh gaya gesekan yang cukup untuk menggerakkan kendaraan. Traction Control dan
Antilock Breaking System(ABS) biasanya bekerja bersama. ABS dipakai untuk mencegah slip
ketika pengereman, sedangkan TCS diapaki untuk mencegah slip saat akselerasi. TCS dikenal
juga sebagai Anti-Slip Regulation(ASR).
TCS memakai sensor kecepatan di roda untuk mendeteksi kecepatan kendaraan dan juga untuk
mendeteksi adanya slip antara roda dan jalan. Jika slip terdeteksi TCS memastikan bahwa hanya
sedikit torka yang tersalur ke roda yang slip, dengan memperkecil torka ini diharapkan gaya
gesek antara ban dan mobil kembali ada sehingga kendaraan dapat bergerak. Input utama dari
TCS adalah sensor kecepatan yang ada di ban. Sensor ini secara kontinue memonitor kecepatan
dari setiap roda dan mengirimkan data tersebut ke ABS dan TCS di ECU(Electrical Control
Unit). Ketika slip terdeteksi, TCS mengatur rem hidrolik yang ada di ban yang mengalami slip.
Proses ini akan memperlambat kecepatan roda yang slip sehingga gaya gesek akan muncul
kembali. Secara bersamaan torka dipindahkan ke roda yang berlawanan. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3. Jika kedua roda kehilangan gaya gesek, TCS memperlambat kedua roda
hingga diperoleh gaya gesek, atau sistem memberikan sinyal ke Powertrain Control
Module(PCM) untuk mengurangi torka dari mesin ke ban.

Gambar 3 Mekanisme Traction Control[1]

You might also like