You are on page 1of 20

FISIOTERAPI DADA

OLEH :

KELOMPOK IV

1. I WAYAN MERTA SUTEJA 0702115003


2. I NYOMAN SUSASTERA 0702115005
3. LUH GEDE MARYATI 0702115006
4. I WAYAN BUDIANA 0702115015
5. I WAYAN SUPIARTA 0702115017
6. NI NYOMAN ARIANI 0702115019
7. LUH GEDE LISNAWATI 0702115020
8. NI KADEK WIDYA LESTARI 0702115026
9. I.G.A. DARMAYANTI 0702115028

FAKULTAS KEDOKTERAN – PSIK B


UNIVERSITAS UDAYANA
2008
FISIOTERAPI DADA

1. Pengertian

Fisioterapi dada adalah tindakan fisioterapi yang terdiri dari

drainase postural, perkusi, vibrasi dada, latihan pernafasan dan

batuk efektif yang bertujuan untuk mempertahankan ventilasi

adekuat, membuang sekresi bronkial dan meningkatkan efisiensi

otot-otot pernafasan.

2. Indikasi

a. Pasien tirah baring

b. Pasien yang mengalami retensi sputum

3. Konsep fisiologi tindakan

a. Drainase postural

Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang

memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu dalam

membuang sekresi bronkial, sekresi mengalir dari bronkiolus

yang terkena dengan membatukkan atau penghisapan.

Drainase postural bertujuan untuk mencegah atau

menghilangkan obstruksi bronkial yang disebabkan oleh

akumulasi sekresi. Latihan drainase postural dapat diarahkan

pada semua segmen pada posisi postural drainase tergantung

dari segmen lobus yang mengalami penumpukan sekresi.


Latihan drainase postural dapat diarahkan pada semua

segmen paru. Bronki lobus yang lebih rendah dan lobus

tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih rendah. Bronki

lobus yang atas mengalir lebih efektif bila posisi kepala

tegak. Umumnya pasien dibaringkan dalam 5 posisi: pronasi,

supinasi, lateral kanan, lateral kiri dengan posisi kepala lebih

rendah dan posisi duduk tegak (semi fowler)

b. Perkusi dada

Perkusi dada adalah tindakan menepuk-nepuk ringan dinding

dada dengan membentuk mangkok pada telapak tangan dalam

gerakan berima. Tepukan dilakukan diatas segmen paru yang

mengalami penumpukan sekret/mukus. Perkusi bertujuan

melepaskan mukus yang melekat pada bronkiolus dan

bronkus.

c. Vibrasi

Vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran

manual pada dinding dada selama fase ekspirasi manuver ini

dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan daya dorong dari

udara ekspirasi untuk melepaskan sputum yang ada.


d. Latihan pernapasan

1) Pernafasan perut (diagfragma)

Pernafasan yang dilakukan dengan cara menarik nafas

dengan bibir dirapatkan ditahan + 2 detik kemudian

dikeluarkan perlahan-lahan. Tujuannya: menguatka otot-

otot diagfragma.

2) Pursed lip breathing/pernapasan bibir dirapatkan

Pernafasan ini dilakukan dengan cara menarik nafas

melalui hidung dikeluarkan dengan cara bibir

dimonyongkan secara perlahan udara ekspirasi dialirkan.

Tujuannya :

- Melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang

ekshalasi.

- Meningkatkan tekanan jalan nafas selama ekspirasi

- Membantu pasien untuk mengontrol pernafasan bahkan

selama periode stres.

3) Penafasan dalam dan batuk efektif

Pernafasan yang dilakukan dengan cara menarik nafas

melalui hidung secara perlahan-lahan kemudian ditahan

kurang lebih 3 detik dan dikeluarkan melalui mulut. Pada

saat ekspirasi yang katiga dilakukan batuk dengan


menggunakan otot abdomen sambil tangan memegang

perut.

Tujuannya :

- Memberikan kesempatan paru mengembang

- Memobilisasi sekret/mukus

- Mencegah efek samping retensi sekrasi paru

(pneumonia, atelektasis).

4. Konsep askep pada pasien dengan fisioterapi dada

a. Pengkajian

1) Data subyektif

- Pasien mengeluh sesak, batuk-batuk, susah

mengeluarakn dahak

2) Data obyektif

- Pasien nampak sesak, nafas cuping hidung nafas

pendek dangkal.

- Penggunakan otot-otot bantu pernafasan

- Pasien nampak letih/kelelahan

- Pasien nampak cemas

- Nadi tachicardi

- SaO 2 < 95%

- Ronchi (+)
- Radiologi thorax nampak penumpukan sekret di daerah

paru

b. Diagnosa keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

adanya penumpukan sekret.

2) Pada nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penumpukan sekret, sesak, kelelahan.

4) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya

penmpukan sekret paru.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak dan

kelelahan.
5. Intervensi

Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
Keperawatan
1 2 3 4 5
1 Bersihan jalan 1. M 1. 1. Beberapa derajat
nafas tidak empertahankan Auskultasi bunyi spasme bronkus
efektif jalan nafas paten nafas, mis., terjadi dengan
berhubungan dengan bunyi mengi, krekels, osbtruksi jalan
dengan adanya nafas ronki. napas dan dapat/tak
penumpukan bersih/jelas. dimanifestasikan
sekret 2. M adanya bunyi napas
enunjukkan adventisius, mis.,
perilaku untuk penyebaran, krekels
memperbaiki basah (bronkitis),
bersihan jalan bunyi napas redut
nafas, mis., dengan ekspirasi
batuk efektif dan mengi (emfisema);
mengeluarkan atau tak adanya
sekret bunyi nafas (asma
berat)

2. 2. Takipnea biasanya
Kaji/pantau ada pada beberapa
frekuensi derajat dan dapat
pernapasan. ditemukan pda
Catat rasio penerimaan atau
inspirasi/ekspir selama stres/adanya
asi proses infeksi akut.
Pernapasan dapat
melambat dan
frekuensi ekpirasi
memanjang
dibanding inspirasi.

3. 3. Disfungsi
Catat pernapasana adalah
adanya/derajat variabel yang
dispnea, tergantung pada
penggunaan tahap proses kronis
otot bantu. selain proses akut
yang menimbulkan
1 2 3 4 5
perawatan di rumah
sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.

4. 4. Peninggian kepala
Kaji pasien untuk tempat tidur
posisi yang mempermudah
nyaman, misl, fungsi pernapasan
peninggian dengan
kepala tempat menggunakan
tidur, duduk gravitasi. Namun,
pada sandaran pasien dengan
tempat tidur. distres berat akan
mencari posisi yang
paling mudah untuk
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan
meja, bantal, dan
lain-lain membantu
menurunkan
kelemahan otot dan
dapat sebagai alat
ekspansi dada.

5. 5. Pencetus tipe reaksi


Pertahankan polusi pernapasan yang
lingkungan dapat metriger
minuman, mis., episode akut.
debu, asap dan
bulu bantal
yang
berhubungan
dengan kondisi
individu.

6. 6. Memberikan pasien
Dorongan/bantu beberapa cara untuk
latihan napas mengatasi dan
abdomen atau mengontrol dispnea
bibir dan menurunkan
1 2 3 4 5
jebakan udara

7. 7. Batuk dapat
Observasi menetap tetapi tidak
karakteristik efektif. Batuk
batuk, mis., paling efektif pada
menetap, batuk posisi duduk tinggi
pendek, basah. atau kepala di
Bantu tindakan bawah setelah
untuk perkusi dada.
memperbaiki
keefektifan
upaya batu.

8. 8. Hidrasi membantu
Tingkatkan menurunkan
masukan cairan kekentalan sekret,
sampai 3000 mempermudah
ml/hari sesuai pengeluaran.
toleransi Penggunaan cairan
jantung. hangat dapat
Memberikan air menurunkan
hangat. spasme bronkus.
Anjurkan Cairan selama
masukan cairan makan dapat
antara, sebagai meningkatkan
pengganti distensi gaster dan
makan. tekanan pada
diafragma.

9. 9. Merilekskan otot
Kolaborasi dalam halus dan
pemberian obat menurunkan
bronkodilatos kongesti lokal,
menurunkan
spasme jalan napas,
mengi dan produksi
mukosa.
1 2 3 4 5
10. 10. Kelembaban
Kolaborasi dalam menurunkan
pemberian kekentalan sekret
humidifikasi mempermudah
tambahan pengeluaran dan
dapat membantu
menurunkan/
mencegah
pembentukan
mukosa tebal pada
bronkus.

2 Pola nafas 1. Menunjukkan 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan bisanya


tidak efektif pola napas kedalaman meningkat, dispnea
berhubunagn efektif dengan pernapasan dan dan terjadi
dengan frekuensi dan ekspansi dada peningkatan kerja
penumpukan kedalaman napas.
sekret dalam rentang
normal dan paru 2. Tinggikan 2. Duduk tinggi
jelas/bersih. kepala dan memungkinkan
2. Berpartisipasi bantu ekspansi paru dan
dalam aktivitas mengubah memudahkan
perilaku posisi pernafasan.
meningkatkan
fungsi paru 3. Dorong/bantu 3. Dapat
pasien dalam meningkatkan/
nafas dalam dan banyaknya sputum
latihan batuk dimana gangguan
efektif. ventilasi dan
ditambah
ketidaknyamanan
upaya bernafas.

4. Kolaborasi 4. Memaksimalkan
dalam bernafas dan
pemberian O2 menurunkan kerja
nafas.

5. Kolaborasi 5. Memberikan
dalam kelembaban pada
1 2 3 4 5
pemberian membran mukosa
humidifikasi dan membantu
(nebulizer) pengenceran sekret
untuk memudahkan
pembersihan.

3 Perubahan 1. Menunjukkan 1. Kaji kebiasaan 1. Pasien distres


nutrisi kurang peningkatan diet, masukan pernapasan akut
dari kebutuhan berat badan makanan saat sering anoreksia
berhubungan menuju tujuan ini. Catat derajat karena dispnea,
dengan yang tepat kesulitan makan. produksi sputum,
penumpukan 2. Menunjukkan Evaluasi berat dan obat.
sekret, sesak, prilaku/ badan dan
kelelahan perubahan pola ukuran tubuh.
hidup untuk
meningkatkan 2. Aukultasi bunyi 2. Penurunan/
dan/atau usus. hipoaktif bising
mempertahank usus menunjukkan
an berat yang penurunan motilitas
tepat. gaster dan
konstipasi.

3. Berikan 3. Rasa tak enak, bau


perawatan oral dan penampilan
sering, buang adalah pencegah
sekret, berikan utama terhadap
wadah khusus napsu makan dan
untuk sekali dapat membuat
pakai dan tisu. mual dan muntah
dengan peningkatan
kesulitan napas.

4. Dorong periode 4. Membantu


istirahat menurunkan
semalam 1 jam kelemahan selama
sebelum dan waktu makan dan
sesudah makan. memberikan
Berikan makan kesempatan untuk
1 2 3 4 5
porsi kecil tapi meningkatkan
sering masukan kalori
total.

5. Hindari 5. Dapat menghasilkan


makanan distensi abdomen
penghasil gas yang menganggu
dan minuman napas abdomen dan
karbonat. gerakan diafragma
dan dapat
meningkatkan
dispenia

6. Hindari 6. Suhu ekstrem dapat


makanan yang mencetuskan/
sangat panas meningkatkan
atau sangat spasme batuk.
dingin
7. Timbang berat 7. Berguna untuk
badan sesuai menentukan
indikasi kebutuhan kalori,
menyusun tujuan
berat badan, dan
evaluasi
keadekuatan
rencana nutrisi.
Catatan: Penurunan
berat badan dapat
berlanjut, meskipun
masukan adekuat
sesuai teratasinya
edema.

4 Risiko tinggi 1. Menyatakan 1. Awasi suhu 1. Demam dapat


infeksi pemahaman terjadi karena
berhubungan penyebab/ infeksi dan/atau
dengan adanya faktor risiko dehidrasi
penumpukan infeksi
sekret paru
1 2 3 4 5
2. Mengidentifikasi 2. Kaji pentingnya 2. Aktivitas ini
intervensi untuk latihan napas, meningkatkan
mencegah/menurun batuk efektif, mobilisasi dan
kan risiko infeksi perubahan posisi pengeluaran sekret
3. Menunjukkan sering dan untuk menurunkan
teknik, perubahan masukan cairan risiko terjadinya
pola hidup untuk adekuat. infeksi paru.
meningkatkan
lingkungan yang
aman

3. Observasi warna, 3. Sekret berbau,


karakter, bau kuning atau
sputum kehijauan
menunjukkan
adanya infeksi paru

4. Tunjukkan dan 4. Mencegah


bantu pasien penyebaran
tentang patogen melalui
pembuangan tisu cairan
dan sputum.
Tekankan cuci
tangan yang benar
(perawat dan
pasien) dan
penggunaan
sarung tangan bila
memegang/memb
uang tisu wadah
sputum.

5. Awasi 5. Menurunkan
pengunjung; potensial terpajan
berikan masker pada penyakit
sesuai indikasi infeksius
1 2 3 4 5
6. Diskusikan 6. Malnutrisi dapat
kebutuhan mempengaruhi
masukan nutrisi kesehatan umum dan
adekuat menurunkan tahanan
terhadap infeksi

7. Kolaborasi 7. Dilakukan untuk


dapatkan emngidentifikasi
spesimen sputum organisme penyebab
dengan batuk atau dan kerentanan
penghisapan terhadap berbagai
untuk pewarnaan antimikrobial
kuman Gram,
kultur/sensitivitas
8. Berikan 8. Dapat diberikan
antimikrobial untuk organisme
sesuai indikasi khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sentivitas, atau
diberikan secara
profilakstik karena
risiko tinggi.

5 Intoleransi 1. Melaporkan/ 1. Evaluasi respons 1. Menetapkan


aktivitas menunjukkan pasien terhadap kemampuan/kebutu
berhubungan peningkatan aktivitas catat han pasien dan
dengan toleransi laporan dispea, memudahkan
sesak dan terhadap aktivitas peningkatan pilihan intervensi
kelelahan yang dapat kelemahan/kelela
diukur dengan han dan
tak adanya perubahan tanda
dispnea, vital selama dan
kelemahan setelah aktivitas.
berlebihan dan
tanda vital dalam 2. Berikan 2. Menurunkan stres
rentang normal. lingkungan tenang dan rangsangan
dan batasi berlebihan,
pengunjung meningkatkan
selama fase akut istirahat.
sesuai indikasi
1 2 3 4 5
3. Jelaskan 3. Tirah baring
pentingnya dipertahankan
istirahat dalam selama fase akut
rencana untuk menurunkan
pengobatan dan kebutuhan
perlunya metabolik,
keseimbangan menghemat energi
aktivitas dan untuk
istirahat penyembuhan.

4. Bantu pasien 4. Pasien mungkin


memilih posisi nyaman dengan
nyaman untuk kepala tinggi, tidur
istirahat atau tidur dikursi atau
menunduk ke
depan meja atau
bantal.

5. Pantau aktivitas 5. Meminimalkan


perawatan diri kelelahan dan
yang diperlukan membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen.

6. Persiapan alat

a. Handuk untuk alas

b. Bantal

c. Minyak untuk digosokkan pada bagian tubuh yang tertekan

d. Serta penghisap sekresi lengkap siap pakai

e. Stetoskope

f. Bengkok
g. Tissue

7. Persiapan pasien

a. Pasien diberitahu penjelasan tentang tindakan yang akan

dilakukan

b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

8. Persiapan lingkungan

a. Menjaga privacy pasien (memasang sampiran)

9. Prosedur :

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b. Melatih pernafasan (breathing exercise) dan batuk efektif

c. Mengajarkan pasien teknik relaksasi sesuai kondisi pasien

d. Memberikan posisi drainase (postural drainase) untuk

mengalirkan sekresi dari dalam paru ke jalan napas agar

mudah dihisap caranya:

1) Mengatur posisi lateral dalam sikap menungging 10-20

derajat/posisi ”SIM”

2) Mengatur posisi lateral dalam sikap lurus

3) Mengatur posisi terlentang

4) Mengatur posisi telungkup

5) Lamanya posisi postural drainase 15-20 menit

6) Mengembalikan posisi pasien ke posisi semula


e. Menepuk (Perkusi/clapping) untuk membantu agar sekresi

yang melekat pada dinding alveoli terlepas dan terdorong

sehingga dapat keluar kepercabangan bronkus dan trakea

sehingga merangsang batuk.

1) Kontra indikasi :

a) Patah tulang rusuk (fraktur costae)

b) Infeksi paru akut

c) Perdarahan/naemoptoe

d) Asma akut

e) Daerah penepukan ada luka

f) Myocard infark

2) Caranya :

a) Penepukan dilakuakn secara seksama pada dinding

torak pasien

b) Posisi pasien diatur pada satu sisi miring

c) Posisi perawat berdiri dibelakang pasien sambil satu

tangan diletakkan pada bagian posterior

d) Posisi tangan perawat telungkup membuat rongga,

sehingga pada saat pasien ditepuk tidak merasa

kesakitan.
f. Mengetarkan/vibrasi

Untuk mendorong keluar sekresi yang tertimbun dialveoli

dengan bantuan menggetarkan dinding toraks pada saat

ekspirasi.

Caranya :

1) Posisi pasien diatur pada satu sisi (miring)

2) Posisi perawat berdiri dibelakang pasien sambil satu

tangan diletakkan pada bagiand ada anterior dan satu

tangan lain pada bagian posterior.

3) Berikan tekanan pada saat pasien ekspirasi dengan

menggunakan kekuatan otot bahu, perawat sambil

mendorong dan menggetarkan dinding dada pasien.

g. Pada pasien tidak sadar dilakukan juction

Pada pasien yang sadar anjurkan untuk batuk efektif.

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Perhatikan kondisi pasien saat dilakukan fisioterapi dan

drainase posisi

b. Observasi tensi, nadi, pernafasan

c. Fisioterapi dada dilakukan sebelum makan untuk mencegah

muntah

d. Berikan obat penerang/relaksan, pada pasien yang kejang

rangsang sebelum fisioterapi dada


e. Hentikan fisioterapi dada bila pasien kelihatan letih dan

kesakitan.

f. Kolaborasi untuk thorax photo


DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indoesia, 1996, Kumpulan Kuliah pada Pelatihan Keperawatan

Intensif Asuhan Keperawatan Klien dengan Keperawatan, Jakarta,

Fakultas Ilmu Keperawatan UI.

2. Bruner & Suddarth, 2002, Keperawatan

Medikal Bedah Vol. 1 Jakarta, EGC.

3. Direktorat Keperawatan dan Keteknisian

Medik Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI, 2005,

Standar Pelayanan Keperawatan R. ICU, Jakarta, Depkes RI.

You might also like