You are on page 1of 9

Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsih, dkk

ISSN : 2087 – 2879

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DI BANDA ACEH
Self Adaptation Description Of Parents Who Have Children
With Special Needs In Banda Aceh
Sri Intan Rahayuningsih1, Rizki Andriani2
1
Bidang Keilmuan Keperawatan Maternitas dan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
2
Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
1
Maternity and Pediatric Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: intan_274@yahoo.co.id

ABSTRAK
Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Anak
yang berkebutuhan khusus tidak akan mencapai tingkat tumbuh kembang seperti anak yang normal. Orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus kemungkinan besar akan mengalami stress dan reaksi
psikologis negatif lainnya sehingga orang tua memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri
yang positif, dapat mengoptimalkan pengasuhan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyesuaian diri orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
dengan menggunakan metode deskriptif eksploratif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode proportional stratified random sampling. Alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner sebanyak 24 pernyataan dengan nilai reliabilitas 0,666. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa gambaran penyesuaian diri orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di
Banda Aceh tahun 2011 berada pada kategori baik dengan persentase 54,05%. Rekomendasi dari penelitian
ini adalah perlunya bantuan dan dukungan terhadap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
sehingga setiap orang tua dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dan pengasuhan serta pendidikan anak
berkebutuhan khusus dapat berjalan sama seperti anak normal lainnya.

Kata kunci: Anak berkebutuhan khusus, penyesuaian diri, orang tua.

ABSTRACT
Children are individuals in a range of change of growth and development. Children with special needs will
not achieve level of growth and development like normal children. Parents having children with special
needs possibly have stress and negative psychologic reaction so that parents need time to self adaptation.
Positive self adaptation can optimize parents’ caring for children with special needs. The research aims to
identify self adaptation description of parents who have children with special needs by using deskriptive
explorative method. The sample were 74 people. Sampling technique used proportional stratified random
sampling method. Instrument was used questionnaire with 24 statements containing reliability value 0,666.
The result of the study showed that self adaptation description of parents who have children with special
needs in Banda Aceh in 2011 was in good category with 54,05%. Recommendation from the research is
necessary assistance and support for parents having children with special needs so that they are able to
adapt their self well and caring and education for children with special needs will be the same with other
normal children.

Keywords: Children with special needs, self adaptation, parents.

PENDAHULUAN pertumbuhan dan perkembangan yaitu


Anak diartikan sebagai seseorang rentang cepat dan lambat (Hidayat, 2005).
yang berusia kurang dari delapan belas Anak yang dalam perkembangannya
tahun. Anak merupakan individu yang mengalami hambatan, gangguan-gangguan,
berada dalam satu rentang perubahan kelambatan atau memiliki faktor-faktor
pertumbuhan dan perkembangan yang resiko dalam mencapai perkembangan yang
dimulai dari bayi hingga remaja. Rentang ini optimal diperlukan penanganan atau
berbeda antara anak satu dengan yang lain intervensi khusus. Anak yang ada dalam
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada kondisi tersebut dikenal sebagai anak
tiap-tiap anak terdapat rentang perubahan berkebutuhan khusus (ABK) (Assyari,

167
Idea Nursing Journal Vol. II No. 3

2010). Depdiknas (2003, dalam Ginintasasi, masih banyak ABK yang tidak mengikuti
2009), menyebutkan anak berkebutuhan sekolah/bimbingan khusus dikarenakan
khusus adalah anak yang dalam pendidikan berbagai alasan individu seperti tidak sempat
(di bawah 18 tahun) yang memiliki tingkat mengantar atau faktor ekonomi.
kesulitan dalam mengikuti proses Keadaan anak yang mengalami
pembelajaran karena kelainan fisik, tumbuh kembang terlambat akan
emosional, mental, sosial, dan atau memiliki menimbulkan kekecewaan yang sangat
kecerdasan dan bakat istimewa dan mendalam dan merupakan kenyataan pahit
memerlukan pelayanan yang spesifik, dan yang harus dihadapi orang tua (Hurlock,
anak-anak ini berbeda dengan anak pada 1978). Schieve et al (2006), menjelaskan
umumnya karena mengalami hambatan bahwa orang tua yang memiliki anak dengan
dalam belajar dan perkembangannya. cacat perkembangan menghadapi tantangan
Istilah ABK merupakan terjemahan yang menempatkan mereka pada resiko
dari child with special needs yang telah tinggi stress dan reaksi psikologi negatif
digunakan secara luas di dunia internasional lainnya. Wall (1993, dalam Utami, 2009)
yang sebelumnya menggunakan istilah berpendapat bahwa fenomena dalam
difabel (difference ability). Masyarakat masyarakat masih terdapat banyaknya orang
awam lebih mengenal ABK dengan istilah tua khususnya ibu yang menolak kehadiran
anak cacat, anak berkelainan, anak tuna atau anak yang tidak normal, karena malu
anak luar biasa. Alimin (2008) menyebutkan mempunyai anak yang cacat, dan tak
istilah ABK tidak hanya mencakup anak mandiri. Pada orang tua yang memiliki anak
berkelainan atau anak penyandang cacat dengan gangguan perkembangan, ibu
tetapi juga termasuk anak-anak yang menunjukkan level stress yang sangat tinggi
memiliki hambatan perkembangan dan serta bereaksi negatif terhadap ketunaan si
hambatan belajar. anak. Hal ini diduga berkaitan dengan waktu
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) yang digunakan ibu dalam mengurus anak
(2009), Indonesia memiliki ABK sebesar dua kali lebih banyak daripada ayah
1,48 juta (0,7%) dari jumlah penduduk. ABK (Lassenbery & Rehfeldt, 2004; Farabi, 2007
yang berusia 5-18 tahun mencapai 317.016 dalam Susanandari, 2009).
(21,42%) anak. ABK yang sudah Stress yang dialami oleh orang tua
memperoleh layanan pendidikan baik di dengan anak berkebutuhan khusus
sekolah luar biasa (SLB) maupun sekolah berpengaruh pada perkembangan anak
inklusif hanya sebanyak 28.897 anak (Hintermain, 2006, dalam Susanandari,
(26,15%) (Bataviase, 2010). Dalam Autis- 2009). Susanandari (2009) menyebutkan
Info (2009) disebutkan prevalensi ABK saat bahwa seseorang baru bisa mengatasi stress
ini mencapai 10 anak dari 100 anak, artinya ketika ia telah berhasil menyesuaikan diri
10% populasi dari anak-anak adalah ABK dengan keadaan yang dihadapi. Penerimaan
dan mereka harus mendapatkan pelayanan orang tua sangat berarti untuk membentuk
khusus. Penelitian yang dilakukan oleh konsep diri anak yang positif, anak merasa
Abdurrahman (1994, dalam Wiguna, 2010) diinginkan, membentuk perasaan yang aman,
pada 3.215 siswa kelas SD di DKI Jakarta mengembangkan rasa percaya diri, reaksi
terdapat 16,52% dinyatakan sebagai ABK. emosional yang positif dan kepatuhan serta
Menurut pemerhati anak Mulyadi dalam mampu melakukan penyesuaian diri secara
Bataviase (2010), penyandang ABK di baik. Orang tua yang dapat bersikap
Indonesia diperkirakan 1 dari 250 kelahiran. menerima keadaan dirinya yang mempunyai
Dari hasil observasi awal yang anak tidak sempurna diharapkan dapat
dilakukan peneliti, ada beberapa tempat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
sekolah/bimbingan untuk ABK di Banda (Ningrum, 2007; Schneiders, 1964, dalam
Aceh, yaitu YPAC Lambaro, YPPC Labui, Lubis, 2009). Berdasarkan uraian diatas
Yayasan BUKESRA serta Biro Konsultasi peneliti tertarik melakukan penelitian yang
Psikodinamika, Taman Observasi dan Terapi berjudul gambaran penyesuaian diri orang
Wicara, serta Les Privat Dunia Anak. Jumlah tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
ABK yang mengikuti sekolah/bimbingan di Banda Aceh. Adapun tujuan dari
khusus di Banda Aceh mencapai 383 orang. penelitian ini adalah untuk mengetahui
Jumlah tersebut belum seluruhnya karena gambaran penyesuaian diri yang positif dan

168
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsih, dkk

negatif pada orang tua yang memiliki anak HASIL


berkebutuhan khusus di Banda Aceh. Data Responden (Ibu)
Gambaran data demografi responden
METODE dikelompokan berdasarkan usia, pendidikan,
Penelitian ini menggunakan desain pekerjaan, agama dan suku. Untuk lebih
penelitian deskriptif eksploratif dengan jelasnya, penyebaran data demografi
pendekatan cross-sectional study. Menurut responden dapat dilihat pada tabel 1.1. di
Arikunto (2005), desain penelitian ini bawah ini.
bertujuan untuk menggambarkan suatu
keadaan atau fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1 Distribusi frekuensi data demografi
saat dilakukan penelitian. responden (n = 74)
Populasi penelitian ini adalah semua
No Kategori Frekuensi Persentase
ibu yang memiliki anak berkebutuhan
khusus usia 3-12 tahun yang bersekolah atau 1 Usia
mengikuti bimbingan di tempat khusus ABK Dewasa Dini 53 71,6
yaitu berjumlah 237 orang. Pengambilan (18-39 tahun)
Dewasa Madya 21 28,4
sampel dilakukan dengan menggunakan
(40-59 tahun)
proportional stratified random sampling, Dewasa Lanjut 0 0
Penentuan jumlah sampel menggunakan (> 60 tahun)
rumus Slovin (Notoadmodjo, 2005), 2 Pendidikan
sehingga jumlah sampel yang didapat yaitu Dasar 19 25,7
Menengah 25 33,8
74 responden. Tinggi 30 40,6
Penelitian dilakukan di SLB YPAC I 3 Pekerjaan
& II Lambaro (TKLB, SDLB-B, SDLB-CD) Tidak Bekerja 51 68,9
yang berlokasi di Kp. Keuramat & Desa Bekerja 23 31,1
Santan Lambaro Banda Aceh, SDLB Negeri 4 Agama
Islam 74 100
Labui yang berlokasi di Kp. Ateuk Pahlawan 5 Suku
Banda Aceh, Taman Observasi & Terapi Aceh 67 90,5
Wicara yang berlokasi di Lambhuk Banda Padang 1 1,4
Aceh serta Biro Psikologi Psikodinamika Melayu 1 1,4
yang tepat berlokasi di Keutapang Banda Jawa 4 5,4
Sunda 1 1,4
Aceh. SDLB- B merupakan sekolah yang Total 74 100
menaungi anak yang mengalami tunarungu
dan tuna wicara serta SDLB-CD menaungi
Berdasarkan data dari tabel 1.1
anak yang mengalami tuna grahita dan tuna
diketahui bahwa responden penelitian ini
daksa. Pengumpulan data penelitian
sebagian besar berada dalam rentang usia
dilakukan selama 28 hari.
dewasa dini (18-39 tahun) sebanyak 53
Alat pengumpulan data berupa
orang (71,6%). Pendidikan responden
kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti
mayoritas adalah pendidikan tinggi dengan
dan berdasarkan penelusuran literatur yang
jumlah 30 orang (40,6%). Ditinjau dari
terdiri dari dua bagian yaitu data demografi
pekerjaan, 51 orang (68,92%) responden
dan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk
tidak bekerja (ibu rumah tangga). Seluruh
mengukurpenyesuaian diri orang tua yang
responden (100%) beragama Islam dan pada
terdiri dari karakteristik penyesuaian diri
umumnya bersuku Aceh dengan jumlah 67
positif serta karakteristik penyesuaian diri
orang (90,5%).
negatif, terdiri dari 24 item pernyataan
dengan lima pilihan jawaban menggunakan
Data Anak berkebutuhan khusus
skala Likert yaitu : sangat sesuai (SS), sesuai
Gambaran data demografi anak dari
(S), ragu ragu (R), tidak sesuai (TS), dan
responden dikelompokan berdasarkan usia,
sangat tidak sesuai (STS). Sebelum
jenis kelamin dan gangguan yang dialami
digunakan, kuesioner telah diuji validitas dan
anak. Untuk lebih jelasnya, penyebaran data
realibilitas dengan nilai kritis 0,666 pada
demografi responden dapat dilihat pada tabel
taraf signifikansi 5%.
1.2 di bawah ini:

169
Idea Nursing Journal Vol. II No. 3

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Anak dari Responden (n = 74)
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Usia
Toodler (1-3 tahun) 6 8,1
Pre-school (4-6 tahun) 17 23
School (7-12 tahun) 51 68,92
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 43 58,1
Perempuan 31 41,9
3 Gangguan Yang Dialami Anak
Tuna Rungu 17 23
Tuna Grahita 29 39,2
Gangguan Berbicara 9 12,2
Autis/ASD 10 13,5
Tuna Daksa 2 2,7
Cerebral Palsy 1 1,4
Epilepsi 2 2,7
Slow Learner 1 1,4
Kesulitan Belajar Spesifik : Disleksia 1 1,4
ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorder) 2 2,7
Total 74 100

Berdasarkan data tabel 1.2 diketahui 4 Kemampuan


70 94,6 4 5,4
bahwa usia ABK terbanyak pada periode untuk belajar
school (7-12 tahun) yaitu 51 orang 5 Kemampuan
(68,92%). Mayoritas ABK berjenis kelamin memanfaat
72 97,3 2 2,7
laki laki yaitu 43 orang (58,1%) dan kan
pengalaman
gangguan yang paling banyak dialami oleh
6 Sikap yang
ABK adalah adalah tuna grahita sebanyak realistis dan 73 98,6 1 1,4
29 orang (39,2%). objektif
Gambaran Penyesuaian Diri Orang Tua 7 Pertimbangan
rasional dan
yang memiliki Anak Berkebutuhan 74 100 0 0
pengarahan
Khusus di Banda Aceh diri
Penyesuaian diri orang tua terdiri dari
penyesuaian diri positif dan penyesuaian diri
Penyebaran jawaban responden
negatif. Untuk lebih jelasnya, penyebaran
tentang penyesuaian diri negatif dapat dilihat
jawaban responden tentang penyesuaian diri
pada tabel 1.4 di bawah ini:
positif dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah
ini:
Tabel 1.4 Distribusi frekuensi penyesuaian diri
negatif orang tua yang memiliki anak
Tabel 1.3 Distribusi frekuensi penyesuaian diri berkebutuhan khusus di Banda Aceh (n = 74)
positif orang tua yang memiliki anak
Ya Tidak
berkebutuhan khusus di Banda Aceh (n = 74) No Indikator
f % f %
Ya Tidak
No Indikator 1 Tingkah
f % f % laku yang 31 41,9 43 58,1
1 Kestabilan serba salah
70 94,6 4 5,4
emosi
2 Tidak dapat
2 Tidak mengarah 16 21,6 58 78,4
terdapat kan diri
mekanisme 73 98,6 1 1,4
3 Tidak
pertahanan
mampu
diri 19 25,6 55 74,4
mengontrol
3 Bebas dari emosi
perasaan
69 93,2 5 6,8 4 Tidak
frustasi
mampu 20 27 54 73
pribadi
bersikap

170
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsih, dkk

realistik kebutuhan khusus dapat memberikan


5 Agresif 17 23 57 77 kekuatan untuk kehidupan mereka dan
memperkuat ikatan perkawinan.
Berdasarkan hasil pengolahan data Gupta dan Singhal (2004),
penyesuaian diri orang tua yang memiliki mengungkapkan beberapa penelitian yang
anak berkebutuhan khusus di Banda Aceh menunjukkan keberhasilan orang tua dalam
diperoleh nilai rata-rata ( x ) = 98,69. mengembangkan persepsi positif dalam
Selanjutnya penyesuaian diri orang tua yang membesarkan ABK. Persepsi positif ini
memiliki anak berkebutuhan khusus di membuat orang tua dapat meningkatkan
Banda Aceh dikategorikan baik bila x  kualitas hidup mereka menjadi lebih baik
98,69 dan kurang baik bila x < 98,69. sehingga penyesuaian mereka terhadap
Proporsi hasil pengkategorian dapat dilihat anaknya tentu akan baik juga.
pada tabel 1.5 di bawah ini: Schneiders (1964, dalam Lubis, 2009)
menyebutkan jika individu mampu
Tabel 1.5 Distribusi frekuensi penyesuaian diri menanggapi situasi atau masalah yang
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan dihadapinya dengan normal maka individu
khusus di Banda Aceh (n = 74) tersebut akan merasa tenang dan memiliki
Jumlah kontrol emosi yang baik. Dalam penelitian
No Kategori
f % ini, didapatkan 57% ibu tidak panik ketika
1 Baik 40 54,05
menghadapi masalah khususnya masalah
2 Kurang Baik 34 45,95
yang menimpa anak mereka dan mereka
Total 74 100
menerima kondisi anak yang berkebutuhan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat khusus. Tarwanti (2008) menjelaskan bahwa
bahwa 40 responden (54,05%) dari 74 ketika orang tua dapat menerima keadaan
responden menunjukkan penyesuaian diri anaknya yang sedemikian rupa, maka orang
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan tua kemudian dapat menyesuaikan diri
khusus berada pada kategori baik. dengan kondisi anak tersebut. Para ibu ini
dapat menerima kondisi anak mereka yang
DISKUSI berbeda dari anak lain sehingga masalah
Hasil penelitian tentang gambaran apapun yang mereka hadapi, kestabilan
penyesuaian diri orang tua yang memiliki emosi mereka tetap terjaga. Ini bertentangan
ABK di Banda Aceh menunjukkan 40 dengan pendapat Witt (2005, dalam
(54,05 %) dari 74 responden pada kategori Muninggar, 2008) yang mengungkapkan
baik. Hal ini sejalan dengan Flanders (2010) bahwa ketika orang tua mengalami stress,
yang menjelaskan bahwa mengasuh ABK mereka menjadi kurang terampil dalam
merupakan sebuah pengalaman yang sangat mengasuh anak dan mudah panik ketika
menyenangkan dimana seluruh perasaan menghadapi suatu kejadian yang tidak
depresi, berduka, syok dan kemarahan orang mereka inginkan.
tua pada saat awal bergeser ke arah perasaan Penelitian ini menunjukkan 50% ibu
bahagia ketika mereka dapat menyesuaikan tidak menutupi keadaan anak mereka serta
diri dengan baik terhadap kodisi anak yang 53% ibu sangat menyayangi anak mereka
mereka miliki. meskipun berbeda dari anak lainnya. Hal ini
Banyak hasil penelitian menyebutkan sesuai dengan pendapat Behr, Murphy, dan
sisi positif maupun negatif dari orang tua Summers (1992, dalam Close, 2002) yang
terhadap anak mereka yang berkebutuhan menyebutkan bahwa mayoritas dari orang
khusus. Ferguson (2002, dalam Friend & tua ABK memiliki kebahagiaan yang tidak
Bursuck, 2009) berpendapat orang tua dari terkira dengan kehadiran anak mereka yang
ABK mempunyai banyak reaksi terhadap berbeda dan melimpahkan kasih sayang
anak mereka dan reaksi tersebut dapat mereka terhadap anaknya. Pada penelitian
positif atau negatif. Close (2002) dalam ini, para ibu menerima kondisi anaknya yang
bukunya menyebutkan untuk beberapa orang berbeda, mereka tidak menutupi keadaan
tua, mereka tetap tidak nyaman dengan anaknya karena menurut mereka tidak ada
kehadiran anak mereka sampai beberapa yang perlu ditutupi dari kondisi anak
tahun kemudian, sedangkan orang tua yang mereka. Kondisi anaknya yang berbeda dari
lain melaporkan memiliki anak dengan anak yang lain membuat para ibu sangat

171
Idea Nursing Journal Vol. II No. 3

menyayangi anak mereka. Rasa sayang ini Mayoritas ibu dalam penelitian ini
terlihat dari upaya orang tua yang mampu bersikap realistis dan objektif.
memberikan bantuan perkembangan untuk Ketika terjadi masalah, ibu dengan segera
anak mereka melalui lembaga pendidikan, mengambil keputusan positif untuk hidup
baik sekolah maupun tempat bimbingan. mereka dan anaknya. Hal ini ditunjukkan
Keadaan ini tidak sejalan dengan pendapat dengan sekitar 55% (39 dari 74) ibu segera
Wall (1993, dalam Utami, 2009) yang membawa anaknya yang sakit ke pelayanan
menjelaskan bahwa masih banyak orang tua kesehatan karena mereka khawatir jika hal
khususnya ibu yang menolak kehadiran anak itu ditunda dapat mengakibatkan hal buruk
yang tidak normal, karena malu mempunyai bagi anak mereka. Lima puluh satu persen
anak yang cacat dan tidak mandiri. para ibu juga membantu meningkatkan
Para ibu dalam penelitian ini juga perkembangan anak mereka yang terganggu
terlihat memiliki kemauan tinggi dalam dalam berbicara, dengan melatih anak
mencari informasi tentang anak mereka yang mereka dirumah seperti yang diajarkan di
umumnya didapatkan dari koran dan buku sekolah/tempat bimbingan ajarkan serta
serta sesekali berkonsultasi dengan tenaga menyesuaikan kondisi rumah untuk
kesehatan yang mereka jumpai di pelayanan kenyamanan anak mereka.
kesehatan. Hal ini didukung dengan Pada penelitian ini, umumnya 57%
teridentifikasinya sekitar 47% ibu yang (42 dari 74) ibu dapat menjaga kestabilan
berusaha mempelajari pengetahuan yang emosi mereka sehingga 43% (32 dari 74) ibu
dapat digunakan untuk mengatasi ketika menghadapi masalah mampu
permasalahan yang dihadapi. Pendapat mengarahkan dirinya dan tidak gegabah atau
orang tua ini tidak sesuai dengan pendapat buru buru dalam mengambil keputusan
dari Meyen (1982, dalam Muninggar, 2008) menyangkut kondisi anaknya. Para ibu
yang menjelaskan bahwa keluarga dengan biasanya mengambil keputusan setelah
ABK memerlukan dukungan tenaga berkonsultasi dengan seluruh anggota
professional. Namun umumnya orang tua keluarga.
mengartikanbahwa adanya dukungan tenaga Behr, Murphy, dan Summers (1992,
professional dan para guru di kelas sudah dalam Close, 2002) juga menyebutkan
dapat memberikan pendidikan dan bahwa orang tua yang memiliki ABK
pengasuhan yang baik terhadap anak memotivasi mereka menjadi seseorang yang
mereka, sehingga mereka merasa terbebas lebih bertanggung jawab. Hal ini terlihat
dari tanggungjawab sebagai orang tua. pada 53 % ibu yang mengakui bahwa
Para ibu juga saling memberikan dengan kehadiran anak mereka yang berbeda
semangat dalam mengasuh anak mereka. Ini membuat mereka lebih bertanggungjawab
terlihat dari 50% ibu sering bertanya dan terhadap segala sesuatu keputusan dalam
berbagi pengalaman kepada ibu lainnya hidupnya.
ketika berjumpa di sekolah atau di tempat Banyak reaksi orang tua yang bersifat
bimbingan. Adanya seminar-seminar khusus positif, namun demikian di sisi lain Schieve
seperti seminar tentang pendidikan anak et al. (2007) mengungkapkan bahwa orang
autis maupun seminar tentang pengasuhan tua yang memiliki anak dengan cacat
ABK atau forum yang dibentuk oleh perkembangan menempatkan mereka pada
Yayasan Pembinaan Penyandang Cacat resiko tinggi stress dan reaksi psikologi
(YPPC) Banda Aceh serta kelompok negatif lainnya. Hal ini juga didukung oleh
pertemuan orang tua yang dibentuk oleh Hendriks dkk (2004, dalam Susanandari,
beberapa sekolah/bimbingan memberikan 2009) yang menyebutkan bahwa orang tua
dampak yang positif bagi para ibu karena yang memiliki ABK eringkali mengalami
mereka dapat bertukar pengalaman dengan stress tingkat tinggi sehingga menyebabkan
orang tua lain yang memiliki ABK. Tarwati mereka kurang mampu beradaptasi terhadap
(2008) mengungkapkan bahwa dengan kondisi anaknya.
bertukar pengalaman mereka dapat Dalam penelitian ini, 14% ibu
melakukan analisa mengenai faktor apa saja menunjukkan sikap serba salah ketika
yang dapat membantu dan menganggu ditanyakan tentang pilihan kebutuhan utama
penyesuaian diri mereka. yang harus mereka penuhi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hadibroto dkk (2002) yang

172
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsih, dkk

menjelaskan bahwa ketika terjadi kondisi bahwa pencarian bantuan


yang berubah secara tiba-tiba dalam institusional/tenaga professional oleh
kehidupan seseorang dan penyimpangan keluarga terkadang dapat juga menimbulkan
tersebut cukup besar, maka akan ditemui perasaan bersalah bagi orang tua karena
gejala gangguan emosional yang disebabkan mereka merasa tidak dapat menghadapi anak
oleh kebingungan dalam menafsirkan dan gagal sebagai orang tua. Tetapi, 41%
tindakan selanjutnya. Dalam hal ini kondisi (30 dari 74) ibu lainnya menyebutkan
yang berubah tiba tiba yaitu memiliki anak mereka membutuhkan orang lain dalam
yang berbeda dari anak yang lainnya dan perawatan anak mereka, karena dengan
memiliki kebutuhan khusus yang dilakukan adanya orang lain, beban mereka terasa
Quatrin, et al (2006). sedikit berkurang.
Lima belas persen ibu pada penelitian Penelitian ini juga menunjukkan 18%
ini menyebutkan mereka tidak mungkin (13 dari 74) ibu bertindak kasar ketika
meninggalkan pekerjaan mereka walaupun sedang marah pada anak, 5% (4 dari 74) ibu
anak mereka sangat membutuhkan mereka. menggunakan kata-kata kasar dan 8% (6
Hal ini disebabkan karena mereka harus dari 74) ibu membanting barang bila sedang
bekerja untuk membantu memenuhi kesal. Hal ini sejalan dengan pendapat
kebutuhan pendidikan anak mereka yang Scheneiders (1955, dalam Ummah, 2010)
mahal. Seringnya mereka meninggalkan yang menjelaskan bahwa agresif merupakan
anak dalam pengasuhan orang lain tidak luapan emosi sebagai reaksi terhadap
mengurangi usaha para ibu untuk kegagalan individu yang ditampakkan dalam
memberikan yang terbaik bagi anak mereka. bentuk pengrusakan terhadap orang atau
Hal ini ditunjukkan dengan sikap ibu yang benda dengan unsur kesengajaan yang
selalu memantau perkembangan anak dari diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan
terapis/guru. Sekitar 45% (33 dari 74) ibu perilaku non verbal. Hurlock (1978)
dapat menemani anak secara penuh, mengungkapkan keadaan anak yang serba
dikarenakan 68,9% (51 dari 74) ibu dari kekurangan (pertumbuhan dan
ABK tidak bekerja. perkembangannya) akan menimbulkan
Ketika kesabaran emosi para ibu kekecewaan yang sangat mendalam dan
memuncak serta anak tidak patuh terhadap merupakan kenyataan pahit yang harus
perintah mereka, sekitar 18% para ibu dapat dihadapi orang tua. Pada penelitian ini
bertindak kasar dan 16% ibu emosi menunjukkan 54% para ibu berhasil
berlebihan terhadap anaknya. Brooks (1991, menyesuaikan diri secara baik terhadap
dalam Muninggar, 2008) menyebutkan masalah yang dihadapinya selama mengasuh
bahwa orang tua yang mengalami stress ABK.
mungkin bersikap kasar, kritis dan kaku Semiun (2006), menyebutkan
terhadap anak. Namun, 42% ibu lain penyesuaian diri merupakan suatu istilah
mengatakan mereka tidak bertindak kasar yang sangat sulit didefinisikan karena
terhadap anak mereka walau mereka dalam penyesuaian diri dan lawannya
keadaan marah atau ketika anak mereka ketidakmampuan menyesuaikan diri
berbuat salah. (maladjustment) mengandung banyak arti
Empat persen (3 dari 74) para ibu dan memiliki batas yang sama sehingga
menganggap kondisi anaknya adalah sebuah akan mengaburkan perbedaan di antara
kutukan, tetapi hal ini tidak disetujui oleh keduanya. Tetapi dalam penelitian ini,
64% (47 dari 74) ibu yang mayoritas ibu tingginya penyesuaian diri positif pada
dari ABK di Banda Aceh adalah 100% orang tua dapat dihubungkan dengan proses
beragama Islam. Menurut Ravindrana penyesuaian diri yang terus berlangsung
(2007) agama maupun kepercayaan dapat dalam diri para ibu yang terus berusaha
mempengaruhi penyesuaian ibu atau tingkah mencapai keselarasan antara tuntutan dari
laku ibu terhadap anak. dalam diri individu dengan tuntutan dari luar
Dalam hal bersikap realistik, 20% (15 diri individu.
dari 74) ibu menyebutkan tidak Dalam proses menyesuaikan diri,
membutuhkan orang lain dalam perawatan seorang individu melibatkan respon mental
anak mereka. Martin dan Colbert (1997, dan tingkah laku yang menyebabkan
dalam Muninggar, 2008) mengungkapkan individu berusaha menanggulangi berbagai

173
Idea Nursing Journal Vol. II No. 3

kebutuhan, tegangan, perasaan frustrasi, dan Institusi Pendidikan Keperawatan,


konflik batin serta menyelaraskan tuntutan- diharapkan dapat merumuskan suatu
tuntutan batin dengan tuntutan-tuntutan yang program pendampingan psikologis bagi para
dikenakan kepada individu oleh dunia orang tua dengan ABK agar orang tua
dimana individu itu hidup (Muninggar, mendapatkan informasi yang benar dan
2008). Sunarto & Hartono (2008) tepat, serta mendapatkan dukungan yang
menyebutkan respon penyesuaian diri yang optimal.
baik ataupun buruk, merupakan upaya
individu untuk mereduksi atau menjauhi KEPUSTAKAAN
ketegangan dan untuk memelihara kondisi Alimin, Z., (2008). Anak berkebutuhan
keseimbangan yang lebih wajar. khusus. Diunduh dari Universitas
Adanya reaksi orang tua yang positif Pendidikan Indonesia skripsi digital,
maupun negatif ini kembali lagi kepada pada tanggal 12 Januari 2011.
penyesuaian diri yang mempunyai implikasi
bahwa penyesuaian diri merupakan suatu Arikunto, S., (2005). Prosedur penelitian
proses yang akan terus berjalan sepanjang suatu pendekatan praktek. Jakarta:
hayat dan manusia terus menerus berupaya Rineka Cipta.
menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapai pribadi yang Assyari, M., (2010). Permasalahan anak
sehat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan berkebutuhan khusus.Diunduh dari
acuan pembelajaran ke depannya dalam Universitas Pendidikan Indonesia
memberikan penguatan maupun dukungan skripsi digital, pada tanggal 12 Januari
bagi orang tua yang memiliki ABK. Bila 2011.
penyesuaian diri seseorang baik maka
tuntutan dan tekanan yang dihadapi akan Autis-info., (2009). Dampingi anak
semakin rendah. Tuntutan dan tekanan berkebutuhan khusus. Diunduh dari
dalam konteks ini adalah berasal dari anak http://www.autis.info/index.php/artike
yang membuat orang tua harus menerima l-makalah/, pada 15 Desember 2010.
keterbatasan anaknya yang tidak dapat
diubah namun dapat dilakukan modifikasi Bataviase., (2010). Swasta bangga
terhadap keterbatasan tersebut seoptimal mempekerjakan anak berkebutuhan
mungkin sehingga dapat mencapai khusus. Diunduh dari
penyesuian diri yang baik dengan kondisi http://bataviase.co.id/, pada tanggal 15
memiliki ABK. Desember 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN Close, N., (2002). Listening to children:


Berdasarkan hasil penelitian maka talking with children about difficult
dapat disimpulkan bahwa gambaran issues. Diunduh dari
penyesuaian diri orang tua yang memiliki http://www.education.com/reference/,
anak berkebutuhan khusus di Banda Aceh pada tanggal 31 Januari 2011 .
tahun 2011 berada pada kategori baik
dengan persentase 54,05%. Para orang tua Flanders, N., (2010). Parenting children
yang memiliki ABK diharapkan agar selalu with special needs is positive
mengupayakan hal yang terbaik untuk anak, experience. Diunduh dari
karena bagaimanapun kondisi anak, anak http://special needs.families.com/,
adalah anugerah dan titipan dari Tuhan yang pada tanggal 7 Juni 2011.
harus dijaga, dirawat, diberikan kasih sayang
dan dibekali ilmu yang bermanfaat bagi Friend, M., & Bursuck, W., D., (2009).
anak kelak. Bagi Institusi Pendidikan Including student with special needs:
Sekolah Khusus/Bimbingan Khusus, A practical guide for classroom
diharapkan semakin giat membentuk lebih teacher. Diunduh dari
banyak forum pertemuan orang tua yang http://www.education.com/, pada
dapat meringankan beban psikologis orang tanggal 31 Januari 2011.
tua karena mempunyai tempat untuk saling
berbagi pengalaman. Tindak lanjut bagi

174
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsih, dkk

Ginintasasi, R., (2009). Proses Psychology, Volume 33. Diunduh dari


pembelajaran anak berkebutuhan http://medind.nic.in/.pdf pada tanggal
khusus. Diunduh dari Universitas 7 Juni 2011.
Pendidikan Indonesia skripsi digital,
pada tanggal 15 Januari 2011. Schieve, et, al., (2007). The relationship
between autism and parenting stress.
Gupta, A., & Singhal, N., (2004). Positive American Academy Of Pediatrics
perceptions in parents of children Journal. Diunduh dari
with disabilities. Asian Pacific http://springerlink.com/, pada tanggal
Disability Rehabilitation Journal, 29 November 2011.
Volume 15. Diunduh dari
http://www.aifo.it/pdf, pada tanggal 7 Semium, Y., (2006). Pandangan umum
Juni 2011. mengenai penyesuaian diri dan
kesehatan mental serta teori-teori
Hadibroto, I., Alam, S., Suryaputra, I., & terkait. Dalam Kesehatan Mental.
Olivia F., (2002). Misteri perilaku Diunduh dari
anak sulung, tengah, bungsu dan http://books.google.co.id/, pada
tunggal. Diunduh dari tanggal 14 Juni 2011.
http://books.google.co.id/. pada
tanggal 12 Februari 2011. Sutjiningsih., (2004). Pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jakarta: EGC.
Hidayat, A., A., (2005). Pengantar ilmu
keperawatan anak. Jakarta: Salemba Sunarto & Hartono., (2008). Perkembangan
Medika. peserta didik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Hurlock, E., B., (1978). Perkembangan
anak. Jilid I. Edisi Keenam.Alih Susanandari, D., A., (2009). Penyesuaian
Bahasa: Med Meitasaro Tjandrasa. diri ibu yang memiliki anak
Jakarta: Erlangga. tunaganda-netra. Diunduh dari
Universitas Indonesia skripsi digital,
Lubis, M., U., (2009). Penyesuaian diri pada tanggal 13 januari 2011.
orang tua yang memiliki anak autis.
Diunduh dari Universitas Sumatera Ummah, A., H., (2010). Perilaku agresif
Utara skripsi digital, pada tanggal 25 remaja. Diunduh dari
September 2010. http://www.a741k.web44.net/.htm,
pada tanggal 16 Februari 2011.
Muninggar, K., D., (2008). Hubungan
parenting stress dengan persepsi Utami, Y., R., (2009). Penyesuaian diri dan
terhadap pelayanan family-centered pola asuh orang tua yang memilik
care pada orang tua anak tunaganda anak retardasi mental. Diunduh dari
netra. Diunduh dari Universitas Universitas Muhammadiyah Surakarta
Indonesia skripsi digital, pada tanggal skripsi digital, pada tanggal 12 Januari
7 Juni 2011. 2010.

Ravindranadan, V., (2007). Adjustment and Wiguna., (2010). Hakekat anak


attitude of parents of children with berkebutuhan khusus. Diunduh dari
mental retardation. Journal of the http://edusogem.blogspot.com/, pada
Indian Academy of Applied tanggal 20 Desember 2010.

175

You might also like