You are on page 1of 34

Sedangkan hukum toleransi Shelford menyatakan :

“Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya kompleks-


kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh
kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu beberapa faktor yang
mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut” (Rahardjanto, 2001). Sehingga
selama perubahan (kelebihan atau pun kekurangan suatu faktor) masih dalam batas toleransi
maksimum suatu organisme, maka hal ini tidak akan berpengaruh terlalu besar pada
kelangsungan hidup orengan demikian, ekosistem dapat diartikan sebagai kesatuan antara
komunitas dengan lingkungan abiotiknya.

1. Komponen Biotik

Berdasarkan caranya memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponen


biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Produsen, yang berarti penghasil. Produsen merupakan organisme yang mampu


menghasilkan zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen
ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme yang tidak bisa menghasilkan
makanan (heterotrof) yang berperan sebagai konsumen.
 Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkan zat
makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh organisme lain.
Organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah
herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama.
Karnivora yang mendapatkann makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen
tingkat kedua. Karnivora yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen
tingkat ketiga dan seterusnya. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan
membentuk rantai makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun
berwarna hijau (Produsen) –> ulat (Konsumen I) –> ayam (Konsumen II) –> musang
(Konsumen III) –> macan (Konsumen IV/Puncak). Dalam ekosistem, banyak proses
rantai makanan yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring makanan (food web) yang
merupakan kumpulan dari beberapa rantai makanan.

 Dekomposer atau pengurai. Dekomposer adalah jasad renik yang berperan menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan
sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, organisme akan terurai dan
meresap ke dalam tanah menjadi unsur hara yang kemudian diserap oleh tumbuhan
(produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga akan menghasilkan gas karbon dioksida
yang akan dipakai dalam proses fotositesis.

2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen tak hidup dalam suatu ekosistem. Komponen
abiotik sangat menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan.
Komponen abiotik banyak ragamnya, antara lain: tanah, air, udara, suhu, dan lain-lain.
 Suhu

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran
suhu tertentu.

 Sinar matahari

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan


suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.

 Air

Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan
penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana
hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur
abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.

 Tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. . Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

 Angin

Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran
biji tumbuhan tertentu.

 Garis lintang

Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis
lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan
bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.ganisme
tersebutDaya Lenting Lingkungan
Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan
seimbang jika mengalami perubahan atau gangguan, sedangkan daya dukung lingkungan adalah
kemampuan lingkungan mendukung kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya.
Di sekitar kita ada lingkungan yang alami dan asri dan ada lingkungan yang rusak. Lingkungan
alami merupakan lingkungan yang seimbang, yaitu lingkungan dimana seluruh dinamika
ekosistemnya berjalan wajar dan dinamis yang di tandai dengan tidak adanya pertumbuhan yang
mencolok pada salah satu komponen ekosistem. Keseimbangan lingkungan yang di maksud
dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring – jaring makanan, dan piramida
makanan berada dalam komposisi seimbang. Lingkungan yang rusak dapat berasal dari
pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara.

Definisi Ekotipe
Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukan cirri-ciri morfologi kimia, atau fisiologi
yang mantap dan agaknya diatur oleh faktor-faktor genetika yang berkorelasi dengan keadaan ekologi
tertentu.

Ekotipe merupakan bentuk genetic dari suatu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya
terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda. Komunitas disini biasanya
lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang mengapitnya. Hal ini yang disebut dengan edge
effect.

. Pembagian ekologi menurut bidang kajiannya

1. Autekologi , yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara
individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup,
adaptasi, sifat parasitis, dll.

Contoh autekologi : mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus
merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari
kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain
sebagainya.

2.Synekologi, Yaitu Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu
kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu, ekologi jenis, ekeologi populasi.
Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut,
atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka
margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya..

Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah :

• Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan.


• Bidang kajian tentang analisis ekosistem

B. Pembagian ekologi menurut habitatnya

1.Bahari atau kelautan


Salah satu ekologi bahari adalah Ekologi laut topis, Contohnya adalah interaksi antara ekosistem
mangrove, eksositem lamun dan ekosisitem terumbu karang.

Karakteristik laut tropis :

 Keanekaragaman organisme tinggi.


 Suhu relatif hangat.
 Sumber makanan, mineral dan hasil laut lain tinggi.

2. Ekologi estuaria,

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran
antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar
dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang
sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut .

3. Padang rumput

Padang rumput adalah daerah yang ditumbuhi tumbuhan yang berjenis rumput, seperti alang-
alang.

Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari , dengan bagian yang
mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome) yang menyebar luas di bawah
permukaan tanah.

Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang, namun pertumbuhannya
terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan jalan
menanam tanaman lain yang tumbuh lebih cepat dan dapat menaungi .

C.Pembagian ekologi menurut taksonominya

1. Ekologi tumbuhan

Ekologi ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor-faktor berikut:

 FAKTOR CAHAYA

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem.

Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan
sistem ekologi, yaitu:

 K ualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.


 Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
 Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
 FAKTOR SUHU

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan
berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu
akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju
kehilangan air dari organisme.

 FAKTOR AIR

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air
seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting
karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam
tanah

2.Ekologi hewan

Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi antara hewan dengan
lingkungannya yang menentukan sebaran (distribusi) dan kemelimpahan hewan-hewan tersebut

3.Ekologi mikroba

Mikroba ada dimana-mana seperti : udara, air, makanan, tanah, manusia (usus, kulit, hidung),
permukaan suatu benda atau bahan pangan. Dengan pembelahan yang cepat mikrooragnisme
berkembang biak dengan cepat dan kadang-kadang menghasilkan toksin. Dengan ukuran dan
massa yang kecil mikrooragnisme dapat berpindah dengan mudah.

4. Ekologi Manusia, menurut Amos H Hawley (1950:67) dikatakan, “Human ecology may be
defined, therefore, in terms that have already been used, as the study of the form and the
development of the community in human population.” (Ekologi manusia, dengan demikian bisa
diartikan, dalam istilah yang biasa digunakan, sebagai studi yang mempelajari bentuk dan
perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia).

Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia

1. Hutan Tropis Basah


Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita
kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu
: Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi
(Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).

2. Hutan Muson Basah


Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000
mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan
kelampis.

3. Hutan Muson Kering


Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini
berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam
setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan
Eukaliptus.

4. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi
padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah
hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari
Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan
Timor.

☺TAHUKAH ANDA ?
Istilah Hutan Hujan Tropis pertama kali diperkenalkan oleh A. F. W. Schimper pada tahun 1898
di dalam bukunya Plant Geography, dan istilah ini terus dipergunakan sampai sekarang.
(T.C. Whitmore, 1975)

B. Tipe Hutan Berdasarkan Physiognomi

Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali
dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti
menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan.
Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
- Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
- Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk
(Coverage).
- Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun
komunitas tumbuh-tumbuhan.

Contoh :

a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :

Kanopi : 25 – 45 m
Tinggi pohon (emergent) : Khas, 60 – 80 m
Daun penumpu : Sering dijumpai
Elemen daun dominan : Mesophyl
Akar papan : Sering dijumpai dan sangat besar
Kauliflori : Sering dijumpai
Liana berkayu : Sering dijumpai
Liana pada batang : Sering dijumpai
Ephyphit : Sering dijumpai

b. Ciri physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :

Kanopi : 15 – 33 m

Tinggi pohon (emergent) : Sering tidak ada


Daun penumpu : Jarang dijumpai
Elemen daun dominan : Mesophyl
Akar papan : Jarang dijumpai dan kecil
Kauliflori : Jarang dijumpai
Liana berkayu : Jarang dijumpai
Liana pada batang : Sering dijumpai
Ephyphit : Sangat sering dijumpai

c. Ciri physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :

Kanopi : 2 - 18 m

Tinggi pohon (emergent) : Pada umumnya tidak ada


Daun penumpu : Sangat jarang dijumpai
Elemen daun dominan : Microphyl
Akar papan : Pada umumnya tidak ada
Kauliflori : Tidak ada
Liana berkayu : Tidak ada
Liana pada batang : Jarang dijumpai
Ephyphit : Sering dijumpai

Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu : Hutan Hujan Tropis,
hutan yang selalu hijau dan hutan musim atau hutan yang menggugurkan daun. Hutan hujan
tropis umumnya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua
sedangkan hutan musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan
Maluku bagian Selatan.

C. Tipe Hutan Berdasarkan Sosiologi Vegetasi

Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan pengklasifikasian hutan


berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau berdasarkan famili yang dominan di
daerah itu. Contoh :
- Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum dijumpai dan
Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
- Hutan Shorea albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis Shorea albida.
- Hutan Ebony (Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi oleh Ebony
atau kayu hitam.
- Hutan Mahoni di Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di pulau Jawa.

Tegakan Mahoni di Pulau Jawa

Tipe-tipe Hutan pada Kondisi Khusus (Azonal)

Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan air serta kondisi tempat
tumbuh yang miskin hara.

1. Hutan Mangrove
pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Languncularia, Avicennia dan lain-
lain.

2. Hutan Gambut (Peak Forest)


Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang memiliki ketebalan 50
cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe iklim A atau B menurut
klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson.

3. Hutan Rawa (Swamp Forest)


Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim.
Pada umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu
hijau dengan pohon-pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.
Hutan Rawa di Pulau Seram (Hutan Sagu)

RANGKUMAN

1. Tipe hutan berdasarkan faktor iklim umumnya diklasifikasikan berdasarkan curah hujan, suhu
udara dan ketinggian tempat. Berdasarkan curah hujan dan suhu udara maka tipe hutan tropis
terdiri dari hutan tropis basah, hutan muson basah, hutan muson kering dan hutan savanna.
Berdasarkan ketinggian tempat hutan tropis terdiri atas hutan tropis dataran endah, hutan tropis
dataran tinggi dan hutan tropis pegunungan tinggi.

2. Tipe hutan berdasarkan physiognomi didasarkan pada ciri luar vegetasi yang mudah dikenali
seperti tinggi vegetasi, struktur dan life-form. Tipe hutan ini yaitu hutan hujan tropis dan hutan
musim (muson).

3. Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi didasarkan pada famili atau jenis yang dominant
penyusun hutan tersebut. Tipe hutan ini antara lain Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara
dan Hutan Eboni di Sulawesi.

LATIHAN

Soal-soal ini dikerjakan secara individual dan diselesaikan sebagai tugas di rumah dan anda
harus memasukkannya pada awal pertemuan berikutnya Soal :

1. Jelaskan tipe hutan tropis berdasarkan faktor iklim !

2. Sebutkan tipe hutan tropis menurut curah hujan dan suhu udara yang terdapat di daerah
Maluku !

3. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan menurut ciri physignomi ?

4. Menurut anda tipe hutan tropis yang ada di Maluku termasuk kedalam tipe hutan apa menurut
ciri physiognomy ?

5. Bagaimana cara pengklasifikasian hutan berdasarkan sosiologi vegetasi ?

6. Apakah terdapat tipe hutan yang didominasi oleh jenis atau famili tertentu di daerah Maluku ?
Jika ada sebutkan lokasi dan jenis atau famili yang mendominasi hutan tersebut !

7. Di daerah Maluku terdapat tipe-tipe Hutan Azonal. Sebutkan tipe hutan Azonal di daerah
Maluku yang saudara ketahui !

Ekotipe merupakan unit populasi suatu spesies yang memiliki nike (habitat) sendiri. Satu spesies
dapat dibina atas beberapa ekotipe. Adapun jenis ekotipe terbagi atas tiga, diantaranya ekotipe
Typha latifolia yang membahas tentang tumbuhan Red Bluff dan tumbuhan Point Reyes. Ekotipe
Sintanion hystrix yang membahas tentang populasi rumput Sintation hystrix dari elevasi yang
berbeda. Ekotipe Salidago vigaurea yang membahas tentang ekotipe matahari dan ekotipe
naungan.

 Kata “Ekotipe” pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekolog bangsa Swedia bersama
Turesson (1922). Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang
ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang
sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya
perbedaan lingkungan (Wilsie, 1962). Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang
menunjukan cirri-ciri morfologi kimia, atau fisiologi yang mantap dan agaknya diatur oleh faktor-
faktor genetika yang berkorelasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk
genetic dari suatu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap lingkungan
peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda. Komunitas disini biasanya lebih
beranekaragam dibanding dengan komunitas yang mengapitnya. Hal ini yang disebut dengan
edge eSabana murni: sabana yang pepohonan penyusunnya hanya terdiri dari satu jenis
tumbuhan aja.
 Sabana campuran: sabana yang pepohonan penyusunnya terdiri dari berbagai jenis
tumbuhan

Sabana termasuk bioma terbesar di bumi yang wilayahnya meliputi Benua Afrika, Amerika
Selatan, dan Australia. Suhu di sabana tetap hangat sepanjang tahun.

Dua musim yang sangat berpengaruh di sabana adalah musim kering dan musim panas.

Pada musim kering, hanya ada kira-kira empat inci curah hujan. Di antara bulan Desember dan
Februari bahkan tidak ada hujan sama sekali.

Pada musim panas, sabana mendapat banyak air hujan. Di Afrika, musim hujan dimulai pada
bulan Mei dan curah hujan mencapai 15 hingga 25 inci sepanjang waktu.

Cuaca menjadi panas dan lembap selama musim hujan berlangsung. Setiap hari, udara yang
panas dan lembap menguap dan beradu dengan udara dingin sehingga berubah menjadi hujan.
Wilayah sabana di Amerika Selatan, atau lebih tepatnya Brazil, kolombia dan Venezuela luasnya
mencapai 2,5 juta kilometer persegi. Beberapa jenis tanaman bisa beradaptasi tumbuh di
genangan air, dan hewan capybara serta rusa rawa pun menyesuaikan diri untuk hidup di
lingkungan semi-akuatik.ffect.

Berikut beberapa jenis Tumbuhan yang ada di gurun :

Ciri-ciri tumbuhan gurun biasanya mempunyai akar panjang yang turun ke bawah tanah. Hal ini
berfungsi untuk menyerap air tanah di kedalaman. Selain itu, tumbuhan gurun juga berdaun kecil
untuk mengurangi penguapan.

Pohon kurma.
Kurma jika ditanam di tanah berpasir akan menghasilkan buah yang manis dan hasilnya
melimpah.

Thyme
Tumbuhan ini mengeluarkan bau harum dari seluruh tubuhnya. Jika dikeringkan bau harumnya
justru bertambah kuat. Walau dipanaskan pun, harumnya tidak akan hilang.

Mugwort
Tumbuhan ini mengandung bahan yang dapat meredakan rasa sakit. Sangat baik untuk obat
datang bulan wanita.
Akasia padang gurun
Akasia ini ternyata mempunyai akar yang mampu menembus hingga 50 meter ke dalam tanah
untuk menyerap air. Akar ini dipenuhi duri, sehingga bisa digunakan sebagai perangkap hewan
buruan.

Kaktus
Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus
dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang
kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk
mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan
dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri
sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada
waktu yang lama tanpa air.
Semak Creosote
Semak creosote dinamai demikian karena aromanya. Tumbuhan ini tumbuh ketika mendapat
area yang lapang di sekitarnya. Akarnya menyebar dan menyerap air yang dikumpulkan
beberapa sentimeter di bawah permukaan tanah. Tumbuhan ini sangat efektif mengumpulakn air
sehingga tidak ada tumbuhan lain yang dapat hidup di dekatnya. Lapisan lilin pada daunnya
membantu mengurangi penguapan air.

Tag Search :

tumbuhan gurun,tumbuhan gurun,tumbuhan gurun pasir,tumbuhan gurun


sahara,tumbuhan gurun umumnya mempunyai daun,tumbuhan di gurun,tumbuhan di
gurun panas,jenis tumbuhan gurun pasir,tumbuhan daerah gurun,tumbuhan di gurun
thar,nama tumbuhan gurun pasir tanaman gurun pasir,tanaman gurun pasir,tanaman
khas gurun pasir,tanaman yang hidup di gurun pasir,tumbuhan gurun pasir,tumbuhan
gurun pasir beradaptasi dengan lingkungannya,tumbuhan gurun pasir beradaptasi dengan
lingkunganArboreal mengacu pada sifat (yang) hidup di pepohonan (arbor, pohon). Hewan
arboreal adalah hewan-hewan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan atau
belukar. Beberapa contoh hewan arboreal adalah:

 Binturung
 Koala
 Musang

Orang utanKetika proses suksesi dimulai dengan permukaan batu yang gundul atau badan air
yang tidak memiliki tanah atau vegetasi, hal itu disebut suksesi primer. Jadi, komunitas secara
bertahap tumbuh dalam jangka panjang. Suksesi primer jarang terjadi, karena peluang yang
langka. Suksesi primer terjadi bila tanah atau danau terbentuk selama gletser atau muncul pulau
baru oleh letusan gunung berapi.
Permukaan batu yang gundul memberikan lingkungan yang lebih bersahabat bagi sebagian besar
organisme. Jadi, sebagai penjajah utama, seperti lumut ganggang dan ganggang hijau biru, yang
disebut autotrof dapat mentolerir lingkungan keras ini. Mereka mengeluarkan bahan kimia, yang
akan memecahkan permukaan batu dan menyerap bahan anorganik, yang mereka butuhkan untuk
pertumbuhan mereka. Setelah kematian penjajah primer, pembusukan bahan organik akan
menjadi sumber yang baik untuk pengurai. Ini adalah tahap awal untuk pembentukan tanah, dan
penuh nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Maka akan dijajah dengan tanaman yang toleran
dengan mekanisme penyebaran benih yang baik (Taylor et al, 1998).

Apa itu Suksesi Sekunder?

Ketika komunitas mengalami gangguan besar seperti kebakaran, hembusan angin kencang atau
penebangan disebut suksesi sekunder. Jenis proses suksesi lebih umum daripada suksesi primer.

Contoh Suksesi Sekunder

Dalam suksesi sekunder, proses suksesi alami telah terganggu oleh aktivitas manusia atau proses
alam. Penjajah tanah sudah hadir dan tidak perlu untuk tahap awal. Jadi, tahap awal
pembentukan tanah tidak terjadi. Beberapa bagian vegetatif, yang membantu dalam menjajah
ceruk, akan tetap, dan mereka menumbuhkan tanaman baru. Tanah yang ada terstruktur dengan
baik dan dimodifikasi oleh vegetasi sebelumnya. Generasi baru perlahan-lahan akan muncul.
Suksesi sekunder dimulai oleh beberapa mekanisme seperti fasilitasi dan inhibisi serta interaksi
trofik.

Apa perbedaan antara Suksesi primer dan sekunder?

1. Ketika proses suksesi dimulai dengan permukaan batu yang gundul atau badan air yang tidak
memiliki tanah atau vegetasi, hal itu disebut suksesi primer, sedangkan komunitas yang
dibentuk setelah gangguan besar seperti kebakaran, tiupan angin kencang atau penebangan
disebut suksesi sekunder.
2. Suksesi primer adalah lebih jarang daripada suksesi sekunder.
3. Penjajah utama akan terlibat dalam suksesi primer, sedangkan tidak ada kebutuhan penjajah
utama dalam suksesi sekunder.
4. Tanah sudah ada dalam suksesi sekunder, tetapi dalam suksesi primer, penjajah utama terlibat
dalam menciptakan tanah.
5. Tanah yang ada terstruktur dengan baik dan dimodifikasi oleh tanaman sebelumnya, sedangkan
tanah yang baru terbentuk selama proses suksesi.
6. Beberapa bagian vegetatif, yang membantu dalam menjajah ceruk, akan tetap, dan mereka
meregenerasi dalam suksesi sekunder, tetapi dalam suksesi primer setelah pembentukan tanah
itu akan dijajah dengan tanaman dengan mekanisme penyebaran yang baik, yang menjamin
kedatangan tanaman ke lokasi.
7.

. Hutan Tropis Basah


Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita
kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu :
Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi
(Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp)

Komponen-komponen penyusun ekosistem


Ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu :
1. komponen biotik
yaitu komponen dari ekosistem yang meliputi semua mahkluk hidup. Di dalam suatu ekosistem
setiap organisme mempunyai fungsi atau jabatan atau tugas tertentu. Jabatan atau fungsi
organisme di dalam ekosistem di sebut nisia (niche). Secara garis besar nisia/berdasarkan cara
memperoleh energinya komponen biotik dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Produsen
Terdiri dari tumbuhan hijau karena dapat membuat makanannya sendiri sehingga disebut
organisme autotrof. Tumbuhan mampu membuat makanannya sendiri karena memiliki klorofil.
Peristiwa pembuatan makanan oleh klorofil dengan bantuan cahaya matahari disebut fotosintesis
. Reaksi kimia yang menggambarkan fotosintesis adalah :
6 CO + 6 H O cahaya matahari C H O + 6O
klorofil
b. Konsumen
Hasil fotosintesis yang berupa bahan makanan, sebagian dimanfaatkan untuk proses
hidupmtumbuhan dan yang lain akan di simpan sebagai cadangan makanan. Cadangan makanan
disimpan dalam akar, batang, buah, dan biji. Cadangan makanan ini biasanya dimanfaatkan oleh
mahkluk hidup lain yaitu organisme heterotrof. Organisme heterotrof adalah organisme yang
tidak dapat membuat makanannya sendiri. Organisme ini memanfaatkan bahan-bahan organik
dari mahkluk hidup lainnya sehingga disebut konsumen. Dalam ekosistem konsumen
mempunyai tingkatan tertentu yaitu konsumen tingkat I yaitu konsumen yang memakan
produsen. Konsumen tingkat II yaitu konsumen yang memakan konsumen tingkat I dst.
Berdasarkan jenis makanannya konsumen dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
1) Herbivora, adalah organisme heterotrof pemakan tumbuhan. Contoh : tikus, kelinci, kambing,
ulat, kerbau
2) Karnivora, adalah organisme heterotrof pemakan daging hewan lain. Karnivora merupakan
predator/pemangsa. Contoh : ular, singa, buaya
3) Omnivora, adalah organisme heterotrof pemakan segalanya baik tumbuhan maupun hewan.
Contoh : babi, manusia, kera.
c. Pengurai /dekomposer/perombak/mikrokonsumer
Yaitu organisme yang menguraikan sisa-sisa tubuh mahkluk hidup yang telah mati ataupun
kotoran mahkluk hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana. Pengurai mampu mengubah
zat-zat organik di dalam sisa-sisa tubuh mahkluk hidup atau kotoran mahkluk hidup menjadi zat-
zat anorganik ( berupa nitrogen, CO , garam mineral ) . Berbagai macam pengurai antara lain
mikroorganisme yaitu organisme mikroskopis yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Yang
berukuran sangat kecil (renik) dapat dilihat dengan mikroskop sehingga disebut jasad renik.
1) Bakteri, hidup subur pada tempat lembab dan basah. Ada pula bakteri yang hidup di lingkungan
anaerob yaitu lingkungan tanpa oksigen. Bakteri akan menghasilkan enzim untuk
menghancurkan makanan agar sel-sel tubuh dapat menyerapnya
2) Jamur saprofit, merupakan jamur yang tumbuh diatas permukaan kayu, hifa jamur akan
menyerap makanannya.
3) Detrivora merupakan hewan yang dapat mengolah bahan-bahan sampah atau sisa mahkluk
hidup, kemudian mengubahnya menjadi kotoran yang dikeluarkan dari tubuhnya atau singkatnya
organisme yang memakan partikel-partikel organik/detritus . misal : cacing tanah, siput, lipan,
keluwing.
2. komponen abiotik
yaitu komponen tak hidup yang berada disekitar mahkluk hidup yang mempengaruhi kehidupan
organisme dalam suatu ekosistem. Meliputi : tanah, air, udara, suhu, salinitas(kadar garam),
cahaya matahari, topografi(letak suatu tempat).

C. Jenis-jenis ekosistem
1. Berdasarkan Proses terjadinya
Dibedakan menjadi 2 :
a. ekosistem alamiah, terjadi karena pengaruh alam di sekitarnya. Misal ekosistem hutan, rawa,
sungai, padang pasir, padang rumput dan laut.
b. ekosistem buatan, terjadi sengaja di buat manusia. Misal sawah, kolam, akuarium, kebun dan
waduk.
2. Berdasarkan tempat terjadinya
a. ekosistem darat, ekosistem yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan tanah,
iklim, kelembaban udara, cahaya matahari dan tingkat curah hujan. Misal ; hutan, pantai, gurun,
padang rumput dan kebun
b. ekosistem air, misal laut, kolam, waduk, air payau dan sungai

3. Hutan boreal, yakni hutan yang berada di daerah lingkaran kutub.

Hutan boreal atau hutan taiga berkembang di daerah lintang tinggi


d e k a t dengan kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah
hutantropika. Hutan ini ditumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum, dimana di kawasan
inimemiliki musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang.
Permukaan tanah hutan ini umumnya tertutup lumut kerak yang tebal.T u n d r a
m e r u p a k a n d a r a t a n ya n g b e r a d a d i d e k a t l a u t a r k t i k . D a e r a h i n i merupakan
salah satu kawasan yang paling dingin dan sepi di bumi. Musim dingin s a n g a t
p a n j a n g d a n d i n g i n s e k a l i . M u s i m p a n a s s a n g a t p e n d e k d a n h a n ya
s e d i k i t hangat. Kehidupan sangat sulit untuk tumbuhan, binatang, dan orang -orang
yangtinggal disana. Mereka harus beradaptasi untuk mengatasi cuaca yang amat
dingindan angin membeku yang menerpa tundra sepanjang tahun
Ciri-ciri bioma hutan taiga:
1. Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim
panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
2. Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6
bulan.
3. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer
adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya
nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan
homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu
sangat rendah.
4. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-
burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba.
Taiga adalah bioma terestrial terbesar di atas bumi yang meluas dalam suatu berkas yang
lebar melintasi Amerika Utara bagian utara dan Eurasia hingga perbatasan selatan tundra arktik.
Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama musim dingin. Bentuk konikal (kerucut) pada
banyak pohon conifer mencegah terkumpulnya salju pada cabang-cabang pohon yang kemudian
mamatahkan cabang-cabang pohon tersebut. Pekerjaan manusia yang kurang tepat dengan Hutan
conifer ditebangi dengan laju yang sangat menghawatirkan, akan membawa pohon tua yang
berdiri di antara pohon-pohon yang ada mungkin akan segera menghilang.
B. Berdasarkan Sifat Musimnya

Formasi Barringtonia

Butun, Barringtonia asiatica, dengan buahnya


Pantai yang tererosi di muka formasi Barringtonia. Bangka Selatan

Di sebelah belakang formasi Pes-caprae biasa ditemukan formasi semak belukar dan pepohonan
yang dinamai formasi Barringtonia. Formasi ini mendapatkan namanya dari pohon butun
(Barringtonia asiatica) yang khas, meski terkadang tidak dijumpai, di tipe vegetasi ini. Pohon ini
biasa membentuk asosiasi yang tipikal bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang
(Terminalia catappa), kampis cina (Hernandia peltata), waru (Hibiscus tiliaceus), waru laut
(Thespesia populnea), kepuh (Sterculia foetida), dungun (Heritiera littoralis), malapari
(Pongamia pinnata) dan lain-lain.[2][3] Di bagian yang lebih terbuka didapati semak-semak
bakung laut (Crinum asiaticum), gagabusan (Scaevola taccada), lempeni (Ardisia elliptica),
pandan duri (Pandanus tectorius), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora
tomentosa), jati pasir (Guettarda speciosa), dan sejenisnya[1][3][6].

Komposisi floristik formasi ini cenderung seragam di seluruh Malesia; beberapa jenisnya bahkan
didapati menyebar luas dari pantai Afrika, melalui kawasan Malesia, hingga ke pulau-pulau di
Pasifik[3]. Banyak jenisnya yang tidak dijumpai di luar formasi ini, dan beberapa yang lain
mencirikan vegetasi pantai berpasir di seluruh daerah tropika[5]. Liana dan parasit jarang
terdapat, sementara jenis-jenis pakis, bambu, dan palma --kecuali kelapa-- pada dasarnya tidak
ada[6]; keberadaan epifit seperti sarang semut Myrmecodia sering menunjukkan kurangnya unsur
hara tertentu[5]. Pelapisan tajuk (layering) kurang terlihat, dengan tinggi tajuk antara 5-25 m[6].
Sedangkan lebar formasi hutan ini ke arah daratan jarang melebihi 25-50 m; pada lahan yang
berbatu-batu atau berkarang bahkan umumnya sangat sempit[3], kadang-kadang dengan pohon-
pohon yang mengerdil[6].

Pada pantai-pantai yang tererosi oleh abrasi, formasi Barringtonia sering berhadapan langsung
dengan garis pasang. Dalam keadaan demikian, pada baris terluar acap didapati pohon-pohon
yang miring atau yang dahan-dahannya menjuntai di atas laut, dengan dahan terbawah rusak oleh
gempuran ombak. Di sisi belakang, formasi ini umumnya menyatu, dan sukar dibedakan dari
hutan dataran rendah, atau perlahan-lahan beralih menjadi hutan payau atau hutan bakau tanpa
garis demarkasi yang jelas.[3]

Formasi gumuk pasir

Gumuk pasir atau bukit pasir (sand dunes) terbentuk dari tumpukan pasir-pasir yang tertiup
angin. Formasi ini agak serupa dengan formasi pes-caprae, dengan kondisi yang lebih kering dan
tutupan vegetasi yang terpencar-pencar. Rumput lari-lari Spinifex khas sebagai penciri wilayah
ini, kadang-kadang pula dengan cemara laut Casuarina yang cenderung kerdil[2]. Formasi ini
contohnya berada di pantai utara Madura, sekitar Pantai Parangtritis di Yogyakarta, dan di pantai
selatan Jawa dekat Lumajang dan Puger.

Vegetasi Pantai

Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari
daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat
pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau
daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, dapat dibagi menjadi 3 (Noor et al, 1999)
:

1. Mangrove Sejati : adalah merupakan kelompok tumbuhan yang secara morfologis,


anatomis dan fisiologis telah menyesuaikan diri untuk hidup di daerah sekitar pantai.
Mangrove tumbuh pada substrat berpasir, berbatu dan terutama berlumpur. Ciri khas
dari kelompok tumbuhan ini adalah adanya modifikasi akar yang sangat spesifik untuk
mengatasi kekurangan oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil, memiliki
kelenjar khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun berkutikula
tebal untuk mengurangi penguapan. Jenis tumbuhan ini didominasi oleh genera
Rhizophora, Avicenia, Brugueira, Sonneratia.
2. Mangrove Ikutan (Associated Mangrove) : adalah kelompok tumbuhan yang ditemukan
tumbuh bersama-sama dengan komunitas mangrove, tetapi tidak termasuk mangrove
karena tumbuhan ini bersifat lebih kosmopolit dan memiliki kisaran toleransi yang besar
terhadap perubahan faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas dan substrat . Jenis
tumbuhan yang tergolong mangrove ikutan misalnya : waru laut, pandan, ketapang, jeruju
dan lain-lain.
3. Vegetasi pantai Non Mangrove : vegetasi pantai non mangrove umumnya banyak
ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok
tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara
horizontal dari daerah intertidal ke arah darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar,
semak, perdu dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan
semakin besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari : tapak
kambing, rumput angin, santigi, ketapang, cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini
membentuk zonasi yang khas.

Di daerah pasang surut, vegetasi didominasi oleh tumbuhan perintis yang menjalar atau rumput-
rumputan tertentu dan dikenal sebagai “Formasi Pes-Caprae”. Dinamakan demikian karena
mengacu pada tumbuhan menjalar tapak kambing (Ipomoea pes-caprae) yang sangat dominan di
daerah tersebut. Kelompok tumbuhan ini diikuti oleh kelompok tumbuhan semak dan perdu
yang berukuran lebih besar dan berada di belakang vegetasi perintis (ke arah darat). Kelompok
tumbuhan ini disebut “formasi Barringtonia” yang penamaannya juga mengacu pada salah satu
jenis tumbuhan yang umum ditemukan di di daerah ini, yaitu : Barringtonia asiatica.

Tenggara Timur. Istilah mamar yang berarti kunyah sirih sangat populer di kalangan petani Nusa
Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor. Istilah ini diberikan karena jenis tanaman yang
dominan dalam ekosistem mamar adalah pinang dan sirih yang merupakan bahan dasar tradisi
kunyah sirih (Jawa: nginang). Istilah mamar, oleh petani-petani di Timor Tengah Selatan selalu
dikaitkan dengan adanya air yang mengairi tanaman pinang, kelapa, dan sirih sebagai tanaman
utama yang menjadi spesifikasi ekosistem mamar.

Ekosistem mamar merupakan suatu bentuk wanatani tradisional yang umumnya ditemui di
sekitar sumber-sumber air dan sepanjang aliran sungai yang selalu berair sepanjang tahun, serta
relatif dekat dengan pemukiman petani. Wanatani ini dilakukan dengan menanam campuran
tanaman tahunan dan tanaman pangan, tanaman pakan dan tanaman hutan. Selain itu, ada usaha
tani tambahan berupa pemeliharaan ternak ataupun ikan pada lahan yang sama. Di Pulau Timor
ekosistem mamar dimiliki secara komunal maupun individu, dicirikan oleh adanya sumber air,
dan memiliki kondisi ekologi yang spesifik. Dalam pengelolaan ekosistem tersebut diterapkan
konsep banu.

Proses pembentukan ekosistem mamar berlangsung dalam waktu yang cukup lama melalui
beberapa tahapan suksesi vegetasi. Proses pembentukannya diawali dengan berkebun di lahan
bukaan hutan atau semak belukar yang biasanya berada di sekitar susmber-sumber air.
Agar sumberdaya alam mamar mampu memberikan manfaat cukup besar dan berkelanjutan bagi
kehidupan masyarakat adat di sekitarnya, perlu dikelola secara bijaksana berdasarkan asas
manfaat dan lestari. Sampai kini hambatan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya
ekosistem mamar, antara lain belum tersedianya data ekologi, potensi, dan sosial. Berkenaan
dengan itu, penelitian menyangkut aspek ekologi, potensi, dan sosial ekosistem mamar di
Kabupaten Timor Tengah Selatan sangatlah urgen untuk dilaksanakan.

Dalam penelitian ini dikaji beberapa masalah, antara lain: kondisi ekologi, potensi, dan konsep
pengelolaan ekosistem mamar. Menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, penelitian ini
bertujuan: mengetahui kondisi ekologi, menggali potensi ekonomi, serta mengetahui upaya,
peran, dan perilaku masyarakat adat dalam mengelola ekosistem mamar. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah bagi penelitian-penelitian lanjutan yang terkait, bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan tata guna lahan dan upaya
pengelolaan secara berkelanjutan sumberdaya alam lokal yang potensial.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dari bulan Agustus 2004 sampai
dengan Oktober 2004. Bahan yang digunakan adalah Ekosistem Mamar Lalip di Desa Benlutu,
Kecamatan Batu Putih. Adapun alat yang dipakai: kompas, peta wilayah, roll meter, altimeter,
teropong, abney level, soil tester, dan counter. Data primer berupa informasi-informasi aspek
sosial, ekologi, dan produksi ekosistem mamar, sedangkan data sekundernya berupa informasi
tambahan yang relevan dengan pengelolaan ekosistem tersebut. Pengambilan data dilakukan di
area sampel yang sengaja dipilih. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif.

Lahan Ekosistem Mamar Lalip dibedakan atas 3 zona, yaitu zona inti, penyangga, dan
pemanfaatan. Tanahnya terdiri atas 2 jenis, yaitu kambisol dan renzina.
Vegetasi zona inti didominasi oleh pinang, disusul pulai, dan jambu air dengan selang nilai
35,4904–57,3618%, sedangkan zona penyangga didominasi oleh pinang, kelapa, dan jambu air
dengan selang nilai 30,7555–37,9683%. Tingkat kestabilan komunitas di zona inti tergolong
tinggi, dengan indeks dominansi 0,2066 dan indeks keragaman 2,1683, demikian juga di zona
penyangga dengan indeks dominansi 0,1265 dan indeks keragaman 2,3284. Vegetasi gulma
kebun jagung didominasi oleh jenis Emilia sonchifolia selang nilai 25,93–30,39%, petak sawah I
didominasi jenis Cyperus difformis, E. sonchifolia, dan Enhydra fluctuans dengan selang nilai
21,20–25,26%, sedangkan petak sawah II didominasi oleh jenis Lindernia ciliata dengan selang
nilai 25,93–30,39%.

Keragaman jenis makrovertebrata dalam Ekosistem Mamar Lalip adalah 23 jenis yang termasuk
dalam klas Mammalia (3 jenis), Aves (13 jenis), Reptilia (3 jenis), Amphibia (1 jenis), dan
Pisces (3 jenis). Sebagian besar dari kelompok fauna tersebut merupakan jenis liar, kecuali sapi
bali dan 4 jenis ikan air tawar.
Ketiga zona dalam Ekosistem Mamar Lalip memiliki tingkat produksi yang berbeda-beda. Ini
disebabkan oleh perbedaan jumlah, skala usaha, dan jenis tanaman bernilai ekonomi serta usaha
perikanan di masing-masing zona. Kontribusi kalori dari ekosistem tersebut bagi pemenuhan
kebutuhan ekonomi masyarakat berturut-turut dari yang terbesar berasal dari zona penyangga
(24.169.078,90 kkal/ha/th), zona pemanfaatan (16.232.123,15 kkal/ha/th), dan zona inti
(13.984.035,00 kkal/ha/th). Kontribusi kalori terbesar di zona inti berasal dari sirih buah dan
pinang, di zona penyangga dari usaha perikanan dan sirih buah, sedangkan di zona pemanfaatan
disumbang oleh padi.

Rata-rata rasio antara produksi Ekosistem Mamar Lalip dengan standar kebutuhan kalori per
orang per tahun adalah 4,58. Ini mengindikasikan bahwa untuk setiap orang standar kalorinya
dapat tercukupi dengan tersedianya lahan dari ekosistem mamar seluas 0,22 ha yang mampu
memproduksi kalori setara dengan 2.200 kkal/hari atau 803.000 kkal/th.
Kearifan masyarakat adat dalam mengelola ekosistem mamar sebenarnya terbangun dari mitos
dan kekuatan aturan adat yang diwariskan generasi terdahulu. Peran masyarakat adat dalam
melestarikan ekosistem tersebut diwujudkan melalui komitmen untuk meregenerasi jenis
vegetasi yang menjadi spesifikasi ekosistem mamar. Budaya konservasi flora dan fauna ternyata
sudah mendarah daging dengan kehidupan masyarakat adat di sekitar ekosistem tersebut.
Berpijak dari hasil penelitian ini, dirumuskan beberapa implikasi logis sebagai berikut. Pertama,
dalam pengelolaan ekosistem mamar sebagai situs untuk melestarikan nilai-nilai ekologi, religi,
sosial, budaya, dan ekonomi perlu dipertimbangkan potensi dan daya dukungnya. Kedua,
vegetasi di zona inti dan zona penyangga, perlu diregenerasi secara artifisial dengan
mengintroduksikan jenis unggul lokal. Ketiga, produksi ekosistem mamar dapat ditingkatkan
dengan: mengintroduksikan jenis unggul lokal untuk tanaman sirih dan pinang di zona inti,
jagung, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan padi di zona pemanfaatan; dan mengintensifkan
usaha perikanan. Keempat, kondisi lingkungan ekosistem mamar perlu diintroduksikan pada
sumber air yang kecil dan lingkungan yang gersang. Kelima, budaya konservasi flora dan fauna
dalam ekosistem mamar perlu dipertahankan. Keenam, banyak aspek yang perlu digali seperti,
dekomposisi seresah, populasi dan kepadatan mikrofauna, dan suksesi vegetasi, sehingga aspek-
aspek ekologi dari ekosistem tersebut menjadi lebih lengkap.

beberapa pengertian mengenai jenis asosiasi dalam biologi


niamul huda

Add Comment

biologi
Monday, March 9, 2015

tulisan kali ini saya akan membuat beberapa pengertian mengenai kata asosiasi dalam
ilmu biologi, asosiasi sendiri dalama arti kata secara umum dapat diartikan sebagai
hubungan, namun disini akan kami jelaskan dengan batasan dalam ilmu biologi istilah
yang mempunyai pasangan kata asosiasi:

1. Asosiasi (association) adalah (1) suatu kategori berperingkat dalam klasifikasi


vegetasi ; (2) klimaks komunitas tumbuhan dicirikan oleh satu atau dua jenis
dominan yang bentuk kehidupannya khas; (3) perujuk pada kumpulan besar
makhluk di suatu daerah tertentu.
2. asosiasi campuran (mixed association) adalah suatu asosiasi yang beberapa
jenisnya saling bersaing untuk mendominasi.
3. asosiasi heterogenesis (heterogenetic association) adalah perpasangan
kromososm dari leluhur berlainan pada alotetraploid.
4. asosiasi homotipe (homotypic association) adalah himpunan makhluk yang
terdapat bersama karena mereka merupakan turunan tertua yang sama.
5. asosiasi hormogen (hormogene association) adalah koloni yang individu -
individunya saling berdekatan secara fisik tetapi tidak secara organik.
6. asosiasi Mueller (Muellerian association) adalah himpunan beberapa jenis
berbeda pada suatu tapak tertentu yang semuanay memperagakan pewarnaan
aposematik serupa.
7. asosiasimurni (pure association) adalah suatu asosiasi tumbuhan yang
didominasi atau hanya terdiri atas satu jenis tunggal.
8. asosiasi neutral (neutral association neutralism) adalah asosiasi antara jenis
yang tidak berinteraksi sehingga dinamika jenis yang satu tidak mempengaruhi
atau terpengaruh jenis yang lain.
9. asosiasi pesaing (competitive association) adalah kelompok jenis penghuni
suatu habitat atau daerah yang perbatasan perubahannya ditentukan oleh
kompetisinya untuk ruang dan sumber daya.

permukaan bumi ini terdapat 7 macam bioma, dan mengapa bioma ini hanya disebutkan berada di
belahan bumi utara , ini yang harus kita tahu , karena belahan utaralah yang bisa kita dapatkan daratan
dari tropis hingga kutub, untuk bumi selatan hanya berujung Australia yang belum berada pada zona
kutub 'sisanya ada;ah aquatika.
 Tundra
 Taiga
 Gurun (padang pasir)
 Padang rumput savana
 Padang Rumput stepa
 Hutan hujan tropis
 Hutan deciduous (hutan gugur)
Marilah kita pelajari bagaimana ciri atau karakteristik dari tiap-tiap jenis bioma tersebut.

1.Tundra
Bioma tundra merupakan bioma yang terdapat di daerah lingkar kutub utara dan sebagian kecil di selatan
. Pada bioma ini tidak terdapat pepohonan yang dapat tumbuh, yang ada hanya tumbuhan kecil sejenis
rumput dan lumut.
 Bioma ini terdapat di sekitar lingkar Artik , Greenland di wilayah kutub utara.
 Di wilayah kutub selatan terdapat di Antartikaa dan pulau-pulau kecil disekitar Antartika.
 Bioma tundra berdasarkan pembagian iklim terdapat di daerah beriklim es abadi ( ET) dan iklim Tundra
(ET).
NOTE
 Secara altituda bentang alam vertikal (berdasarkan ketinggian-altimeter) sebenarnya Negara kita
Indonesia bisa juga didapatkan Bioma Tundra meskipun di daerah tropis , caranya mudah kita cari
tempat / pegunungan yang sangat tinggi pada semua garis lintang.
 Pada area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut kerak , bryophuta (lumut)
rerumputan, dan pohon dari bangsa conifer, kemudian diakhiri dengan hamparan lichenes yang tertutup
padang , yang disebut Bioma Tundra ( datanglah ke Pegunungan Jaya Wijaya Irian Jaya Indonesia )
Jenis-jenis vegetasi yang dapat hidup di bioma tundra misalnya lumut kerak, lumut Sphagnum, rumput
dan tumbuhan pendek lainnya yang biasanya hanya berumur 4 bulan, mengingat interval matahari
muncul hanya 4 bulan selebihnya 8 bulan dingin

VEGETASI / FLORA TUNDRA


Ini Deskripsi vegetasi pada bioma tundra yang variasi profil buminya berbeda beda yang membuat
perbedaan pula pada vegerasinya
 Pada daerah yang berawa jenis vegetasi yang ada misalnya rumput teki, rumput kapas dan gundukan
gambut (Hylock Tundra )
 Di cekungan yang basah seperti di Greenland terdapat semak salik dan bentula.
 Di tempat yang agak kering ditumbuhi lumut, teki-tekian, Ericeceae, dan beberapa tumbuhan yang
berdaun agak lebar.
 Di lereng-lereng batu terdapat kerak, lumut dan alga.
Searah jarum jam : Alga, kerak, rumput teki, rumput kapas, terna dan ericcacea

FAUNA TUNDRA
Karena memiliki iklim es abadi dan iklim tundra, maka wilayah bioma tundra selalu bersuhu dingin
sehingga fauna yang terdapat di wilayah ini memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal untuk tetap
membuat tubuhnya hangat. Contoh fauna di bioma tundra misalnya rus, rubah, kelinci salju, hewan-
hewan pengerat, hantu elang, dan beruang kutub.

Burung Hantu - Burung Elang dan Beruang Kutub


Jenis-jenis burung yang hidup di bioma tundra misalnya : itik, angsa, burung elang dan burung hantu.
Mamalia darat berkaki empat yang berbulu tebal dan besar misalnya MuscoX.

ioma Taiga (Coniferus)


Ciri-ciri bioma taiga :
1. Mempunyai musim dingin yang cukup panjang dan musim kemarau yang panas dan sangat
singkat
2. Selama musim dingin, air tanah berubah menjadi es dan mencapai 2 meter di bawah permukaan
tanah
3. Jenis tumbuhan yang hidup sangat sedikit, biasanya hanya terdiri dari dua atau tiga jenis
tumbuhan.
4. 3 Padang pasir atau Gurun
5. Bioma Gurun merupakan bioma yang di dominasi oleh batu/pasir dengan tumbuhan sangat
jarang. Bioma ini paling luas terpust di sekitar 20 derajat LU, mulai dari Pantai Atlantik di Afrika
hingga ke Asia Tengah. Sepanjang daerah itu terdapat kompleks gurun Sahara, gurun Arab dan
gurun Gobi dengan luas mencapai 10 juta km persegi.
6.

FLORA (Xerophyt ) Adapatasi


 Daun ditutupi oleh kutikula yang tebal
 Akar yang panjang.
 Sukulen atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan
 Daunnya menyempit menjadi duri
 Kaktus yamh nerkemampuan menyerap air selama periode basah. dan mengandalkan fotosintesis CAM,
suatu adaptasi metabolic untuk menghemat air dalam lingkungan kering juga terdapat Adaptasi protektif
yang menghalangi pemakanan oleh mamalia dan serangga, seperti duri pada kaktus dan racun pada
daun semak
FAUNA
Adaptasi
 Aktifitas malam hari , siang membuat lubang
 mempunyai cadangan penyimpan air
 Hewan yang hidup unta, tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. Beberapa tikus/mencit gurun tidak
pernah minum, tetapi mendapatkan semua kebutuhan airnya dari perombakan metabolic biji-bijian yang
dimakannya.
 . Padang rumput

Bioma Stepa (Padang Rumput) terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika yang
curah hujannya tidak cukup untuk perkembangan hutan.

 Bioma Stepa : Padang rumput tanpa diselingi kumpulan pepohona

6.)Hutan hujan tropis (hutan basah)

Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika,
Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis
tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.

Hutan Basah
Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
2. Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
3. Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus
dasar hutan.
5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada
pohon-pohon besar yang membentuk tudung)
Jenis tumbuhan yang hidup di daeran hutan basah antara lain :

Karena pohon-pohon yang terdapat di hutan tropis rata-rata tinggi dan permukaan tanahnya relatif sering
tergenang oleh air, maka hewan yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan
pemanjat sejenis primata, seperti :

Sebaran hutan tropis


 Vegetasinya tumbuh sangat rapat.
 Jenis tumbuhan pada bioma ini sangat beraneka ragam/heterogen, mulai dari tumbuhan pendek yang
hidup di dasar hutan hingga tumbuhan yang berukuran tinggi.
 Juga ada tumbuhan epifit (tumbuhan yang tumbuh pada pohon yang mempunyai naungan/kanopi, seperti
anggrek) dan liana (tumbuhan yang memanjat pada tumbuhan lain, seperti rotan).
 Hewan-hewan yang hidup pada hutan ini antara lain monyet, macan kumbang, harimau, tapir, gajah, dan
bermacam-macam burung.
 Hutan hujan tropis memiliki stratifikasi vertical yang sangat jelas.
 Pohon-pohon pada kanopi (bagian dedaunan paling atas yang saling bersambungan dalam lingkungan
hutan yang dibentuk oleh tajuk pepohonan) membentuk lapisan yang paling atas.
 Kanopi itu sering kali rapat, sehingga hanya sedikit sekali cahaya yang dapat mencapai tanah di
bawahnya.
 Ketika suatu pembukaan terjadi pada kanopi, barangkali karena pohon tumbang, pohon lain dan tanaman
merambat yang berkayu akan tumbuh secara cepat.
 Bersaing untuk mendapatkan cahaya dan ruang ketika mengisis celah tersebut.
 Banyak pohon ditutupi oleh epifit (tumbuhan yang tumbuh di atas tumbuhan lain, bukan di atas tanah),
seperti anggrek dan bromelia.
 Curah hujan yang sangat bervariasi di daerah tropis, merupakan penentu utama vegetasi yang tumbuh
dalam suatu wilayah.
 Pada daerah dataran rendah yang memiliki musim kering yang lama atau curah hujannya jarang, hutan
kering tropis akan dominan.
 Tumbuhan yang ditemukan disini merupakan campuran pohon dan semak berduri banyak serta
tumbuhan berair banyak (sukulen).
 Pada wilayah dengan musim kemarau dan musim hujan yang luas, pohon gugur tropis menjadi dominan.

7.Decidious Forest / Hutan Gugur

Terdapat di daerah yang memilki 4 musim (musim semi, panas, gugur dan dingin).

Pohon-pohon gugur yang padat dan tegak berdiri merupakan cirri khas hutan gugur, seperti hutan di
Great Smoky Mountains National Park di North Carolina.
 Hutan gugur ditemukan di seluruh garis lintang pertengahan di mana terdapat cukup air untuk
menyokong pertumbuhan pohon-pohon besar.
 Hutan gugur lebih terbuka dibandingkan hutan hujan.
 Hutan gugur memiliki lapisan vertical yang jelas, yang meliputi satu atau dua strata pohon, di bawahnya
terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat tumbuhan herba.
 Pohon-pohon hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum musim dingin, ketika suhu yang ada terlalu
rendah untuk terjadi fotosintesis yang efektif dan kehilangan air melalui transpirasi tidak dengan mudah
digantikan dari tanah yang beku.
 Banyak hewan mamalia hutan gugur juga memasuki keadaan dorman musim dingin yang disebut
hibernasi, dan beberapa spesies burung melakukan migrasi ke wilayah dengan iklim yang lebih hangat.
 Hampir semua hutan gugur asli di Amerika Utara dirusak oleh penebangan hutan untuk mendapatkan
kayu dan penebangan untuk lahan pertanian serta pembangunan kota.
 Berlawanan dengan bioma yang lebih kering, hutan-hutan ini cenderung pulih setelah gangguan, dan
saat ini kita melihat pohon-pohon gugur mendominasi daerah yang kurang dikembangkan jauh di atas
kisaran sebelumnya.
 Tumbuhan yang dominan adalah tumbuhan berdaun lebar, seperti pohon oak, elm, maple dan beech.
 Pohon-pohon di hutan ini menghijau pada musim panas, dan menggugurkan daunnya pada musim
gugur, dan pada musim dingin daunnya ‘habis’.
 Memasuki musim semi pohon-pohon tersebut mulai menumbuhkan daunnya.
Note

EKOSISTEM AQUATIKA

Estuaria

 Estuaria merupakan perairan yang semi


tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur
dengan air tawar
 Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan
lingkungan yang bervariasi
 Estuaria dapat dikelompokkan atas empat tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologinya sebagai
berikut:
1. Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan
permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai
2. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar
dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut
3. Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glesier yang mengakibatkan
tergenangnya lembah es oleh air laut
4. Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi)
yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada
saat pasang
 Klasifikasi berdasarkan hidrografi
1. Estuaria berstratifikasi nyata atau bajigaram dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air
tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominant ketimbang
penyusupan air laut
2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut sangat
dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi
3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), paling umum dijumpai. Aliran air tawar seimbang
dengan masuknya air laut bersama arus pasang.
Biota estuaria

Hewan
 Spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting
serta berbagai macam ikan.
 Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang dan ikan yang
setelah dewasa berimigrasi ke laut.
 Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya
seperti sidat dan ikan salmon.
Tumbuhan

 Tumbuhan Lamun (sea grass)


 Algae makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan.
 Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.
Karakteristik estuaria
 Keterlindungan: karena estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari
gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva
kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
 Kedalaman: relativ dangkal→ memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan→ tumbuhan
akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran
(flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka
perairan dangkal).
 Salinitas air: air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat,aliran yang
berlapis juga menguntungkan.
 Sirkulasi air: perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu
system gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu
plangton.
 Pasang: energinya merupakan tenega penngerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan
plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
 Penyimpanan dan pendauran zat hara: kemampuan menyimpan energi, daun pohon mangrove dan
lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanyasebagai bahan organik untuk nantinya
dimanfaatkan oleh organisme hewani.
Peran Ekologis Estuaria
Secara singkat, peran ekologi estuaria yang penting adalah :
1. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis pantai
maupun yang berdekatan denganya, lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation)
2. Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground)
3. Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi
bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai tempat
tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.
4. Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam
keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg daging per
ha dan 13.900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di texas.
Berikut ini pola pencampuran air laut dan air tawar
1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut
pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas
air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah di
banding lapisan bawah yang lebih tinggi
2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai
dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk
stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya
akan meningkat pada daerah dekat laut.
3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata
(Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air
sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir
tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal
4. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri
yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai
topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria.
Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan
sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang
hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.
Hutan Mangrove
 Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang
cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Oleh
karena itu, hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk dangkal, estuaria, delta, dan daerah
pantai yang terlindung.
 Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di
darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar
nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang
miskin oksigen atau bahkan anaerob. Zonasi hutan mangrove adalah :
 Daerah yang paling dekat dengan laut sering ditumbuhi Avicennia dan Sonneratia. Sonneratia biasa
tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organic
 Lebih kearah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhozophora spp. Di zona ini juga
dijumpai Bruguiera dan Xylocarpus.
 Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp, selanjutnya terdapat zona transisi antara hutan
mangrove dan hutan dataran rendah yang biasa ditumbuhi oleh nipah (nypa fruticans) dan pandan laut
(pandanus spp).
Fungsi ekologis hutan mangrove :
 Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan Lumpur dan
perangkap sediment yang diangkut oleh aliran permukaan
 Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu baker,
bahan baku untuk membuat arang, dan juga untuk dibuat bubur kertas (pulp). Disamping itu juga hutan
mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam.
 Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pencarian makanan (feeding ground) dan daerah
pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan seperti ikan udang, dan kerang-kerangan, baik
yang hidup di perairan pantai atau perairan lepas pantai.
 Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah,
seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria
cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat
persinggahan bagi burung-burung migran.
Padang lamun
 Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizome,
daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui
penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan secara seksual (dioecious). Lamun umumnya membentuk
padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh sinar matahari yang memadai
bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara
2 -12 meter, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat
hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolism eke luar daerah padang lamun.
Fungsi ekologis padang lamun :
1. Produsen dentrius dan zat hara
2. Mengikat sediment dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan system parakaran yang pada
dan saling mengikat
3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis
biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari.
5. Wilayah padang lamun dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat kegiatan budidaya laut
berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram, dan tempat rekereasi atau pariwisata.

Terumbu karang
 Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang
dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur
serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.
 Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut
polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit.
 Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar
dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang.
 Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh
lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis

You might also like