You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN HERPES

TINTIN HARIYANI

NIM : 17.033.AKPW.RPL

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

2018
I. Definisi Herpes

Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan kadang--
kadang di dalam sel satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial
menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan segmen yang
dipersarafinya. (Pusponegoro, Nilasari, & Dkk, 2014)

Herpes Zoster adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. (Djuanda, 1999). Herpes Zoster adalah jenis penyakit kulit yang di
sebabkan oleh virus varisela-zoster yang menetap laten di akar saraf. (Ayu,
2015). Herpes ZosterAdalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel –
vesikel yang tersusun bekelompok sepajang persarafan sensorik kulit sesuai dermato.
(Siregar, 2005). Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi
pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah
infeksi primer oleh virus. (Harahap & Marwali, 2000)

II. Etiologi
Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella zoster. Varicella
zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan herpes zoster. Setelah sembuh
dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh dalam tahap laten seumur hidup.
Sebagai virus laten, Varicella tidak akan menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial
untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes zoster
yang sering disebut sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid
berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan
oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi.
Masa inkubasinya 14-21 hari.

III. Klasifikasi
1. Herpes Zoster Oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus
saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi
diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes Zoster Fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes Zoster Brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes Zoster Torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

IV. Menifestasi Klinis


Penyakit ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang terjadi diantaranya :
a. Terasa demam, pilek, cepat merasa lelah, dan lemah
b. Terasa nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing
c. Rasa sakit seperti terbakar
d. Kulit menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu minggu
e. Timbul bitnik kecil kemerahan pada kulit

Bintik-bintik kecil yang tumbuh ini lalu berubah menjadi gelembung-gelembung transparan
berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya bergerombol di sepanjang kulit yang
di lalui oleh syaraf yang terkena. Bintik-bintik baru dapat terus bermunculan dan membesar
sampai seminggu kemudian. Jaringan lunak di bawah dan di sekitar lepuhan dapat
membengkak untuk sementara karena peradangan yang di sebabkan oleh virus.

Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika
dibiarkan, gelembung akan segera mongering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan berkas. Namun, jika gelembung tersebut
pecah oleh garukan, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat membuat
parut permanen.

Virus varisela-zoster umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh.
Sesekali, dua atau tiga syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf di kulit dada atau perut
dan wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang paling sering terkena. Herpes zoster di
wajah sering kali menimbulkan sakit kepala yang parah. Otot-otot wajah untuk sementara
tidak dapat digerakkan. (Ayu, 2015).

V. Patofisiologi

Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan varicella yang mula-mula adalah
penyebab dari cacar air atau varicella yang sudah tidak aktif atau dorman dan kemudian
diaktifkan lagi oleh tubuh. Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan
virus penyebab varisella.

Selama terjadinya infeksi varisela, VZV (varicella zoster virus) meninggalkan lesi di kulit
dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini
dibawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf sensorik. Dalam
ganglion ini, virus memasuki masa laten dan di sini tidak infeksius dan tidak mengadakan
multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya. Meskipun setiap syaraf
dapat terkena, tetapi syaraf torakal, lumbal atau kranial agaknya paling sering terserang.

Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus
mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada
saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.

VZV (varicella zoster virus) yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik sehingga
terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan
gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster. Virus varicella yang dorman atau
tidak aktif, akan diaktifkan lagi dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang
satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya
didahului atau disertai dengan rasa nyeri hebat dan / atau disertai dengan rasa terbakar.
Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Rasa nyeri yang timbul
sesudah serangan herpes disebut neuralgie posterpetika dan biasanya berlangsung beberapa
bulan, bahkan kadang-kadang sampai beberapa tahun. Neuralgie posterpetika lebih sering
dialami pasien yang lanjut usia. Jika herpes zoster menyerang ke seluruh tubuh, paru-paru
dan otak maka mungkin akan terjadi suatu kefatalan. Penyebaran ini biasanya tampak pada
pasien menderita limfoma atau leukemia. Dengan demikian setiap pasien yang menderita
herpes zoster yang tersebar harus dievaluasi kemungkinan adanya factor keganasan

VI. Pathway

VII. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan HZ, dikenal strategi 6A :

a. Attract patient early


Pasien : Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal, pengobatan sedini
mungkin dalam 72 jam setelah erupsi kulit
Dokter : Diagnosis dini , Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan
lengkap.
b. Asses Patient Fully :
Memperhatikan kondisi khusus pasien misalnya usia lanjut, resiko PHN, resiko
komplikasi mata, kemungkinan imunnokompromais, kemungkinan defisit motorik,
dan kemungkinan terkenannya organ dalam.
c. Antiviral
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
- Usia > 50 tahun
- Dengan resiko terjadinya NPH
- Imunnokompromais
- Anak-anak usia <50 tahun dan perempuan hamil deberikan terapi antiviral bila
disertai : Resiko terjadinya NPH
d. Pengobatan Antivirus
- Asiklovir dewasa : 5 x 800 mg/ hari elama 7-10 atau
- Asiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
- Famsiklovir untuk dewasa : 3x 250 mg/hari selama 7 hari

Catatan Khsusus :

- Pemberian antivirus masih dapat diberikan setelah 72 jam bila masih timbul lesi baru/
terdapat vesikel berumur <3 hari
- Bila disertai keterlibatan organ viseral diberikan asiklovir intervena 10 mg/kg BB, 3
x per hari selama 5-10 hari. Asiklovir dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0,9 % dan
diberikan tetes selama satu jam
- Untuk wanita hamil diberikan asiklovir

Dosis Asiklovir anak

- < 12 tahun : 30 mg/kgBB 7 hari


- > 12 tahun : 60 mg/kgBB 7 hari

Analgetik :

- Nyeri ringan : paracetamol


- Nyeri sedang sampai berat :kombinasi apioid ringan (tramadol,odein)

e. Allay anxietas-counselling
- Edukasi mengenai penyakit HZ untuk mengurangi kecemasan serta ketidak pahaman
pasien tentang penyakit dan komplikasinya
- Mempertahankan kondisi mental dan aktivitas fisik adgar tetap optimal
- Memberikan perhatian dapat membantu pasien mengatasi penyakitnya.
1. Pengobatan topikal

- Menjaga lesi kulit agar kulit kering dan bersih


- Hindari antibiotik topikal kecuali ada infeksi sekunder
- Rasa tidak nyaman, kompres basah dingin steril/ Rasio kelamin
- Asiklovir topikal tidak efektif

2. Terapi suportif

- Istirahat makan cukup


- Jangan digaruk
- Pakaian longgar
- Tetap mandi (Pusponegoro, Nilasari, & Dkk, 2014)

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Penyakit herpes zoster dapat dideteksi melalui tes, yaitu :

a. Kultur Virus

Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat di ambil dan di masukkan ke dalam media virus
untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila pengiriman cukup lama, sampel
dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14
hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.

b. Deteksi Antigen

Uji antibody fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel.
Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum,
kemudian di oleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibody monoklonal yang terkonjugasi
dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.

c. Uji Serologi

Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.

d. PCR

PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh,
contohnya cairan serebrospina. Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat
sensitif, dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat,
sensifitasnya berkisar 97-100%. Test ini dapat menemukan nucleid acid dari virus varicella
zpster. (Ayu, 2015)
e. Tzanck Smear

Preparat diambil dari discraping dasar vesicel yang masih baru, kemudian diwarnai engan
pewarnaan yaitu Hematoxylin-eosin, toluidine blue ataupun papanicolaou’s dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cell. Pemeriksaan ini
sensitifitasnya sekitar 48 %, test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.

f. Direct fluorescent assay (DFA)

Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah membentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif, hasil pemeriksaan sangat cepat, test ini dapat
menemukan antigen virus varricella zoster. Pemeriksaa ini dapat membedakan antara VVZ
dengan herpes simpleks virus.

IX. Komplikasi

1. Komplikasi Neurologis

Neuralgia Paska Herpes (NPH) : Nyeri yang menetap di dermatom yang terkena 3 bulan
setelah erupsi HZ menghilang. Insidensi PHN berkisar sekitar 10-40% dari kasus HZ. NPH
merupakan aspek HZ yang paling mengganggu pasien secara fungsional. dan psikososial.
Pasien dengan NPH akan mengalami nyeri konstan (terbakar, nyeri, berdenyut), nyeri
intermiten (tertusuk-tusuk), dan nyeri yang dipicu stimulus seperti allodinia (nyeri yang
dipicu stimulus normal seperti sentuhan dll). Risiko NPH meningkat pada usia>50 th (27x
lipat), nyeri prodromal lebih lama atau lebih hebat;; erupsi kulit lebih hebat (luas dan
berlangsung lama) atau intensitas nyerinya lebih berat. Risiko lain : Distribusi di daerah
oftalmik, ansietas, depresi, kurangnya kepuasan hidup, wanita, diabetes. Walaupun mendapat
terapi antivirus, NPH tetap terjadi pada 10-20% pasien HZ, dan sering kali refrakter terhadap
pengobatan, walau pengobatan sudah optimal, 40 % tetap merasa nyeri.

2. Komplikasi Mata

Keterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ Oftalmikus, terjadi pada 10--
25% dari kasus HZ, yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan, nyeri menetap lama,
dan/atau luka parut.

3. Komplikasi THT

Sindrom Ramsay Hunt : sering disebut HZ Otikus merupakan komplikasi pada THT yang
jarang terjadi namun dapat serius. Sindrom ini terjadi akibat reaktivasi VZV di ganglion
genikulata saraf fasialis. Tanda dan gejala sindrom Ramsay Hunt meliputi HZ di liang telinga
luar atau membrana timpani, disertai paresis fasialis yang nyeri, gangguan lakrimasi,
gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinitus, vertigo, dan tuli. Banyak pasien yang
tidak pulih sempurna.
X. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

A. Identitas Klien

- Nama :
- Alamat :
- Pekerjaan :
- Umur : dapat terjadi pada semua umur, tetapi yang lebih beresiko terjadi
pada dewasa/lanjut usia
- Jenis Kelamin : dapat terjadi pada pria dan wanita
- Tanggal Masuk RS :

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengalami demam, sakit kepala, fatige, malaise, kemerahan, sensitive, sore skin (
penekanan kulit), (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan, nyeri.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

- Riwayat menderita penyakit cacar


- Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, Leukimia

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien karna
herpes merupakan penyakit menular.

C. Riwayat psikososial

- Kondisi psikologis pasien


- Kecemasan
- Respon pasien terhadap penyakit

D. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a. Aktivitas dan Istirahat

Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.

b. Pola Nutrisi dan Metabolik

Bagaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi penurunan nafsu makan, anoreksia.
c. Pola Aktifitas dan Latihan

Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola akifitas pasien.

d. Pola Hubungan dan peran

Klien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya gangguan citra
tubuh.

Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

o Tingkat Kesadaran
o TTV

B. Head To Toe

a. Kepala

- Bentuk
- Kulit kepala

b. Rambut

Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.

c. Mata (Penglihatan)

Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak ada penurunan
penglihatan.

d. Hidung (Penciuman)

Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak terdapat
hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.

e. Telinga (Pendengaran)

1. Inspeksi

- Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.


- Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.

2. Palpasi

Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan mastoidius.
3. Pemeriksaan pendengaran

- Test audiometric : 26 db (tuli ringgan)


- Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar lebih keras.
- Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan

g. Mulut dan Gigi

Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak terdapat perdarahan
gusi, dan gigi bersih.

h. Leher

Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada nyeri tekan.

i. Thorak

- Bentuk : simetris
- Pernafasan : regular
- Tidak terdapat otot bantu pernafasan

j. Abdomen

1. Inspeksi

- Bentuk : normal simetris


- Benjolan : tidak terdapat benjolan

2. Palpasi

- Tidak terdapat nyeri tekan


- Tidak terdapat massa / benjolan
- Tidak terdapat tanda tanda asites
- Tidak terdapat pembesaran hepar

3. Perkusi

- Suara abdomen : tympani.

k. Reproduksi

Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagianglans penis,
batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan
adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat
jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa
adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.

l. Ekstremitas

Tidak terdapat luka dan spasme otot.

m. Integument

Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat


pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa.

· Batasan Karakteristik :

- Perubahan selera makan


- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Dioferesis
- Prilaku distraksi
- Mengekspresikan prilaku
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- Siakap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Gangguan tidur

· Faktor yang Berhubungan

- Agen cedera ( biologis, kimia, fisik, psikologis)


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan

· Definisi : Perubahan/gangguan epidermis dan dermis

· Batasan Karakteristik :

- Kerusakan lapisan kulit (dermis)


- Gangguan permukaan kulit (epidermis)

3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan fungsi barier kulit

· Domain 11 : keamanan/perlindungan Kelas 1 : Infeksi

· Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus dan nyeri dari lesi herpes

Intervensi NIC-NOC

No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri akut berhubungan ü Pain control ü Pain Management


dengan adanya lesi kulit
- Jelaskan faktor - Lakukan
- Kriteria hasil penyebab. pengkajian
- Mampu mengontrol - Gunakan tindakan nyeri secara
nyeri (tau penyebab pencegahan. komprehensif
nyeri, mampu - Gunakan tindakan termasuk
menggunakan non analgesic lokasi,
tehnik non - Laporkan karakteristik,
farmakologi untuk perubahan gejala durasi,
mengurangi nyeri). nyeri ke perawat. frekuensi,
- Melaporkan bahwa - Catat serangan/ kualitas.
nyeri berkurang tanda gejala nyeri. - Gunakan
dengan komunikasi
menggunakan terapeutik
manajemen nyeri untuk
- Mampu mengenali mengetahui
nyeri (skala, pengalam nyeri
intensitas, tanda pasien.
nyeri). - Kaji faktor
- Mengatakan rasa yang
nyaman setelah mempengaruhi
nyeri berkurang. respon nyeri.
- Evaluasi
pengalaman
nyeri masa lalu.
- Evaluasi
bersama pasien
dan tim medis
tentang
ketidakefektifa
n

ü Control Nyeri

- Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
kebisingan.
- Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi, &
interpersonal).
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi.
- Ajarkan tentang
tehnik
nonfarmakologi
.
- Berikan
analgesic untuk
mengurangi
nyeri.
- Evaluasi
ketidakefektifa
n kontrol nyeri.
- Tindakan
istirahat
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
- Observasi
reaksi
nonverbal dan
ketidaknyaman
an.
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri. (Amin
dkk, 2015)

2. Kerusakan integritas kulit ü Tissue integrity (skin ü Pressure


berhubungan dengan lesi and mucous membranes) management
dan respon peradangan
- Elastisitas kembali - Jaga kebersihan
normal kulit agar tetap
- Tidak terdapat bersih dan
Skin lesions kering
- Texture kulit - Hindari kerutan
kembali normal pada tempat
- Skin integrity tidur
kembali normal - Monitor kulit
- - Tidak terdapat akan adanya
necrosis kemerahan
- Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
- Monitor status
nutrisi pasien
- Mobilisasi
pasien setiap
dua jam sekali
- Oleskan lotion /
minyak pada
daerah yang
tertekan
- Anjurkan
pasien untuk
menggunakan
pakaian yang
longgar
- Kolaborasi
dengan tim
medis lain jika
terjadi
komplikasi

3. Risiko infeksi berhubungan ü Infeksi yang hebat ü Kontrol Infeksi


dengan kerusakan fungsi
barier kulit - Dahak kental - Bersihkan
- Pengambilan lingkungan
Kriteria Hasil : nanah setelah dipakai
- Demam pasien
ü Klien bebas dari tanda - Hypotermi - Pertahankan
dan gejala infeksi - Ketidakstabilan teknik isolasi
ü Mendeskripsikan proses suhu - Instruksikan
penularan penyakit, factor - Nyeri pada
yang mempengaruhi - Gejala pengunjung
penularan serta gastrointestinal untuk mencuci
penatalaksanaanya - Rasa tidak enak tangan saat
badan berkunjung dan
ü Menunjukn kemampuan - Mengerikkan setelah
untuk mencegah timbulnya berkunjung
infeksi meningggalkan
pasien
ü Jumlah leukosit dalam
- Cuci tangan
batas normal
sebelum dan
ü Menunjukan prilaku sesaat tindakan
hidup sehat. - Gunakan
sarung
tangan,baju
sebagai alat
pelindung
- Monitor tanda
dan gejala
infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
- Dorong
istirahat
- Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotic
sesuai resep
yang diberikan
- Berikan terapi
antibiotic bila
perlu
- Ajarkan cara
menghindari
inveksi
- Laporkan
kultur positif
Daftar Pustaka

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC) sixth edition. United State of America: ISBN.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Clasification (NOC) fifth edition. United State of America: ISBN.

Harahap, & Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

M, L., Price, Sylvia,, & Willson,. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. jakarta:
EGC.

Marwali, & Harapan. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster. Jakarta:
FKUI.

You might also like