You are on page 1of 233

STANDAR PELAYANAN PROFESI

DOKTER SPESIALIS BEDAH UMUM INDONESIA

“Honesty, Courage, Modesty”

EDITOR

Prof. Dr. IDG. Sukardja, dr SpB (K) Onk


Prof. Dr. Bambang Purnomo SH
Prof. Dr. Dr. med. Paul Tahalele SpB, SpBTKV
Martopo Marnadi, dr SpB
Urip Murtedjo, dr SpB (K) KL. PGD Pall Med (ECU)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 2002

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia i


STANDAR PELAYANAN PROFESI
DOKTER SPESIALIS BEDAH UMUM INDONESIA

EDISI I 2002
(Revisi 2003)

EDITOR

Prof. Dr. IDG. Sukardja, dr SpB (K) Onk


Prof. Dr. Bambang Purnomo SH
Prof. Dr. Dr. med. Paul Tahalele SpB, SpBTKV
Martopo Marnadi, dr SpB
Urip Murtedjo, dr SpB (K) KL. PGD Pall Med (ECU)

Disusun dan Diterbitkan


Oleh
PABI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 2002

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia ii


KATA PENGANTAR

Persatuan Dokler Spesialis Bedah Umum Indonesia (PABI) sebagai organisasi


profesi dokter bidang pembedahan secara mandiri dengan penuh tanggung jawab menyusun
dan menerbitkan buku Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
bagi para anggotanya.
Standar Pelayanan Profesi ini disusun melalui kesepakatan dan kajian menyeluruh
pelayanan medis bedah di Indonesia oleh para Dokter Spesialis Bedah Umum maupun para
Dokter Konsultan Bedah Digestif, Bedah Anak. Bedah Onkologi, Bedah Kepala dan Leher.
Bedah Toraks Kardiovaskular. Bedah Vascular, Bedah Ortopedi, Urologi, Bedah Plastik,
Bedah Saraf. yang mempunyai itikat baik atas dasar kesejawatan. saling menghormati dan
bekerjasama menuju masa depan penjagaan mutu serta peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
Dokter Spesialis Bedah Umum dalam melaksanakan kegiatan keahliannya dan atau
kewenangannya sesuai dengan substansi yang tercantum didalam Piagam Atlantik 1942,
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa 1945, Deklarasi Hak Asasi Manusia Se Dunia 1948 dan
UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, wajib hukumnya untuk mematuhi standar pelayanan
profesi. Dasar kewenangan ini tertulis didalam katalog Program Studi Ilmu Bedah 1997.
Standar- pelayanan profesi ini merupakan pedoman atau acuan bagi para Dokter
Spesialis Bedah Umum didalam menjalankan profesinya dengan tujuan menjaga mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta melindungi Dokter Spesialis Bedah Umum
didalam menjalankan profesinya.
Wewenang untuk menentukan jenis pelayanan didalam suatu kegiatan profesi
merupakan tanggung-jawab profesi itu sendiri, maka telah disusun standar pelayanan profesi
oleh Tim Penyusun buku ini dari PABI. Pedoman atau acuan yang terdapat di dalam buku ini
dapat dipakai secara Nasional, baik oleh rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Tim penyusun menghimbau kepada seluruh dokter spesialis di lingkungan bidang
pembedahan untuk saling menghormati dan menghargai kesamaan-kesamaan kompetensi.
Disamping itu, menyadari atas keterbatasan kemampuan masing-masing hendaknya kita
saling membutuhkan dan saling mendukung satu terhadap yang lain demi kepentingan
kelancaran pelayanan kesehatan dan keselamatan penderita.
Tim penyusun sadar bahwa isi buku ini belum sempurna, belum lengkap dan masih
banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, sehingga akan ditinjau kembali dan
disempurnakan secara berkala sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.

10 Juli 2002
Tim penyusun.

Buku Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia Edisi I 2002 ini
telah mengalami revisi 2003 atas saran dan bantuan serta koreksi dari : Prof. Soelarso
Reksoprodjo, MD. FICS Tjakra Wibawa Manuaba, dr. SpB (K) Onk, MPH, Sunarto
Reksoprawito, dr SpB(K) KL, Yoga Wijayahadi, dr. Sp.B, J. Iswanto, dr. SpB (K) Dig.
DAFTAR ISI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia iii


DAFTAR ISI

PENGANTAR .................................................................................................................... iii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
SAMBUTAN KETUA UMUM PABI ............................................................................... viii
SAMBUTAN KETUA KOLEGIUM ILMU BEDAH INDONESIA ................................ x
SAMBUTAN UMUM PP IKABI ...................................................................................... xi
SAMBUTAN KETUA UMUM PB IDI ............................................................................. xii
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PABI
TENTANG TIM PENYUSUN DAN PENASEHAT SPPDSBUI ..................................... xiii
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PABI
TENTANG PEMBERLAKUAN PELAKSANAAN SPPDSBUI ..................................... xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................................. xv
TIM PENYUSUN .............................................................................................................. xvi
POLA PEMBAHASAN ..................................................................................................... xvii
SKEMA WEWENANG & TINDAKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH UMUM ......... xix
TOPIK PEMBAHASAN :
I. BEDAH DIGESTIF ICD
1. TRAUMA TAJAM ABDOMEN S.27.8, S.32, S.35. S.36, S.37 1
2. TRAUMA TUMPUL ABDOMEN S.27.8, S.32, S.35. S.36, S.37 5
3. CEDERA LIMPA S.36.0 9
4. TRAUMA HEPAR S.36,1 10
5. KARSINOMA REKTI C. 19 –C 20 12
6. KARSINOMA LAMBUNG C16 14
7. KARSINOMA KOLON C18 15
8. KARSINOMA PANKREAS C25 16
9. RADANG GRANULOMATIK USUS K 50 – K 51 17
10. HERBUA INGUINALIS LATRALIS / MEDALIS K 40 – I 41 18
11. APENDISITIS K 35 – K 37 19
12. KHOLELITHIASIS K 80 21
13. KOLESTASIS (SURGIKAL) K 83 22
14. HEMOROID I 84 23
15. FISTULA PERIANAL K 60 24
16. PERITONITIS UMUM K 65 25
II. BEDAH ANAK
1. ATRESIA ESOFAGUS DAN MALFORMASI Q 39.0 28
TRAKEO ESOFAGUS
2. STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK Q 40.0 30
3. ATRESIA DAN STENOSIS DUODENUM Q 41 31
4. ATRESIA DAN STENOSIS YEYUNO –ILEAL Q 41 32
5. HERNIA DIAFRAGMATIKA KONGETAL Q 79.0 33
6. OMFALOKEL Q 79.2 34
7. GASTROSKISIS Q 79.3 35
8. GRANULOMA / FISTULA UMBILIKALIS Q 79.5 36
9. HIRSCHPRUNG’S DISEASE Q 43.1 37
10. INTUSSUSEPSI K 56.1 38
11. MALFORMASI –ANUREKTAL Q 42 39
12. INVAGINASI USUS K 56.1 40
13. NECROTIZING ENTREROCOLITIS P. 77 41
III. BEDAH ONKOLOGI ICD
1. TUMOR JINAK TULANG D 16 43

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia iv


2. TUMOR JIKA KULIT DAN
NON NEOPLASTIK KULIT D 23 44
3. TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK DAN
TUMOR NON NEOPLASTIK JARINGAN
LUNAK D 17 & D 21 47
4. TUMOR JINAK GENETALIA LAKI &
TUMOR NON NEOPLASMA
GENETALIA LAKI D 29 50
5. TERATOMA
6. KANKER PEDIATRI C 64, C79.4, C22.0 C 22.2 53
7. LIMFOMA MALIGNA C81 S/D C85 55
8. LIMFADENOPATI R59 57
9. KANKER TULANG C40-C41 59
10. KANGKER TESTIS C 62 61
11. KANKER RONGGA MULUT COO –C 06 62
12. KANKER PENIS C60 64
13. KANKER PAYUDARA C50 66
14. TUMOR JINAK PAYUDARA D24 69
15. DISPLASIA PAYUDARA & TUMOR
NON NEOPLASMA PAYUDARA LAINNYA N60 – N 64 71
16. KANKER ANUS C21 73
17. KANKER KULIT C43-C44 75
18. KANKER JARINGAN LUNAK C49 77
19. KANKER GINJAL C64 79
20. TIMOR JINAK UROLOGI &
TUMOR NON NEOPLASMA UROLOGI D30 81
IV. BEDAH KEPALA LEHER ICD
1. FRAKTUR MANDIBULA S02.6 84
2. FRAKTUR MAKSILA S02.4 85
3. FRAKTUR ZIGOMA S02.4 86
4. TRAUMA JARINGAN LUNAK WAJAH S00, S01, S07 87
5. FRAKTUR NASAL S02.2 88
6. KARSINOMA TIROID C73 89
7. STRUMA E04, E05, E06 90
8. PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING
K DAN L C77.0 91
9. TUMOR PAROTIS C07 92
10. AMELOBLASTOMA D16.5 93
11. HIGROMA KOLI D18.1 94
12. RANULA K11.6 95
13. TUMOR JINAK RONGGA MULUT D 10.3 96
14. TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK
KEPALA DAN LEHER 97
15. KISTA BRANCHIOGENIK Q18.0 98
16. KANGKER RONGGA MULUT C00 – C06 99
17. KISTA ODONTOGENIK K09.0 100
18. FLEGMON DASAR MULUT K12.2 101
19. ABSES MAKSILOFASIAL L02.0 102
20. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS Q89.2 103
V. BEDAH TORAKS – KARDIOVASKULAR ICD
1. PATAH TULANG IGA S22.3,4 105

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia v


2. LUKA TUSUK DINDING TORAKS S21-29 106
3. FLAIL CHEST S22.5 108
4. PNUMOTORAKS S27.0 109
5. HEMATOTORAKS S27.1 110
6. TAMPONADE ANTUNG S26.0 111
7. EMBOLI ARTERI AKUT I74 112
8. DEEP CEIN THROMBOSIS (DVT) I80.2 113
9. PIOTORAKS (EMPIEMA TORAKS) J86.9 115
10. VARICES TUNGKAI I83 116
11. GANGREN DIABETIK E10-E14.5 117
12. BUERGER IS DISEASE ATAU PENYAKIT 118
ARTERI PERIFER OKLUSI (PAPO)
13. AV SHUNT ATAU AFISTULA ARTERI
VENOSA T 14.5 119
VI. BEDAH UROLOGI ICD
1. RUPTUR BULI-BULI S37.2 121
2. RETENTIO URINAE R33 122
3. HIPERTROFI PROSTAT BENIGNA (BPH) 123
4. TUMOR TESTIS C62, D29 124
5. KRIPTORKHISMUS Q53 125
6. HIPOSPADIA Q54 126
7. HIDROKEL TESTIS / FUNIKULI N43.3 127
8. BATU SALURAN KEMIH N21.0 128
9. VARICOCELE SCROTUM I86.1 129
10. TORSIO TESTIS N44 130
11. PIONEPHROSIS N12.6 131
VII. NEDAH PLASTIK & REKONSTRUKSI ICD
1. LUKA BAKAR T20-T31 133
2. KELOID L73 134
3. KONTRAKTUR M67 135
4. SUMBING BIBIR (LABIOSKISIS) 036 136
5. CELAH LANGIT-LANGIT (PALATOSKISIS) 037 137
VIII. BEDAH ORTHOPEDI ICD
1. DISLOKASI BAHU S43.0 139
2. FRAKTUR KLAVIKULA S42.0 140
3. FRAKTUR HUMERUS S42.3 141
4. FRAKTUR CRURIS S82 142
5. FRAKTUR GALEAZI S52.3 143
6. FRAKTUR MONTEGIA S52.0 144
7. FRAKTUR RADIUS ULNA S52.4 145
8. FRAKTUR COLLES S52.5 146
9. PATAH TULANG TERBUKA T02 147
10. FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA T08 148
11. DISLOKASI SIKU S3.1 149
12. DISLOKASI PANGGUL S73.0 150
13. FRAKTUR FEMUR S72 151
14. FRAKTUR PATELA S82.0 152
15. RUPTUR TENDON ACHILLES S86.0 153
16. FRAKTUR OLEKRANON S52.0 154
17. FRAKTUR SIPRAKONDILER SIKU S42.4 155

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia vi


IX. BEDAH SARAF ICD
1. CIDERA KEPALA RINGAN S06.0 158
2. CIDERA KEPALA SEDANG S06.0 159
3. CIDERA KEPALA BERAT S06 160
4. FRAKTUR BASIS KRANII S02.1 161
5. FRAKTUR IMPRESI TULANG
TENGKORAK TERBUKA ATAU TERTUTUP S.02.0 162
6. HEMOTOM EPIDURAL S06.4 163
7. CIDERA SUMSUM TULANG BELAKANG S32 164
X. BEDAH TRAUMATOLOGI ICD
1. CIDERA OTAK RINGAN
(COMMOTIO CEREBRI) S06.0 168
2. CIDERA OTAK SEDANG
(FOCAL BRAIN INJURY) S06.3 169
3. CIDERA KEPALA BERAT
(LACERATION CEREBRI) S06.2 170
4. PERDARAHAN EPIDURAL S06.4 171
5. FRAKTUR IMPRESI ATAP TENGKORAK S02.00 / S02.01 172
6. TRAUMA JARINGAN LUNAK WAJAH S00, S01. S07 173
7. FRAKTUR MAKSILA S02.4 174
8. FRAKTUR NASAL S02.2 175
9. FRAKTUR ZIGOMA S02.4 176
10. FRAKTUR MANDIBULA S02.6 177
11. PATAH TULANG TERBUKA S02.1, S12.1, S22.1, S32.1, 178
S42.1, S52.1, S62.1, S72.1
S82.1, S92.1, TO2.1, T08.1, T10.1
12. DISLOKASI BAHU S43.0 179
13. FRAKTUR RADIUS ULNA S52.4 180
14. FRAKTUR MONTEGIA S52.0 181
15. FRAKTUR GALEAZI S52.3 182
16. FRAKTUR OLEKRANON S52.0 183
17. FRAKTURA SUPRAKONDILER SIKU S42.4 184
18. FRAKTUR HUMERUS S42.3 185
19. FRAKTUR KLAVIKULA S42.0 186
20. PATAH TULANG IGA S22.3, S22.4 187
21. FLAIL CHEST S.22.5 188
22. HEMATOTORAKS S27.1 189
23. PNEUMOTORAKS S27.0, K93 P25.1 A16.2 191
24. LUKA TUSUK DINDING TORAKS S21 192
25. FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA S12, S22.0, S320, T08 196
26. DISLOKASI PANGGUL S73.0 197
27. TRAUMA TAJAM ABDOMEN S27.8, S31. S35, S36, S37 198
28. TRAUMA TUMPUL ABDOMEN S27.8, S30, S35, S36, S37 199
29. LUKA BAKAR T20, T31 200
30. RUPTUR BULI-BULI S37.2 201
31. FRAKTUR PATELA S82.0
32. FRAKTUR CRURIS S82
33. RUPTUR TENDON ACHILES S86.0
DAFTAR KETERANGAN ISTILAH DA SINGKATAN

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia vii


PABI
PERSATUAN DOKTER SPESIAUS BEDAH UMUM INDONESIA
Indonesian General Surgeons Society
Address: Dept. of Surgery Airtangga University Medical School / Dr. Soatomo Hospital
Dr. Moestopo No. 6 - 8. Surabaya 60286. INDONESIA
Telp.: 62J1.5501327, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
Fax. : 62.31.5024972, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
e-mail: tahatete@milra.net.id

SAMBUTAN
KETUA UMUM PABI

Sejarah pertumbuhan dan petkembangan organisasi profesi yang menghimpun para


Dokter Ahli Bedah Indonesia di dalam satu wadah yang bernama Perhimpunan Ahli Bedah
Indonesia (" PABI ") diadakan untuk pertama kalinya pada tahun 1954 di Jakarta dimana
terpilih sebagai ketuanya adalah Prof.M. Soekarjo. Pada saat itu mereka merupakan para Ahli
Bedah Umum pertama di Indonesia. Kemudian berdiri Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI)
yang sebetulnya merupakan kelanjutannya " PABI " pada 1967 di Semarang dengan ketuanya
tetap. Setelah itu, IKABI berkembang dengan pesat dan mulai menetaskan anak~ anak
organisasi seperti PABOI (1982 ), IAUI ( 1983 ), Perapi ( 1990 ) dan seterusnya (sekarang
bukan anak organisasi IKABI tetapi OPPBS). Sebagai akibat perkembangan ilmu bedah
umum yang semula merupakan " main stem of surgery " kemudian menjadi tergeser,
demikian pula para Dokter Spesialis Bedah Umum di Indonesia. Untuk mengembalikan citra
dan jatJ diri Dokter Spesialis Bedah Umum. maka berdirilah organisasi profesi Persatuan
Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia ( PABI) yang secara resmi diterima sebagai salah
satu OPPBS di dalam organisasi IKABI melalui suatu konferensi kerja 7 April 2002 di
Jakarta.

Pelayanan kasus pembedahan di Indonesia oleh Dokter Spesialis Bedah Umum


sekitar 80%, oleh karena itu didaiam menjaga mutu pelayanan medis bidang pembedahan,
PABI berkewajiban manerbitkan buku acuan atau standar. pelayanan profesi Dokter Spesialis
Bedah Umum di Indonesia dalam rangka melindungi para anggotanya dan penderita. Buku
acuan ini merupakan kelanjutan dan penyempurnaan serta melengkapi buku Standar
Pelayanan Medis yang disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia tahun 1993 dan diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Ide penerbitan buku ini
mengacu pada buku General Surgery at the Distric Hospital yang diterbitkan oleh Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO, 1988) yang berlaku sebagai suatu acuan profesi, serta didukung
oleh ketentuan Deklarasi Internasional tentang human right dan social welfare dan Undang -
Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992.

Dalam menjalankan profesinya, seorang Dokter Spesialis Bedah Umum


berkewajiban untuk mematuhi standar profesinya. Buku acuan ini juga sebagai implementasi
Katalog Program Studi Ilmu Bedah (1997) dan sekaligus merupakan standar pelayanan
berdasarkan kompetensi yang dipunyai oleh seorang Dokter Spesialis Bedah Umum yang di
dapat selama pendidikan spesialisasinya. Kewenangan untuk melakukan tindakan
pembedahan merupakan hak istimewa yang diberikan kepada seorang Dokter Spesialis
Bedah, oleh karena itu hams dikerjakan secara bertanggung jawab berlandaskan etik dan
moral serta pertama - tama jangan merugikan penderita Per Primun Non Nocera.

Buku acuan ini menjadi sangat bermakna sebagai antisipasi dibertakukannya Undang
Undang Praktek Kedokteran dan berdirinya Konsil Kedokteran Indonesia yang akan mengatur
dan menentukan kebijakan kegiatan profesi kedokteran Indonesia mulai sejak pendidikan
Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia viii
dokter umum tampai pendidikan speSialisasi dan pelayanannya kepada masyarakat, termasuk
didalamnya registrasi dan sertifikasi serta pengadilan disiplin profesi.

Harapan kami agar buku ini dapat dipakai sebagai standar profesi diseluruh tempat
pelayanan kesehatan - pembedahan di Indonesia,
Surabaya, Juli 2002

Dr.Dr.med.Paul Tahalele SpB, SpBTKV


Ketua Umum PABI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia ix


KOLEGIUM ILMU BEDAH INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA
Sekretariat:
Bagian Bedah RS. Or. Cipro Mangunkusumo,
Jl. Diponegoro No. 17. Jakarta Pusat
Telp. & Fax. (021) 3905553
Rek. Bank: Ac. No. 0999010-03569 BBD Capem RSCM, Jakarta

SAMBUTAN KETUA KOLEGIUM ILMU BEDAH INDONESIA

Kolegium Ilmu Bedah Indonesia, menyambut positif terbitnya buku standar


pelayanan profesi. Hal ini merupakan bukti kepedulian organisasi profesi untuk mengatur
rumah tangganya sendiri antara lain memberikan acuan kewenangan pelayanan bedah pada
para anggotanya, yang berarti juga melindungj para pasien.
Kewenangan pelayanan yang berdasarkan kemampuan yang didapat dan hasil
menjalani pendidikan dengan kurikulum yang diakui merupakan satu hal yang mutlak. Tidak
ada pihak manapun yang dapat mempersoalkan hal ini.
Adalah tugas kita bersama untuk lebih memantapkan pelaksanaan pendidikan
program studi Ilmu Bedah Umum agar kemampuan yang didapat setelah selesainya
pendidikan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencapai maksud ini seyogyanya tidak ada
pendidikan Program Studi Spesialis Bedah lainnya yang tidak membantu pelaksanaan
pendidikan Program Studi Ilmu Bedah Umum merupakan tombak pelayanan bedah di negara
kiia dan mencakup 70% dari spesialis Bedah di Indonesia dengan cakupan pelayanan yang
luas.
Persoalan tumpang tindih pelayanan yang ada dibuku ini dengan pelayanan dari
spesialis bedah lainnya harus dilihat secara positif, karena lebih banyak lagi ahli bedah yang
dapat melakukan satu pelayanan tertentu yang pembelajarannya dan penilaian kemampuannya
seharusnya sama. Kolegium Ilmu Bedah Indonesia akan terus berusaha meningkatkan
kemampuan spesialis bedah dengan menyempurnakan kurikulum sesuai dengan
pengembangan Iptekdok. Antara lain telah dilaksanakan dengan diselenggarakannya DSTC
untuk para Resident dan dimulainya OSCA untuk penilaian kemampuan ketrampilan bedah
dasar. Untuk masa mendatang direncanakan suatu kursus Surgical Intensive Care dan teknik -
teknik dasar laparaskopi, yang kemudian dilanjutkan dengan kemampuan meiakukan Minimal
Invasive Surgery bagi lulusan pendidikan program studi bedah umum. Dengan uraian diatas
jelaslah bahwa sikap dan pemikiran untuk mengembangkan kemampuan satu jenis spesialis
bedah dengan mengurangi kemampuan ahli bedah umum adalah merupakan kesalahan yang
sangat mendasar.
Akhirnya marilah kita bersama - sama menyerap perkembangan Iptekdok, saling
memahami dalam memantapkan pelaksanaah program studi masing - masing untuk
menghasilkan lulusan yang leblh berkwalitas demi peningkatan pelayanan pada pasien -
pasien kita.

Jakarta, 1 Juni 2002

Soerarso Hardjowasito dr SpB, SpBTKV


Ketua

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia x


IKATAN DOKTER INDONESIA
PENGURUS PUSAT
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA
IKABI
Sekretariat: Bagian Bedah FKUVRSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. JL Diponegoro 71. Jakarta Pusat Telp.
(021) 390 5553 Fax. (021) 390 8270

SAMBUTAN
KETUA UMUM PERHIMPUNAN DOKTER
SPESIALIS BEDAH INDONESIA

Saya menyambut dengan gembira penerbitan Buku " Standar Profesi Bedah
(DARSIDAH) untuk Ahli Bedah Umum. Hal Ini akan membawa konsekuensi
dilaksanakannya profesi seorang ahli Bedah sesuai" conduct" yang berlaku, dan juga dapat
dilakukan oleh ahli bedah lainnya yang mempunyai keahlian atau spesifikasi lain tetapi dalam
bidang ilmu yang sama, yaitu ILMU BEDAH (SURGERY).
Adanya buku " DARSIDAH" semacam ini, yang diharapkan pada penyusunannya
melalui diskusi bersama antar keahlian spesifik, akan membawa manfaat dihindarinya
masalah " tumpang tindih " yang sering mensaukan kita semua dalam menjalankan profesi
kita sebagai " ahli bedah atau "Dokter spesialis bedah". Karena itu adanya buku "
DARSIDAH " ini diharapkan akan menyadarkan kita semua, bahwa dalam menjalankan
profesi kita, tidaklah harus saling berseteru, I agar pelayanan pada penderita yang bermotto : "
KEPENTTNGAN PENDERITA AKAN SAYA UTAMAKAN " dapat benar- benar
berorientasi pada kepentingan penderita, bukan pada kepentingan pribadi atau kepentingan
sesuatu " cabang ilmu " tertentu saja.
Tentunya akan diterbitkan pula buku " DARSIDAH " untuk bidang Ilmu Bedah yang
lain, yang diharapkan pula menempuh proses penulisan buku " DARSIDAH " untuk Ahli
Bedah Umum ini, agar masing - masing spesifikasi profesi Bedah dan keahlian Bedah dapat
benar - benar saling] menunjang, hingga fungsi IKABI tetap dapat menjadi pemersatu para
ahli Bedah dan lebih penring lagi: menjadi perekat sesama profesi bedah
Selamat bekeria sesuai dengan panduan standar profesi ini,

Ketua Umum IKABI

Prof. Dr. Med. Puruhito dr. SpB, SpBTKV, FICS

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xi


SAMBUTAN
KETUA UMUM PENGURUS BESAR
IKATAN DOKTER INDONESIA

Assalmnu'alaikum Wr. Wb.


Pertama-tama saya selaku ketua umum PB IDI mengucapkan selamat atas
keberhasilan para para sejawat yang melaksanakan pelayanan bedah umum, menyelesaikan
buku Standar Pelayanan Bedah Umum
Standar Pelayanan dari satu pelayanan profesi merupakan langkah awal menuju
jaminan mutu pelayanan (quality assurance) dan kualitas merupakan kunci keberhasilan
pelayanan. Dalam menghadapi era globalisasi, maka mutu merupakan salah satu syarat
penting untuk bisa memenangkan kompetisi global. Oleh karena itulah, kami pengurus besar
IDI sangat menghargai upaya dan hasil para sejawat spesialis bedah yang melaksanakan
pelayanan bedah umum.
Kami yakin dalam standar pelayanan yang disusun dalam buku ini terjadi tumpang
tindih dengan sejawat bedah lain misalnya dalam bidang traumatologi, onkologi, pediatri,
namun saya yakin kesejawatan yang dikembangkan dengan penuh kearifan dan saling
menghargai, masalah tumpang tindih (kalau ada) dapat diselesaikan dengan baik. Masalah
tumpang tindih ini juga dengan mudah kita atasi dengan perubahan paradigma yang
sebelumnya (mungkin) spesialisasi ini dianggap sebagai kapling, berubah menjadi :
spesialisasi harus dianggap sebagai kompetensi
Sekian dan selamat membaca dan bekerja
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ketua Umum PB IDI

Prof. Dr. M. Achmad Djojosugito, dr., MHA., FICS

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xii


PABI
PERSATUAN DOKTER SPESIALIS BEDAH UMUM INDONESIA
Indonesian General Surgeons Society
Address: Dept. of Surgery Airtangga University Medical School / Dr. Soatomo Hospital
Dr. Moestopo No. 6 - 8. Surabaya 60286. INDONESIA
Telp.: 62J1.5501327, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
Fax. : 62.31.5024972, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
e-mail: tahatete@milra.net.id

Pengurus Pusat PABI


No. 001/SK/07/2001
Tentang
Tim Penyusun beserta Penasehat
Buku Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis
Bedah Umum Indonesia (SPPDSBUI)
Pengurus Pusat PABI
Menimbang :
a. bahwa untuk meningkatkan dan menjaga mutu peiayanan kesehatan
khususnya bidang pembedahan, keberadaan Standar Peiayanan Profesi
Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia (SPPDSBUI) sangat diperlukan.
b. Bahwa Standar Peiayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
saat ini belum ada dan untuk mewujudkan hal tersebut dibentuk Tim
Penyusun Buku Standar Peiayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia beserta Penaseharnya
Mengingat :
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Nasional (Lembaran Negara tahun
1992 Nomer 100, Tambahan Lembaran Negara Nomer 3495)
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 590/Men.Kes/SKAW1993 tentang
periunya peiayanan medis pada setiap sarana peiayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan standar peiayanan yang berlaku
Memperhatikan :
1. Proklamasi berdirinya PABI tanggal 12 Juli 2000 di Surabaya
2. Hasil Rapat Nasional PABI tanggal 4 Juli 2001 di Yogyakarta yang dihadiri
oleh sekMar 600 orang Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
3. Pengesahan berdirinya PABI secara hukum di hadapan Notaris tanggal 4 Jull
2001 dl Yogyakarta.
Memutuskan
Menetapkan
Pertama : Keputusan Pengurus Pusat PABI tentang Tim Penyusun Buku Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia beserta
Penasehatnya. (Lihat lampiran).
Kedua : Kepada Tim Penyusun Buku SPPDSBUI diberi tugas menyusun standar
pelayanan profesi yang berlaku bagi para anggotanya.
Ketiga : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diperbaiki sesuai keperluan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 10 Juli 2001

Dr. Dr. Med Paul Tahalele SpB. SpBTKV


Ketua Umum Sementara

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xiii


PABI
PERSATUAN DOKTER SPESIAUS BEDAH UMUM INDONESIA
Indonesian General Surgeons Society
Address: Dept. of Surgery Airtangga University Medical School / Dr. Soatomo Hospital
Dr. Moestopo No. 6 - 8. Surabaya 60286. INDONESIA
Telp.: 62J1.5501327, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
Fax. : 62.31.5024972, 62.31.5028753, 62.31. 5049256
e-mail: tahatete@milra.net.id

Pengurus Pusat PABI


Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis
Bedah Umum Indonesia (SPPDSBUI)
Pengurus Pusat PABI
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat penerima
jasa pelayanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan khususnya bidanq
pambedahan bermutu, dipandang periu untuk menerbitkan Standar Pelayanan
Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia (SPPDSBUI)
b. bahwa organisasi profesi PABI turut bertanggung jawab terhadap mutti
pelayanan kesehatan khususnya bidang pembedahan para anggotanya.
c. bahwa dalam rangka melaksanakan tanggung jawab tersebut diatas Pengurus
Pusal PABI menyusun dan menerbitkan buku Standar Pelayanan Profesi
Dokter Spesialii Bedah Umum Indonesia bagi para anggotanya.
Mengingat:
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Nasional (Lembaran Negara tahun
1992 Nomer 100, Tambahan Lembaran Negara Nomer 3495)
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PABI 2002.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 595/Men.Kes/SKMI/1993 tentang
periunya pelayanan medis pada setiap sarana pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan standar pelayanan yang beriaku.
Memperhatikan:
1. Hasil Konker IKABI tanggal 6-7 April 2002 di Jakarta tentang diterimanya
PABI kedalam IKABI.
2. Hasil Rapat Panitia Ad Hoc IKABI bersama OPPBS tanggal 8 Juni 2002
tonlnnn rancangan perubahan AD/ART IKABI
Memutuskan
Menetapkan:
Pertama : Keputusan Pengurus Pusat PABI tentang Pemberlakuan Pelaksanaan Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia (SPPDSBUI) yang
ditetapkan berkekuatan secara Normatif bagi para anggotanya.
Kedua : Kepada para anggota PABI yang dalam menjalankan pekerjaan
pembedahannya ntuk mengacu pada setiap prosedur yang terdapat didalam
buku SPPDSBUI tersebut.
Ketiga : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diperbaiki sesuai keperluan.

Ditetapkan di : Denpasar
Pada tanggal : 10 Juli 2002

Dr. Dr. Med Paul Tahalele SpB. SpBTKV


Ketua Umum Sementara

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xiv


PENDAHULUAN

Dokter Spesialis Bedah didalam menjalankan dan mengamalkan profesinya


mempunyai wewenang sesuai dengan kompetensi yang didapat selama pendidikan.
Kompetensi tersebut meliputi: penguwtnni, pengetahuan dan teknologi dibidang Ilmu Bedah.
kemampuan ketrampilan dan sikap-perilaku.
Pengetahuan dan teknologi yang hams dikuasai seorang Dokter Spesialis Bedah
Umum telnh dicantumkan didalam Katalog Pendidikan Program Studi Ilmu Bedah tahun
1997 maupun didalnm kurikulum dan panduan pendidikan di masing-masing Pusat
Pendidikan. Demikian pula kemampun ketrampilan yang harus dikuasai dengan melalui
pelatihan-pelatihan kerja, telah ditentukan didalam pendidikannya. Semua ini merupakan
kompetensi Dokter Spesialis Bedah Umum, yang melipull pembedahan elektif, pembedahan
darurat baik trauma maupun non trauma. Dengan demikian penanganan kasus-kasus bedah
dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Bedah Umum secara holistic, konprehensip dan
fnultidisiplin. Untuk melengkapi pelayanan diperlukan kompetensi dibidany Traumatologi
dan "Critical Care".
Selaras dengan kemajuan dan pengembangan Pengetahuan dan Teknologi di bidang
Ilmu Bedah yang demikian pesatnya, Dokter Spesialis Umum dituntut secara terus menerus
dan dinaml* menguasai Pengetahuan dan Teknologi tersebut.
Agar Dokter Spesialis Bedah Umum dapat bekerja secara optimal diperlukan acuan
berupA satu standar pelayanan profesi Dokter Spesialis Bedah Umum mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Melindungi penderita pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mendapatkan
pelayanan sesuai standar.
2. Melindungi Profesi dari tuntutan-tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Sebagai pedoman didalam pengawasan dan pembinaan praktek Dokter Spesialis Bedah
Umum untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4. Sebagai acuan dan pelengkap Rumah Sakit Pemerintah maupun swasta didalam
menjalankan pelayanan kesehatan secara tepat
5. Sebagai pedoman sesama profesi dibidang spesialisasi bedah untuk saling menghorrr.ati
dan menghargai kewenangan bidang keahlian masing-masing.
Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum diartikan sebagai pedoman
yang harus dipergunakan sebagai petunjuk didalam menjalankan profesi secara baik dan
benar. Didalam aplikasi pelaksanaannya akan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi
setempat, khususnyi menyesuaikan dengan fasilitas dan sumber daya manusia. Karena itu
Standar Pelayanan Profesi ini dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut sehingga
menghasilkan standar yang lentur dan cukup sederhana untuk memenuhi keinginan melayani
masyarakat sebaik-baiknya.
Acuan ini merupakan prosedur untuk menangani kasus-kasus yang akan ditangani
oleh Doktef Spesialis Bedah Umum. Telah dicantumkan batas-batas wewenang dari Dokter
Spesialis Bedah Umum pada kasus-kasus tertentu yang harus dirujukatau yang dapat
ditangani sendiri. Diharapkan rumah sakit pemerintah maupun swasta di seluruh Indonesia
dapat menetapkan pelayanan kasus - kasus tersebut sesuai dengan buku Pedoman Standar
Profesi.
Dokter spesialis bedah umum didalam profesinya, mampu bersikap dan berperilaku
secara bertanggung jawab serta mentaati semua ketentuan sesuai dengan standar pelayanan
profesi di dalam menjaga mutu pelayanan. Sikap tersebut diatas perlu dilandasi dengan etika
dan moral yang baik terhadap penderita, sejawat, dan mitra kerja yang lain sesuai dengan lafal
sumpah dokter. Standar ini akan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi sehingga
secara berkala akan selalu dievaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran.

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xv


TIM PENYUSUN

Anggota tim terdiri dari beberapa Kepala Bagian Bedah, Ketua-ketua maupun
sekretaris Program Studi Ilmu Bedah, Konsultan-konsultan maupun Dokter Spesialis Bedah
senior lain yang sangat antusias didalam PABI untuk menyusun standar profesi ini.
SusunanTim Penyusun dan Penasehat:
Keputusan PP PABI No. 001/SK/07/2001

Ketua : Martopo Mamadi, dr. SpB


Sekretaris : Urip Murtedjo, dr. SpB (K) KL, PGD Pall Med (ECU)
Anggota : Dr. med.Dr. Paul Tahalele, SpB, SpB TKV Suryanto, dr. SpB
Tjakra Wibawa Manuaba. dr. SpB(K) Onk, MPH Budi Yuwono, dr. SpB.
Sunarto Reksoprawiro, dr. SpB(K)KL Basrul Hanafi. dr. SpB (K) DIG
Faried W Husain, dr. SpB(K)DIG Yan Ngantung, dr. SpB, SpBP
Sutamto Wibowo, dr. SpB (K) DIG Agung Prasmono, dr SpB, SpBTKV
Rochmad Idjrai, dr. SpB (K) DIG I Wayan Sudarsa, dr. SpB (K) Onk HN.
Sahal Fatah, dr. SpB,SpBTKV Nazar, dr. SpB
Didik Soediarto, dr. SpB (K) Onk Adjinul Bahri, dr. SpB
Soetrisno Alibasah. dr. SpB (K) DIG Jimmy Panelewen, dr. SpB
Poerwadi, dr. SpB (K) BA Purnohadi Utomo, dr. SpB
Gatot Waluyo, dr. SpB (K) BA. Yoga Wijayahadi, dr. SpB.
Soejarsono, dr. SpB Kustiyo Gunawan, dr. SpB (K)BA.
Timbang Simanjutitak, dr. SpB Hertanto, dr. SpB
Purwoko, dr. SpB Heru Koesbianto, dr. SpB, SpBTKV.
I Nengah Kuning Atmajaya.dr. SpB Tirta Hamijaya Rahardja, SpB.
Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr. SpBS M.Noor Amrullah, dr. SpB.
INW. Steven Christian, dr. SpB (K) Onk Purboyo, dr. SpB.
J. Iswanto, dr. SpB (K) Dig Peter Manoppo, dr. SpB
Penasehat : Dr Arjono Djuned Fbesponegoro,dr.SpB (K) DIG
Prof. John Pieter, dr SpB (K) DIG
Prof. Dr. IDG. Sukardja, dr. SpB (K) Onk
Prof. Adrie Manoppo, dr.SpB (K) Onk
Prof. Dr. Umar Kasan, dr. SpBS
Prof. Syamsuhidayat, dr. SpB (K) DIG
Prof. Widjoseno Gardjito, dr. SpU.
Warko Karmadihardja, dr. SpB (K) DIG.
Prof. Dr. med. Puruhito, dr. SpBTKV.
Prof. Kamadi Thalut, dr. SpB (K) DIG.
Prof. Dr. .IGN. Riwato, dr. SpB (K) DIG.
Prof. Faried Nur Mantu, dr. SpB. (K) BA
Prof. Basoeki Wiryowidjoyo, dr. SpBS

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xvi


POLA PEMBAHASAN

Demi keseragaman dan kemudahan didalam mempelajari isi Standar Pelayanan


Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum, baik oleh kalangan sendiri maupun dokter spesialis
yang lain, maka tim penyusun menganggap perlu untuk memperbaiki dan menyempumakan
pola pembahasan yang dilakukan oleh Tim Studi PB-IDI.
1. Nomor ICD ( International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems, Tenth Revision)
2. Diagnosis
Diagnosis atau nama penyakit atau sindroma ditulis sesuai ICD yang berlaku. Yang
dimaksud disini adalah diagnosis utama.
3. Kriteria diagnosis
Kriteria - kriteria yang dipakai untuk menegakkan diagnosis berupa pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang.
4. Diagnosis banding
Dicantumkan maksimum 3 (tiga) nama penyakit.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan-pemeriksaan (laboratorium, radiologi, pemeriksaan khusus) yang diperlukan
untuk menunjang diagnosis maupun untuk menyingkirkan diagnosis banding
6. Konsultasi
Ditujukan kepada konsultan bedah dan spesialis lain yang terkait untuk penanganan
bersama dalam menegakkan diagnosis dan terapi terhadap panyakit-penyakit penyerta
maupun komplikasi yang terjadi.
7. Perawatan rumah sakit
Dijelaskan periu dirawat inap atau rawat jalan, bersifat segera atau biasa. Perlu pula
dijelaskan dalam kondisi yang bagaimana hal tersebut perlu dilaksanakan.
8. Terapi
Dikatagorikan kedalam tujuan, cara, macam, waktu terapi dan terapi komplikasi
a. Tujuan terapi: kuratif atau paliatif
b. Cara terapi: bedah atau non bedah
c. Macam - macam terapi: terapi utama, ajuvan, tambahan, komplikasi
d. Waktu terapi: darurat atau elektif
e. TeTapi komplikasi dari terapi.
9. Tempat pelayanan
Kelas rumah sakit dan fasilitas yang minimal yang bisa dipakai untuk tempat pelayanan
pembedahan.
10. Penyulit
Dicantumkan komplikasi yang mungkin timbul, baik karena penyakitnya sendiri, maupun
akibat tindakan atau terapi.
11. Informed consent
Dinyatakan periu atau tidak.
12. Tenaga standar
Dicantumkan tenaga yang berkompeten menangani kasus tersebut dan juga member!'
kewenangan terapi yang dapat dilakukan (dokter umum, dokter spesialis bedah umum,
dokte spesialis bedah Iain maupun konsuhan dokter spesialis lain)
13. Lama perawatan
a. Khusus untuk penyakit tanpa komplikasi
b. Untuk tindakan pembedahan, adalah lama perawatan pasca operasi rawat inap di
Rumah Sakit.
14. Masa pemulihan
Masa istirahat di luar rumah sakit sebelum dapat melakukan aktivitas kembali.

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xvii


15. Hasil
Disebutkan keadaan penderita selesai tindakan pembedahan dan perawatan di rumah sakit
Dapat disebutkan kemungkinan yang paling baik sampai kemungkinan yang pasti jelek
(sembuh, menyembuh, sembuh dengan follow up, sembuh dengan komplikasi cacat fisik
- mental atau kecacatan sampai kemungkinan kematian)
16. Patologi
Khusus pada penderita yang dilakukan tindakan sesuai dengan indikasi.
17. Otopsi
Diperlukan pada kasus kematian tidak wajar atau tidak jelas
18. Prognosis
Disebutkan pada umumnya baik. dubouis ad bonam, dubouis ad malam, jelek.
19. Tindak Lanjut ( Follow up)
Keadaan klinis penderita setelah penderita keluar rumah sakit sampai melakukan aktifitas
sehari - hari.
Sebagai pelengkap yang bersifat keharusan, dokter yang merawat harus membuat Catatan
Medik (Medical Records).

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xviii


WEWENANG
DOKTER SPESIALIS
BEDAH UMUM INDONESIA

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xix


ICOPIM 1. Jenis Tindakan Bidang Bedah Digestif DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-541 1. Laparotomi X X X
5-541 2. Torako-laparotomi (darurat) X X X
5-467 3. Penutupan ptrforail sederhana X X X
5-461 4. Pembuatan stoma (gastrostomi, Ileostomi, X X X
Kolostomi, Sigmoldostomi)
1-644 5. Rektoskopi / Anuskapi X X X
1-694 6. Laparoskopik diagnostlk.(darurat) X X X
5-454 7. Reaksi dan anastomosis usus X X X
5-505 8. Prnanggulangan trauma hepar (darurat) X X X
5-413 9. Splenektomi X X X
5-520 10. Drenase pankreatitis (darurat) X X X
5-524 11. Pankreasektomi (partial & darurat) X X X
5-460 12. Eksteriorisasi X X X
5-470 13. Appendektomi terbuka X X X
5-470 14. Appendektomilaparoikoplk X X
5-511 15. Koleslitektomi terbuka X X X
5-511 16. Kolcilitcktoml laparoskopik X X
5-442 17. Gastroenterostomi X X X
5-438 18. Gastrektomi (partial) X X X
5-454 19. Hemlkolektoml X X X
5-530 20. Herniotomi X X X
5-493 21. Hemoroidektomi X X X
5-491 22. Fistulektomi, fistulotomi (Fisura ani) X X X
5-484 23. Operasi Miles X X
5-454 24. Operasi Hartmann X X X
5-485 25, Reseksl Anterior sigmoid X X X
5-514 26. Pasang "T" tube X X
5-458 27. Rouxen Y anatomosis X X X
5-458 28. Bypass enterotomi X * X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xx


ICOPIM 2. Jenis Tindakan Bidang Bedah Anak DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-541 1. Laparotomi X X X X X X X X
5-541 2. Toraks laparotomi X X X X X
5-467 3. Penutupan perforasi sederhana X X X
5-460 4. Penbuatan stoma (gastrostomi, Ileostomi, X X X
koteitomi, ligmoidoshiml)
5-537 5. Operasi hernia diafragma traumatik X X X X
5-542 6. Selioplasti X X X
5-530 7. Herniotomi X X X
5-630 8. Ligasi tinggi hidrokel X X X X
5-468 9. Operasi invaginasi laparotomi X X X
5-540 10. Operasi tumor retroperitoneal X X X X
5-496 1l. Operasi PSA RP terbatas X X
5-542 12. Operasi omfalokel X X X
5-624 13. Operasi kriptorkhlimus X X X X
5-643 14. Operasi hypospadia X X X
5-537 15. Repair Hernia diafragmatika kongenital / kel. X X X X
diafragma kongenltal
5-554 16. Operasi Willema tumor X X X
5-496 17. Anoplasti sederhana (cut back? X X
5-640 18. Circumsisi X X X X X X X X X X X
5-433 19. Operasi piloromiotomi X X X
5-413 20. Spleenektomi X X X
5-625 21, Detorsitorsi testis & orkidopeksi X X X
5-483 22. Anastomosis tarik trobos X X X
5-542 23. Operasi kelainan umbilicus X X X
5-401 24. Eksisi higroma X X X X
5-401 25. Eksisi limpangloma X X X X
5-470 26. Appendektomi X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxi


ICOPIM 3. Jenis Tindakan Bidang Bedah Onkologi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
1-599 1. Biopsy Insisional/biopsy cubit X X X X
5-860 2. Ekstirpasi tumor Jinak mamma X X
5-884 3. Ekstirpasi tumor jinak kulit /Jaringan lunak X X X X
lainnya
5-261 4. Ekstirpasi tumor jinak parotis X X X
5-655 5. Salphingo oophorektomi bilateral pada kanker X X
payudara
5-861 6. Mastektomi simpleks X X
5-869 7. Mastektomi subkutaneus X X
5-863 8. Mastektomi radikal . X X
5-862 9. Modifikasl mastektomi radikal X X
5-061 10.Strumektomi X X X
5-063 11.Tiroidektomi pada Ca X X X
5-403 12.Radikal neck dissection (RND) (classical) X X X
5-262 13.Parotidektomi X X X
5-885 14.Operasi tumor jaringan lunak X X X X X
5-899 15.Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana X X X X
5-894 16.Flap kulit / otot X „ \- X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxii


ICOPIM 4. Jenis Tindakan Bidang Bedah Onkologi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
1-599 1. Biopsy Insisional/biopsy cubit X X X X
5-860 2. Ekstirpasi tumor Jinak mamma X X
5-884 3. Ekstirpasi tumor jinak kulit /Jaringan lunak X X X X
lainnya
5-261 4. Ekstirpasi tumor jinak parotis X X X
5-655 5. Salphingo oophorektomi bilateral pada kanker X X
payudara
5-861 6. Mastektomi simpleks X X
5-869 7. Mastektomi subkutaneus X X
5-863 8. Mastektomi radikal . X X
5-862 9. Modifikasl mastektomi radikal X X
5-061 10.Strumektomi X X X
5-063 11.Tiroidektomi pada Ca X X X
5-403 12.Radikal neck dissection (RND) (classical) X X X
5-262 13.Parotidektomi X X X
5-885 14.Operasi tumor jaringan lunak X X X X X
5-899 15.Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana X X X X
5-894 16.Flap kulit / otot X X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxiii


ICOPIM 5. Jenis Tindakan Bidang Bedah Toraks DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
Kardiovaskuler DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-340 1. Torakotomi (darurat) X X
5-790 2. Fiksasi Internal Iga X X
8-740 3. Pemasangan WSD / drainase toraks X X
8-740 4, Perawatan trauma toraks konservatif X X
5-380 5. Rekonstruksi vaskular perifer (trauma) X X X
5-371 6. Perikardiosenteis terbuka (darurat) X X
5-340 7. Reseksi Iga X X
5-051 8 Simpatektomi tomkal X X
5-051 9. Simpatektomi lumbal / simpatektomi periarterial X X X
5-384 10. Stripting varises, eksisi varises, ligasi - komunikan X X X
5-392 11. Operasi A – V shunt (Brecia – Cimino) X X X
5-340 12. Opesi jendela toraka X X.
8-193 13. Perawatan verbal non bedah X X X
5-382 14, Operasi aneurisma perifer X X X
5-847 " 15. Debridement, amputasif gangren diabetik atau X X X
penyakit y.l
5-884 16. Eksisi Hemangloma X X X
5-380 17, Embolaktomi perifer darurat X . X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxiv


ICOPIM 6. Jenis Tindakan Bidang Bedah Urologi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-572 1. Punksi buli-buli/sistostomi X X X
8-134 2. Kateterisasi / businasi X X X
5-554 3. Nefrektomi X X X
5-557 4. Repair urehtra, ureter, ginjal (trauma) X X X
5-622 5. Orkhidektomi X X X
5-565 6. Ureterostomi eksterna (darurat) X X X
5-578 7. Repair ruptur buli - buli X X X
5-636 8. Vasektomi X X
1-652 9. Sistoskoplk, endoskopikdiagnostik X X
5-571 10. Section alta X X X
5-611 11. Hidrokelektomi X X X ,
5-590 12. Insist Infiltrat urin X X X
5-590 13. Insist perirenal abses X X X
5-550 14. Drenase pionefrosis X X X
5-550 IS. Nefrostomi X X X
5-603 16. Prostatektomi terbuka X X
5-630 17. Ligasi tinggi Varikokel X X
5-550 18. Nefrolitokmi X X
5-551 19. Pielolitotomi X X
5-643 20. Operasi Hipospodia X X X
15-624 21. Repair Kriplorkhismus & orkhidopeksi X X X
5-562 22. Ureterolitotomi 1/3 tengah & proximal X X
5-580 23. Urethralitotomi X X X
5-580 24. Urethrostomi eksterna X X
5-566 25. Uretero-ileo shunt X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxv


ICOPIM 7. Jenis Tindakan Bidang Bedah Plastik dan DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
Rekonstruksi DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-883 1. Debridement luka bakar X X X
5-217 2. Repair fraktur tulang hidung X X X
5-763 3. Repair fraktur tulang mandibula X X X
5-763 4.Repair fraktur tulang Matella X X X
5-893 S. Tandur alih kulit X X X X X X X X X X X
5-831 6. Release kontraktur X X X
5-884 7. Eksisi keloid X X X
5-894 . 8. Labioplasti X X X X
5-275 9.Palatoplasti X. X X X
5-643 10.Operasi Hipopsoel X X X X
5-894 11.Flap Kulit / otot X X X X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vask

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxvi


ICOPIM 8. Jenis Tindakan Bidang Bedah Orthopedi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
8-208 1. Tindakan reposisi tertutup dan immobilisasi X X
5-795 2. Debridement fraktur terbuka gr I-II-III X X
8-330 3. Fiksasi eksternal X X
5-847 4. Amputasi ekstrimitas X X
5-840 5. Disatikulasi sendi kecil dan sedang X X
8-40 6. Pemasangan traksi (skeletal, skin, Gibson) X X
5-824 7. Tendon repair X X
5-844 8. Disartikulasi sendi besar : panggul, bahu, lutut X X
5-792 9. Reduksi Terbuka dan fiksasl Interna (ORIF): X X
8-362 Nailing : Femur, Tibia X X
5-792 Plate & Screw : remit-, Tibia, radius, ulna, Humerus X X
Clavicula
5-792 K. Wire : Tangan dan Kakl (Cerpalla, Tharsalia X X
Phalanx)
5-792 10. Tension band wiring (tbw|: Olecranon, Patella, X X
Ankle
1-503 11. Blopsi Tulang X X
8-310 12. Perawatan CTEV konservatlf X X
5-783 13. Sekwesterektomi / guttering X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxvii


ICOPIM 9. Jenis Tindakan Bidang Bedah Orthopedi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-011 1. Boor hole X X
5-011 2. Trepanasi trauma (fraktur cranium, EDH) X X
5-020 3. Reposisi fraktur Imprest X X
5-042 4. Repair saraf perifer X X X '
5-021 S. Eksisi meningokel & mielokel (sederhana) X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxviii


ICOPIM 10. Jenis Tindakan Bidang Bedah Traumatologi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-511 1. Laparotomi x . X X
5-541 1. Laparotomi X X X X X X X X
5-541 2. Torako-laparotomi X X X
5-467 3. Penutupan perforasi sederhana X X X
5-461 4. Penbuatan stoma (gastrostomi, Ileostomi, X X X
koteitomi, ligmoidoshiml)
1-644 5. Rektoskopi / anuskopi X X X
1-694 6. Laparoskopik dlagnostik X X X
5-454 7. Reseksi dan anastomosis usus X X X
5-505 8. Penanggulangan trauma hepar (darurat) X X X
5-413 9. Splenektomi X X X
5-520 10. Drenase pankreaotis (darurat) X X X
5-524 1 l. Pankreasektomi (partial & darurat) X X X
5-460 12. Eksterlorisasi . X X X
8-208 13. Tindakan reposisi tertutup dan immobilisasi X X
5-795 14. Debridement fraktur terbuka gr I-II-III X X
8-330 15. Fiksasi eksternal X X
5-847 16. Amputasi ekstremitas X X X X
5-840 17. Disartikulasi sendi kecil dan sedang X X X X
S-792 18. Reduksi terbuka dan fiksasi Interna
8-362 Nailing : lemur, tibia X X
5-792 Plate & Screw : lemur, tibia, radius, ulna, X X
humerus, davteula
5-792 K. Wire : tangan dan kaki (carpalia, tarsalla, X X
phalanx)
5-792 19. Tenston band wiring (tbw); olecranon, patella, X X
ankle
5-844 20. Disartlkulail sendl besar: panggul, bahu, lutut X X
5-824 21. Tendon repair X X
8-40 22. Pemasangan Iraltsi { skeletal, skin, glisson ) X X
5-883 23.Tindakan pada trauma jarlngan lunak wajah X X X X
5-311 24.Trakheostoml X X X X X X X X X X X
5-763 25.Repalr fraktui mandibuta X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxix


ICOPIM 11. Jenis Tindakan Bidang Bedah Traumatologi DokterSpeslalls Bedah Yang Berwewenang
DSpB DSpBO DSpU DSpBS DSpBP DSpB (K) DSpB (K) DSpB DSpB BSpBTKV DSpB (K)
Dig. BA (K) Onk (K) BL Vask
Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Bedah Anak Bedah Bedah Bedah toraks Bedah
Umum Orthope Urdogi Saraf Plastik Digestif (khusus) Tumor kepala kardio vaskuler
di leher vaskuler
5-763 26. Repair fraktur makslia x X X X
27,Repair fraktur zigoma X X X X
5-216 28, Repair fraktur nasal X X X
5-340 29.Torakotomi X X
5-790 30. Fiksasi internal iga X X
8-740 31 Pemasangan WSD / drainase toraks X X
8-740 32.Perawatan trauma toraks konservatif X X
5-380 33.Rekontruksi vaskular perifer X X X
5-371 34 perikardiosentesis terbuka X X
5-883 35. Debridement luka Dakar X X X
5-537 39.0perasi Hernia diafragmatika traumatik X X X X
5-011 40. Boor hole X X
5-011 41.Trepanasi trauma (Fraktur cranium, EDH) X X
5-020 42. Fraktur reposisi impresi X X
5-042 43.Repair saraf perifer X X X
5-021 44,Eksisi meningokel & mlelokel (sederhana) X X
8-134 45.Kateterisasi / businasi X X X
5-554 46.Nefrektomi X X X
5-557 47.Repair uretra, ureter, ginjal X X
5-622 48.Orkhidektomi X X X
5-565 49. Ureterostomi eksterna X X X
5-578 50. Repair ruptur buli-buli X X X
5-572 51. Sistostomi X X X

Catatan : sebagai dokter konsultan dari dokter spesialis bedah umum adalah DspBO, DspU, DSpBS, DSpBP, DSp(K) Dig, DSpB(K)BA, DSpB(K)KL, DSpBTKV, DSp(K)Vas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia xxx


I.
BEDAH DIGESTIF

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 31


1 ICD : S 27.8 ,S31, S. 35.S 36. S 37
Cedera pada toraks bagian bawah, abdomen, pinggang
collumna, vertebralis - lumbalis dan pelvis.
2 Diagnosis : TRAUMA TAJAM ABDOMEN
Ruptur Diaphragma S 27.8.1
Luka Terbuka Bokong S 31.0
Luka Terbuka Abdomen, Pinggang dan Inguinal S 31.1
Luka Terbuka Penis S31.2
Luka Terbuka Skrotum dan Testis S31.3
Luka Terbuka Vagina dan Vulva S 31.4
Luka Terbuka Multipel di Abdumen, Pinggang dan Pelpis
S31.7.
Ruptur Aorta Abdominalis S35.0
Ruptur V. Kava inferior S 35.1
Ruptur a. Soeliaka atau Mesenterika dan cabang – cabangnya
S35.2
Ruptur V Porta atau V. Lienalis Dan Cabang – cabangnya
S35.3
Ruptur VasaRenalis S35.4
Ruptur Vasa Iliaka Dan Cabang - cabangnya S 35.5
Ruptur Pembuluh Darah di Abdomen, Pinggang, dan rong
Pelvis S.35.7
Ruptur Pembuluh Darah Lainnya di Abdomen, Pinggang dan
Rongga Pelvis lainnyaS.35.8
Ruptur Limpa S 36.0.1
Ruptur Hepar & kandung empedu S 36.1.1
Ruptur Rankreas S 36.2.1
Ruptur lambung S 36.3.1
Ruptur Duodenum
Ruptur Jejunum S 36.4.1
Ruptur Ileum
Ruptur Colon S 36.5.1
Ruptur Rektum S 36.6.1
Ruptur organ intra abdomen Multiple S 36.7.1
Hematoma retroperitoneum S 36.8. 1
Ruptur Ginjal S. 37.0.1
Ruptur Ureter S. 37.1.1
Ruptur Kandung Kemih S. 37.2.1 .
Ruptur Uretra S. 37.3.1
Ruptur Ovarium S. 37.4.1
Ruptur Tuba Falopi S. 37.5.1
Ruptur Uterus S. 37.6.1
Ruptur Organ Intra Pelvis Multipel S. 37.7.1
Ruptur Kelenjar Adrenal S. 37.8.1
Ruptur Kelenjar Prostat S. 37.8.1
Ruptur Vesikula Seminalis S. 37.8.1
Ruptur Vas Deferens S. 37.8.1
3 Kriteria diagnosis : Mekanisme Trauma
Trauma yarig disebabkan senjata tajam :
Pisau, Sangkur, Celurit, Parang, Besi. Obeng, Gunting

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 1


Trauma yang disebabkan oleh senjata api. baik yang
dengan kecepatan rendah ( Low energy velocity ) pun
dengan kecepatan tinggi ( High energy velocity )
Tanda klinis.
Sistim pernapasan dan hemodinamika
Stabil
Tidak stabil
Inspeksi:
Adanya luka atau luka - luka terbuka di regio toraks bagian
bawah, regio abdomen, pinggang dan atau pelvis.
Ada atau tidak ada eviserasi organ - organ intra abdomen dan
atau epiplosil.
Ada atau tidak ada distensi abdomen.
Pada luka tembak, khususnya luka tembak senjata api harus
ditentukan adanya luka tembak masuk dan apakah ada luka
tembak keluar.
Auskultasi:
Auskultasi regio toraks ( kiri )
Suara napas menurun, bisa terdengar bising usus
Auskultasi regio abdomen:
Bising usus bisa normal, menurur. atau hilang.
Palpasi:
Nyeri tekan di kuadran tertentu atau seiuruh regio
Abdomen, Defans muskuler, Nyeri takan lepas.
Perkusi
Perkusi regio toraks bagian bawah bisa normal atau redup
atau timpani
Pekak hati bisa positif atau negatif
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi atau tes shifting dullness bisa positip, bisa
negatip
Colok dubur:
Bisa normal
Bisa ditemukan kelainan - kelainan :
Prostat yang melayahg, laserasi pada dinding anorektum,
teraba fragmentasi tulang - tulang panggul, nyeri pada
perabaan di dinding anorektum, pada sarung tangan bisa
ditemukan tetesan atau noda darah, berarti positif ada cedera
pada saluran cerna
4 Diagnosa banding : -
5 Pemerinsaan : Disesuaikan dengan fasilitas UGD / Rumah Sakit setempat
penunjang Pilihan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
Foto toraks posisi AP,
Foto toraks dengan pemasangan pipa lambung,polos
abdomen,
Foto pelvis
USG
Lavase peritoneum diagnostik ( PL),
IVP
Uretro-sistografi,

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 2


Foto kontras saluran cerna bagian atas,
CT scan abdomen,
Angiografi,
Indikasi USG sama dengan indikasi
DPL:
Flasien trauma dengan : Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan / gangguan fungsi sensoris
Cedera pada organ - organ yang bertetangga
Pemeriksaan fisik abdomen yang meragukan.
Kemungkinan dokter putus kontak dengan pasien untuk
waktu yang cukup panjang.
Hasil DPL yang meragukan ( khusus untuk USG abdomen )
yaitu: Lekosit < 500/mm3, eritrosit < 100.000 / mm3
6 Konsultasi : -
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk tujuan observasi
sakit
8 Terapi : Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau
kondisi pernapasan dan hemodinamika penderita tidak stabil.
Terapi konservatif:
Terapi konservatif dilakukan bila tidak ada indikasi
laparotoml segera, atau hasil pemeriksan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen yang
nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi,, dapat dilakukan
sampai 2 x 24 jam.
Terapi operatif:
Laparotomi eksplorasi dengan insisi median
Indikasi laparotomi eksplorasi:
Tanda-tanda perdarahan intra peritoneal, yaitu adanya syok
hipovolemi dengan distensi abdomen yang progresif.
Tanda-tanda peritonitis generalisata
Pneumoperitoneum pada foto toraks
Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika
(Ruptur Diafragma)
Cairan lavase keluar melalui pipa drenase rongga pleura
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau cairan usus
Hasil DPL positip berdasarkan analisa laboratoris, yaitu:
jumlah eritrosit > 100.000/mm3 cairan lavase jumlah lekosit
> 500/mm cairan lavase amilase > 20IU/L cairan lavase
Eviserasi atau epiplosil Luka tembak senjata api
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit Was C atau Rumah sakit yang ada
fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan massif
Syok hipovolemik, yang bisa berakibat syok irreversibel
Koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC)
Koagulopathi, Hipotermia, Asidosis. SIRS - sepsis, ARDS,
Pneumonia
Pankreatitis pasca trauma, perdarahan saluran cerna,
Gangguang fungsi hati.
ARF (gagal ginjal akut)
Gagal multi organ

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 3


11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter spesialis Bedah Umum
DokterSpesialis Bedah (K) Bedah Digestif
13 Lama Perawatan : Bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa berlangsung antara 10 hari - 3 bulan
14 Masa Pemulihan : Juga bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa membutuhkan waktu antara 2 minggu - 3 bulan
15 Hasil : Cedera ringan: bisa sembuh tanpa gejala sisa
Cedera berat:
Kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan atau
tanpa kecacatan
Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau tanpa
kecacatan, atau bisa meninggal dunia.
Cedera mengancam nyawa:
Bila timbul penyulit
Bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa
meninggal
dunia
Angka kematian bisa sampai > 70%
16 Patologi : -
17 Prognosis : Tergantung beratnya cedera
18 Otopsi : Semua pasien trauma abdomen meninggal dunia perlu otopsi
klinik.

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 4


ICD : S 27.8 ,S31, S. 35.S 36. S 37
Cedera pada toraks bagian bawah, abdomen, pinggang
collumna, vertebralis - lumbalis dan pelvis.
2 Diagnosis : Ruptur Diaphragma S27.8.0
Kontusi Bokong dan Panggul S 30.0
Kotusio Abdomen, Pinggang dan Inguinal S 30.1
Kontusio Perineum dan Genital S 30.2
Ekskoriasi, Laserasi superficial S 30.7
multiple di Abdomen,
Pinggang dan Panggul.
Ruptur limpa S 36.0.0
Ruptur Hepar & kandung empedu S36.1.0
Ruptur Pankreas S36.2.0
Ruptur lambung S 36.3.0
Ruptur Duodenum
Ruptur Jejunum
Ruptur Ileum S 36.4.0
Ruptur Colon S 36.5.0
Ruptur Rectum S 36.6.0
Ruptur organ intra abdomen S 36.7.0
Multiple
Hematoma retroperitoneum S 36.8.0
Ruptur Ginjal
Kontusio Ginjal S 37.0.0
Hematoma retroperitoneum S 36.8.0
Ruptur Ginjal S 37.0.0
Ruptur Ureter S 37.1.0
Ruptur Kandung Kemih S 37.2.0
Ruptur Uretra S 37.3.0
Ruptur Ovarium S 37.4.0
Ruptur Tuba Falopi S 37.5.0
Ruptur Uterus S 37.6.0
Ruptur Organ Intra Pelvis Multipel S 37.7.0
Ruptur Kelenjar Adrenal S 38.2.0
Ruptur Kelenjar Prostat S 38.2.0
Ruptur Vesikula Seminalis S 38.2.0
Ruptur Vas Deferen S 38.2.0
3 Kriteria diagnosis : Mekanisme Trauma
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh dari ketinggian
Kecelakaan keija
Cedera olah raga
Tindakan kekerasan atau penganiayaan
Cedera akibat hiburan atau wisata
Tandaklinis.
Sistim pernapasan dan hemodinamika
Stabil
Tidak stabil
Inspeksi:
Dinding abdomen bisa tampak normal

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 5


Jejas pada dinding abdomen
jejas pada dinding dada bagian bawah
Abdomen tampak distensi
Jejas dapat berupa : excoriasi, hematoma,
Memar kulit, lacerasi
Auskultasi:
Auskultasi regio toraks ( kiri)
Suara napas menurun, bisa terdengar bising usus
Auskultasi regio abdomen:
Bising usus bisa normal, menurun atau hilang.
Palpasi:
Nyeri tekan d: kuadran tertentu atau seluruh regio
Abdomen, Defans muskuler, Nyeri tekan lepas.
Perkusi
Perkusi regio toraks bagian bawah bisa normal atau redup
atau timpani
Fekak hati bisa positif atau negatif
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi atau tes shifting dullness bisa positip, bisa
negatip
Colok dubur:
Bisa normal
Bisa ditemukan kelainan - kelainan :
Prostat yang melayang, laserasi pada dinding anorektum,
teraba fragmentasi tulang - tulang panggul, nyeri pada
perabaan di dinding anorektum, pada sarung tangan bisa
ditemukan tetesan atau noda darah, berarti positif ada cedera
pada saluran cerna
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : Disesuaikan dengan fasilitas UGD / Rumah Sakit setempat
penunjang Pilihan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
Foto toraks posisi AP, Foto toraks dengan pemasangan pipa
lambung,polos abdomen,
Foto pelvis
USG
Lavase peritoneum diagnostik ( PL),
IVP
Uretro-sistografi,
Foto kontras saluran cerna bagian atas,
CT scan abdomen,
Angiografi,
Indikasi USG sama dengan indikasi DPL:
Flasien trauma dengan :
Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan / gangguan fungsi sensoris
Cedera pada organ - organ yang bertetangga
Pemeriksaan fisik abdomen yang meragukan.
Kemungkinan dokter putus kontak dengan pasien untuk
waktu yang cukup panjang.
Hasil DPL yang meragukan ( khusus untuk USG abdomen )
yaitu: Lekosit < 500/mm3, eritrosit < 100.000 / mm3

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 6


6 Konsultasi : Bila diperlukan Konsultasi Dokter Spesialis Bedah Toraks
Kardiovaskular

7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk tujuan observasi


sakit
8 Terapi : Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau
kondisi pernapasan dan hemodinamika penderita tidak stabil.
Terapi konservatif:
Terapi konservatif dilakukan bila tidak ada indikasi
laparotomi segera, atau hasil pemeriksan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen yang
nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi dapat dilakukan
sampai 2 x 24 jam.
Terapi operatif:
Laparotomi eksplorasi dengan insisi median
Indikasi laparotomi eksplorasi:
Tanda-tanda perdarahan intra peritoneal, yaitu adanya
syok hipovolemi dengan distensi abdomen yang progesif
Tanda-tanda peritonitis generalisata
Pneumoperitoneum pada foto toraks
Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmnllki
(Ruptur Diafragma)
Cairan lavase keluar melalui pipa drenase rongga pleum
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau
cairan usus >
Hasil DPL positip berdasarkan analisa laboratoris, yaitu :
jumlah eritrosit > 100.000/mm3 cairan lavase
jumlah lekosit > 500/mm cairan lavase
amilase >20 IU/Lcairan lavase
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit Was C atau Rumah sakit yang ada
fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan massif
Syok hipovolemik, yang bisa berakibat syok irreversibel
Koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC)
Koagulopathi, Hipotermia, Asidosis.
SIRS - sepsis, ARDS, Pneumonia
Pankreatitis pasca trauma, perdarahan saluran cerna,
Gangguang fungsi hati.
ARF (gagal ginjal akut)
Gagal multi organ
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter spesialis Bedah Umum
DokterSpesialis Bedah (K) Bedah Digestif
13 Lama Perawatan : Bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa berlangsung antara 10 hari - 3 bulan
14 Masa Pemulihan : Juga bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa membutuhkan waktu antara 2 minggu - 3 bulan
15 Hasil : Cedera ringan : bisa sembuh tanpa gejala sisa
Cedera berat:
Kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan atau

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 7


tanpa
kecacatan
Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau tanpa
kecacatan,
atau bisa meninggal dunia.
Cedera mengancam nyawa:
Bila timbul penyulit
Bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa
meninggal dunia
Angka kematian bisa sampai > 70%
16 Patologi : -
17 Otopsi : Semua pasien trauma abdomen meninggal dunia perlu otopsi
klinik.
18 Prognosis : Tergantung beratnya cedera

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 8


1 ICD : S 36.0
2 Diagnosis : CEDERA LIMPA
Penyebab : umumnya akibat trauma tumpul dan trauM
tembus abdomen
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Anamnesa: terdapat trauma tumpul pada perut kiri atas atau
trauma dada kiri bawah dengan atau tanpa fraktur kosta, luka
tusuk abdomen / totakal bawah
Nyeri pada perut kiri atas, nyeri dapat menjalar pada bahu
kiri
Tanda-tanda sjok karena perdarahan
Terdapat tanda-tanda cairan bebas dalam rongga perut
4 Diagnosa banding : Trauma perut dengan cedera organ disertai perdarahan dalam
perut antara lain cedera lambung, cedera ginjal kiri, cidera
hepar kiri
5 Pemeriksaan : Dilakukan DPL yang positif
penunjang Pemeriksaan USG perut atau CT Scan
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Dilakukan laparotomi eksplorasi sito dengan insisi pad.i (J
tengah atas.
Tindakan terhadap limpa:
Cedera linier - dilakukan penjahitan secara matras. Cedera
laserasi atau pedikel jika putus dilakukan pengangkatan
limpa (splenektomi) disertai tandur ulang jaringan limpa
kedalam
Bursa omentalis
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit kelas C
atau Rumah sakit yang ada fasilitas pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Shock, perdarahan yang profus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 5 – 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu
15 Hasil : Sembuh tanpa cacat
16 Patologi : Tidak diperlukan
17 Otopsi : Diperlukan bila meninggal
18 Prognosis : Baik bila penanganan cepat dan tepat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 9


1 ICD : S 36.0
2 Diagnosis : TRAUMA HEPAR (CEDERA HEPAR)
Penyebabnya dapat berupa trauma tembus perut/ trauma
tajam, maupun trauma tumpul
3 Kriteria diagnosis : Anamnesa, terdapat trauma tembus perut atas atau trauma
tumpul pada perut kanan atas atau toraks kanan bawah
Nyeri pada daerah hipokondrium kanan dengan atau tanpa
jejas (trauma tumpui)
Terdapat luka tembus perut (pada trauma tembus)
Shock dengan tanda - tanda perdarahan dan tanda-tanda
cairari bebas dalam rongga peritoneum
4 Diagnosa banding : Trauma perut dengan cedera organ disertai perdarahan, antara
lain: cedera pankreas, cedera vaskuler, cedera ginjal
duodenum,
dan. limpa.
5 Pemeriksaan : Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
penunjang Ultrasonografi (USG) abdomen / CT Scan
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Segera (cito) laparotomi eksplorasi dengan insisi pada garis
tengah sebelah atas.
Macam tindakan pada cedera hepar :
Cedera linier : dilakukan penjahitan secara matras dengan
benang yang tebal (no 1,0 atau 2,0) yang dapat diserap
Laserasi segmental: dapat dilakukan reseksi secara wedge
atau
reseksi segmental dan ditutup dengan omentum
Serasi yang luas dengan perdarahan profus dilakukan
pemasangan tampon (DCS) yang sulit dihentikan dan dalam
2 x 24 jam dilakukan stabilisasi kemudian dilakukan
reeksplorasi laparotomi untuk terapi definitif.
DCS : Damage Control Surgery
Catatan :
Untuk mengatasi perdarahan yang hebat akibat saat
melakukan tindakan diatas, dapat dibantu dengan tindakan
pringle
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit Iain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan hebat saat pembedahan
Perdarahan kembali pasca pembedahan
Sjok hipovolemik
Peritonitis kimiawi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 10


Hematobilia
TRIAS : Hipotermia Asidosis Gangguan Koagulopati
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 5 – 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu
15 Hasil : Sembuh
16 Patologi : -
17 Otopsi : Diperlukan bila meninggal
18 Prognosis :

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 11


1 ICD : 19 - C 20
2 Diagnosis : KARSINOMA REKTI
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Berak darah & lendir, berbau, gangguan kebiasaan BAB
Nyeri saat BAB, tenesmus pada kasus lanjut, ileus obstruktif
Colok dubur:
a. Teraba tumor berbenjol, rapuh, tukak, mudah berdarah
b. Ca.rektum letak rendah (2/3 bag. Bawah) umumnya dapat
tercapai dengan baik
c. Ca.rektum letak tinggi (1/3 bag. Atas) sering tak tercapai
dengan colok dubur
d. Ditentukan deskriptif tumor secara lengkap untuk
menentukan resektabilitas - batas atas - bawah sirkuler
mobilitas
e. Dilakukan biopsi dari tumor patologi
4 Diagnosa banding : Disentri amoebia kolon
Divertikufosis kolon
Polip rektum
Haemorrhoid & TBC rectum
Penyakit usus inflamasi (IBD )
5 Pemeriksaan : Proktokopi/rektoskopi, CTScan, Endo Ultrasonografi
penunjang Ba inloop kolon.
USG abdomen, foto toraks
6 Konsultasi : Dokterspesialis Bedah ( K) Digestif
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
sakit
8 Terapi Bedah : Ca. Rektum 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior Ca.
Rektum kurang i2 cm dari anus : Tl
Terjangkau - diferensasi baik diiakukan eksisi lokal
Ca. Rektum 6-12 cm dari anus :
- Stage I — reseksi anterior rendah ( LAR )
- Stage II/IH — terapi kombinasi multiple (MCT ) +
Reseksi anterior rendah
Ca. Rektum kurang 6 cm dari anus :
- Stage I diferensasi baik — LAR / reseksi abdomino
perineal
(APR)
- Stage 11/111— MCT + LAR/APR
- Stage I diferensasi jelek — APR
- Stage II/III — MCT + APR
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit kelas C
atau Rumah sakit yang ada fasilitas pembedahan yang
memadai

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 12


10 Penyulit : Perdarahan
Kegagalan anastomosis
Obstruksi ileus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu
15 Hasil : -
16 Patologi : Sangat diperlukan
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 13


1 ICD : C16
2 Diagnosis : KARSINOMA LAMBUNG
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Gejala anemia berat
Anoreksia, BB turun, muntah, hematemesis, rasa nyeri
epigastrium, massabdomen pace stadium lanjut
4 Diagnosa banding : Tukak peptikum - gastritis
Perdarahan varices esofagus, sirhosis
5 Pemeriksaan : Barium intake" Foto Esofagogastrodudenoskopi
penunjang Ultrasonografi, CT Scan . Endo USG
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan Rawat inap
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Karssinoma gaster, resektabel
a. a. Ca.terletakdi antrum, dilakukan sub total gastrektomi
disertai
pengangkatan omentum secara en-block, serta diseksi
KGB.
b. Ca.terletak pada korpus bagian dan ftirdus / cardia
dilakukan
total gastrektomi diseksi kelenjar disertai splenektomi.
Rekonstruksi dengan Roux es Y-Esofagus jejunostomi
Catatan :
Terhadap tindakan diatas bila dirasakan kurang pengalaman
sangat dianjurkan untuk konsultasi pada spesialis bedah
K.Digestif. (RS tipeA/B)
Terhadap Ca.Gaster non resektabel, dilakukan jejunostomi
feeding (permanen)
Terapi adjuvant ------ chemoterapi
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit kelas C
atau Rumah sakit yang ada fasilitas pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Kebocoran anastomosis - radang
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 5 – 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu
15 Hasil : (-)
16 Patologi : Sangat diperlukan
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 14


1 ICD : C18
2 Diagnosis : KARSINOMA KOLON
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Perubahan kebiasaan buang air besar
Berak darah dan lendir
Anemia dan diare untuk karsinoma kolon kanan
Tanda-tanda obstruksi untuk kolon kiri pada fase lanjut
teraba tumor dan metastase hepar
4 Diagnosa banding : Desenteri amoeba
Polip rektum
Divertikulosis kolon
Hemoroid & TBC rektum
Radang granulamatik usus
5 Pemeriksaan : Barium inloop
penunjang Kolonoskopi
Endo ultrasonografi
USG/CTScan
6 Konsultasi : Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
sakit
8 Terapi Bedah : Kolon kanan : hemikolektomi kanan
Kolon transversum : Reseksi dan Reanastomose
Kolon kiri : Hemikolektomi kiri
Sigmoid : Chemoterapi di bawah
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit kelas C
atau Rumah sakit yang ada fasilitas pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Kegagalan anastomosis
Obstruksi ileus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 - 4 minggu
15 Hasil : -
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Baik dalam stadium dini
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 15


1 ICD : C25
2 Diagnosis : KARSINOMA PANKREAS
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Ikterus
Berat badan turun, gatal gatal
Kantong empcdu membesar (hydrops) (Courvosier)
4 Diagnosa banding : Batu saluran empedu
Stenosis saluran empedu
Kolangio karsinoma
5 Pemeriksaan : USG
penunjang ST Scan
ERCP
6 Konsultasi : Dokter Spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk perawatan operasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Resektabel: Duodenopan kreatektomi cefalik
Inresektable : By pass bilio digestif
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit kelas C
atau Rumah sakit yang ada fasilitas pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Ikterus
Obstruksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 - 4 minggu
15 Hasil : -
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Baik dalam stadium dini
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 16


1 ICD : C 50 - 51
2 Diagnosis : RADANG GRANOLOMATIK USUS
(Inflammatory Bowel Disease - IBD)
3 Kriteria diagnosis : Tukak kolitis (ulcerative colitis)
Timbulnya tukak superfisial dimulai pada rectum, dapat
menyumbat ke kolon (K51)
Deitis terminalis (Crohn disease)
Radang segmental yang mengenai seluruh lapis usus
terutama pada ileum terminalis (K 50)
Ulcerative colitis nyeri abdomen diare, berak darah seperti
anemia.
Ileitis terminalis nyeri abdomen diare, anemia, malnutrisi
4 Diagnosa banding : Gastroenteritis
Irritable Bowel Syndrome (K 50)
Kolitis
Karsinoma kolon
5 Pemeriksaan : Barium enema foto
penunjang Kolbnoskopi
6 Konsultasi : Dokter Spesialis (K) Digestif
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
sakit
8 Terapi Bedah : Obat-obat : Sulfa salazin
Indikasi Bedah : Penyulit (+)
Perdarahan profus
Resiko keganasan
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Fistula enterokutan
feus obstruksi
Keganasan
Fistula perianal
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ±7-14hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : -
16 Patologi : Sangat diperlukan
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 17


1 ICD : C 40 - 41
2 Diagnosis : HERNIA INGUINALIS LATERALIS / MEDIAI IS
Daerah lipat paha
3 Kriteria diagnosis : Benjolan pada lipat paha, dapat keluar masuk.
Dapat berupa hernia inguinalis lateralis,
hernia inguinalis me-dialis (diatas lig. Inguinale),
hernia femoralis dibawah lig.
Inguinale
Klinis dapat reponibilis, ireponibilis, inkarserata
4 Diagnosa banding : Hidrokel varikokel, Andesensus testis
5 Pemeriksaan : Laboratorium rutin
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat Inap / rawat jalan
sakit
8 Terapi Bedah : Operasi segera bila inkarserata (Bassini)
Operasi terencana untuk hernia reponibilis dan
hemia ireponibilis (Bassini)
Hernioraphy menurut Bassini /shouldice atau
lebih baik dengan memakai
Prolene Mesh (Lichtenstein)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan, hematoma
Untuk inkarserata: nekrosis usus,
sepsis asidosis residif
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K)Digestif
13 Lama Perawatan : ±7-14hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh total
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 18


1 ICD : K 35 - 37
2 Diagnosis : APENDISITIS
Dapat berupa:
Apendisitis akut
Periapendikuler infiltrat
Periapendikuler abses
Apendisitis perforata yang disertai peritonitis lokal atau
Peritonitis umum
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Nyeri ke McBurney defance muscular
Panas badan meningkat. kadang disertai muntah
Masa -), pada periapendikuler infiltrat teraba masa yang
nyeri
tekan pada perut kanan bawah, defens muskuler (+)
Nyeri tekan (+), colok dubur nyeri jam 09.00
Beda temperatur rektal dengan axiler lebih dari 1 derajat C
4 Diagnosa banding : Divertikulitis, limpa denitis
Keradangan organ kandungan
KET, torsio testis kanan
Gastroenteritis - colitis
5 Pemeriksaan : Laboratorium rutin
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Apendisitis kronis : direncanakan Apendektomi elektif
Apendisitis akut : direncanakan apendektomi segera
Periapendikuler abses : insisi, drainase
Periapendikuler infiltrat : pertama dirawat konservasi
medikamentosa yang adekwat, bila masa mengecil ukuran
cm atau menghilang, dilakukari apendektomi dengan inil
paramedian. Apendisitis perforata disertai tanda-tanda
peritonitis lokal dilakukan apendektomi dengan insisi
gradiron atau pall median.
Bila ditemukan tanda-tanda peritonitis umum dilakuk
laparotomi dengan insisi median
Bedah Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
9 Tempat Pelayanan : Periapendikuler abses/ infiltrat
Perforasi terjadi peritonitis

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 19


Periapendikuler infiltrat
Perlekatan (ileus obstruktif)
10 Penyulit : Perlu
11 Informed consent :
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ±7-14hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh total / cacat (-)
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 20


1 ICD : K80
2 Diagnosis : KHOLELITHIASIS
Kelainan ini dapat disertai keradangan kronis atau akut
(kholesistitis kronis/ kholesistitis akut)
3 Kriteria diagnosis : Kolik perut kanan atas, kadang menjalar ke belakang dapat
disertai radang akut kolesistitis atau penyumbatan
kholestasis Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada
hipokondrium
kanan, terdapattanda peritonitis lokal (defansmuskuler (+)),
pertanda Murphy's positif
4 Diagnosa banding : Proses keradangan pada organ-organ di daerah
hipokondrium, hepatitis, abses hepar, pankreatitis,
kholangitis, ulkus peptikum
5 Pemeriksaan : Foto polos perut
penunjang USG abdomen, hepato bilier
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi Bedah : Khoielitiasis disertai gejala direncanakan kholesistektomi
secara elektif
Khoielitiasis disertai radang akut, sebelum ada :
Pelekatan (infiltrat) dapat segera dibedah
Bila sudah ada masa dibari antibiotika sampai radang akut
reda, baru dilakukan kolesistektomi
Catatan : bagi yang mampu dan mempunyai pengalaman
dapat dilakukan sito kholesistektomi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan, hematoma
Untuk inkarserata: nekrosis usus,
sepsis asidosis residif
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ±7-14hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh total
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 21


1 ICD : K83
2 Diagnosis : KOLESTASIS (SURGIKAL)
Dikenal 2 macam :
Kolestasis yang medikal, umumnya kelainan terletak intra
hepatal. Contoh : intra hepatik - serosis hepatic - hepatitis
Kolestasis, umumnya kelainan terletakekstra hepatikai.
Contoh: kelainan duktus kholedokhus karena batu, sikatrik,
stenosis pada papilla vatem / tumor pada kaput pankreas
3 Kriteria diagnosis : Terdapat warna ikterik (kuning) pada sclera, kulit
rasa gatal pada tubuh. Tinja yang akholis. Kolik bilier pada
chololitiasis. Pemeriksaan fungsi hati : bilirubin direk
meningkat dari alkalifosfatase dan gamaglukoronil tranferase
meningkat
4 Diagnosa banding : Batu empedu & koledokus, karsinoma kaput, pankreas,
kolangio karsinoma
5 Pemeriksaan : USG, hepatobilier, foto gastroduodenal
penunjang Pada USG : dapat ditemukan batu pada saluran bilier,
adanya tumor pada kaput pankreas, adanya pelebaran
dari saluran empedu intra maupun ekstra hepatal.
Pada foto gastro duodenal dengan memakai kontras
ditemukan bentukan angka-3 terbaiik pada proyeksi
duodenum (Ca. caaput pankreas)
CT Scan - Endo USG - MRCP
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan dan rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Tindakan pembedahan dapat bersifat: Kolelitiasis:
- Kolesistektomi
- Explorasi Karsinoma kaput pancreas
- Resektabel --- duodeno pankreatektomi cephalic
non resektabel - bypass billo digestif
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Kebocoran/ kegagalan penjahitan atau anastomose
Perdarahan durante/ pasca pembedahan
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K)Digestif
13 Lama Perawatan : ±7-14hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : Perbaikan klinik/ paliatif, penyembuhan total
16 Patologi : Biopsi lever, biopsi tumor
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 22


1 ICD : I 84
2 Diagnosis : HEMOROID
Dikenal: Hemoroid interna dan ekstema
3 Kriteria diagnosis : Keluar darah segar saat BAB, terutama saat feses akan keluar
atau setelah feses keluar.
Keluar benjolan lewat anus dapat masuk atau tidak
dapat masuk (Grade I sd. IV)
Rasa nyeri pada dubur, kadang terasa gatal pada dubur
4 Diagnosa banding : Karsinoma rekti, polip rekti, prolaps rekti, keradangan GI tract
(Proktitis)
5 Pemeriksaan : Proktoskopi, colok dubur
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan

7 Perawatan rumah : rawat inap


sakit
8 Terapi Bedah : Stadium I & II tanpa atau dengan perdarahan : rawat jalan,
medikamentosa, pengaturan diet skleroterapi, ligasi ruber band
Stadium HI & IV: MRS, ligasi ruber band, operasi
haemoroidektorni
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Perdarahan, anemia grafts

11 Informed consent : Perlu


12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K)Digestif
Dokter Bedah TKV atau (K) Vaskular
13 Lama Perawatan : ±5-10hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh total, cacat fisik (-)
16 Patologi : Diperlukan
17 Otopsi : -
18 Prognosis : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 23


1 ICD : K 60
2 Diagnosis : FISTULA PERIANAL
3 Kriteria diagnosis : Dimuiai dengan radang septik, timbulnya abses dan fistula
4 Diagnosa banding : Radang spesifik, (TBC)
Penyakit ileitis terminates
Hydradenitis
Sinus pilonidalis
Keganasan kolon rektum
5 Pemeriksaan : Sondase
penunjang Penyuntikan kontras / perhydrol pada lubang fistel
6 Konsultasi : Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
sakit
8 Terapi Bedah : Fistulotomi kalau periu bertahap ( setor)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Inkontinensi alvi.
Stenosis ani
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K)Digestif
13 Lama Perawatan : ±5-10hari
14 Masa Pemulihan : ±1-2 minggu
15 Hasil : -
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 24


1 ICD : K65
2 Diagnosis : PERITONITIS UMUM
Keradangan peritoneum dapat karena kuman ( septic ) atau
kimiawi ( kemikal) peritonitis septic
Misalnya pada apendisitis perforata, perforasi usus
akibat tipus abdominalis, sedang peritonitis kimiawi
misalnya perforasi lambung - pankreatitis.
3 Kriteria diagnosis : Nyeri tekan perut pada seluruh lapangan perut ( defance
muscular)
Riwayat trauma, riwayat infeksi
Pengukuran' temperatur rektal dan temperatur axilar dengan
selisih lebih 1 derajat C
4 Diagnosa banding : Pankreatitis
Peritonitis septik
Peritonitis kimiawi
5 Pemeriksaan : DPL, foto polos abdomen berbaring / diafragma
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Laksanakan operasi segera
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Shoclvsepsis, periekatan usus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K)Digestif
13 Lama Perawatan : ± 7 - 14hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu
15 Hasil : Sembuh total, cacat (-)
16 Patologi : Diperlukan untuk trauma
17 Otopsi : -
18 Prognosis :

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 25


II.
BEDAH ANAK

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 26


1 ICD : Q 39.0
2 Diagnosis : ATRESIA ESOFAGUS DAN
MALFORMASITRAKHEO ESOFAGUS
3 Kriteria diagnosis : Tanda dan gejala:
Bayi tidak bisa menelan iudah segera setelah lahir,
tampnl saliva berlebihan dan memeriukan penghisapan.
Bisa terjad aspirasi, batuk, takhipnea dan hipoksia.
Pasase pipa nasogastrii F 10. gagal mencapai lambung
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : Foto polos leher, dada dan abdomen
penunjang 1. Pada atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus
tampak pipa nasogastrik menggulung di kantong atas
esofagus dan udara di lambung dan usus
2. Pada atresia esofagus murni tanpa fistula dari atresll
esofagus dengan fistula trakheo esofagus proksimal,
tidak tampak adanya udara di lambung dan usus
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Penatalaksanaan pra bedah :
Menentukan rencana terapi dengan mengidentitifikasi resiko
berdasarkan status fisiologi bayi. Syarat repair primer tanpa
gastrostomi:
a. Auskultasi paru tidak ada kelainan
b. X - foto paru tidak ada kelainan
c. Tidak ada kelainan jantung
d. Ra 02 > 60 mm Hg (udara kamar)
Pembedahan : Pada atresia esofagus dengan fistula trakeo
esofagus dilakukan anastomosis esofagus ujung ke ujung
melalui torakotomi kanan transpleural atau ekstrapleural
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengan fasilitas NICU
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai (fasilitas bedah anak & NICU )
10 Penyulit : a. Disfagia
b. Refluks gastroesofagus
c. Striktur anastomosis
d. Kebocoran anastomosis
e. Fistula trakheo esofagus berulang
f. Trakheomalasia, obstruksi jalan nafas,
penekanan vaskuler dan apnea reflektoris
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 27


13 Lama Perawatan : ± 21 - 30 hari (tanpa penyulit)
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu (tanpa penyulit)
15 Hasil : Sembuh, sembuh dengan cacat atau meninggal
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 28


1 ICD : Q40.0
2 Diagnosis : STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK
3 Kriteria diagnosis : Gejala:
Muntah proyektil, mulai pada umur 2-3 minggu.
Muntah tidak pernah berwarna hijau
Tanda:
Teraba " tumor" di hipokondrium kanan atau di daerah
epigastrium (olive)
Tampakgelombang peristalisis lambung di abdomen dari kiri
atas ke ke kanan bawah
4 Diagnosa banding : Spasme pilorus
Refluks gastro-esofagus
5 Pemeriksaan : Konfirmasi diagnosis jika tumor tidak teraba:
penunjang 1. Ultrasound : Tebal otot pylorus > 4 mm
Panjang kanal pilorus > 17 mm
2. Foto barium meal: String sign. Shoulder sign
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Filoromiotomi ( Prosedur Fredet -Ramsted )

9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengan atau tanpa fasilitas
NICI)
Rumah sakit lain dengan fasilitas pembedahan anak
10 Penyulit : Perforasi mukosa Pilorus, paling sering
di pyloro duodenal junction
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 3 - 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan follow - up
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 29


1 ICD : Q41
2 Diagnosis : ATRESIA DAN STENOSIS DUODENUM
3 Kriteria diagnosis : 1. Polihidramnion bulan ke 7 - 8 kehamilan
2. USG antenatal: Dilatasi lambung dan duodenum
proksimal
Muntah cairan jernih atau bercampur empedu beberapa
jam setelah lahir. Distensi abdomen di sekitar
epigastrium, d'stensi menghilangsetelah muntah.
Defekasi bisa-normal
4 Diagnosa banding : Stenosis : Web/ windshock
Atresia : Pankreas anulare
5 Pemeriksaan : Foto polos abdomen posisi tegak dengan kontras udara
penunjang 1. Stenosis : Tampak udara kecil - kecil tersebar di distal
duodenum
2. Atresia : Gambaran double bubble ( udara di gaster
dan duodenum)
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Penatalaksanaan pra-bedah : Dekompresi lambung,
koreksi cairan dan elektrolit, menyingkirkan kemungkinan
adanya kelainan penyerta yang lain.
Pembedahan : Diamond shaped side to side duodeno
duodenostomy. Bila perlu dilakukan pula Ladd's Procedure
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengan atau tanpa fasilitas NICU
Kebocoran anastomosis dan sepsis lokal
10 Penyulit : Perforasi mukosa Pilorus, paling sering
di pyloro duodenal junction
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 3 - 20 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 - 3 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan follow - up
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Survival rate 90%, mortalitas sering disebabkan kelainan
jantung dan kelainan kromosom

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 30


1 ICD : Q41
2 Diagnosis : ATRESIA DAN STENOSIS YEYUNO - ILEAL
3 Kriteria diagnosis : Hidramnion bisa diketahui terutama pada trimester ke III
kehamilan
Semakin tinggi letak sumbatan, semakin awal terjadinya
muntah, abdomen tidak distensi, mekonium normal.
Semakin distal letak sumbatan, distensi abdomen lebili
mencolok, muntah terjadi kemudian, mekonium berwarna
abu-abu
4 Diagnosa banding : Atresia kolon
Volvulus
Ileus mekonium
5 Pemeriksaan : Foto polos abdomen pada atresia yeyunal tampak beberapa
penunjang gelembung udara dengan garis permukaan cairan di dalam
lumen usus.
Foto barium enema pada atresia ileum tampak
mikrokolon (unused)
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Renatalaksanaan pra-bedah: Resusitasi cairan dan elektrolit,
dekompresi dengan pipa nasogostrik/ orogastrik untuk
mencegah desakan pada diafragma, mencegah muntah dan
aspirasi.
Pembedahan : tergantung lokasi dan tipe atresia
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengarffasilitas NICU
10 Penyulit : Kebocoran anastomosis dan sepsis local Short Bowel Syndrome
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 14 - 44 hari
14 Masa Pemulihan : ± 3 - 6 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan follow - up
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Mortality rate 11,2%

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 31


1 ICD : Q 79.0

2 Diagnosis : HERNIA DIAFRAGMATIKA KONGENITAL

3 Kriteria diagnosis : Tanda dan gejala: Takhipnea, retraksi dinding dadn, ptititl,
sianosis, abdomen skafoid, mediastinum bergeser beil-iwrninn
dengan lesi di diafragma, auskultasi terdengar suara usus dl
hemitoraks yang bersangkutan. Suara nafasmenurunkmjliim.i di
hemitoraks yang bersangkutan
4 Diagnosa banding : Congenital cystic adenomatoid malformation dari paru
Branchiogenic cyst
Sarkoma paru
5 Pemeriksaan : X-Foto toraks
penunjang Bayangan usus berisi udara di hemitoraks bersangkutan,
jantung dan mediastinum bergeser beriawanan dari tempat lesi,
paru yang hipoplastik tampak di bagian medial.
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Penatalaksanaan pra-bedah :
a. Stabilisasi dengan kontrol hipertensi pulmonal
b. Pemberian cairan dan elektrolit
c. Monitor CVP
d. Monitor produksi urin
e. Pasang pipa nasogastrik
f. Pemeriksaan echocardiography
Pembedahan :
Approach trans abdominal melalui irisan subcostal.
Reposisi organ viscra, eksisi kantong hernia, menutup defek.
Defek kecil : Tutup primer, defek besar
Tutup dengan prosthetic patch
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengarffasilitas NICU
10 Penyulit : Kebocoran anastomosis dan sepsis local Short Bowel Syndrome
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 32


1 ICD : Q 79.2
2 Diagnosis : OMFALOKEL
3 Kriteria diagnosis : Bayi baru lahir. organ abdomen keluar melalui defekdi
Sentra umbilikus, tertutup membran amnion di bagian luar
dan lapisan peritoneum di bagian dalam
4 Diagnosa banding : Gatroskisis.
5 Pemeriksaan : X foto toraks, ekhokardiografi
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap segera
sakit
8 Terapi : Umum:
Pasang pipa nasogastrik
Mencegah hipotermi
Antibiotika profilaksis
Merawat selaput omfalokel dengan pembalut basah dan
untuk mencegah infeksi dan trauma mekanik
Khusus:
Omfalokel dengan ukuran defek 8-10 cm, tampak hepm usus:
Diberikan bahan topikal untuk mempercepat epiteliaslisasi
(silver sulfadiazine ), defek ditutup di kemudian hari
Omfalokel dengan defek berukuran kecil dan sedang dilakukan
repair langsung, bila defek tidak mungkin ditutup primer
dilakukan
penutupan bertahap dengan silastic silo.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas -B dengan fasilitas NICU.
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
10 Penyulit : Kelainan jantung bawaan, refluks gastro-esofagus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 60 hari
14 Masa Pemulihan : ± 8 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan cacat atau meninggal

16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 33


1 ICD : Q79.3
2 Diagnosis : GASTROSKISIS
3 Kriteria diagnosis : Defek dinding abdomen lateral kanan dari umbilicus
Isi abdomen keluar melalui defek ( < 4 cm ), t
idak tertutup peritoneum, usus tebal dan memendek
oleh karena kontak cairan amnion in utero.
4 Diagnosa banding : Omfalokel pecah.
5 Pemeriksaan : X foto toraks, ekhokardiografi
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Perawatan bisa segera dimulai segera setelah lahir
a. Melindungi usus dengan pembungkus steril untuk
mencegah kontaminasi, hipotermi. dan kehilangan
cairan tubuh.
b. Resusilasi cairan
c. Antibiotika profilaksis
d. Mempertahankan suhu tubuh
Prinsip :
Pembedahan : Reduksi organ visera ke dalam rongqa abdomen
tanpa meningkatkan tekanan intra abdominal berlebihan (tidak
lebih 20 mm Hg)
a. Repair primer
b. Repair bertahap
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengan fasilitas NICU
Rumah sakit Iain yang mempunyai sarana pembedahan anak
10 Penyulit : Ileus berkepanjangan
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 30 - 60 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 - 8 minggu
15 Hasil : Sembuh atau Meninggal
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 34


1 ICD : Q79.5
2 Diagnosis : GRANULOMA/ FISTULA UMBILIKALIS
3 Kriteria diagnosis : Duktus omfalornesenterikus persisten: Keluar cairan fekal darl
usus atau cairan mukus dari sinus.
Urakhus persisten: Keluar cairan berupa urin
Fblip umbilikus, berhubungan dengan kista atau sinus
Granuloma umbilikus : Keluar cairan semipurulen tanpa urin
atau feses
Omfalitis : Umbilikus kemerahan. edem, dan nyeri. Cepat
berkembang menjadi selulitis dinding abdomen
4 Diagnosa banding : Omfalitis
5 Pemeriksaan : Sinogram, USG, CT Scan
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : 1,2, dan 3 : Eksisi
4: Kauterisasi/lar. Nitras Argenti
5 : Insisi, drenase, antibiotika
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B dengan fasilitas NICU
Rumah sakit Iain yang mempunyai sarana pembedahan anak
10 Penyulit : Perdarahan, infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 1 - 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Sembuh
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 35


1 ICD : Q 43.1
2 Diagnosis : HIRSCHSPRUNG'S DISEASE.
3 Kriteria diagnosis : Tanda dan gejala tampak sejak lahir:
a. Obstruksi akut usus : Distensi masif abdomen, muntah
kehijauan, retensi cairan di usus, hipovolemi dan asidosis.
b. Konstipasi berganti dengan diare dan distensi abdomen
c. Tanda - tanda enterokolitis : Distensi abdomen, diare,
muntah, panas, toksik
d. Tidak ada keinginan untuk defekasi
e. Tidak ada soiling
f. Malnutrisi
4 Diagnosa banding : Konstipasi
Atresia ileum
Mekonium ileus
Sindroma sumbatan mekonium
5 Pemeriksaan : Biopsi hisap dinding rectum: Tidak ditemukan
penunjang sel ganglion usus
Barium enema: Tampak transition zone
Manometri anorektal: Kegagalan relaksasi dari
sfingter ani internus pads saat rektum distensi
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Persiapan pra-bedah:
a. Irigasi kolon, dekompresi lambung
b. Resusitasi cairan
c. Antibiotika
Pembedahan:
a. Kolostomi
b. Definitif: Prosedur tank terobos.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan anak
10 Penyulit : Kebocoran anastomosis
Striktur
Enterokolitis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 - 24 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan cacat

16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 36


1 ICD : Q56.1
2 Diagnosis : INTUSSUSSEPSI
3 Kriteria diagnosis : Klinis
Bayi/anak sehat, gizi cukup, tersering usia 5 - 9 bulan. 50%
kasus di bawah usia 1 tahun.
Trias intussussepsi:
1. Sakit kolik hilang timbul
2. Teraba masa, biasanya di abdomen kuadran kanan atas
3. Colok dubur didapatkan lendir darah
Radiobgis barium enema tampak cupping dan coil spring
4 Diagnosa banding : Disentri amuba
5 Pemeriksaan : Ultrasound abdomen
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : 1. Terapi Non operatif:
Manfaat barium enema (reduksi hidrostatik) terutama pada
bayi
dengan intussussepsi yang idiopatik. Tidak bermanl.ial
mereduksi intussussepsi oleh karena lead point dnn
intussussepsi ileo-ileal.
Kontraindikasi berupa syok, sepsis, dilatasi masif usus halus
peritonitis, perforasi dan gangren usus.
Hidrostatik reduksi dengan barium enema merupakan
prosedur yang potensial membawa resiko, berupa perforasi
usus. Selain prosedur dilakukan, perlu kehadiran ahli bedah
dan kamar yang sudah siap.
Bayi dalam keadaan stabil, hidi cukup, terpasang infus.
Tanda keberhasilan reduksi jika didapatkan refluks barium
H ileum distal, klinis bayi rnembaik, diikuti defekasi barlufl
spontan dan masa di abdomen menghilang.
2. Terapi operatif
Indikasi : Tanda-tanda ppritonitis, syok, kegagalan reduksi
hidrostatik.
persiapan pra-bedah : Resusitasi, pasang prpa nascgasbfl
antibiotika.
Tehnik : Reduksi manual, observasi viabilitas usus dan lead
point Reseksi dan anastomosis dilakukan jika reduksi
manual gagal atau sudah ada gangren dan perforasi
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS tipe C Kebocoran anastomosis
10 Penyulit : Kebococran anastomosis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 7 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan follow up
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 37


1 ICD : Q 42
2 Diagnosis : MALFORMaSI - ANORECTAL
3 Kriteria diagnosis : Bayi lahir tidak punya anus.
Letak tinggi:
Tanpa fistula: pada invertogram jarak antara ujung rektum
dengan anal dimple >lcm.
Dengan fistula, fistula rekto-vesika, fistula Rekto uretra,
fistula rekto vagina, fistula rektovestibular
Letak rendah :
Anus membranaseus
Tanpa fistula : pada invertogram jarak antara rektum
dan anal dimple <1 cm.
Dengan fistula: fist. Anovertibular, fist.anoperineal,
Bucket Handle.
4 Diagnosa banding : Malformasi Anorektal yang lain
5 Pemeriksaan : Foto invertogram (Wangenstein Rice), untuk yg tanpa fistel
penunjang pemeriksaan urine ( pada laki - laki)
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap segera
sakit
8 Terapi : Darurat
Letak tinggi: kolostomi
Letak rendah: anoplasti
Definitif:
Posterosagital Anorektoplasti dan tutup kolostomi 3 bulalj
kemudian
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas - C ( kolostomi)
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedah
memadai (definitif)
10 Penyulit : Inkontinensia
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : Kolostomi ± 7 hari
PSARP ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : Kolostomi ± 1 hari
PSARP ± 24 hari
15 Hasil : Anus yang kontinensia
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 38


1 ICD : K 56.1
2 Diagnosis : INVAGINASI USUS
3 Kriteria diagnosis : Trias
- Invaginasi :
- Kolik usus
- Teraba mass
- Berak darah lendir dapat disertai / tanpa obstruksi usus
Foto:
- usus kecil dilatasi
- ada air fluid level
- usus besar kosong
bayi berumur 3 bulan sampai 2 tahun
4 Diagnosa banding : Tumor, colitis amuba, obstruksi usus lain
5 Pemeriksaan : Foto polos Abdomen.
penunjang Barium in loop sekaligus sbg terapi untuk yg baru
K/p USG ( bila tidak kembung)
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap segera
sakit
8 Terapi : Eksplorasi laparatomi: Reposisi
- bila nekrose reseksi buat stoma
- mengeliminir" lead point
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit iain yang mempunyai sarana
pembedahan memadai
10 Penyulit : Perdarahan
"Leakage anastomose" ; sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum Berpengalaman
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : ± 17 hari
14 Masa Pemulihan : ± 17 hari
15 Hasil : Sembuh atau meninggal
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Kondisi penderita

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 39


1 ICD : P 77
2 Diagnosis : NECROTIZING ENTEROCOLITIS

3 Kriteria diagnosis : Bayi mulai umur 3 hari dengan riwayat hipoksia sistemik
(mis. lahir prematur, persalinan dengan tindakan atau
bayi dengan pneumonia berat) atau hypoksia local mis
kembung
Ada tanda-tanda:
sindroma usus paralitik - sepsis.
foto polos abdomen ada gambaran dilatasi semua usui
nnenetap pada sen foto berikutnya, ada gambaran gas padu
vena porta atau dinding usus (pneumointestinalis); celluliUm
dinding abdomen
4 Diagnosa banding : Sepsis
5 Pemeriksaan : Foto polos Abdomen.
penunjang Laboratorium:darah tepi thrombositopenia.
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap segera
sakit
8 Terapi : Exsplorasi Laparotomi reseksi usus iliostomi.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-B
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana
pembedahan pada neonatus
10 Penyulit : Sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum Berpengalaman
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : Tergantung kondisi penderita
14 Masa Pemulihan : ± 1- 3 hari
15 Hasil : Prognosa jelek
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Tergantung kondisi penderita

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 40


III.
BEDAH ONKOLOGI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 41


1 ICD : D 16
2 Diagnosis : TUMOR JINAK TULANG
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan: tumor, nyeri tulang, timbul patah tulang
2. Fisik: tumor pada tulang konsistensi keras, berbatas tegas
atau ada patah tulang patologis
3. Radiologi: X-foto tulang; tampak densitas tulang
bertambah (osteoblastik) atau berkurang (osteolitik)
atau campuran.
4. Alkali fosfatase naik
4 Diagnosa banding : 1. Tumor ganas tulang 2. Kiste tulang
3. Osteomyeliti
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi: X-foto tulang, Ct-scan,
2. Biopsi: FN A, biopsi tulang, pemeriksaan spesimenoper;
Staging: - (Hanya untuk tumor ganas)
6 Konsultasi : Bila periu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Reseksi tulang 2. Kuretage 3. Cryosurgery
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S. kelas-C.
R.S. lain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Penyakit
Terapi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesiaiis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi
13 Lama Perawatan : ± 1 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 12 minggu
15 Hasil : Bebas tumor, sembuh
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis Jenis histologi:
1. Tumor jinak tulang
1). Osteoma,
2). Osteobastoma
3). Kondroma,
4). Kondroblastoma
5). Adamantinoma
6). Fibroma
7). Hemangioma
8). Limfangioma
9). Giant cell tumor
Tumor non neoplasma
1). Kiste tulang
2). Fibrous displasia
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik, tumor hilang / sembuh
19 Tindak lanjut : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 42


1 ICD : D 23
2 Diagnosis : TUMOR JINAK KULIT &
TUMOR NON NEOPLASTIK KULIT
3 Kriteria diagnosis : Neoplasma jinak kulit, D24
Terdapat lesi pada kulit berbentuk plaque, papel, nodus, atau
tumor yang berbatas tegas tanpa ada infiltrasi atau tanda me-
tastasis
1. Papiloma
a. Berbentuk tumor papiler, menonjol diatas kulit,
permukaan kasar
b. Berwama seperti kulit normal disekitarnya
2. Epithelioma
a. Berbentuk nodus atau plaque kecil, didalam kulit
b. Berwama seperti kulit normal disekitarnya
3. Nevus pigmentosus
Plague atau nodus berwarna hitam
4. Kiste dermoid
a. Kista berisi sebum, subkutan, pada alis, garis tengah atau
brachial cleft
b. Timbul sejak lahir atau waktu anak-anak
5. Dermatofibroma
a. Berupa nodus kecil, keras, di kulit dan subkuSs
b. Berwarna coklat, menyerupai keloid

Tumor non neoplasma kulit


1. Verruca vulgaris ( B07)
1) Berupa tumor papiler kecil dikulit, dengan permukaan
yang kasar
2) Warnanya saperti kulit normal disekitarnya
2. Keratosis (L82-L86)
1) Keratosis seborrhoicum, ( L82)
a. Lesi berupa plaque, nodule atau tumor berwarna
coklat atau kehitaman, sering multipel
b. Lokasi terutama pada kulit muka atau leher dan
tubuh
2) Keratosis Solaris = keratosis senilis (L57.0)
a. Bentuknya mirip dengan keratosis seborrhoincum
b. Umumnya terdapat pada orang tua
c. Lokast terutama pada muka, leher dan bagian kulil
yang terbuka
3) Keratoacanthoma (L85.8)
a. Tumor papiler dengan sentral nekrose.
b. Dapat membesar dengan cepat dan mengalami
regresi spontan
c. Ada yang menganggap sebagai suatu karsinoma
kulit
keganasan rendah
4) Kiste epidermoid (L72.0)
a). Tumor kisteus subkutan, berisi sebum, berdindim
epidermis
b). Lokasi umumnya di tangan atau kaki

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 43


5) Kiste sebaceus = Atheroma (L72.1)
a) Tumor kisteus di kulit dan subkutan, berisi sebum I
b) Rada kulit diatas kiste terdapat puncta, berwarna
hitam, yaitu lubang kelenjar sebaceus yang bunlu
oleh sebum yang mengeras
c) Tumor mobil dan jaringan subkutan dibawahnya I
6) Molluscum contagiosum (B08.1)
a) Nodus kecil di kulit, berwarna keputihen
b) Bila dipencet keluar inti yang keras
7) Granuloma (L92.3)
a) Berupa nodus lunak di kulit, konsistensi
lunak mudah berdarah, (L92.3)
b) Dapat berupa reaksi benda asing dibawalim
seperti benang (T81.8)
4 Diagnosa banding : Tumor ganas kulit
5 Pemeriksaan : Diagnosis: Pemeriksaan patologi spesimen operasi
penunjang Staging : - (hanya untuk tumor ganas)
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Eksisi tumor,
2. elektrokoagulasi,
3. desikasi,
4. kuretage,
5. Dermabrasi

Non Bedah 1. Olesi nitras argenti, tinctura podofili, trichlor asetate,


2. salep FU, salep keratolitik
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S. kelss-C. R.S. lain yg mempunyai sarana
pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Penyakit umumnya tidak ada
Terapi perdarahan infeksi, timbul keloid
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesiaiis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Kepala leher
13 Lama Perawatan : Poliklinik
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Bebas tumor, sembuh
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi:
Tumor jinak kulit
1) Nevus intradermal
2) Nevus junctional nevus
3) Compound nevus
4) Papiloma
5) Epithelioma
6) Adenoma
7) Keratoacanthoma
8) Syringoma

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 44


9) Hydradenoma
10) Trichoepithelioma
Tumor non neoplasma kulit
1) seborrhoic keratosis
2) verruca vulgaris
3) molluscum contagiosum
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik
19 Tindak lanjut : 3 bulan 6 bulan kemudian lepas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 45


1 ICD : D 17 sd D21
2 Diagnosis : TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK &
TUMOR NON NEOPLASTIK JARINGAN LUNAK
3 Kriteria diagnosis : Tumor jinak jaringan lunak
1. Lipoma, D17
Tumor berbentuk bulat, oval atau lobuler, tumbuh pelan
konsistensi lunak, tidak nyeri, singel atau multipel, subkutan
2. Hemangioma, D18
1) Hemangioma kapilare
Berbentuk plaque atau nodus pada kulit, berwarna
merah, yang terdapat sejak lahir atau timbul waktu aiia
anak
2) Hemangioma cavernosum
a. Tumor di kulit atau subkutan, seperti spons,
berwarna
kebiruan, sejak lahir atau timbul waktu bayi
b. Tumor dapat tumbuh dan membesar dengan cepat
tetapi dapat mengecil atau menghilang spontan
umumnya sebelum umur 5-7 tahun
3) Hemangioma arteriale (hemangioma racemosul cirrsoid
hemangioma)
a. Tumor berbentuk panjang, berbelok-belok,
berdenyut karena ada shunt antara arteri dan vena,
bayi atau kecil
b. Lokasi umumnya di subkutan di kepala
3. Limfangioma, D18
1) Limfangioma kapilare (Hmfangioma simpleks)
Berbentuk vesikel atau kutil kecil-kecil multipel, cairan
limfe, dengan kulit berwarna normal, timbul lahir atau
waktu kecil
2) limfangioma cavernosum
Berbentuk tumor atau berupa pembesaran organ, bibir
(makrocheili), lidah (makroglosi), dsb., dengan diatas
tumor berwarna normal, konsistensi seperti
3) Limfangioma kistikum (Higroma)
a. Berupa kista, berisi cairan limfe, dengan kulit d
tumor warnanya normal, timbul sejak lahir waktu
bayi
b. Lokasi umumnya di leher (higroma coli) at axilla
(higroma axillare).
4. Fibroma, D21
1) Berbentuk tumor padat, berbatas tidak tegas, konsis-tensi
ada yang keras (fibroma durum), ada yang lunak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 46


(fibroma molle) tergantung pada banyaknya jaringan
ikat pada tumor.
2) Lokasi subkutan, fascia, septum intermuskulare
3) Tumor desmoid ialah fibroma yang terdapat pada din-
ding abdomen pada fascia muskulus tektus atau obliquus
abdominis, Klinis kelihatannya sebagai tumor ganas,
tetapi patologis sebagai tumor jinak
5. Neurofibroma, D36.1
1) Berbentuk tumor bulat panjang, sering multipel
sepanjang jalan syaraf perifir, berasal dari bungkus
syaraf.
2) Dapat timbul nyeri atau paraestehia
Tumor non neoplasma
1. Neurofibromatosis von Recklinghausen, Q85.0
1) Suatu penyakit kongenital herediter, yang terdapat sejak
lahir atau baru manifest setelah dewasa, yang tumbuh
progresif dengan pelan
2) Berbentuk nodus, tumor atau polipoid, dikulit, subkutis
atau subfascial, multipel diseluruh tubuh, dengan
ukuran bervariasi, konsistensi lunak
3) Yang khas ialah terdapat cafe aux lait, suatu plaque
berwarna coklat susu pada kulit
4) Bila belakangan ada tumor yang tumbuh dengan cepat,
konsistensi berubah menjadi padat. harus dicurigai
mengalami transformasi ganas, menjadi neurogenic
sarcoma.
2. Ganglion, M67.4
1) Tumor kisteus dari bungkus tendon atau sendi, yang
berisi cairan seperti gudir.
2) Lokasi umumnya di subkutan di tangan (ganglion
karpi), kaki (ganglion tarsi) atau di poplitea. (ganglion
poplitea)
4 Diagnosa banding : 1). Tumor ganas jaringan lunak
5 Pemeriksaan : 1. Radiologis: X-foto, CT-san, MR1 pada tempat tumor
penunjang 2. Patologis : FNA, biopsi, pemeriksaan spesimen operasi
Staging
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan.
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Eksisi tumor
2. Cryosurgery
3. Elektro cauter
4. Abrasi / dermobrasi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 47


Non Bedah 1. Hemangioma: radiotrapi, kortikosteroid, tatouage
2. Ganglion : kortikosteroid intra kistik

9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S. kelas-C.


R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan ygmemadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: umumnya tidak ada
2. Terapi: perdarahan, infeksi Perlu.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Kepala-leher
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Bebas tumor, sembuh
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
1. Hemangioma
2. Lipoma
3. Fibroma
4. Benign fibrous histiocytoin
5. Neurofibroma
6. Rhabdomyoma
7. Synovioma
8. Leiomyoma
9. Gangion aponeutikum
10. Neurofibromatosis
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik
19 Tindak lanjut : 12 Minggu, 24 Minggu kemudian lepas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 48


1 ICD : D 29
2 Diagnosis : TUMOR JINAK GENITALIA LAKI &
TUMOR NON NEOPLASMA GENETALIA LAKI
3 Kriteria diagnosis : Keluhan: Benjolan kedl di prostat, testis, penis, atau kulit
genitalia
Rsik: tumor kecil, umumnya < 2 cm; berbatas tegas, padat atau
kisteus, di prostat ( colok dubur), testis, epididymis, penis atau
skrotum
4 Diagnosa banding : 1. Tumor ganas 2. Hidrokel testis 3. Spematokel
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. FNA, biopsi testis, pemeriksaan spesimen operasi
2. Patologi: biopsi eksisi, pemeriksaan spesimen operasi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi : Eksisi tumor, TUR
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit: -
Terapi : perdarahan, infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis .Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 3hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Bebas rumor / sembuh
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi :
1. Neoplasma
1). Prostat adenoma, fibroma, myoma
2). Testis & epididimis: teratoma matur, Sertoli sel tumor,
karsinoid, tumor Brenner
2 Tumor non neoplama:
1). Prostat: hyperplasia
2). Testis & epididimis : granuloma, spermatokel, hidrokel
Funikuli
3). Penis & skrotum: kiste epidermis, atheroma
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik
19 Tindak lanjut : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 49


1 ICD : Teratoma Ganas In situ Jinak Tidak tentu
1 sacoccocygeal C76.3 D09.7 D36.7 D48.7
2 troperitoneum C48.0 - D20.0 D48.3
3 Mediatinum C38.3 - D15.2 D38.3
4 Ovarium C56.9 D07.3 D27 D39.1
5 Testis C62 D07.6 D29.2 D40.1
6 Supraseller C71.9 - D33.2 D43.2
2 Diagnosis : TERATOMA
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan : Tumor pada tempat-tempat yang khas untuk lokasi
teratoma, seperti di sacroccygeal, testis, ovarium, dfl
2. Fisik:
1) Berbentuk tumor ada yang padat ada yang kistik yang
terdapat tempat-tempat yang khas untuk lokasi sunl
teratoma
2) Manifest sejak lahir, atau setelah dewasa. Makin dewasa
manifestnya, makin besar kemungkinan keganasan
3) Radiologi: X-foto plos/CT-scan, MRI: Nampak ada
klasifikai atau bentukan seperti tulang, gigi, dsb.
4) Eksplorasi operasi: Tumor berkapsul yang tegas (jinak)
atau tidak tegas (ganas), mengandung kulit, rambut, tulang,
usus dsb.
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak atau ganas jaringan lunak
2. Tumor jinak atau ganas organ yang Bersangkutan
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologis: X-foto, CT-scan, MRI pada tempat tumor
2. Fitologis : FNA, biopsi, pemeriksaan spesimen operasi
3. Eksplorasi operasi: untuk melihat keadaan tumor
Staging, hanya untuk tumor ganas
T : Klinis, imaging, patologi
N : Klinis, imaging, FNA
M : Klinis, imaging, patologi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Teratoma jinak: eksisi tumor
Teratoma ganas: eksisi luas atau organtektomi

Non Bedah Radioterapi


9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S. kelas-C.
R.S. Iain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit: erosi atau destruksi tulang disekitamya
Terapi
1). Operasi: perdarahan, infeksi
2). Radioterapi: radionekrose
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum Dokter Spesialis Bedah
Onkologi. Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 bulan

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 50


15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang
St. sangat lanjut tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi:
1. Teratoma ganas
2. Teratoma jinak
3. Teratoma sifat tidak jelas
17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas.
18 Prognosis : Stadium dini : baik
Stadium lanjut : dubius
St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun: setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
>5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 51


1 ICD : C64-C79.4-C22.0-C22.2
2 Diagnosis : KANKERPEDIATRI
1. TUMOR WILLEM 2. NEUROBLASTOMA.
3. HEPATOBLASTOMA, 4. RETINOBLASTOMA,
5. TERATOMA
3 Kriteria diagnosis : 1. Tumor Willem (nephroblastoma), C64
1) Tumor ginjal pada anak-anak, umumnya pada umur
dibawah 5 tahun
2) Ada trias gejala: tumor abdomen, nyeri dan hemahi
mungkin pula disertai anemi, hipertensi atau panas
3) Radiologi: pada IVP, ada filling defek di pyelum, USG
abdomen terlihat tumor dari ginjal
4) Laboratorium: hematuria, anemia,
2. Neuroblastoma adrenal, C79.
1) Tumor ganassyaraf atau ganglion perifir, dapat di leher
toraks, abdomen, tetapi umumnya di kelenjar adrai pada
umur dibawah 5 tahun, dapat mengalami spontan pada
bayi kurang dari 1 tahun
2) Pada penyitraan: X-foto polos, terlihat ada kalsifii dalam
tumor, Pada USG. Tumor berasal dari ginjal, IVP terlihat
pyelum normal
3) Laboratorium: dalam urine terdapat kenaikan koiamine,
VMA= vahyl mandelic acid, HVA = homo vandelic
acid.
3. Hepatoblastoma, C22.2
1) Keluhan: sakit perut, mual muntah, panas, anoi. berat
badan menurun
2) Tumor pada hati pada anak, umumnya dibawah tahun.
3) Radiologi: USG abdomen / CT-scan: nampak turn pada
hati
4) Laboratorium: AFP naik, gangguan fungsi hati, ikterus
4. Retinoblastoma, C69.2
1) Tumor mata pada anak-anak, umumnya umur 1-3 tahun
2) Terdapat Ieukocoria, releks papil putih, strabismus
Flexner-Wintersteiner rosette pada retina
3) Tumor dapat uni atau bilateral
5. Teratoma, C76.2
1) Terdapat tumor di mediastinum, retroperitoneum,
ovarium .testis, hati, dsb, yang terdlri dari campuran
derivat jaringan epithelial, endothelial dan mesun chymal
(tulang, kulit, rambut, gigi, usus, dsb).
2) Tumor dapat bersifat ganas, in situ, sifat tidak tentu atau
jinak
3) Radiologic Pada X-foto polos; tampak ada tulang atau
kalsifikasi dalam tumor Rada USG, CT-san atau MRI
nampak ada tulang atau macam-macam komponen
jaringan dalam tumor
4 Diagnosa banding : 1) Tumor jinak, 2) Limfoma maligna
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi: IMR USG abdomen, CT-scan, MRI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 52


2. Laboratorium: darah, urine, fungsi hati, fungsi ginjal, AFR
Katekolamine
3. Sitologi: FNA, sitologi
4. Patologi, jenis histologi, derajat
Staging
T : Minis, imaging, patologi
N : Minis, imaging, patologi
M : Minis, imaging, patologi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Eksisi luas tumor. Pada reseksi hepar 85% jaringan hepar
dapat direseksi dan akan mengalami regenerasi sempurna
dalam. 1-3 bulan.
2. Organtektomi: Rada tumor Willem: nefrektomi, pada
ovarium: ovariektomi, pada testis: orchidektomi, pada mata:
eksentrasio bulbi.
Non Bedah 1. Radioterapi pre atau pasca bedah, atau radioterapi primer bila
tumor inoperable
2. Kemoterapi: dengan vincristine, actinomycin-D,
doxorubicin, cyclophospha-mide, dsb.
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.R.S. lain yg mempunyai sarana
pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: perdarahan, infeksi, paraneoplastik sindrom
2. Terapi: perdarahan, infeksi, seroma, gangguan fungsi organ
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
13 Lama Perawatan : ± 10 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu
15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang
St sangat lanjut ttdak sambuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konnrmasi diagnosis
Jenis histologi:
1. Ginjal : nephroblastoma
2. Adrenal : neuroblastoma, ganglioneuroma,
3. Hepar : hepatoblastoma, hepatocelular carcinoma
4. Mata : retinoblastoma
5. Teratoma : malignant teratoma, benign teratoma, terato
carcinoma
17 Otopsi : Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang
sebabnya tidak jelas.
18 Prognosis : 1. Stadium dini : baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. St sangat lanjut jelek 0-3 tahun:
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun: setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
>5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 53


1 ICD : C81 sd C85
2 Diagnosis : LIMFOMA MALIGNA
1. Hodgkin Disease = HD C81
2. Non Hodgkin Lymphoma = NHL
1) Foflicular (nodular) NHL, C82
2) Diffuse NHL, C83
3. Peripherial and cutaneous T-cell lymphona, C84
4. Other and unspecified of non Hodgkin lymphoma, C85
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan:
1) Pembesaran kelenjar limfesuperfisial seperli di leher,
ketiak, inguinal, atau benjolan di tonsil atau faring, atau
keluhan karena ada benjolan di perut
2) Fanas badan, penurunan berat badan atau berkeringat
malam yang tidak jelas sebabnya
2. Fisik: limfadenopati singel atau multiple, di salah satu atau
lebih regio kelenjar limfe superfisial, sepcrti di leher, ketiak,
inguinal, tonsil atau lingkaran Waldeyer
3. Radiobgi: USG abdomen, CT-scan abdomen, MRI untuk
terlihat adanya pembesaran kelenjar limfe
4. Fada laparotomi karena Ueus ditemukan adanya agregat
jaringan limfe atau kelenjar limfe yang menimbulkan
obstruksi ileus itu
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak kelenjar limfe
2. Limphadenitis tuberkolosa non spesifik
3. Limphadenitis non spesifik :
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Epidemiologi: umur, faktor risiko
2. Radiologic X-foto toraks,x-foto tulang, USG abdomen, Ct-
scan, MRI,
3. Laboratorium : darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal,
LDH, albumen, globulin, SGPT, SGPT, Alkali fosfatase,
sumsumtulang
4. Fatologi: biopsi kelenjar limfe, tulang, sumsum tulang
terbuka, atau dengan VC
5. Eksplorasi: laparoskopi, laparotomi, torakoskopi
6. Ratologis : Jenis histologi, pada HD = Hodgkin Disease,
ditemukan sel Reed Sternberg, pada NHL = Non Hodgkin
Limfoma[tidak.
7. Immunohistokimia: Sel-T atau sel-B
Staging
1. Winis : cS = clinical staging
2. Patologi: pS = pathological staging
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Laparotomi, jika timbul ileus atau peritonitis
Non Bedah 1. Radioterapi:
1) 40 Gy, bila limfoma masih lokal pada satu regio
2) Pada sindroma vena cava superior
2. Kemoterapi: dengan
1). AVBD = adriamycin, bleomycin, vinblastine dan carbazine
2). MOPP = mechorethamine, Oncovin, prednison dan

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 54


procarbazine
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: ileus obstruksi, peritonitis, anemia, sindom vena cava
superior
2. Terapi:
1). Operasi : Perdarahan, infeksi,
2). Radtoterapi: Radiodermatitis, Radionekrose, Lemi.
3). Kemoterapi: Netropenia, Mual / muntah/tfopecia,
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Kardiovaskular Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 24 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini :bebaskanker
2. Stadium lanjut : DPS atau OS diperpanjang
St. sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu ntuk konfismasi diagnosis
Jenis histologi
1. Non Hodgkin lymphoma
1) Follicular (Nodular)
2) Diffuse
2. Hodgkin Disease
1) Lymphocytic predominace
2) Nodular sclerosis
3) Mixed cellularity
4) Lymphocytic depletion
5) Other hodgkin’s disease
6) Hodgkin’s unspectified
7) Mycosis dungoides
3. Plasmacytoma
4. Reticulosarcoma
17 Otopsi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus kematia yang
sebabnya tidak jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini : baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. St sangat lanjut jelek 0-3 tahun:
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun: setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
>5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 55


1 ICD : R 59
2 Diagnosis : LIMFADENOPATI
3 Kriteria diagnosis : Ada pembesaran kelenjar limfe salah satu atau lebih di regio
leher, ketiak, inguinal yang dapat:
1. Singel atau multipel
2. Lepas atau melekat satu dengan yang lainnya membentuk
konglomerat
3. Dicurigai ganas:
1). Primer, apabila kelenjar membesar progresif, tanpa radang,
padat, terfiksasi, atau tidak sembuh dengan antibiotika atau
obat anti TBC.
2). Sekunden bila ditemukan ada tumor primernya
4 Diagnosa banding : 1. Limphadenitiskhronika, baikspesifikmaupun non spesil
2. Limfoma maligna (Hodgkin atau non Hodgkin)
3. Reaktif hiperplasia
4. Metastasis kanker dari tempat lain, ICD.C77 atau C80
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi: tergantung dari lokasi limfadenopati itu untuk
mencari tumor primernya
2. Patologi: FNA, biopsi eksisi,
3. Laboratorium: test immunokxjis (tbc, toksoplasma)
Staging, hanya untuk limfoma maligna atau metastase kanker
T : cari letak tumor primernya, Minis dan imaging
N : limadenopati adalah metastase regional atau metastase
jauhnya
M :cari lokasi metastase jauhnya, klinis dan imaging
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi : Tergantung dari penyebabnya
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit: -
Terapi : -
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis .Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Kepala - leher
13 Lama Perawatan : ± tergantung dari sebabnya
14 Masa Pemulihan : ± tergantung dari sebabnya
15 Hasil : Tergantung dari sebabnya
1. Tuberkulosa :sembuh
2. Reaktif hiperplasia : sembuh
3. Limfoma maligna : bebas kanker
Metastase kanker : sukar sembuh
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi:
1. Limfadenitis tuberkulosa
2. Reaktif hiperplasia kelenjar limfe
3. Limfoma maligna

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 56


4. Metastase kanker.
Dengan mengetahui jenis histologinya mungkin dapat
ditemukan tumor primemya (ICD. C77 atau ICD
topografinya) dan mungkin pula tidak ditemukan (diagnosis
menjadi MUO = Metastase of Unknown Origen atau CUP =
Cancer of Unknown Primary, ICD. C80)
17 Otopsi : -
18 Prognosis : 1. Non neoplasma : baik
2. Neoplasma : tergantung dari stadiumnya
19 Tindak lanjut : Tergantung dari penyababnya

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 57


1 ICD : C 40 –C41
2 Diagnosis : KANKER TULANG
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan: tumor, nyeri tulang, timbul patah tulang, paraplegia
2. Rsik: tumor pada tulang dengan invas keluar tulang, patah
tulang patologis, paraplegia,
3. Radiologi: X-foto tulang, CT-scan, MRl: ada pembentuk
tulang baru (Codman's trangle), ada "sunrays phenomen' pada
osteogenic sarcoma, atau phenomena " union peel = kulit
bawang" pada Ewing sarcoma, ada invasi tuma keluar tulang,
faktura patologis
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak tulang
2. Kiste tulang
3. Osteomyelitis
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Epidemiologi: umur, iokasi tumor
2. Radiologi: X-foto tulang, Ct-scan, MRl, Scantigrafi tuUi
3. Laboratirium: darah, urine, fungsi hati, fungsi ginji
fosfatase alkali
4. Fatologi: Biopsi: FNA, biopsi tulang, pemeriksaan
spesimen (jenis histologi, derajat diferensiasi sel)
Staging
T : Klinis, imaging, patologi spesimen operasi
N: klinis, imaging
M :Klinis, imaging (X-foto thoraks, USG abdomen, CT-scan.
MRI scintigrafi tulang), patologi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Ekstemitas:
1). reseksi tulang + transplantasi tulang atau protese t (limb
preserving operation)
2). amtupasi/disartikulasi
2. Kepala.leher, tubuh:
Reseksi radikal tulang / reseksi dinding toraks/ +
rekonstruksi

Non Bedah 1. Radioterapi pra atau pasca bedah, atau radioterapl ft


2. Kemoteraphdgkombinasi cyclophosphamide, doxow
ifophosphamide, cisplatin, methotrexare
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: fraktur, paraplegia
2. Terapi
1). Operasi : a). Perdarahan, b). Hematoma,
c). Infeksi, d). Cacat
2). Radioterapi : a). Radiodermatitis, b). Radionekrose,
c). Lemas, d). fibrosis
3). Chemoterapi : a). Netropenia, b). Mual / muntah,
c). Alopecia
11 Informed consent : Perlu

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 58


12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari


14 Masa Pemulihan : ± 4 - 12 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini : bebas kanker
2. Stadium ianjut : DFS atau OS diperpanjang
3. sangat lanjut : tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi:
1. Membentuk tulang atau kartilago
1). Osteogenic sarc, 2). Juxtacortical
osteosarc,
3). Chondrosarc, 4). Juxtra
chondrosarcoma,
5). Mesenchymal chondrosarcoma,
2. Lisis tulang
1). Giant cell tumor 2). Ewing sarcoma,
3. Lain-lain
1). Hemangioepithelioma, 2). Hemangiopericytoma,
3). Angiosarcoma, 4). Fibrosarcoma,
5). Liposarcoma, 6). Malignant
mesenchymoma
7). Undifferentiated sarc., 8). Chordoma,
9). Adamantinoma dari tulang panjang,
17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas.
18 Prognosis : 1. Stadium dini :baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. Stadium sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 59


1 ICD : C62
2 Diagnosis : KANKER TESTIS
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan: Testis membesar, tumor testis, nyeri, terasa berai
2. Fisik: Tumor membesar, lokal atau difuse konsistensi padal
keras, kanan dan kiri tidak sama
3. Radiologi:
1). USG : testis bentuk irreguler, densitas heterogen
2). Lab : AFP naik > 15 ng/ml, HCG naik > 5 mIU/ml,.
LDH> 1-1.5 xN (normal)
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak
2. Hidrokel testis
3. Orchitis
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiol.: X-foto toraks, USG abdomen, CT-scan abdomen
2. Laboratorium.: darah, urine, BUN, AFR HCG
3. Patologi: FNA, biopsi testis, pemeriksaanspesimen operasi
penis histologi, derajat diferensiasi)
Staging
T: Klinis, imaging, (USG testis), petanda tumor
N: Klinis, imaging
M: Klinis, imaging )X-foto toraks, USG abdomen, CT-scan,
MRI)
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Untuk Non seminoma
1. Lokal :
1). Orchidektomi total
2). Orchidektomi radikal
2. Nodus regional: diseksi kelenjar limfe retroperitoneal
Untuk Seminoma atau non seminoma
Non Bedah 1. Radioterapi: 25-30 Gy
2. Kemoterapi: etoposide, cisplatin
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit: invasi ke kulit skrotum, vas deferen
Terapi
1). Operasi: perdarahan, infeksi
2). Radioterapi : mual, muntah, diarhoea, badan len nafsu
makan turun
3). Chemotcrapi: mual, muntah, diarhoea, badan lemes,
nafsu makan turun leukopeni, alopesia, dsb
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 - 24 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini : bebas kanker o

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 60


2. Stadium lanjut : DPS atau OS diperpanjang
3. Stadium sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi

16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis


Jenis histologi:
1. Seminoma
2. Non seminoma
1). Embryonal care. 2). Choriocarcinoma
3). Teratoma maligna 4). Embryonal rhabdomyosarc,
5). York sac tumor 6). Leydig cell tumor
7). Granulosa cell tumor
17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini :baik
2. Stadium lanjut : baik
3. St sangat lanjut: dubius
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 61


1 ICD : C00 – C06
2 Diagnosis : KANKER RONGGA MULUT
Bibir COO, Pangkal lidah C01, Lidah C02,
Gusi C03, Dasar mulut C04, Palatum COS.
Rongga mulut lainnya C06
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan : ada tumor atau ulkus, mudah berdarah, sering nyeri,
di mulut
2. Fisik:
1) Ada iesi di mulut dapat berupa indurasi, nodus, tumni
atau ulkus, yang mudah berdarah, sering nyeri, mulul
berbau, tidak menghilang dengan pengobatan konsei vatif
selama 2-4 minggu dengan tanda-tanda infiltrani
2) Ada pembesaran kelenjar limfe submandibula atau lelm
3) Ada lesi pra kanker seperti leukoplakia, eritroplasi Querat
4) Ada faktor predisposisi seperti merokok, nginang,
peminum alkohol, kelainan gigi, higiene mulut
3. Radiologi: Rada x-foto maksila / mandibula atau panoramik,
mungkin terlihat ada destruksi tulang
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak mulut
2. Ulkus kronik benigna
3. Granuloma.
4. Stomatistis
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi: X-foto rahang, panoramik, CT-scan, MRI
2. Patologi:FNAbiopsi(imisi/eksisi/cakot), Spesimen operasi
histologi, derajat diferensiasi sel)
Staging
T: Klinis, imaging, patologi
N : Klinis, Imaging, patologi
M : Klinis, imaging (X-foto toraks, USG abdomen, CT-scan
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Tumorprimer
1) Eksisi luas bibir + rekonstruksi bibir
2) Eksisi luas Iesi trans-oral, defek mukosaditutup dengan
Thiersch pada tumor Tis atau T1
3) Operasi khusus:
a. Reseksi palatum/ mandibula/ pipi + rekonstruksi
b. Glosektomi total
c. Operasi commando dan rekontstruksi pada T2 ke atas
Pasca bedah : dipasang pipa nasogastik selama 7 hari dan
diberikan perawatan higiena mulut yang baik
2. Nodus regional : RND = Radical Neck Dissection

Non Bedah 1. Radioterapi : untuk kasus yang inoperabel


2. Kemoterapi : dengan obat
1) tunggal : a. Cisplatin, b. Flourouracil c. Endoxan
2) Multifarma
a. VBM : Vincristin, Bleomycin, Methotexate

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 62


b. FAM : Flouroutacil, Adriamycin, Mitomycin-C

9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.


R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit:
1) Nyeri
2) Sukar makan dan minum
3) Trismus
4) Sukar nafas
Terapi
1) Operasi: perdarahan, Kiloma, Fitula orokutan, infeksi, sinus
dari implant, kawat/ plat skrup, nekrose flap
2) Radioterapi : mulut kerin, mukositis, infeksi, fibrosis
3) Chemotcrapi: Neutropenia, mukositis, infeksi, toksis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum Dokter Spesialis
Bedah Onkologi. Dokter Spesialis
Bedah Kepala-Ieher
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 - 8 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini : bebas kanker
2. Stadium lanjut : DPS atau OS diperpanjang
3. Stadium sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi
1. 1. Epithelial
1) Karsinoma in situ
2) Squamaos cell carcinoma
3) Adenocarcinoma carcinoma
4) Adenoid cystic carcinoma
5) Plemorphic carcinoma
6) Malignant melanoma
2. Mesenchymal
1) Fibrosarcoma 3) Rhabdomyosarcoma
2) Leiomyosarcoma, 4) Mal. hemangiopericytoma
17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini :baik
2. Stadium lanjut : Dubius
3. St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 63


1 ICD : C60
2 Diagnosis : KANKER PENIS
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan : benjolan di penis
2. Fisik:
1) Lesi berupa plaque merah, nodus, tumor eksofitik, erosi
atau ulkus di glans atau preputium
2) Pembesaran kelenjar limfe inguinal
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak
2. Condyloma
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Biopsi lesi, pemeriksaan spesimen operasi, jenis histologi,
derajat diferensiasi sel
2. Radiologi : X-foto toraks, USG abdomen, CT-abdomen
3. Laborat : darah, urine
Staging
T: Klinis, imaging
N : Klinis, Imaging (limfografi bipedal)
M : Klinis, imaging (X-foto toraks, USG abdomen, CT-scan
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Panektomi parsial atau total
2. Diseksi kelenjar limfe ileo-inguinal

Non Bedah 1. Radioterapi 40 gy, brachiterapi dengan implantasi irridium


2. Kemoterapi : bleomycin, methotrexate, cisplatin
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: kehilangan penis
2. Terapi : perdarahan, struktur uretra, infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini : bebas kanker
2. Stadium lanjut : DPS atau OS diperpanjang
3. Stadium sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Jenis histologi
2. 1. Squamous cell carcinoma
3. 2. Adenocarcinoma

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 64


17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini :baik
2. Stadium lanjut : Dubius
3. St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 65


1 ICD : C50
2 Diagnosis : KANKER PAYUDARA
3 Kriteria diagnosis : 1. Keluhan : tumor atau borok yang mudah berdarah pada
payudara, erosi perdarahan atau keluar cairan abnormal
puting susu
2. Fisi : pada payudara terdapat tumor pada keras, batas tidak
jelas, bentuk tidak teratur, umumnya pada permulaan tidak
nyeri, tumbuh progresif, dan ada tanda-tanda infiltrasi atau
metastase
Tanda infiltrasi : mobilitas tumor terbatas, melekat kulit /
muskulus pektoralis / dinding dada, eritema kulit diatas
tumor, peau d’orange, satelit nodule, ulserasi
Tanda metastase : regional ada pembesaran kelenjar limfe
ketiak / mammaria interna atau ada tumor di organ jauh
3. Radiologi :
a. Mammografi ada tumor batas tidak tegas, bentuk
irreguler, stellate, kalsifikasi mikro yang tidak teratur
b. USG mamma ada tumor berbatas tidak tegas, hiper
echoic
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak mama
2. Tumor philodes
3. Displasia mamma
4. Mastitis khronika
5. Sarcoma jaringan lunak
6. Limfoma maligna
5 Pemeriksaan : Diagnosis : Triple diagnostik
penunjang 1. Klinis
2. Mammografi atau USG mamma
3. FNA
Juga VC / PC dan pemeriksaan patologi spesimen operasi
Staging
T: Klinis, imaging, patologi ( jenis histologi, derajat diferensiasi)
N : Klinis, imaging, biopsi sentinal node
M : Klinis, imaging (X – foto toraks, USG abdomen, bone scan,
CT-scan, MRI
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Standard :
Masektomi radical modifikasi (patey / madden)
2. Alternatiif
1) Mastektomi radikal standard radical (Halstedt)
2) BCT/S (Breast Conserving Treatment / Surgery)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 66


a. Tumorektomi / kwadrantektomi / segmentektomi ±
diseksi axilla + radioterapi pasca bedah
b. ± rekonstruksi mamma (myokutaneus latisimus
dorsi flap)
3) Pada tumor yang kanker mamma non palpable atau
kanker insitu diseksi axilla atau dari biopsi sentinal node
3. Mastektomi radikal modifikasi pada kanker mamma lanjut
lokal setelah mendapat kemoterapi adjuvant

Non Bedah 1. Radioterapi : pra atau pasca operasi atau primer


2. Kemoterapi : adjuvant / neoadjuvant atau primer dengan :
CMF = cyclophosphamide, methotrexate, flourouracil
CAF = cyclophosphamide, adriamycin, flourouracil
3. Hormonterapi : pada kasus reseptor hormon positif dengan
ovariektomi, tamoxifen, arimex, GnRH analogue
4. Terapi paliatif dan bantuan
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: kehilangan penis
2. Terapi : perdarahan, struktur uretra, infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : 1. Stadium dini : bebas kanker
2. Stadium lanjut : DPS atau OS diperpanjang
3. Stadium sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis
Epithelial
1. Non infiltrating ductal atau lobular carcinoma
2. Infiltrating ductal atau infiltrating lobular carcinoma
3. Varian khusus
1) Medulary carc
2) Papulary carc
3) Cribriform carc
4) Mucinous carc
5) Scirrhus
6) Pagets disease
7) Squamous cell carc
8) Undifferentiated carc
Mesemchymal
1. Fibrosrcoma

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 67


2. Liposarcoma
3. Mal. Fibrous hisiocytoma

Campuran
1. Mal tumor phyllodes
2. Carcinosarcoma
17 Otopsi : Perlu untuk:
konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang sebabnya tidak
jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini :baik
2. Stadium lanjut : Dubius
3. St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 68


1 ICD : D 24
2 Diagnosis : TUMOR JINAK PAYUDARA
3 Kriteria diagnosis : 1) Fiboadenoma mamma
(1) Tumor di mamma pada wanita
a). Muda, dibawah umur 30 tahun
b). Tumbuh pelan dalam waktu tahunan
c). Batas tegas
d). Bentuk bulat atau oval,
e). Permukaan halus
f). Konsistensi padat elastis
g). Sangat mobil dalam korpus mamma
h) Tumor dapat singel atau multipel
(2). Nodus axilla tidak teraba membesar dan tidak ada
tanda metastase jauh.
2). Tumor filloides mamma
(1). Tumor pada mamma yang besar, > 5 cm dan da lebih
dari 30 cm
a). Diameter umumnya besar diatas
b). Barmukaan berbenjol-benjol
c). Ada bagian yang padat dan kisteus
d). Sangat mobil dari dinding dada
(2). Kulit diatas tumor mengkilat
(3).Vena subkutan membesar dan berbelok-belok
(venaektasi)
(4). Tidak ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase
3). Papilloma intra duktal
(1). Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting susu
(2). Tumor kecil di subareoler
4 Diagnosa banding : 1). Kanker payudara
2). Kiste payudara
3). Fibroadenosis
5 Pemeriksaan : 1). Epidemiologi: umur, faktor risiko
penunjang 2). Radiologi: USG mamma / mammografi
3). Sitologi: FNA
4). Patologi: Biopsi, Vries Coup :
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : 1). Fibroadenoma mamma: Poliklinik, kalau perlu MRS
sakit untuk tumor yang multipel
2). Tumor filloides dan papiloma intraduktal: MRS
8 Terapi Bedah : 1). Rdroadenoma mamma: eksisi tumor mamma
2). Tumor filloides : eksisi tumor atau mastektomi simpel.
3). Papiloma intraduktal : duktektomi
4). Lain-lain tumor jinak : eksisi tumor mamma

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 69


9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
10 Penyulit : Operasi:
1). Perdarahan
2). Hematoma
3). Infeksi
11 Informed consent : Perlu ada informed consen
12 Tenaga Standar : Spesialis Bedah Umum
Spesialis Bedah Onkologi
13 Lama Perawatan : 0 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : 1 – 2 minggu
15 Hasil : Sembuh
16 Patologi : 1). Fibroadenoma,
2). Tumor phyllodes,
3). Lipoma,
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Tumor jinak: baik
19 Tindak lanjut : 0-1 tahun : setiap 3 bulan sekali
> 1 tahun : lepas

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 70


1 ICD : N60-N64
2 Diagnosis : DISPLASIA PAYUDARA &
TUMOR NON NEOPLASMA PAYUDARA LAINNYA
3 Kriteria diagnosis : 1). Dysplasia mamma N60
(1). Tanpa tumor yang dominan
a). Nyeri pada mamma, sikiis sesuai dengan siklis
menstruasi atau non siklis
b). Mamma padat, noduler, lokal atau difuse
c). Keiainan dapat menghilang dan timbul deng spontan
sesuai dengan siklus menstruasi
(2). Dengan tumor
a). Kista mamma
Pada aspirasi keluar cairan serous, keruh atau seperti
nanah dalam kiste Kiste dapat singel (N60.0)atau
multipel (N60.1) pada satu atau kedua mamma,
b). Fibroadenosis mama (1CD. N60.2)
Tumor umumnyatidakbesar. konistensi padat,
tidaktegas Tumor dapat timbul dan mengecil atau
menghilang secara spontan Tumor sering multipel
dan bilateral
2). Mastitis
(1). Mastitis non puerperalis, N61
(2). Mastitis puerperalis (091)
a). Mastitis akuta / abses mamma Ada tanda-tanda
radang ( dolor, calor, rubor, mor, fungsio lesa)
c). Mastitis chrcnika
Tumor kecil umumnya di subareola melekat dengan
areola atau ditempat lain disertai atau tidak dengan
tanda-tanda radang.
3). Hipertrophi mamma
(1). Hipertrofi pada wanita
a). Ukuran besar mamma irielebihi ukuran normal
b). Dapat uni atau bilateral
(2). Ginekomasti = hipertrophi pada laki
a). Mamma pria membesar, seperti mamma wanita
b). Jaringan mamma subareoler paling sedikit sebesar
1 ½ cm
4). Galaktokei
Terapat kiste pada mamma yang berisi air susu
(1). Galaktokei non puerperalis, (N64.8)
(2). Galaktokel puerperalis, (092.9)
4 Diagnosa banding : 1). Kanker payudara
2). Neoplasma jinak payudara

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 71


5 Pemeriksaan : 1). Radiologi : mammografi / USG mamma
penunjang 2). Sitologi : FNA
3). Patologi : biopsi insisi atau eksisi dengan sedian beku atau
parafin
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : 1). Poliklinik
sakit 2). MRS pro vries coup untuk menyingkirkan kanker payudara
8 Terapi Bedah : 1). Displasia mamma
(1). Konservatif: aspirasi kiste, antioksidan. EPO.
danocrine.tamoxifen. (2). Operasi: eksisi tumor, bila
konservatif gagal
2). Mastitis
(1). Non purulent: antibiotika
(2). Purulent / abses : insisi & drainage
3). Hypertrofi mamma
(1). Adolesesent: reduction mammopiasti
(2). Ginekomasti
a). Konservatif: dengan testosteron, antiestrogen
b). Operatif: Eksisi ginekomasti
4). Galatokel:
(1). Aspirasi
(2). Bila gagal: eksisi tumor
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
10 Penyulit : Operasi :
1). Perdarahan 2). Hematoma 3). Infeksi
11 Informed consent : Perlu ada informed consent
12 Tenaga Standar : Spesialis Bedah Umum, Spesials Bedah Onkologi.
13 Lama Perawatan : Pasca bedah: 2-3 hari
14 Masa Pemulihan : Tergantung pada jenis tumornya
15 Hasil : Sembuh
16 Patologi : perlu
1). Tumor displasia mamma
(1). Simple cyst, (4). Papillary cyst,
(2). Adenosis, (5). Duct ectasia,
(3). Gynecomasty
2). Mastitis: radang
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik
19 Tindak lanjut : 3 bulan sampai 1 tahun

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 72


1 ICD : C21
2 Diagnosis : KANKER ANUS
3 Kriteria diagnosis : Keluhan: nyeri kalau berak, berak darah atau lendir Fisik:
Terdapat tumor berbentuk eksofitik atau poltpod di anus, Pada
toucher rektum, spincter ani terba tegano, tumor mobU atau
melekatdenganstnjkturdisekitain Kelenjar limfe inguinal atau
perararektal terabn membesar
Anuskopi / proktoskopi: terdapat tumor di anus
4 Diagnosa banding : Tumor jinak anus, Polip anus, Hemorrhoid
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang Endoskopi: rektoskopi, EUS, kolonoskopi
Radiologi : foto kolon, doubel kontrast
Patologis : biopsi, jenis histologis, derajat diferensiasi sel,
pemeriksaan histologis spesimen operasi,
Staging .
T : Klinis, imaging, patologi
N : Klinis, imaging, patolog
M : " Klinis, imaging (X-foto toraks, USG abdomen,
CT-scan MRI)
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Operabel : Eksisi anus untuk menyelamatkan spingtut
Reseksi abdominoperineal (operasi Miles)
Inoperabel: Sigmoidostomi
Elektrokoagulasi

Non Bedah Radioterapi: 40-50 Gy


Chemoterapi: dengan FUFA camptothecin, gemzar,
Paliatif : analgetika, nutrisi
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit obstruksj. ileus, anemi
2. Terapi
Operasi: perdarahan. infeksi Radioterapi: radiodermatitis,
proktitis, kistit
Kemoterapi: mual, muntah, leukopeni, infeksi, Toksis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi
Dokter Spesialis Bedah Digestif
13 Lama Perawatan : ± 10-14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 24 minggu

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 73


15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang '
Stadium sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Epithelial
1). Squamous cell care., 2). Basal cell card.,
3). Basaloid carcinoma. 4). Mucoepidermoid care.,
5). Adenocarcinoma, 6). Melanoma maligna,
7). Raget's disease 8). Undifferentiated care.
Non epithelial
1). Leiomyosarcoma, 2). Rhabdomyosarcoma,
17 Otopsi : Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang
tidak jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini : baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 74


1 ICD : C43 – C44
2 Diagnosis : KANKER KULIT
3 Kriteria diagnosis : Melanoma maligna (C43)
1. Keluhan : andeng-andeng membesar, gatel, memborok atau
mudah berdarah
2. Fisik: Ada lesi dikulit berbentuk plague, indurasi, nodus,
tumor atau ulcus berwarna hitam atau coklat kehitaman
3. Ada nodus intransit atau nodus limfe regional
Kanker kulit lainnya, (C44)
BCC = Kanker sel basal,
SCC = kanker sel skwamosa
1. Keluhan: benjolan atau borok di kulit, mudah berdarah
2. Fisik: Ada lesi di kulit berbentuk plaque, indurasi, nodus,
tumor eksofitik atau ulkus yang berbau, tumbuh infiltratiff\
desbuktif dan progresif.
Ada pembesaran kelenjar limfe regional
4 Diagnosa banding : 1. Tumor jinak kulit 2. Keratosis seborrhoicum
3. Keratoakantoma 4. Leukoplakia
5. Eritroplasia Querat
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi:X-foto, CT-scan/MRl lokal pada lesi
2. Ratologi: Biopsi insisi atau eksisi, pemeriksaan spesimen
operasi (jenis histologi, derajat diferensiasi)
Staging
T : Minis, imaging, patologi
N : kiinis, imaging, patologi
M : kiinis, imaging, x-foto toraks, USG abdomen, CT-scan
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Eksisi luas. (pada BCC: tepi irisan Vz - 1 cm; SCC 1-2 dan
melanoma maligna 2-3 cm menyelilingi tumor). kulit ditutup
dengan flap lokal atau transplantasi kulit
2. Amputasi untuk kanker kulit di ekstrimitas yang infihrasi
tulang
3. Diseksi kelenjar limfe regional, bila ada metastase

Non Bedah Radioterapi pasca bedah kalau ada kontaminasi, operasi tidak
radikal,kasusinoperabel atau pada basalioma yang kalau
dioperasi akan menimbulkan defek yang luas dan rekonstruksi
sukar.
Kemoterapi
1. Melanoma maligna: Dacarbazine, cisplatin, melphalan
2. BCC dan SCC: 5-Flourouracil. cisplatin. methotrexate,
bleomycin

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 75


9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : 1. Penyakit: Fterdarahan, anemi, infeksi, defekyangluasdimuka
2. Terapi
1) Operasi: perdarahan, infeksi, seroma, nekrose kulit,
Thiersch gagal
2) Radioterapi: mual, muntah, diarhoea, badan lemes,
nafsu makan turun
3) Chemoterapi: mual, muntah, diarhoea, badan lemes,
nafsu makan turun leukopeni, alopesia, dsb.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi
13 Lama Perawatan : ± 7 -14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang '
St. sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Epithelial
1. Basal cell carcinoma 2. Squamous cell carcinoma
3. Adenocarcinoma 4. Metatypical carcinoma
Melanosit
1. Malignant melanoma.
Mesenchymal
1. Dermatofibrosarcoma protubera
17 Otopsi : Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang
tidak jelas
18 Prognosis : 1. Stadium dini : baik
2. Stadium lanjut : dubius
3. St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 76


1 ICD : C49
2 Diagnosis : KANKER JARINGAN LUNAK
3 Kriteria diagnosis : Keluhan: Tumor di ekstrimitas atau di tubuh yang tumbuh
progresif
Fisik;
- Tumor subkutan di ekstrimitas, di kepala-leher, dinding tubuh,
retroperitoneum dengan gambaran klinis yang sangat
bervariasi tergantung dari lokasinya. dapat superfisial atau
dalam.
- Tumor tumbuh progresif, umumnya besar > 5 menguasi
jaringan disekitarnya (tulang. kulit).
- Tumor jaringan lunak pada anak-anak harus dipikirkan
kemungkinan suatu tumor ganas.
- Radiologi: X-foto lokaL CT-scan, MRI tampak tumor bebatas
tidak tegas, menginfiltrasi kapsel atau jaringan disekitarnya
ada bagian tumor yang nekrosis. dan pada arteriografi tampak
tumor hiper-vaskuler, ada neovas-kularisasi
4 Diagnosa banding : Tumor jinak jaringan lunak, hematom, tumor abdomen.
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang Radiologi: X-foto polos, CT-scan, MRI,
Fatologi: biopsi, pemeriksaan spesimen operasi
Staging
1. T : klinis, imaging, patologi dari biopsi /spesimen operasi
(jenis histologi, derajat diferensiasi sel)
2. N : klinis, imaging,
3. M : klinis, imaging (x-foto toraks. USG abdomen, CT-l MRI),
patologi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Tumor di ekstrimitas
1. Eksisi luas, 2. Eksisi kompartment,
3. Amputasi, 4. Disartikulasi
Tumor di kepala. leher, dinding tubuh
1. Eksisi luas, 2. Reseksi dinding torak
3. Eksisi dinding abdomen
Retroperitoneum : laparotomi / eksisi luas tumor

Non Bedah Radioterapi: 60-70 Gy pre atau pasca bedah atau primm
Kemoterapi, misalnya dengan CyVADIC
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Penyakit: perdarahan, anemi, invasi /penekanan struktur vital,
sesak nafas,
Terapi: perdarahan, infeksi, cacat berat
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Urhum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Kardiovaskular toraks.

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 77


13 Lama Perawatan : ± 7 -14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 12 minggu atau cacat seumur hidup
15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang '
St. sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : 1. Malignant fibrous histiocytoma 2. Neurofibrosarkoma
3. Fibrosarcoma 4. Liposarcoma
5. Synovial sarcoma 6. Rhabdomyosarcoma
7. Leiomyosarcoma 8. Epitheloid sarcoma
8. Angiosarcoma 9. Mesenchymoma
10. Mesothelioma 11. Lain-lain
17 Otopsi : Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang
tidak jelas
18 Prognosis : Stadium dini : baik
Stadium lanjut : dubius
St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 78


1 ICD : C64
2 Diagnosis : KANKER GINJAL
3 Kriteria diagnosis : Kanker ginjal pada anak-anak
1. Keluhan: hematuria, tumor di pinggang
2. Fisik: Tumor di pinggang, uni atau bilateral
3. Radiologi: IMP: deformitas dari calices, tumor ginjal
USG, CT-scan. MRI: tumor ginjal
4. Explorasi laparotomi: tumor dari ginjal
Kanker ginjal pada orang dewasa
1. Keluhan: hematuria, nyeri di pinggang, ± keluhan
paraneoplastik seperti: anemia, hipertensi, erythro-cytosli,
hipercalcemia.Cushing sindrom, berat badan menuruni
hiperpireksi
2. Fisik: terdapat tumor di daerah ginjal
3. Laboratorium: hematuria
4. Radiologi:
a). IVP: ada filling defek dari calices atau pyelum
b). USG -J CT-scan, MRI: ada tumor di ginjal terbatas atau
meluas keluar ginjal
c). Retrograde pyelografi: ada ekstensi tumor ke pelvis
d). Angiografi: tumor hyopervasuler
4 Diagnosa banding : Batu pyelum. Tumor jinak ginjal, Kiste ginjal
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Radiologi: IVR retrograde pyelografi, USG abdomen, d scan,
MRI angiografi, venacavografi,
2. Laborat: darah, urine, BUN, creatinin, uric acid, S(K SGPT
3. Ratologis : pemeriksaan spesimen operasi (jenis hisloll derajat
diferensiasi del)
Staging
T: Klinis, imaging, eksplorasi laparotomi, patologi
N: Klinis, imaging, ekspioras' laparotomi, patologi
M: Klinis, imaging, eksplorasi laparotomi, patologi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Nefrektomi radikal
± thrombo-embolektomi
± Diseksi kelenjar limfe retroperitoneal

Non Bedah Radioterapi: pre atau'pasca bedah atau radioterapi primer


Kemoterapi: dengan'FU, doxorubucin, mitomycin, cis-platin
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai

10 Penyulit : Penyakit: gagal ginjal, infeksi


Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 79
Terapi
1). Operasi: perdarahan,' infeksi.
2). Radioterapi: mual, muntah, diarhoea, badan lemes,nafsu
makan turun
3). Chemoterapi: mual, muntah, diarhoea, badan lemes. nafsu
makan turun leukopeni, alopesia. dsb. :
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Onkologi.
Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 -14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 – 24 minggu atau cacat seumur hidup
15 Hasil : Stadium dini : bebas kanker
Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang '
St. sangat lanjut: tidak sembuh, paliasi
16 Patologi : Epithelial / Adenocarcinoma
a). Tubular card., b). Granular cell care,
c). Renal cell care., d). Papillary care,
e). Clear cell care, (hypernephroma) f). Carcinoid tumor
Mesenchymal cell
a). Fibrosacorna,: b). Mai. Fibroushistiocytoma
c). Leiomyosarc.,, d). Rhabdomomyosarc,
e). Hemangiosart.
Complex mixed cells
a Nephroblastoma; (Wilm tumor),, b). Teratoma
17 Otopsi : Perlu untuk: konfirmasi diagnosis dan kasus kematian yang
tidak jelas
18 Prognosis : Stadium dini : baik
Stadium lanjut : dubius
St sangat lanjut: jelek
19 Tindak lanjut : 0-3 tahun : setiap 3 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 6 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 1 tahun sekali

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 80


1 ICD : D30
2 Diagnosis : TUMOR JINAK SALURAN KENCING &
TUMOR NON NEOPLASMA UROLOGI
3 Kriteria diagnosis : Keluhan : hematuria, disuria,
Ginjal: USG: terlihat tumor kecil di ginjal, padat atau kisteui
Pyelum : 1VP terlihat/if/ing de/ek di pielum
Buli-buli: kistografi, atau kistokopi terlihat tumor kecil
buli-buli
4 Diagnosa banding : 1. Tumor ganas
2. Urolithiasis
3. Infeksi
5 Pemeriksaan : Diagnosis
penunjang 1. Labotarorium : darah, urine, BUN, kreatinine
2. Radiologi
1). Ginjal : IVR USG, retrograde pyelografi,
2). Pielum : IVR pieloskopi, FNA, sitologi. biopsi
3). Buli-buli: IVR kistografi, kistoskopi,
3. Sitologi: urine
Patologi: FNA, TUR, spesimen operasi
Staging: - (Hanya untuk tumor ganas)
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : 1. Eksisi tumor 2. TUR
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C.
R.S. lain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Penyakit: hematuria, infeksi
Terapi: perdarahan, infeksi Perlu
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum Dokter Spesialis Bedah
Onkologi. Dokter Spesialis Bedah Urologi
13 Lama Perawatan : ± 2 -5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu atau cacat seumur hidup
15 Hasil : Keluhan dan tumor hilang
16 Patologi : Perlu untuk konfiirnasi diagnosis
Jenis histologi:
1. Tumor jinak
1). Ginjal : adenoma, fibroma, mioma
2). Pielum : transitional cell papilloma, adenoma
3). Buli-buli : transitional cell papilloma, swuamous cell
papiloma
2. Tumor non neoplasma:
1). Ginjal : kiste ginjal, hamartoma
2). Pielum : transitional cell metaplasia, metaplasia
3). Buli-buli : transitional cell metaplasia, squamous

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 81


metaplas., glandular metaplasia fibous polip,
endometriosis, hamatoma, hamatoma, kiste
17 Otopsi : -
18 Prognosis : baik
19 Tindak lanjut : -

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 82


IV.
BEDAH
KEPALA LEHER

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 83


1 ICD : S 02.6
2 Diagnosis : FRAKTUR MANDIBULA
3 Kriteria diagnosis : Trauma pada mandibula yang mengakibatkan diskontinuitas
tulang mandibula, ditandai adanya maloklusi dan false move
ment, bisa disertai edema dan nyeri tekan.
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto mandibula AP+Lat+Eisler,atau panoramik
penunjang
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi Bedah : Interosseus wiring+arc bar, atau plating (dikerjakan sebelum 14
hari dari trauma), arc bar dilepas hari ke 30
9 Tempat Pelayanan : Rumah sakit dengan sarana pembedahan yang memadali
10 Penyulit : Maluniom
Non union
Osteomielitis
Kekakuan sendi temporomandibuler
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tulang mandibula union, maloklusi (-), sembuh
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 84


1 ICD : S 02.4
2 Diagnosis : FRAKTUR MAKSILA
3 Kriteria diagnosis : Trauma daerah maksila yang mengakibatkan diskontinuitas
tulang maksila, ditandai dengan adanya maloklusi dan floating
maksila.
Bisa disertai edema, nyeri, hematoma, periorbital, rinore
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto Waters:
penunjang Le Fort I : garis fraktur transversal bau/ah
Le Fort II : garis fraktur pyramidal
Le Fort III : garis fraktur transversal atas :
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Suspensi frontosirkumferensial + arc bar, atau plating
(dikerjakan sebelum 7 hari dari trauma)
Arc bar bawah dilepas hari ke-30
Arc bar atas dan suspensi dilepas hari ke-60 :
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Maluniom
Non union
Osteomielitis
Kekakuan sendi temporomandibuler
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 8 minggu
15 Hasil : Tulang mandibula union, maloklusi (-), sembuh
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 85


1 ICD : S 02.4
2 Diagnosis : FRAKTUR ZIGOMA
3 Kriteria diagnosis : Trauma daerah zigoma yang menyebabkan diskontinuitas tulang
zigoma, ditandai dengan adanya deformitas dan nyeri tekan.
Bisa disertai hematom periorbital, diplopia, parestesi
infraorbital, edema, enoptalmus atau eksoptalmus
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto Waters, nampak garis fraktur, biasanya pada 3 tempat
penunjang yaitu margo inferior orbita, silier dan arkus zigomatikus
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Reposisi Gillies.
Bila tidak stabil perlu fiksasi dengan interosem wiring atau
plating
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Malunion
Non union
Osteomielitis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Piastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tulang zygoma union, deformitas (-), gangguan okuli (-)
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 86


1 ICD : S 00, S 01, S 07
2 Diagnosis : TRAUMA JARINGAN LUNAK WAJAH
3 Kriteria diagnosis : Periukaan yang mengenai jaringan lunak wajah, bisa berupa
trauma tajam, trauma tumpul atau ledakan. Ditandai adanya luka
terbuka pada wajah, bisa bersih atau kotor tergantung macam
dan tempat terjadinya trauma
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto bila curiga adanya fraktur tulang dibawah jaringan lunak
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperiukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Debridemen yang bersih, eksplorasi struktur dibawah kulit yang
ikut rusak.
Jahit luka :
Luka bersih : jahitan biasa
Luka kotor: jahitan jangan terlalu rapat, kalau perlu beri
drain hanschoen. Patokan :
Cari masing-masing pasangan dari jaringan yang terkoyak
Aposisi level muko kutaneus harus tepat
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi
Defek akibat hilangnya jaringan
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum .
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 5 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 3 minggu
15 Hasil : Luka sembuh, infeksi (-)
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 87


1 ICD : S 02.2
2 Diagnosis : FRAKTUR NASAL
3 Kriteria diagnosis : Trauma dacrah hidung yang mengakibatkan diskontinuitas
tulang hidung, ditandai dengan adanya deformitas hidung,
edema dan epistaksis
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X foto nasal
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Reposisi segera, pasang tampon hidung dan gips kupu-kupu
Tampon hidung dilepas hari ke 3-4, gips kupu-kupu ditepas hari
ke-21
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : malunion
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 - 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tulang hidung union, deformitas (-)
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 88


1 ICD : C. 73
2 Diagnosis : KARSINOMA TIROID
3 Kriteria diagnosis : Benjolan di leher bagian depan, flout bergerak waktu menelan
disertai tanda pernbesaran yang cepat, suara parau, sesak nafas,
gangguan menelan, konsistensi keras, mobilitas terbatas,
pembesaran kelenjar getah bening leher, FNAB keganasan {+)
4 Diagnosa banding : Tiroiditis kronis. struma adenomatosa
5 Pemeriksaan : FNAB X-foto leher (kalau perlu)
penunjang Untuk staging: X-foto toraks, USG Abdomen, alkali fosfatase
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Total tiroidektomi/near/ total tiroidektomi +
FND bila metastase
ke kgb leher/

Non Bedah Radiasi eksterra/interna (J-131),


kemoterapi bila ada indikasi.
Substitusiterapi levotiroksin
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Sesak nafas, suara serak karena lesi rekuren, kejang karena
hipo-paratiroid, trakheomalaise, perdarahan
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat secara prognostik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Tergantung faktor prognostik
Baik bila usia < 45 tahun ukuran tumor < 4 cm, tipe
diferensiasi baik, tidak ada ekstensi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 89


1 ICD : E 04, E 05, E 06
2 Diagnosis : STRUMA
3 Kriteria diagnosis : Benjolan/ massa di trigonum koli anterior sebelah bawah. ikut
bergerak keatas bila pcnderita melakukan gerakan menelan
Bentuk bisa difus, uninoduler atau multi noduler. Bisa disertai
gejala hipertiroidi (badan tambah kurus, gelisah, jantung
berdebar, sering keringatan, sulit tidur, diare) atau gejala
hipotiroidi (malas, mudah capek, ngantule tambah gemuk,
obstipasi, mata sembab). Curiga ganas bila tumbuhnya cepal.
sesak(+), disfagi(+), suara parau, benjolan keras, fixed, ada
pembesaran kgb leher.
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : Faal tiroid : T3, T4, TSH
penunjang Biopsi aspirasi jarum halus untuk struma uninodosa atau curiga
ganas
BMR (pada saat rawat inap)
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap bila ada indikasi operasi
sakit Keganasan
Hipertiroidi yang sudah teregulasi
Gejala penekanan
Keluhan kosmetik
8 Terapi : Operasi, macamnya tergantung proses patologis tiroid:
M.Basedow : tiroidektomi subtotal
Struma uninodosa : lobektomi subtotal
Struma multinodosa : lobektomi/ tiroidektomi subtotal
(tergantung jumlah lobus yang terkena)
Non Bedah Tiroiditis kronis : ismektomi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Lesi N. rekuren, Hipcparatiroidi, Hematoma,
Krisis tiroid (untuk M.Basedow), Hipotiroidi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk
13 Lama Perawatan : ± 2 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Struma (-)
16 Patologi : perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik, kecuali karsinoma anaplastik atau lanjut.

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 90


1 ICD : C 77.0
2 Diagnosis : PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING K & I.
3 Kriteria diagnosis : Pembesaran kelenjar limfe dicurigai ganas bila :
Pembesaran progresif
Tanpa tanda radang
Ada tumor primer ditempat lain
Tidak sembuh dengan antibiotika
Benjolan teraba agak keras :
4 Diagnosa banding : Limfadenitis spesifik/ non-spesifik
Limfoma maligna
Metastase dari tempat lain : FNAB, biopsy
5 Pemeriksaan : FNAB, Biopsi eksisional, atau biopsy insisional
penunjang Pemeriksaan darah lengkap
Tumor marker bila ada fasilitas
Pemeriksaan serologis (TB-DOT toksoplasma)
CT-scan bila ada indikasi
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperiukan)
7 Perawatan rumah : Poliklinis / opname bila perlu operasi dengan narkose
sakit Sesuai penyebab (radioterapi, kemoterapi, pembedahan,
antibiotika)
8 Terapi Non Bedah : Sesuai penyebab (radioterapi, kemoterapi, pembedahan,
antibiotika)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Tergantung penyebab
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk.
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : Tergantung penyebab
14 Masa Pemulihan : Tergantung penyebab
15 Hasil : Pembesaran kelenjar getah bening dapat dieradikasi
16 Patologi : perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Tergantung penyebab

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 91


1 ICD : C. 07
2 Diagnosis : TUMOR PAROTIS
3 Kriteria diagnosis : Benjolart di regio parotis pre/infra/post aurikuler
4 Diagnosa banding : Adenoma parolis,
Karsinoma parotis,
Metastase kelenjar getah bening parotis,
Metastase karsinoma nasofaring
5 Pemeriksaan : Untuk keperluan staging karsinoma parotis:
penunjang Bila tumor fixed: X-foto mandibula, CT-scan bila ada fasilitas
X-foto toraks
USG hepar
Bone survey bila ada indikasi
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Tumor operable : paratidektomi superticial
periksa-poto beku
jinak: paratidektomi superficial
ganas: paratidektomi total
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Lesi N.VII
Rstel liur
Sindroma Frey
Hematoma
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk.
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : ± 4 - 5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat radikal
Tumor ganas: daya tahan hidup 5 thn tergantung stadium makin
dini makin besar kemungkinan hidup 5 thn.
16 Patologi : perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Tumor jinak - baik
Tumor ganas - Stadium dini: baik
Stadium lanjut: jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 92


1 ICD : D 16.5
2 Diagnosis : AMELOBLASTOMA
3 Kriteria diagnosis : Benjolan berasal dari tulang mandibula atau maksila (jarang)
tak nyeri, tumbuh pelan (bertahun-tahun), konsistensi keras,
kadang ada fenomena bola pingpong, gigi yang bersangkutan
biasanya tak teratur
4 Diagnosa banding : Ossifying fibroma
Kista odontogenik
Giant cell tumor
5 Pemeriksaan : Mandibula : X-foto mandibula AP + Eisler atau panoramik
penunjang Maksila : X-foto Waters + Hap
Adanya gambaran kista multiple/ single
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reseksi megikutsertakan tulang sehat 1-2 cm d
ari bates lesi + rekonstruksi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan, hematom, fistel orokutan, lesi hipoglosus &
lingualis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk. .
Dokter Spesialis Bedah (K) KL.
13 Lama Perawatan : ±12 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat radikal
16 Patologi : perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 93


1 ICD : D 18.1
2 Diagnosis : HIGROMA KOLI
3 Kriteria diagnosis : Benjolan di leher sejak lahir/ bayi, membesar sesuai
pertumbuhan anak, bisa meluas ke wajah, rongga mulut, ketiak
atau mediastinum, dinding tipis, konsistensi kistik, sering
beriobi, sebagian berbatas jelas, tak nyeri tekan,
transiluminasi (+)
4 Diagnosa banding : Lipoma, fimfangioma simpleks, hemangioma, kista
brankhiogenik
5 Pemeriksaan :
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Ekstirpasi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Led struktur vital (pemb. darah, saraf, saluran nafas dan
esophagus) hematoma, infeksi, edema laring
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk
Dokter Spesialis Bedah (K)KL
13 Lama Perawatan : ± 5 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 14 minggu
15 Hasil : Benjolan terangkat sebersih mungkin
16 Patologi : perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik kecuali bila sangat ekstensif

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 94


1 ICD : K 11.6
2 Diagnosis : RANULA

3 Kriteria diagnosis : Tumor kiste dibawah lidah akibat tersumbat muara kelenjar liur
sublingual
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi
sakit
8 Terapi Non Bedah : Eksisiparsial dan marsupialisasi dinding kiste
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : DokterSpesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah K&L
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Muara kelenjar liur terbuka, kiste terdrainase
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 95


1 ICD : D 10.3
2 Diagnosis : TUMOR JINAK RONGGA MULUT
3 Kriteria diagnosis : Benjolan pada rongga mulut dengan batas jelas Fibroma,
papiloma, epulis
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi : Eksisi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : DokterSpesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah K&L
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Muara kelenjar liur terbuka, kiste terdrainase
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 96


1 ICD :
2 Diagnosis : TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK KEPALA DAN
LEHER
3 Kriteria diagnosis : Benjolan pada jaringan lunak dikepala atau leher
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi : Eksisi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : DokterSpesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah K&L
13 Lama Perawatan : Kalau lokal anestesi bisa poliklinis
Kalau dengan general narkose perlu opname 1 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 97


1 ICD : Q 18.0
2 Diagnosis : KISTA BRANCHIOGENIK
3 Kriteria diagnosis : Benjolan kistik di depan 1/3 atas m sternokleido mastrideus di
leher akibat kelainan kongenital
4 Diagnosa banding : Higroma
Tiroid aberan
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi : Eksisi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Hematom
Infeksi
Fistel
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : DokterSpesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah K&L
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 98


1 ICD : C 00 – C 06
2 Diagnosis : KANKER RONGGA MULUT
3 Kriteria diagnosis : Lesi di rongga mulut berbentuk bunga kol / ulserasi / peninggian
yang tak hilang setelah 4 minggu, cenderung tumbuh cepat, bisa
disertai rasa tebal atau nyeri. Kemungkinan ada faktor
predisposisi seperti merokok, nginang, peminum alkohol, gigi
runcing, hygiene mulut jelek, malnutrisi, lesi prakanker berupa
leukoplakia, eritroplakia. Bisa disertai metatase pada kelenjar
getak bening leher, biopsy positif
4 Diagnosa banding : Ulkus kronis benigna, granuloma
5 Pemeriksaan : Biopsi ≤ 1 cm, biopsy eksisional (dengan batas 1 cm keliling
penunjang tumor) pada lokasi tertentu tumor > 1 cm. Biopsy insisional
Untuk keperluan staging :
Untuk mengetahui infiltrasi, bila tumor sangat dekat dengan
tulang : X-foto mandibula AP + Eisler/panoramic serta X-foto
maksila Waters + Hap.
Mengetahui metastase jauh : X : foto toraks, USG hepar dan
bone survey bila ada indikasi
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi : Eksisi luas sampai 1 – 1,5 cm diluar jaringan patologis,
nasograstrik feeding 7 hari, k/p rekonstruksi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi, dehisensi luka, fistula orokutan, chyloma, nekrosis, flap,
seroma
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : ± 10 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Sembuh total untuk stadium 1
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Stadium dini, baik
Stadium lanjut, jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 99


1 ICD : K 09.0
2 Diagnosis : KISTA ODONTOGENIK
3 Kriteria diagnosis : Benjolan pada mandibula atau maksila, tidak nyeri, ada
gangren radiks atau gigi yang tidak tumbuh.
X foto nampak gambaran kista single
4 Diagnosa banding : Kista radikuler
Kista folikuler
5 Pemeriksaan : X foto mandibula AP/ Eisier, atau panoramik
penunjang X foto maksila Waters/ Hap
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi : Ekskokleasi (kuretase & ekstraksi gigi)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi
hematoma
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk.
13 Lama Perawatan : ± 5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Kista terangkat bersih
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 100


1 ICD : K 12.2
2 Diagnosis : FLEGMON DASAR MULUT
3 Kriteria diagnosis : Pembengkakan submandibular dengan rasa nyeri dan panas
badan, kulit diatasnya kemerahan, rasa hangatdan nyeri tekan.
Bisa disertai trismus dan mungkin ada riwayat sakit gigi
sebelumnya
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera
sakit
8 Terapi : Insisi-drainase - kultur pus bila ada fasilitas
Antibiotika sesuai dengan kuman penyebab
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Obstruksi jalan nafas
Sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : ± 3-5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1-2 minggu
15 Hasil : Infeksi (-)
Setelah infeksi reda, konsul doktergigi bila sumber infeksinya.
dari gigi.
16 Patologi : Tidak Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 101


1 ICD : L 02.0
2 Diagnosis : ABSES MAKSILOFASIAL
3 Kriteria diagnosis : Pembengkakan di daerah maksilofasial yang terlokalisir, disertai
rasa nyeri dan kadang disertai panas badan, kulit diatasnya
kemerahan, fluktuasi (+), nyeri tekan (+)
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap segera
sakit bila :
Lokasi didasar muiut, periorbital, nasofrontal
Diameter > 6cm
8 Terapi : Insisi drainase - kultur pus bila ada fasilitas
Antibiotika sesuai dengan kuman penyebab
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Obstruksi jalan nafas
Sepsis
Trombosis sinus kavernosus
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : ± 3-5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 10-14 minggu
15 Hasil : Abses (-1), infeksi reda
16 Patologi : Tidak Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 102


1 ICD : Q 89.2
2 Diagnosis : KISTA DUCTUS TIROGLOSUS

3 Kriteria diagnosis : Benjolan di lehcrdaerah midline setinggi kartilago hioid, batas


jelas, kistik, tak nyeri tekan, ikut bergerak keatas bila penderita
menelan dan menjulurkan lidah
4 Diagnosa banding : Struma pada istmus
Limfadenopati
Kista dermoid
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Operasi prosedur Sistrunk
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Fistel
Residif
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Onk
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 14 minggu
15 Hasil : Benjolan terangkat bersih bersama salurannya
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 103


V.
BEDAH
TORAKS – KARDIOVASKULAR

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 104


1 ICD : S.22.3.4
2 Diagnosis : PATAH TULANG IGA
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis patah tulang iga merupakan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang iga karena rudapaksa atau penyakit
Tanda dan gejala klinis berupa :
pada inspeksi gerakan dinding toraks asimetris, deformitas
pada paipasi nyeri tekaa, nyeri sumbu, krepitasi dari fragmen
tulang yang patah.
4 Diagnosa banding : Kontusio muskulorum
5 Pemeriksaan : Laboratorium : pemeriksaan darah dan ECG untuk evaluasi
penunjang klinis dan persiapan pembedahan
Radsologi: foto polos rongga dada PA/LAT.
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Bila single, tanpa penyulit tak perlu rawat inap di rumah sakit
sakit Bila multiple dan atau bila terdapat penyulit perlu rawat inap
di rumah sakit untuk observasi dan tindakan
8 Terapi Bedah : Obat-obatananalgetika,anestesi inffitrasi atau blok, perawatan
konsevatif
Non Bedah Fiksasi internal daerah fraktur dengan memakai clip
" Shapp " costafix atau mini plate atau wire dengan bantuan
anestesi umum atau anestesi lokal atau anestesi blok
Syarat faktur tersebut tidak lebih dari 2 (dua) minggu
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Ruptur pleura parietalis dan empisema kutis.
Ruptur jaringan paru.
Pneumotoraks.
Perdarahan dan hematotoraks atau hemotoraks.
Osteomielitis.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama dan terapi konservatif
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 2 - 14 hari pasca bedah bila tanpa penyulit
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16 Patologi : Khusus untuk fraktur patologis dan osteomielitis
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma atau kematian tidak wajar atau
jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 105


1 ICD : S.21-29
2 Diagnosis : LUKA TUSUK DINDING TORAKS
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis luka tusuk dinding toraks beaipa luka (embus
dinding toraks dan bisa melukai organ didalam rongga toraks
atau rongga abdomen.
Tanda dan gejala klinis berupa :
Jejas, luka tusuk dinding toraks dan daerah abdomen bagian
atas. Gejala dan tanda lainnya dapat berupa anemia, sesak,
sucking chest wound, jejas atau luka tusuk dinding toraks
terutama diantara garis mid klavikularis kanan dan garis axillaris
depan kiri dapat melukai jantung dan pembuluh darah besar.
4 Diagnosa banding : Luka tusuk tembus & luka tusuk tumpul
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL dan EKG untuk keperluan evaluasi klinis
penunjang dan persiapan operasi.
Radiologi: foto polos toraks atau Echokardiografi (dilakukan
hanya bila kondisi stabil)
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Farmakologi: Antibiotika, analgetika, antipiretika

Non Bedah Bila pasien dalam keadaan tidak stabil dan bila ada indikasi,
segera resusitasi cairan dan cardio pulmonal, berikan 02
(tindakan A ,B ,C ).
Rasang pipa toraks WSD, bila perdarahan > 800 cc (anak 300)
(pada saat pemasangan pipa toraks setelah trauma atau 3-5
cc/Kg.BB. berturut-turut selama 2 jam pertama segera
dilakukan torakotomi antero lateral).
Bila ada sucking chest wound atau pneumotoraks terbuka, luka
ditutup dulu dengan bahan kedap udara lalu dipasang pipa
toraks WSD, atau langsung intubasi dan di pasang ventilator.
Pada luka tusuk daerah torakoabdominal, dibawah ICS VII, bila
tembus fascia dilakukan torakolaparotomi. Bila trias Beck positif
atau disertai syok berat dan perdarahan masif dilakukan
eksplorasi torakotomi kiri melalui ICS V dan selanjutnya terapi
definitif.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Hematopneumotoraks.
Kontusio paru
Pneumonia
Prolong ventilator
Osteomyelitis kosta
Empiema toraks
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama, pasang pipa toraks
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 106


Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
Dokter Spesialis Bedah (K) Anak (usia <12 tahun)

13 Lama Perawatan : ± 2 - 14 hari


14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau meninggal

16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma atau kematian tidak wajar atau
jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 107


1 ICD : S.22.5
2 Diagnosis : FLAIL CHEST
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis flail chest ditandai dengan gerakan paradoksal pada
dinding toraks karena patah tulang iga multiple dan segmental
atau lebih dari 2 garis fraktur, hal ini disebabkan oleh trauma.
Tanda dan gejala klinis berlipa : Gangguan respirasi dari ringan
sampai berat. Pada inspeksi deformitas dinding toraks disertai
gerakan paradoksal dinding toraks yang patah.
Pada palpasi nyeri tekan dan nyeri tekan sumbu disertai
krepitasi.
Pada foto polos toraks: patah tulang iga multiple dan segmental
atau lebih dari 2 garis fraktur.
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL, analisis gas darah, saturasi 02.
penunjang Kardiologi : EKG
Radiologi : foto polos toraks AP/Iateral
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi, monitoring, pemasangan
sakit ventilator dan tindakan.
8 Terapi Bedah : Oksigenasi (02)
Tidur miring kearah daerah yang sakit.
Fiksasi daerah yang sakit tersebut dengan plester lebar yang
elastis. (sementara).
Bila penderita dengan gangguan nafas berat segera di intubasi
dan pernafasan buatan ambu bag atau segera pasang
ventilator. Obat-obatan analgetik, antibiorika dan resusitasi
cairan
Non Bedah Fixasi tulang iga yang patah dengan clips " Shapp" costafix atau
dengan wire atau mini plate
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Hematopneumotoraks
Kontusioparu
Pneumonia
Prolong ventilator
Osteoyelitis kosta
Empiema toraks
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama, pasang pipa toraks
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma atau kematian tidak wajar atau
jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek
Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 108
1 ICD : S.27.0
2 Diagnosis : PNEUMOTORAKS
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis pneumotoraks meaipakan suatu keadaan dimana
terdapat udara didalam rongga pleura dan mengakibatkan paru
menjadi kolaps, hal ini disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Tanda dan gejala klinis berupa :
sesak nafas, pada inspcksi gerakan hemitoraks berkurang atau
menurun, pada perkusi hipersonor, pada auskultasi suara nafas
berkurang atau menurun, pada foto polos toraks ada bayangan
udara bebas pada hemitoraks yang bersangkutan dan paru
tampak kolaps.
Pada keadaan Tension ditandai dengan trachea terdorong kontra
lateral, bendungan vena-vena di leher, CVP meningkat,
hemitoraks yang terkena Iebih cembung
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium.: DL, BTA sputum
penunjang Radiologi : Foto polos toraks
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk observasi atau tindakan
sakit
8 Terapi Bedah : Oksigenasi, fisioterapi nafas, obat-obatan
Jarum kontra ventil atau jarum terbuka dilanjutkan dengan pipa
drainase (WSD) untuk kasus pneumotoraks tension
Punksi bila paru yang kolaps minimal < 30 %.
Non Bedah Pipa torakostomi dengan continous suction.
Bila pneumotoraks terbuka , luka ditutup atau dijahit dan
pasang pipa toraks.
Torakotomi, bila paru yang kolaps persisten atau terdapat fistel
bronkho - pleural.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Empisema subkutis,Pneumonia,.SriunWng, Atelektasis.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum. (pertolongan pertama, pasang WSD)
Dokter Spesialis Paru (Non Trauma )
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan seperti Schwarte.
fibrosis paru.
16 Patologi : Perlu untuk diagnosis
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 109


1 ICD : S.27.1
2 Diagnosis : HEMATOTORAKS
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis hematotoraks atau hcmotoraks ditandai dengan
adanya darah di dalam rongga pleura, hal ini dapat disebabkan
oleh trauma atau penyakit.
Tanda dan gejala klinis berupa :
anemia, sesak nafas, syok hipovolemik, pada inspeksi gerakan
hemitoraks yang bersangkutan menurun, pada perkusi redup
pada sisi yang sakit, pada auskuitasi suara nafas menurun,
dan pada foto polos toraks terdapat bayangan kesuraman
disertaisudutkostafrenikustumpul. pada punksi keluar darah.
Bila terdapat perdarahan massif, pada foto polos toraks tampak
trakhea deviasi dan CVP meningkat.
4 Diagnosa banding : Atelektasis
Massa pada jaringan paru
Efusi pleura
Pneumotoraks Tension
5 Pemeriksaan : Laboratorium: pemeriksaan DL, saturasi 02
penunjang Radiologi: foto polos toraks
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakah
sakit
8 Terapi Bedah : Oksigenasi 02, transfusi darah bila perdarahan masif, obat-
obatan antibiotika. analgetika, antipiretika, fisio terapi nafas.

Pipa torakostomi atau WSD.


Non Bedah
Bila masif dilakukan torakotomi (perdarahan > 800 cc) langsung
atau 3-5 cc/kg b.b. per jam
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Syok hipovolemik
Rbrotoraks atau Schwarte
Empiema torakis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama, punksi rongga toraks,
pasang pipa toraks WSD)
Dokter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
13 Lama Perawatan : ± 7-14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 110


1 ICD : S.26.0
2 Diagnosis : TAMPONADE JANTUNG

3 Kriteria diagnosis : Secara klinis tamponade jantung merupakan suatu keadaan


dimana terjadi kompresi jantung akibat efusi cairan atau
penumpukan darah did alam kantong perikard yang berlebihan
hal ini dapat disebabkan karena trauma atau penyakit
Tanda dan gejala klinis berupa :
Pada anamesa adanya riwayat trauma atau penyakit lainnya
Pada pemeriksaan fisik terdapat :
a. Tris beck, hipotensi, bendungan vena leher (CVP
meningkat) suara jantung menjauh
b. Nadi meningkat, sesak nafas, pulsus paradoksus , CVP
meningkat (tidak semua pasien)
4 Diagnosa banding : Pneumatoraks tension
Hematotoraks
Perikarditis konstriktiva
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL, saturasi O2
penunjang Kardiologi : EKG, Ekokardiografi
Radiologi : foto polos toraks AP
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakah
sakit
8 Terapi Bedah : Perakardial window

Non Bedah Transfusi darah, antibiotika, anagetika


Perikardiosintesis
Bila perikardiosintesis gagal dilanjutkan dengan torakotomi
anterior kiri ICS V
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Syok kardiogenik, henti jantung
Perlukaan jantung dan arteri vena besar atau paru
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis jantung dan pembuluh darah
Dokter spesialis bedah (K) toraks
13 Lama Perawatan : ± 7-14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 111


1 ICD : I 74
2 Diagnosis : EMBOLI ARTERI AKUT
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis emboli arteri akut merupakan tersumbatnya aliran
darah arterial oleh embolous atau gumpalan darah yang
mengikuti aliran darah.
Tanda dan gejala klinis berupa :
sindroma iskemik secara mendadak pada Ekstremitas yaitu
5 P Pain, Parestesia, Paralysis, Pulselessnes & Pallor
4 Diagnosa banding : Trombosis vena akut ( DVT)
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL, Studi hemostasis , LFT, RFT,
penunjang Saturasi 02 pada arteri perifer
Kardiologi : EKG, Ekokardiografi.
Radiologi : Doppler ultrasonografi atau arteriografi
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakah
sakit
8 Terapi Bedah : Embolektomi dengan Kateter Fogarfy.

Non Bedah Obat-obatan antikoagulan, Trombolitik dan penanganan


terhadap sumber emboli, seperti aterial fibrilasi, aneurisma
aorta abdominalis.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Nekrpsis
Emboli berulang
Infeksi
Pendarahan luka operasi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dckter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah .
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
13 Lama Perawatan : ± 5-10 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik, bila terjadinya kurang dari 8 jam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 112


1 ICD : I 80.2
2 Diagnosis : DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis DVT mcrupakan pembuntuan aliran darah vena
dalam pada ekstrimitas bawah dan hal ini disebabkan adanya
thrombus yang menyumbat
Tanda dan gejala kiinis berupa:
nyeri tekan pada betis, pada pemeriksaan terdapat Homans
sign yattu nyeri pada otot-otot betis bila kaki dorso flexi, pitting
edema atau bcngkak yang luas dan kemerahan disertai
peningkatan suhu tubuh bila disertai infeksi, phlegmasia alba
dolens (milk leg = pucat) atau pucat. Kemudian disusul dengan
phlegmasia cerulea dolens (blue leg = sianosis), disertai
gangguan sensoris dan motoris. bila telah terjadi penekanan
pada sistem arterial.
4 Diagnosa banding : Selulitis, miositis. osteomielitis,
fraktur dengan sindroma
kompartemen
5 Pemeriksaan : Laboratorium :
penunjang DL dan studi koagulasi. berupa hitung trombosit,
prothrombin time (PTT), activated partial
throm« boplastin time (APTT), dfl. Pletismografi (bila ada
fasilitas).
Doppler ultrasonografi (bila ada fasilitas).
Venografi atau plcbografi (bila ada fasilitas).
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakah
sakit
8 Terapi Bedah : Thrombektomi dengan kateter forgaty dengan indikasi di vena
besar dan dalam dan waktu kurang 72 jan 1 yang rasa nyeri.
Tirah baring dengan kaki elevasi 8-10 inci.
Tungkai di balut dengan bebat elastis dan diberi
antiplogestikum sepcrti zinkzalf.
Non Bedah Obat-obatan antikoagulan, trombolitik
aterial fibrilasi, aneurisma
aorta abdominalis.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Plebitis, sepsis, gangren, emboli paru.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Urnum (perawatan konservatif).
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
Dokter Spesialis Hemalagi
13 Lama Perawatan : ± 7-14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 – 6 bulan
Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 113
15 Hasil : Sembuh tidak sempurna atau meninggal
bila terjadi emboli paru (PE)
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Dubois atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 114


1 ICD : J 86.9
2 Diagnosis : PIOTORAKS ( EMPIEMA TORAKS )
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis piotoraks merupakan terkumpulnya pus didalnm
rongga pleura dan hal ini disebabkan oleh infeksi.
Tanda dan gejala klinis berupa:
Pada inspeksi gerakan dinding toraks sisi yang bersangkutan
tertinggal, pada perkusi, redup, pada auskultasi suara nafas
menurun, pada punksi pleura keluar pus yang encer atau kental
4 Diagnosa banding : Kilotoraks
Efusi Pleural karena penyebab lain, seperti metastasis
karsinoma.
5 Pemeriksaan : Laboratorium : Dilakukan pemeriksaan DL, LFT dan RFT
penunjang untuk keperluan evaluasi klinis.
Mikrobiologi :TesRivalta, teskultur dan tes kepekaan kuman
pemeriksaan gram cairan pleura dan BTA
sputum.
Radiologi : foto polos toraks
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakah
sakit
8 Terapi Bedah : Ada 4 prinsip dasar
Drainase pus secepat dan sedekat mungkin.(bila pus encer
bisa melalui puksi atau bila pus kental langsung memasang
pipa toraks)
Mengembangkan paru seoptimal mungkin ( > 50 % ).
Menguraftgi dead space ( < 50 % ).
Memberantas atau eradikasi infeksi.
Membuat window - thoracostomy
Non Bedah Obat-obatan antibiotika, analgetika, a
antipiretika dan fisio terapi nafas
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Schwarte atau fibrosis pleura dan paru
Pneumonia
Sepsis
Piotoraks berulang
Piotoraks necessitasis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : DokterSpesialisBedahUmum.
DokterSpesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
DokterSpesialisParu.
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks
13 Lama Perawatan : ± 10 - 30 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan berupa schwarte
berulang atau fibrosis pleura dan paru
16 Patologi :
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 115


1 ICD : I 83
2 Diagnosis : VARICES TUNGKAI

3 Kriteria diagnosis : Secara klinis varises tungkai merupakan pelebaran,


pemanjangan dan berkelok-kelok pembuluh batik vena pada
ekstremitas bawah.
Tanda dan gejala klinis sesuai stadium klinik (stadium I s/d IV)
berupa: keluhan tak khas (I), pelebaran vena (II), varices tampak
jelas atau varices yang massif (ID), ulkus atau gangren (IV)
Tes klinik: Perthes, Trendelenburg.
4 Diagnosa banding : Sindroma insufisiensi vena kronik
5 Pemeriksaan : Laboratorium: pemeriksaan darah untuk persiapan operasi
penunjang
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk tindakan (stadium III, IV).
sakit
8 Terapi Bedah : Striping, Eksisi / Ekstraksi, Ligasi venakomunikan untuk
stadium III, IV.
Eksisi ulcus, ligasi venakomunikan, transplantasi kulit untuk
stadium IV.

Non Bedah Terapi sklerosis dan bebat elastik. (stadium I dan II) dan obat-
obatan phlebotropik
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Ulkus varicosum
Nyeri
Tromboflebitis
Sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
13 Lama Perawatan : ± 5 - 10 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan

16 Patologi :
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Baik atau dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 116


1 ICD : E. 10 – E 14.5
2 Diagnosis : GANGREN DIABETIK
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis gangren diabetik ditandai dengan kematian
jaringan yang terjadi akibat makro dan mikro angiopati diabetik
dan disertai atau tanpa disertai faktor trauma atau infeksi.
Tanda dan gejala klinis berupa :
Berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam derajat
menurut Wagner (derajat I s/d V).
Ulkus atau gangren bersifat tidak nyeri karena neuropati.
Tanda insufisiensi vaskular karena angiopati. :
4 Diagnosa banding : Gartgren karena PAPO (Penyakit arteri perifer oklusif)
Penyakit arterio sklerotik obliterans
Ulcus trophicum atau ulkus trofik karena varices tungkai
5 Pemeriksaan : Laboratorium : pemeriksaan DL, BSN
penunjang Mikrobiologi : kultur pus dan tes kepekaan kuman.
Radiologi : foto polos ekstrimitas, doppler USG bila ada
indikasi gangguan vaskular
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk tindakan (nekrotomi, debridement,
sakit disartikulasi, amputasi) dan regulasi gula darah
8 Terapi : Pertama-tama perhatikan vaskularisasi :
Bedah Insisi drainage abses
Nekrotomi atau debridement
Disartikulasi atau amputasi ekstrermitas
Rekonstruksi vaskuler

Non Bedah Fengendalian penyakit DM, bbat-obatan antiagregasi


trombosit, antikoagulansia.
Perawatan lokal ulkus.infeksi selulitis, abses, osteomelitis.
Antibiotika sesuai kultur dan tes kepekaan, secara empiris dapat
diberi kombinasi gol Gram (-), Gram (+) dan anaerob. :
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-D
10 Penyulit : Kaki diabetik, Gas gangren, Sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (perawatan konservatif dan insisi, nekrotomi,
debridement)
Dokter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
13 Lama Perawatan : ± 14 - 30 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan kecacatan atau meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 117


1 ICD : I 73.1
2 Diagnosis : BUERGER IS DISEASE atau Penyakit Arteri Perifer
Oklusif (PAPO)
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis penyakit arteri perifir oklusif ditandal dengan
penyempitan dan pembuntuan pembukih arteri di ekstrimitas
karena proses radang, tromboangitis obliterans atau penyakit
kologen.
Tanda dan gejala klinis biasanya terjadi pada :
Laki-laki muda yang perokok berat disertai nyeri pada
extermitas bawah menurut stadium Fontaine (I, IIa. Hb,
111,1V).
Pada inspeksi kulit kaki: Hiperpigmentasi kulit, Kuku jari kaki
menebal, Atrofl otot ekstrimitas bawah, Uiserasi atau gangrene
pada ekstrimitas bawah.
4 Diagnosa banding : Penyakit arteri oklusi karena emboli kronik .
Penyakit Vasospastik (Raynaud's).
Arterio sklerosis obliterans.
5 Pemeriksaan : Laboratorium: Darah rutin
penunjang Kardiologi : ECG, Ekhokardiografi.
Radiologi : Arteriografi atau doppler USG
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan.
sakit
8 Terapi :
Bedah Simpatektomi, nekrotomi, debridement,.amputasi

Non Bedah Berhenti merokok dan obat-obatan vasodilator, antikoagulan


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Ulserasi dan gangren yang progresif, infeksi di daerah ulcus
dan sepsis.
Pada Torakal Simpatektomi, Pneumetoraks, Hematotoraks.
Pada Lumbal Simpatektomi : Cedera vaskular dan
Incontenentia buli-buli
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (terapi konservatif)
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular.
13 Lama Perawatan : ± 7 - 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
15 Hasil : Sembuh dengan kecacatan
16 Patologi : Spesimen diambil dari lesi dan ganglion simpatikus.

17 Otopsi : -

18 Prognosis : dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 118


1 ICD : T 14.5
2 Diagnosis : A-V SHUNT ATAU A-VISTULA ARTERI - VENOSA
3 Kriteria diagnosis : Secara Winis A-V shunt atau A-V fistel merupakan hubungan
antara pembuluh darah arteri dan vena karena trauma atau
kelainan arteri - venosa
Tanda dan gejala klinis ditandai dengan :
adanya riwayat trauma di daerah lesi, pada inspeksi flebektasi
atau pelebaran vena di distal dan proksimal fistel, pada palpasi
massa yang berdenyut dan kompresebel, pada auskultasi
terdengarbising yang kontinyu. Pada kelainan A.V ada penyakit
dan yang membentuk malfungsi A-V (AVM)
4 Diagnosa banding : Aneurisma.
Hemangioma.
Teleangiektasis.
Angiosarkoma.
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL dan ECG untuk persiapan operasi
penunjang Radiologi : Doppler ultrasonografi, Arteriograft
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait, terutama suatu
AVM
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan.
sakit
8 Terapi : Ligasi pembuluh aferen dan eferen pada sistem vena .
Bedah
Non Bedah eksisfistel disertai rekontruksi pembuluh darah bila di perlukan
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rurhah sakit lain yang mempunyai sarana p>embedal mil
memadai.
10 Penyulit : Iskemia perifer
Perdarahan
Gagal jantung
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
13 Lama Perawatan : ± 5 - 10 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1-2 minggu
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan

16 Patologi :
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Baik atau dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 119


VI
Bedah Urologi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 120


1 ICD : S 37.2
2 Diagnosis : RUPTUR BULI-BULI
3 Kriteria diagnosis : Trauma (+) langsung abdomen bagian bawah
Trauma tidak langsung akibat fractur pelvis
Tidak bisa kencing
Tidak bisa kencing
Massa suprapubik
Hematuria (+)
Tanda - tanda peritonitis (+)
Colokdubur : Prostat letaknya normal
4 Diagnosa banding : Ruptur uretra posterior
5 Pemeriksaan : Test buli-buli
penunjang Foto Pelvis
Urethrocystogram
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap, segera
sakit
8 Terapi : Eksplorasi, jahit buli-buli, pasang dauer kateter,
Non Bedah Suprapubik Cystostomi bila ruptur lebar
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi
Kebocoran
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Kencing lancar
16 Patologi : -
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Baik atau dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 121


1 ICD : R 33
2 Diagnosis : RETENTIO URINAE

3 Kriteria diagnosis : Tak dapat kencing, teraba vesika urinaria pada suprapubik
Bisa trauma atau non trauma
4 Diagnosa banding : Tumor buli-buli
Tumor abdomen
5 Pemeriksaan : Puncti buli - buli
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap, segera
sakit
8 Terapi : Dipasang kateter bila tidak ada kontra indikasi (pada BPH,
Non Bedah buli-buli, neurogenik)
dipasang cystostomi bila ada kontra indikasi kateterisasi atau
bila kateterisasi gagal
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi
Kebocoran
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum { untuk kateterisasi)
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Urologi
13 Lama Perawatan : Tergantung penyebab
14 Masa Pemulihan : Tergantung penyebab
15 Hasil : Buli – buli kosong
16 Patologi : -
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Baik atau dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 122


1 ICD :
2 Diagnosis : HIPERTROFIPROSTAT BENIGN A (BPH)

3 Kriteria diagnosis : Adanya retensio urine menahun


Adanya gejala prostatisme,
Tanda - Tanda test urine
Tanda - tanda UTI
Colok dubur terasa pembesaran prostat
4 Diagnosa banding : Progtafitis
Carsinoma prostat
5 Pemeriksaan : Laboratorium darah dan urine
penunjang IVP: Filling defect
Gambaran ureter distal: hocky stick phenomena
Cystogram
USG transrectal
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi :
Non Bedah Medikamentosa (alfa blocker & anti androgen)
Sementara pemasangan kateter

Bedah Operasi terbuka (Prostatectomia)


TUR-P
Laser
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Infeksi, perdarahan, inkontinensia post operatif, striktura post
operatif
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter umum unruk non bedah
Dokter Spesialis Bedah Umum unluk operasi terbuka
Dokter Spesialis Urologi untuk TUR - P, laser
13 Lama Perawatan : ± 5 – 10 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Kencing lancar
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : -
18 Prognosis :

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 123


1 ICD : C 62, D 29
2 Diagnosis : TUMOR TESTIS
3 Kriteria diagnosis : Benjolan pada testis, tidak nyeri di afonoskopi negatif
4 Diagnosa banding : Hidrokel testis
Orchitis
Tbc testis
5 Pemeriksaan : Penanda tumor (beta HCG, AFR laktat dehidrogenase / LDH)
penunjang Foto toraks
USG testis & abdomen
CT-scan bila tersedia
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi : Orchidectomi tinggi
Kemoterapi
Radioterapi
Diseksi kelenjar limfe para aorta
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Hematoma
Perlengketan intra abdominal
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Onkologi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Tumor terangkat
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi : -
18 Prognosis : dubius

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 124


1 ICD : Q 53
2 Diagnosis : KRIPTORKHISMUS
3 Kriteria diagnosis : Testis tak teraba di skrotum
4 Diagnosa banding : Testis teraba di inguinalis (ekstra abdominal) atau tak teraba
(intra abdominal)
5 Pemeriksaan : Ektopik testis
penunjang Retraktil testis
USG
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi
sakit
8 Terapi bedah : Anak: herniotomi dulu, dilanjutkan orkhidopeksi
Dewasa: orkhidektomi dan orkhidopeksi kontra lateral
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan, atropi testis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 4-7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Testis terletak di skrotum
16 Patologi :
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik atau dubius

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 125


1 ICD : Q 54
2 Diagnosis : HYPOSPADIA
3 Kriteria diagnosis : Muara uretra tidak terletak pada glans penis
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi
sakit
8 Terapi Non bedah : Tahap I : pemotongan kordae
Tahap II: repair uretra
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Fistula, striktur
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak.
Dokter Spesialis Bedah Plastik
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : Tergantung tahapan operasi
15 Hasil : Lubang uretra terletak pada garis glans penis atau koroner
16 Patologi :
17 Otopsi : -

18 Prognosis :

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 126


1 ICD : N 43.3
2 Diagnosis : HIDROKEL TESTIS / FUNIKULI

3 Kriteria diagnosis : Benjolan daerah inguinal atau skrotum


Transilumainasi (+)

4 Diagnosa banding : Hernia inguinalis lateralis, tumor inguinal testis

5 Pemeriksaan : Transiluminasi .
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)

7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi


sakit
8 Terapi Non bedah : Anak : umur kurang 2 tahun, observasi

Bedah Anak : ligasi tinggi pada anak umur lebih 2 tahun


Dewasa: hidrokelektomi, marsupialisasi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Perdarahan, hematoma
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Benjolan hilang
16 Patologi : Untuk dewasa
17 Otopsi : -
18 Prognosis :

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 127


1 ICD : N 21.0
2 Diagnosis : BATU SALURAN KEMIH

3 Kriteria diagnosis : Batu saluran atas : keluhan kolik menjalar ke perut, inguinal
sampai genitalia eksterna, nyeri pinggang (+)
Batu saluran bawah : iritasi saluran kencing, disuria, penis
ditarik-tarik (anak kecil)
Nyeri ketok pada pinggang atau adanya massa pada pinggang
4 Diagnosa banding : Infeksi saluran kemih, tumor traktus urogenitalis
5 Pemeriksaan : Laboratorium
penunjang Foto polos abdomen
IVP
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi
sakit
8 Terapi Non bedah : Operasi
Endourologi.
Medikamentosa untuk batu diameter kurang dari ½ cm.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Gagal ginjal, urosepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum untuk medika mentosa
Dokter Spesialis Bedah Umum untuk pyelototomi,
ureterolitotomi, sectio alta dan uretrolitotomi
Dokter Spesialis Bedah Urologi untuk neprolitotomi,
pyelolitotomi, ureterolitotomi dan endourologi
13 Lama Perawatan : Tergantung jenis tindakan
14 Masa Pemulihan : Tergantung jenis tindakan
15 Hasil : Aliran kencing lancar, rasa sakit hilang
16 Patologi :
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Baik atau dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 128


1 ICD : I 86.1
2 Diagnosis : VARICOCELE SCROTUM
3 Kriteria diagnosis : Pelebaian, pemanjangan dan berkelok-keloknya vena di skrotum
4 Diagnosa banding : Hidrokel funikuli
5 Pemeriksaan : Analisa sperma ( usia produktif ) :
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi Non bedah : Eksisi varicocele
Ligasi tinggi Ralomo
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Hematom
Trauma arteria spermatika :

11 Informed consent : Perlu


12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Benjolan tetap ada beham tentu hilang
(ada operasi palomo )
16 Patologi :
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Diharapkan fertilitas membaik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 129


1 ICD : N. 44
2 Diagnosis : TORSIO TESTIS
3 Kriteria diagnosis : Testis terletak lebih. tinggi
Sumbu testis melintang
Nyeri (+)
4 Diagnosa banding : Orchitis
Orchiofuniculitis
5 Pemeriksaan : USG Doppler bila tersedia
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap
sakit
8 Terapi Non bedah : Orchidopeksi, bila masih viable
Orchidectomi, bila nekrosis
Orchidopeksi sisi yang lain
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Nekrose
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Urologi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Putaran testis tereposisi dan terfiksasi Testis tinggal satu
Testis sisi yang lain terfiksasi
16 Patologi : Perlu bila orchidectomi
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 130


1 ICD : N 13.6
2 Diagnosis : PIONEPHROSIS

3 Kriteria diagnosis : Fase akhir dari obstruksi dan infeksi yang parah pada ginjal
Ginjal tak berfungsi dan penuh berisi nanah
Bulging dan nyeri ketok pada daerah Flank sisi yang sakit
Kadang disertai demam (tanda UTI positip )
USG positip
4 Diagnosa banding : Hidronephrosis, Pyelonephrosis, tumor
5 Pemeriksaan : Lab urine dan darah
penunjang FotoBNO, IVP
USG, renogram
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap, segera
sakit
8 Terapi Non bedah : Nefrostomi
Nefrektomi bila tidak berfungsi
Antibiotika, analgetika
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
10 Penyulit : Urosepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Urologi
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Nanah hilang atau ginjal terangkat
16 Patologi :
17 Otopsi : -

18 Prognosis : Dubious

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 131


VII.
Bedah Plastik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 132


1 ICD : T20 – T31
2 Diagnosis : LUKA BAKAR
3 Kriteria diagnosis : Luka bakar merupakan kerusakan pada jaringan karena
pengaruh suhu (baik panas maupun dingin) atau dan
penyerapan energi fisik dan dari kontak dengan bahan-bahan
kimia, Setiap penyebab mempunyai gambaran klinis yang
khusus dan manajemen pengelolaannya.
Pembagian derajat luka bakar :
Derajat I: Hanya mengenai cairan epidermis luar, tampak
hiperemi dan eritema
Derajat II : Mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam
sebagian dermis disertai lepuh, edema jaringai dan
basah
Derajat III : Mengenai semua lapisan epidemis dan dermis
biasanya tampak luka kering dengan vena
koagulasi pada permukaan kulit
Tanda atau gejala klinik : nyeri, cemas, dehidrasi
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL, UL, RFT, elektrolit, protein darah
penunjang Mikrobiologi : kultur dan tes kepekaan kuman
Radiologi : foto polos toraks AP
Jantung : EKG
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk luka bakar derajat II - III minimal 15%
sakit luasnya atau trauma didaerah muka atau trauma inhalasi.
8 Terapi bedah : - Tindakan darurat ABC, retutilasi jantung, paru, otak
- Koreksi elektrolit dengan rumus "Rule of Nine" dun M
Hiperaktif
- Perawatan terhadap jantung, paru, ginjal, hati
- Terapi Suportif seperti nutriri, protein
- Antibiotika, analgetika, antidiuretika
- Ftertolongan pertama bisa diberikan air dingin (singkat)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C -
atau Rumah Sakit dengan fasilitas perawatan luka bakar
memadai
10 Penyulit : Gangguan elektrolit, gangguan fungsi jantung, paru, otak,
kontraktur hati dan ginjal, infeksi sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama maupun terapi konservatif
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik
13 Lama Perawatan : ± 7 - 30 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : sembuh atau sembuh dengan bercacat atau meninggal dunia
16 Patologi :
17 Otopsi : diperlukan bila penderita meninggal dunia karena trauma atau
sebab yang tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 133


1 ICD : L. 73
2 Diagnosis : KELOID
3 Kriteria diagnosis : Suatu penyakit tumor jinak pada kulit yang disebabkan oleh
akumulasi kolagen pada jaringan ikat kendor saal penyembuhan
luka.
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium Hb.; hematokrit; elektrolit darah
penunjang
6 Konsultasi :
7 Perawatan rumah : Rawat jalan bila dilakukan dengan local anestesi.
sakit Rawat inap atas indikasi ko-morbiditas lain :
8 Terapi bedah : Eksisi :
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C.
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana memadai :
10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi :
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter SpesialisBedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik j
13 Lama Perawatan : ± 5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 3 minggu
15 Hasil : Pemendekan berhasil dikendorkan
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 134


1 ICD : M. 67
2 Diagnosis : KONTRAKTUR

3 Kriteria diagnosis : Memendeknya jarak antara dua titik pada permukaan tubuh
akibat proses kontraksi pada penyembuluin lukn
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto roentgen bila dicurigai ada kerusakan/kelainan sendi.
penunjang
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk operasi
sakit
8 Terapi bedah : Release kontraktur dan graft/flap
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan yang
memadai
10 Penyulit : Perdarahan, Necrosis graft / flap
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik
Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
Dokter Spesialis Bedah (K) Kepala Leher untuk daerah KL
13 Lama Perawatan : Tergantng derajat parah luka bakar
14 Masa Pemulihan :
15 Hasil : Keloid tereksisi
16 Patologi : Perlu
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 135


1 ICD : Q 36
2 Diagnosis : SUMBING BIBIR (LABIOSKISIS)

3 Kriteria diagnosis : Kelainan bawaan bibir atas tidak menyatu


4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan :
penunjang
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
Dokter Gigi
Dokter Spesialis Anak
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk operasi
sakit
8 Terapi bedah : Labioplasti
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
Parut luka tidak baik
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik
13 Lama Perawatan : ± 5hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : bibir atas-menyatu, dengan garis bibir yang tepat
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 136


1 ICD : O 37
2 Diagnosis : CELAH LANGIT-LANGIT (PALATOSKISIS)

3 Kriteria diagnosis : Kelainan bawaan. Terdapat celah pada langit-langit

4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan :
penunjang
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
Dokter Gigi
Dokter Spesialis Anak

7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk operasi


sakit
8 Terapi Non Bedah : Speech therapy, perbaikan gigi
bedah Palatorafi

9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C


Rumah sakit lain yang mempunyai sarana memadai

10 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
Suara sengau
Mai oclusi gigi
Fistula Oronasal
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik

13 Lama Perawatan : ± 10 hari

14 Masa Pemulihan : ± 3 minggu


15 Hasil : celah langit-langit terkoreksi.
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 137


VIII.
BEDAH ORTOPODI

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 138


1 ICD : S 43.0
2 Diagnosis : DISLOKASI BAHU
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Nyeri(+)
Deformitas - asimetri
Gangguan gerakan bahu
4 Diagnosa banding : Fr. dislokasi '
fir. dan dislokasi
5 Pemeriksaan : Foto polos bahu AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan
sakit Rawat Inap bila operasi
8 Terapi Non Bedah : Reduksi menurut Kocher atau Hipokrates
K/p dengan pembiusan

Untuk kasus-kasus neglected


bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
RS dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Cidera N. Assttss plexus brachialis
Gangguan sirkulasi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi (terutama kasus ngeglected)
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Tereposisi dg baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik
Kaku sendi dapat terjadi ( Operasi)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 139


1 ICD : S 42.0
2 Diagnosis : FRAKTUR KLAVIKULA
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti fraktur pada klavikula
Foto polos adanya fraktur di clavicula
4 Diagnosa banding : Dislokasi acromio-clavicular
5 Pemeriksaan : Foto polos clavicula AP
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan untuk pcrawatan non bedah
sakit Rawat inap untuk perawatan bedah
8 Terapi Non Bedah : figure of-8/ ransel verband, arm sling

bedah Plate & screw


K-wire (lebih baik)
Dua indikasi bedah (absolut): - Fraktur terbuka
- Gangguan neurovaskular
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RS lain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Vaskuler
Saraf
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 1 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 – 1,5 bulan
15 Hasil : Tereposisi dengan baik
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 140


1 ICD : S 42.3
2 Diagnosis : FRAKTUR HUMERUS
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti fraktur humerus
Angulasi, perpcndekan, rotasi
Kondisi Minis nervus radialis
Foto polos adanya fraktur humerus
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto polos humerus AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait (bila diperlukan )
7 Perawatan rumah : Rawat jalan
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reposisi dengan pembiusan Gips U-slab / Hanging cast

bedah Nailing / plate and screw


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Lesi N.Radialis (masuk informed concert)
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 1 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 – 24 minggu
15 Hasil : Tereposisi dan terfiksasi pada posisi fungsional yang optimal
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 141


1 ICD : S 82
2 Diagnosis : FRAKTUR CRURIS
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti patah tulang pada tibia/ fibula
Foto Ro : fraktur pada tibia dan pada fibula
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto polos cruris AP/Lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan untuk non bedah
sakit Rawat inap untuk pembedahan
8 Terapi Non Bedah : Reposisi
Long leg cast/ PTB cast

bedah Pemasangan impiant/ piate-screw


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Malunion/ delayed union
Compartment syndrome (pada kasus tertutup)
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 1 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 8 minggu
15 Hasil : Tereposisi dan terfiksasi pada posisi fungsional yang optimal
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 142


1 ICD : S 52.3
2 Diagnosis : FRAKTUR GALEAZI

3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma


Tanda-tanda pasti patah tulang
Foto polos: patah tulang radius 1/3 mid distal diafisis dengan
dislokasi scndi radioulnar distal
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: Polos lengan bawah AP/ lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reposisi
Gips sampai diatas siku

bedah Operasi bila non bedah gagal


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Malunion, nonunion, gangguan gerak
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 minggu
15 Hasil : Ffagmen tulang tereposisi & terfiksasi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik / Gangguan gerak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 143


1 ICD : S 52.0
2 Diagnosis : FRAKTUR MO'NTEGIA

3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma


Tanda tanda pasti patah tulang
FbtoPolos : patah tulang ulna proksimal dan dislokasi caput radii
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto polos lengan bawah AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Pembedahan, tidak boleh membuang caput radii, terutama
pada anak-anak
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Non union, malunion, gangguan gerak, infeksi
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 minggu
15 Hasil : Fragmen tulang ulna tereposisi dan terfiksasi dengan baik
Caput radii tereposisi
16 Patologi : -
17 Otopsi : -
18 Prognosis : Baik / Gangguan gerak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 144


1 ICD : S 52.4
2 Diagnosis : FRAKTUR RADIUS-ULNA
3 Kriteria diagnosis : Trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang regio antcbrachii
Ro foto antebrachii AP / lat
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto polos Antebrachii AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reposisi dengan pembiusan
Gips sampai diatas siku atau disebut long arrc plaslw bahaya
penekanan N.
Bedah Radialis Bila non bedah gaga ® plate & screw
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Compartment syndrome Neuropraxia N. Radialis Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Urrium
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 – 8 minggu
15 Hasil : Fragmen tulang tereposisi dan terfiksasi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 145


1 ICD : S 52.5
2 Diagnosis : FRAKTUR COLLES

3 Kriteria diagnosis : Tanda-tanda pasti patah tulang


Trauma lengan karena menahan dengan out strecht hand
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto polos Antebrachii AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reposisi dengan pembiusan
Rksasidalam posisi pronasi. semi fleksidan ul
Bedah Gips sampai di bawah siku atau disebut mould d
siku untuk mencegah gerakan rotasi (pro-supinasi
Bila non bedah gagal
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Compartment syndrome
Suddec atropi
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Urrium
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Fragmen tulang tereposisi dan fiksasi pada posis'
optimal
Fungsional baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 146


1 ICD : T 02
2 Diagnosis : PATAH TULANG TERBUKA

3 Kriteria diagnosis : Tarida-tanda trauma pasti patah tulang Ada perlukaan di daerah
fraktur (1,11,111) Fragmen tulang berhubungan dengan dunia
luar
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiobgi: foto polos AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Debridement
Fiksasi interna untuk grade HI (pertimbangkan berapn
sesudah kejadian, ingat Frederich-golden period)
Fiksasi ekstema untuk grade HI
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Infeksi
Perdarahan.
Cpmparbnent syndroma
Emboli lemak
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Urrium
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 1 – 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu
15 Hasil : Mencapai posisi anatomi dan fungsional optimal
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Dubius ad bonam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 147


1 ICD : T 08
2 Diagnosis : FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Nyeri tulang belakang
Adanya kyphosis
Lesi saraf+/-
4 Diagnosa banding : Kelainan degeneratif tulang belakang
Gibbus karena tbc tulang belakang
5 Pemeriksaan : Foto polos AP/Lat dark
penunjang - vertebra torakal
- vertebra lumbosakra!
- vertebra servikal
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Bedrestgips korset/ brace (stabil & tidak ada lesi medulla spinalis)
Bila ada gangguan neurologis "5 pillow nursing"

Tidak stabil
Bedah
Ada lesi medulla spinalis
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah t Jmum untuk non bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi untuk tindakan
pembedahan, atau Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 2 - 4 minggu
14 Masa Pemulihan : ± > 12 minggu
15 Hasil Bedah : Immobilisasi dengan brace
Fiksasi rigid

Non bedah Jepitan medulla spinalis (-)


16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis :
Non bedah Baik

Bedah Dubius ad malam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 148


1 ICD : S 3.1
2 Diagnosis : DISLOKASISIKU
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Deformitas/asimetri
Limitasi gerakan sendi : :
4 Diagnosa banding : Fr. dislokasio cpicondyler humeri, caput collum radii atau
anconius olecranon
5 Pemeriksaan : foto polos siku AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : : Reposisi dengan pembiusan
Imobilisasi dengan posisi fleksi

Operasi bila reposisi gagal :


Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Lesi N.Ulnaris, N.Medianus
Lesi vaskuler
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : : Dokter Spesialis Bedah Umum untuk tindakan non bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi terutama bila memerlukan
pembedahan
13 Lama Perawatan : ± 1 – 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Tereposisi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik
Kaku sendi bisa terjadi (operasi)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 149


1 ICD : S 73.0
2 Diagnosis : DISLOKASI PANGGUL
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Nyeri panggul
Posisi aduksi dan internal rotasi pada sisi yang sakit
Tungkai memendek pada sisi Sakit
4 Diagnosa banding : Fr. dislokasi
Fr. dan dislokasi
5 Pemeriksaan : Foto polos panggul AP/ lat atau AP/aksial juga proyeksi
penunjang amblurator atau alar (oblique)
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Reposisi cara bigelow dengan pembiusan

Bedah Operasi bila terapi non bedah gagal


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Fraktur intra artikuler
Cidera N. ischiadicus
Avascular necrosis kaput femoris
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum untuk tindakan non bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi terutama bila memerlukan
pembedahan
13 Lama Perawatan : ± 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 8 minggu
15 Hasil : Tereposisi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik
Kaku sendi bisa terjadi (operasi)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 150


1 ICD : S 72.0
2 Diagnosis : FRAKTUR FEMUR
3 Kriteria diagnosis : Trauma mayor pada paha
Tanda pasti patah tulang (+)
4 Diagnosa banding : Kemungkinan jenis fraktur femur yang sulit di deteksi secara
klinis:
fraktur shaft femur
fraktur trokanter
fraktur kolum femoris
fraktur kondilus femur
5 Pemeriksaan : Foto polos
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat Inap untuk operasi
sakit
8 Terapi Non Bedah : Bila menolak operasi:
Traksi skeletal
Traksikulit

Operatif
Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Non union, mal-union, infeksi dan cidera neurovackuler
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum yang terlatih untuk traksi
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
Operasi: Shaft femur (nailing/ plate screw)
Dokter Spesialis Umum,
Dokter Sp.Bedah Orthopaedi Kolum femur, Trokhanter &
kondilus femur :
Dokter Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 5 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : Posisi anatomis optimal
Fungsional baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 151


1 ICD : S 82.0
2 Diagnosis : FRAKTUR PATELA
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma pada lutut
Tanda pasti patah tulang patela
Fungsiolaesa
Foto : patah tulang patela
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto poles lutut AP/lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat jalan dan rawat inap
sakit
8 Terapi Non Bedah : Pasang koker gips hanya untuk kasus yang tidak terjadi distraksi

Pasang tension band wiring


Patelektomi untuk grade IV
Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Haemarthrosis
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 2 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 8 - 12 minggu
15 Hasil : Kedua fragmen patella tereposisi & rigid
Fragmen terangkat
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik/Cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 152


1 ICD : S 86.0
2 Diagnosis : RUPTUR TENDON ACHILES

3 Kriteria diagnosis : Trauma oleh karena mendadak melakukan gerakan Kontraksi


achiles Posisi kaki plantar fiexi Fungsilaesa
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan :
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait (bila diperiukan )

7 Perawatan rumah : rawat inap


sakit
8 Terapi : Pada kasus clean cut. operasi dengan teknik Bunnel atau Kmlg
Pada kasus Ruptur Tendon Achilles tertutup, operasinya tidak
bisa dengan cara Bunnel atau Kessles karena permukaan tendon
don tidak rata-bahkan mungkin terdapat iuga jaringan avulsi
fraktur os calcis (calcaneus)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Non union, mal union & infeksi
lnfeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu
15 Hasil : Kedua fragmen terjahit dengan posisi optimal
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 153


1 ICD : S 52.0
2 Diagnosis : FRAKTUR OLEKRANON
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di siku
Tanda pasti patah tulang pada siku
Foto: olekranon patah
4 Diagnosa banding : Fraktur lain di daerah siku
5 Pemeriksaan : Foto polos Siku AP/ lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait (bila diperlukan )
7 Perawatan rumah : rawat inap
sakit
8 Terapi bedah : Operasi dengan pemasangan tension band wiring atau mungkin
perlu plate & screw bila garis fraktur didaerah shearing force
pada waktu fleksi.
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Kaku sendi siku
Lesi nervus Ulnaris
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Fraqrnen terfiksasi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Dubius / Cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 154


1 ICD : S 42.4
2 Diagnosis : FRAKTURA SUPRAKONDILER SIKU
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang di atas siku
4 Diagnosa banding : Fraktur-fraktur lain di daerah siku
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto siku AP/ lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait (bila diperlukan )
7 Perawatan rumah : rawat inap
sakit
8 Terapi non bedah : Reposisi dengan pembiusan
Traksi : Bila non bedah gagal

bedah operasi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
Rumah sakit dengan tasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Kompresi pembuluh darah, Volkmann's Ishaemic Contracture
Kaku sendi siku, mal-union
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 3 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Kedua fragmen tereposisi & terfiksasi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi :
18 Prognosis : Dubius / Kaku sendi siku

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 155


IX.
Bedah Saraf

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 156


1 ICD : S 06.0
2 Diagnosis : CIDERA KEPALA RINGAN
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
CS14-15
4 Diagnosa banding : Cidera kepala sedang
CVA-TIA
Mabuk
Keracunan Obat
5 Pemeriksaan : Fbto polos kepala AP/Lat
penunjang Fbto polos servikal lateral bila diperlukan
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait (bila diperlukan )
7 Perawatan rumah : Rawat inap pro observasi 2 x 24
sakit
8 Terapi : Istirahat di tempat tidur
Observasi adanya tanda-tanda komplikasi seperti Hematom
Epidural atau Hematom Subdural, Cidera saraf kranial
Observasi fungsi vital dan neurologis
Obat simptomatis-suportif
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas - C
10 Penyulit : Hematom Subdural
Cidera Saraf Kranial
Hematom Epidural
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 2 – 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1 minggu
15 Hasil : GCS 15
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 157


1 ICD : S 06.0
2 Diagnosis : CIDERA KEPALA SEDANG
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
GCS9-13
4 Diagnosa banding : Cidera kepala sedang
CVA
Mabuk
Intoksikasi
5 Pemeriksaan : CT Scan kepala, bila tidak tersedia dapat dilakukan
penunjang Foto polos kepala AP / lat
Foto polos servikal lateral
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat inap
sakit
8 Terapi bedah : Istirahat di tempat tidur
Stabilitas fungsi vital (A, B , C )
Deteksi dini adanya tanda-tanda perdarahan intrakranial
Observasi fungsi vital dan neurologis
Pasang collar brace sampai terbukti tidak terdapat fraktur
servikal
Obatsuportif dan simptomatis
Manitol bila diperlukan
Kejang diberi Valium 5-10 mg/iv sampai kejang berhenti
dilanjutkan dengan Phenitoin 3 x 100 mg /iv (diencerkan 20 cc
aqua)
Non bedah Obat simptomatis
Bila ada indikasi
9 Tempat Pelayanan : Rumah sakit yang ada
Dokter Bedah Saraf
10 Penyulit : Perdarahan intrakranial
Edema otak
Herniasi otak
Pneumonia
Cidera otak sekunder
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 1 – 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 1 -2 minggu
15 Hasil : GCS 15
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Pada umumnya baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 158


1 ICD : S 06
2 Diagnosis : CIDERA KEPALA BERAT
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
GCS3-8
4 Diagnosa banding : Koma karena sebab lain
5 Pemeriksaan : Hb, aula darah, analisa gas darah
penunjang CT-Scan kepala tanpa kontrast
Fbto polos servikal lateral
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat inap di ICU
sakit
8 Terapi Non bedah : Pasang collar brace sampai terbukti tidak dijumpai fraklw
Servikal
Resusitasi dan intubasi endotraheal
Observasi fungsi vital dan neuroiogis
Manitol 2 cc/kg BB/20 menit setiap 6 jam
Phenitoin 3 x 100 mg iv (diencerkan dgn 20 cc aqua)
Obat-obat suportif
Obat simptomatis
bedah Operatif bila ada indikasi
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit klas C atau
Rumah sakit yang ada Dokter Bedah Saraf dengan peralatan
pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Cidera otak sekunder
Oedema Otak
Perdarahan intrakranial
Infark
Pneumonia
Her niasi otak
11 Informed consent : Perlu untuk perawatan maupun tindakan
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 7 – 30 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 10 minggu
15 Hasil : GCS membaik kemudian perawatan dan rehabilitasi dilanjutkan
dirumah
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Dubius ad rnalam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 159


1 ICD : S 02.1
2 Diagnosis : FRAKTUR BASIS KRANII
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala disertai salah satu tanda :
Keluar darah / likuor dan" hidung atau telinga
Brill Haematoma
Battle Sign
Lesi saraf kranial

4 Diagnosa banding : Fraktur tulang hidung atau fraktur tulang wajah


Trauma pada kelopak atau mata
5 Pemeriksaan : CT Scan kepala tanpa kontras
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat inap di ICU
sakit
8 Terapi Non bedah : Istirahat ditempat tidur, simptomatis, antibiotika, perawatan
kebersihan lubang hidung atau lubang telinga

bedah Bila kebocoran likuor deras atau indikasi lain


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit Kelas C atau
Rumah sakit yang ada Dokter Bedah Saraf dengan
peralatan pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Meningitis
Lesi saraf kranial
Fistula karotiko-kavernosa
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Tidak ada kebocoran likuor
Tidak ada meningitis
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 160


1 ICD : S 02.0
2 Diagnosis : FRAKTUR IMPRESI TULANG TENGKORAK11IUHM
ATAU TERTUTUP
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
Sebagian fragmen tulang masuk
Dengan atau tanpa keluarnya jaringan otak
Dengan atau tanpa jejas / luka di kepala
4 Diagnosa banding : Hematom subgaleal
5 Pemeriksaan : Fbto polos kepala tiga posisi
penunjang CT Scan Kepala bila ada indikasi
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat inap di ICU
sakit
8 Terapi Non bedah : Debridement dan Bevasi bagian tulang yang depresi indikasi
Bila depresi lebih dari tebal tulang tengkorak
Ada fragmen tulang yang masuk ke otak
Kosmetik
bedah Frakrur Imprest diseftai luka terbuka
Indikasi lain misalnya : Perdarahan intrakranial
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit Kelas C atau
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Kebcooran liquor serebrospinalis oedema cerebri
Meningitis
Epilepsi
Perdarahan intrakranial
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 7 – 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu
15 Hasil : Tidakterjadi infeksi
Tidak terjadi epilepsi
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 161


1 ICD : S 06.4
2 Diagnosis : HEMATOM EPIDURAL
3 Kriteria diagnosis : Trauma di kepala disertai sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat
Foto kepala.: terdapat fraktur linier
Adanya interval bebas (lucid interval)
Adanya lateralisasi atau Tanda herniasi otak
4 Diagnosa banding : Hematom Subdural atau Intraserebral
Stroke - ICH
Tumor otak
5 Pemeriksaan : CT Scan kepala
penunjang Foto polos kepala AP / lat. Bila CT scan tidak tersedia
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat Inap untuk tindakan diagnostik / bedah
sakit
8 Terapi Non bedah : Manitol 5 cc/kgBB/20 menit ( untuk memberi kesempatan
dilakukan transportasi, diagnostik, persiapan bedah )
Kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan Phenitoin 3 x 100
mg /iv/diencerkan 20 cc aqua

Burr Hole (kraniotomi) diagnostik


bedah (bila tidak tersedia CT Scan atau pasien sangat cepat memburuk)
9 Tempat Pelayanan : Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan Bedah Saraf
10 Penyulit : Herniasi otak
Pneumonia
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
15 Hasil : Tidak ada peningkatan tekanan intra kranial
GCS membaik
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 162


1 ICD : S 32
2 Diagnosis : CIDERA SUMSUM TULANG BELAKANG
3 Kriteria diagnosis : Trauma di tulang belakang
Nyeri dilokasi tulang belakang
Jejas di lokasi tulang belakang
Foto vertebra : terdapat fraktur kompresi, dislokasi
Adanya defisit neurologis
4 Diagnosa banding : Sindrom Guillian Barre
Stroke-ICH
Tumor otak
5 Pemeriksaan : Foto polos vertebra AP/L
penunjang CT Scan bila diperlukan
MRI bila diperlukan
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera Rawat Inap untuk tindakan diagnostik / bedah
sakit
8 Terapi Non bedah : Fiksasi, imobilisasi (collar dan papan pengangkut)
Resusitasi
Solumedrol (harus diberikan sebehim 8 jam pertama)
Dosis pertama:
30 mg/kgBB/diencerkan aqua 40cc/drip dalam 15 menit
Dosis berikutnya:
5,4 mg/kgBB/diencerkan aqua 10 cc/drip dalam 60 menit selama
23 jam
Kontra indikasi Solumedrol:
hamil, DM, herpes, TBC aktif, ulkus peptikum, umur < 13 tahun
Terapi terhadap spinal shok (beri vasopressor bukan cairan)
Atasi bradikardi (sulfas atropin)
Cegah hipotermi

bedah Dekompresi / reposisi / fiksasi / stabilisisi tergantung indikasi


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C atau
Rumah sakit dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Spinal Shok
Kehimpuhan otot nafas / apnea
Pneumonia
Luka Dekubitus/kontraktur/infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
15 Hasil : Bisa didudukkan atau diberdirikan
Tidak terdapat dekubitus
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu
18 Prognosis : Tergantung beratnya cidera

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 163


BEBERAPA HAL PENTING MENGENAI CIDERA KEPALA
1. Cidera kepala adalah kegawat daruratan bedah saraf
2. Resiko kecacatan dan kematian cukup besar
3. Cidera otak sekunder meningkatkan morbiditas dan mortalitas
4. Cidera otak sekunder dapat terjadi karena kejang, hipotensi, hipoglikemia dan hipoksi
5. Komplikasi dapat terjadi pada fase akut, fase subakut maupun fase kronis
6. Diperlukan perhatian dan penanganan serta observasi berkeianjutan dan jangka panjang

Derajad cidera kepala :


Ditentukan oleh nilai GCS (Glasgow Coma Scale = skala koma dari Glasgow) yang paling
rendah pada 6 jam pertama sesudah optimal resusitasi.
Cidera Kepala Ringan bila GCS antara 14 - 15
Cidera Kepala Sedang bila GCS antara 9 -13
Cidera Kepala Berat bila GCS antara 3-8

Glasgow Coma Scale (GCS) :


E = Reaksi membuka mata :
4 = buka mata spontan
3 = buka mata dengan rangsangan suara/dipanggil
2 = buka mata bila dirangsang nyeri
1 = tidak dapat buka mata walau dirangsang apapun

V = Reaksi berbicara :
5 = komunikasi verbal baik, jawaban tepat
4 = disorientasi waktu, tempat, orang
3 = dengan rangsangan hanya ada kata-kata bukan kalimat
2 = dengan rangsangan hanya ada suara, tak berbentuk kata
1 = tak ada suara dengan rangsangan apapun

M = Reaksi gerakan lengan/tungkai:


6 = menuruti perintah
5 = melokalisir nyeri .
4 = withdrawal = hanya menarik bagian tubuhnya bila nyeri
3 = bila nyeri timbul fleksi abnormal (dekortikasi)
2 = bila nyeri timbul ekstensi abnormal (deserebrasi)
1 = tidak ada gerakan dengan rangsangan apapun

Indikasi rujukan ke Rumah Sakit yang ada Dokter Spesialis Bedah Saraf:
1. Cidera kepaia ringan dengan gejala Tekanan [ntrakranial Meningkat (bradikardi atau
kejang, muntah hebat, nyeri kepaia hebat) yang tidak menghilang dengan pemberian obat-
obatan
2. Cidera kepala sedang
3. Cidera kepala berat
4. Fraktur impresi (tertutup atau terbuka)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 164


5. Luka tusuk, luka kena clurit, luka tembak
6. Sebaiknya sebelum merujuk dikomunikasikan dulu dengan tempat rujukan

Manitol 20% :
Berfungsi sebagai osmotik diuretik yang sangat berguna untuk :
1. Hematom epidural, hematom subdural, hematom intraserebral selama transportasi,
diagnostik atau menunggu pembedahan.
2. Cidera kepala sedang dengan dedem
3. Cidera kepala berat
4. Tanda Tekanan intra kranial yang meningkat atau tanda-tanda herniasi

Peralatan dan obat emergensi :


1. Bag. And mask / ambu bag
2. Oksigen dan masker
3. Pipa endotrakea
4. Tube irifaring
5. Valium
6. Manitol 20 %
7. Alat dan cairan infus

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 165


X
Bedah Traumalogi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 166


1 ICD : S 06.0
2 Diagnosis : CIDERA OTAK RINGAN
(COMMOTIO CEREBRI)
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
Kehilangan kcsadaran lebih 15 menit
GCS9-13
Somnolcn dan retrograde amnesia (+)
Laterallsasl (-)
4 Diagnosa banding : Cidera kepala sedang
CVA
Mabuk
5 Pemeriksaan : Foto Ro servical & foto Ro Kepala AP/lat, bila diperlukan
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan
sakit Rawat inap bila GCS menurun
Adanya laterasi
Muntah, nyeri kepala dan vertigo bertambah berat
8 Terapi : Istirahat di tempat tidur
Observasi fungsi vital & neurologis
Obat simptomatis suportif
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS Kelas C
RS lain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Tidak ada
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter umum
Dokter spesialis saraf
Dokter sepsialis bedah
Dokter spesialis bedah saraf
13 Lama Perawatan : ± 2 - 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 1minggu
15 Hasil : GCS 15
16 Patologi :
17 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 167


1 ICD : S 06.3
2 Diagnosis : CIDERA OTAK SEDANG
(FOCAL BRAIN INJURY)
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
Kehilangan kcsadaran lebih 15 menit
GCS9-13
Somnolcn dan retrograde amnesia (+)
Laterallsasl (-)
4 Diagnosa banding : CVA
Mabuk
Intoksikasi
5 Pemeriksaan : Foto Ro servikal
penunjang Foto Ro kepala AP/lat
CT scan kepala bila tersedia
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Istirahat ditempat tidur
Observasi-fungsi vital & neurologis
Pasang collar brace
Stabilitas.fungsi vital
Obat-obai supportif:
Memperbaiki metabolisme otak
Kortikosteroid
Mannitol
Obat simpiomatis :
Antibiotika profilaksis

Bila ada tanda perdarahan intra kranial


Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C ,
RS lain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Edema otak
Herniasi otak
Dekubitus
Pneumonia
Cidera otak sekunder
11 Informed consent : Hanya bila dilakukan operasi
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Saraf untuk n&n bedah saja
Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 1 – 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 1 – 2 minggu
15 Hasil : GCS 15
16 Patologi :
17 Otopsi : Periu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Dubius ad bonam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 168


1 ICD : S 06.2
2 Diagnosis : CIDERA KEPALA BERAT (LACERATION CEEBRI)
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala Kehilangan kesadaran sampai koma
GCS3-8 Lateralisasl -/+
4 Diagnosa banding : Koma penyebab lain
5 Pemeriksaan : Lab : darah lengkap, gula darah, analisa gas darah Foto Ro
penunjang servikal & CT scan kepala bila sudah stabil
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Pasang collar brace
Resusitasi kardiopulmoner
Observasi fungsi vital dan menurologis
Obat supportif
Obat simptomatis :

Bedah Operatif bila ada indikasi :


9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RS Iain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Pneumonia
Dekubitus
Herniasi otak
Cidera otak sekunder :
11 Informed consent : Hanya bila dilakukan operasi
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Saraf untuk non bedah saja
Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 1 – 4 minggu
14 Masa Pemulihan : Tergantung kondisi
15 Hasil : GCS membaik / meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Dubius ad bonam
Jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 169


1 ICD : S 06.2
2 Diagnosis : PERDARAHAN EPIDURAL
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
Adanya interval lucida beberapa menit sampai beberapa
Sakit kepala, mual, muntah yang semakin berat
Penurunan GCS
Adanya lateralisasi
Foto kepala: terdapat fraktur linier os temporalis
Tanda herniasi otak
4 Diagnosa banding : Perdarahan subdural
Stroke ICH
Tumor otak :
5 Pemeriksaan : X-foto kepala AP/lat
penunjang CT scan kepala bila tersedia
Burr Hole diagnostik bila diperlukan :
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Supportif:
Ahtibiotika profilaksis
Kortikosteroid, dll
Sito trepanasi.

Bedah Hentikan perdrahan dan evakuasi :


9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RS Iain dengan fasilitas pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Herniasi otak
Dekubitus
pneumonia :
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Saraf :
13 Lama Perawatan : ± 1 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2– 4 minggu
15 Hasil : Perdarahan epidural berhenti
GCS membaik
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Dibius ad malam / meninggal

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 170


1 ICD : S 02.00 / S02.01
2 Diagnosis : FRAKTUR IMPRESIATAP TENGKORAK
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di kepala
Adanya jejas di kepala
Sebagian fragmen tulang teraba masuk
4 Diagnosa banding : Luka terbuka dengan jaringan otak keiuar
Fraktur impresi tcrtutup
Fraktur impresi terbuka
Ada atau tanpa laserasi otak
Ada atau tanpa perdarahan intrakranial yang menyertai
5 Pemeriksaan : X-foto kepala tiga posisi
penunjang CT scan kepala bila tersedia
Burr Hole di diagnostik bila diperiukan
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi bedah : Macam operasi tergantung situasi
Debridement
Trepanasi
Qevasi
Indikasi :
1). Tertutup
bila kompresi lebih dari Vz tebal tulang tengkorak
bila lebih 1 cm
adanya defisit nervus lagi
kosmetik 2), Terbuka
3). Perdarahan intrakranial
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RS lain yg mempunyai saran pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Kebocoran liquor serebrospinalis Meningitis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Saraf
13 Lama Perawatan : ± 7 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 2– 4 minggu
15 Hasil : Tekanan jaringan otak oleh tulang (-) Perdarahan intrakranial (-)
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : Dibius ad malam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 171


1 ICD : S 00.S 01 / S07
2 Diagnosis : TRAUMA JARINGAN LUNAK WAJAH

3 Kriteria diagnosis : Cedera superfisial kepala. S00


Luka terbuka kepala, SOI
Cedera remuk kepala, S07

4 Diagnosa banding : Perlukaan yang mengenai jaringan lunak wajah, bisn berupa
trauma tajam, trauma tumpul atau ledakan. Ditandai adanya luka
terbuka pada wajah, bisa bersih atau kotor tergantung macam
dan tempat terjadinya trauma
5 Pemeriksaan : X-foto bila curiga adanya fraktur tulang dibawah jaringan lunak
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi bedah : Debridemen yang bersih, eksplorasi struktur dibawah kulit ikut
rusak.
Jahit luka :
Luka bersih : jahitan biasa
Luka kotor : jahitan jangan terlalu rapat, kalau perlu
beri drain hanschoen.
Patokan :
Cari masing-masing pasangan dari jaringan yang terkoyak
Aposisi level muko kutaneus harus tepat
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RS lain yg mempunyai saran pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Infeksi
Defek akibat hilangnya jaringan
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 5- 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 21 hari
15 Hasil : Luka sembuh, infeksi (-)
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Tidak perlu
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 172


1 ICD : S 02.4
2 Diagnosis : FRAKTUR MAKSILA

3 Kriteria diagnosis : Trauma daerah maksila yang mengakibatkan diskontinuitas


tulang maksila, ditandai dengan adanya maloklusi dan floating
maksila. Bisa disertai edema, nyeri, hematoma, periorbital,
rinore
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto Waters:
penunjang Le Fort 1 : garis fraktur transversal bawah
Le Fort II : garis fraktur pyramidal
Le Fort III : garis fraktur transversal atas
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi bedah : Suspensi frontosirkumferensial + arc bar, atau plating
(dikerjakan sebelum 7 hari dari trauma)
Arc bar bawah dilepas hari ke-30
Arc bar atas dan suspensi dilepas hari ke-60
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Malunion
Non union
Osteomielitis
Kekakuan sendi temporomandibuler
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 8 minggu
15 Hasil : Tulang maksila union, maloklusi tidak ada
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 173


1 ICD : S 02.2
2 Diagnosis : FRAKTUR NASAL

3 Kriteria diagnosis : Trauma daerah hidung yang mengakibatkan diskontinuitas


tulang hidung, ditandai dengan adanya deformitas hidung edema
dan epistaksis
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X- foto nasal
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi bedah : Reposisi segera, pasang tampon hidung dan gips kupu kupu
Tampon hidung dilepas hari ke 3-4. gips kupu-kupu dilepas
hari ke-21
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Perdarahan
Malunion
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 - 4 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tulang hidung union, tidak ada deformitas
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 174


1 ICD : S 02.4
2 Diagnosis : FRAKTUR ZIGOMA
3 Kriteria diagnosis : Trauma daerah zigoma yang menyebabkan diskontinuitas tulang
zigoma, ditandai dengan adanya deformitas dan nyeri tekan.
Bisa disertai hematom periorbital, diplopia, parestesi infraorbital,
edema, enoptalmus atau eksoptalmus
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto Waters, nampak garis fraktur, biasanya pada 3 tempat
penunjang yaitu margo inferior orbita, silier dan arkus zigomatikus
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan

7 Perawatan rumah : Segera rawat inap untuk observasi dan tindakan


sakit
8 Terapi non bedah : Bila tidak ada deformitas atau diplopia, observasi
Analgetika : Reposisi Gillies.

Reposisi dan fiksasi dengan interoseus wiring atau plating


Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Malunion
Non union
Osteomielitis
11 Informed consent : Perlu

12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum


Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi :

13 Lama Perawatan : ± 3 hari


14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tulang zygoma union, deformitas (-), gangguan okuli (-)

16 Patologi : Tidak perlu


17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.

18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 175


1 ICD : S 02.6
2 Diagnosis : FRAKTUR MANDIBULA

3 Kriteria diagnosis : Trauma pada mandibula yang mengakibatkan diskontinuitas


tulang mandibula, ditandai adanya maloklusi dan falso
movement, bisa diseTtai edema dan nyeri tekan
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-foto mandibula AP+Lat+Eisler,atau panoramik
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : rawat inap
sakit
8 Terapi Bedah : Interosseus wiring+arc bar, atau plating (dikerjakan sebelun
14 had dan trauma), arc bar dilepas hari ke 30
9 Tempat Pelayanan : RS dengan fasilitas Kamar Operasi
10 Penyulit : Maluniom
Non union
Osteomielitis
Kekakuan sendi temporomandibuler
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah (K) H&N
Dokter Spesialis Bedah Plastik & Rekonstruksi
13 Lama Perawatan : ± 3 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 minggu
15 Hasil : Tuiang mandibula union.maloklusi (-), sembuh
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 176


1 ICD : S02.-1, S12.-1, S22.-1, S32.-1, S42.-1. S52-1, S62-1, S72-1,
S82.-1, S92.-1, T02.-1, T08-1. T10-1
2 Diagnosis : PATAH TULANG TERBUKA
3 Kriteria diagnosis : Ada trauma
Ada tanda patah tulang (krepitasi. deformitas, pergerakan
abnormal, nyeri kalau bergerak, ganguan fungsi, pemendekan
tulang panjang)
Ada perlukaan di daerah fraktur (1,11,111)
Fragmen tulang berhubungan dengan dunia luar
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto Ro. AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi : Analgetika,
Antibiotika
Debridement
Fiksasi interna untuk grade I-II
Bedah
Fiksasi eksterna untuk grade III
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Infeksi
Perdarahan
Kompartment syndroma
Emboli lemak
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu
15 Hasil : Mencapai posisi anatomi dan fungsional optimal
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas.
18 Prognosis : baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 177


1 ICD : S 43.0
2 Diagnosis : DISLOKASI BAHU
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma Nyeri(+)
Deformitas - asimetri Gangguan gerakan bahu

4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-fotobahuAP/lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rau/at jalan
sakit Rawat Inap untuk tindakan operasi
8 Terapi Non bedah : Reduksi menurut Kocher atau Hipokrates
K/p dengan pembiusan :

Reduksi operatif, untuk kasus-kasus neglected


Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Cidera N.Axilaris / plexus brachials
Gangguan sirkulasi
Kaku sendi pada dislokasi sendi bahu lama
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 - 6 minggu
15 Hasil : Tereposisi dengan baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi :
18 Prognosis : Baik
Kaku sendi dapat terjadi (Operasi)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 178


1 ICD : S 52.4

2 Diagnosis : FRAKTUR RADIUS-ULNA


3 Kriteria diagnosis : Trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang regio antebrachii
Ro foto antebrachii AP / lat
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto Ro.Antebrachii AP/Iat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi dengan pembiusan Gips sampai diatas siku

Bila non bedah gagal -* plate & screw


Bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Compartmentsyndrome
11 Informed consent : Perlu

12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah


Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 - 8 minggu
15 Hasil : Fragmen tulang tereposisi dan terfiksasi dg baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 179


1 ICD : S 52.0

2 Diagnosis : FRAKTUR MONTEGIA


3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang
Fbto Ro: patah tulang ulna proksimal dan dislokasi capud radii
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto Ro.lengan bawah AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Bedah pembcdahan
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Non union, malunion, gangguan gerak, infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 minggu
15 Hasil : Fragmen tulang ulna tereposisi dan terfiksasi dg baik
Cbut radii tereposisi atau dibuang
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik / Gangguan gerak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 180


1 ICD : S 52.3

2 Diagnosis : FRAKTUR GALEAZI


3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang (nyeri, bengkak, deformitas,
krepitasi, gangguan fungsi)
Foto Ro: patah tulang radius dcngan disiokasi sendi
radioulnar distal
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Radjologi :Ro. Lengan bawah AP/ lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi
Gips sampai diatas siku

bedah
Operasi reposisi dan fiksasi bila non bedah gagal
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Malunion, nonunion, gangguan gerak
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 6 minggu
15 Hasil : Fragmen tetap terreposisi & terfiksasi dengan baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik / Gangguan gerak

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 181


1 ICD : S 52.0

2 Diagnosis : FRAKTUR OLEKRANON


3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma di siku
Tanda pasti patah tulang pada siku
X-Fbto: olekranon patah
4 Diagnosa banding : Fraktur lain di daerah siku
5 Pemeriksaan : Foto Ro-Siku AP/Lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Operasi dengan pemasanganTension band wiring :
:
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Kaku sendi siku
Lesi nervus Ulnaris
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi :
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4-6 minggu
15 Hasil : Fragmen tetap terreposisi & terfiksasi dengan baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Dubius / cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 182


1 ICD : S 42.4
2 Diagnosis : FRAKTURA SUPRAKONDILER SIKU
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma
Tanda-tanda pasti patah tulang di atas siku
4 Diagnosa banding : Fraktur-fraktur lain di daerah siku
5 Pemeriksaan : Radiologi: foto siku AP/ lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait, (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi dengan pembiusan
Traksi

Bila non bedah gagal operasi


bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Fleksi pembuluh darah
Kaku sendi siku
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi :
13 Lama Perawatan : ± 21 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4-6 minggu
15 Hasil : Kedua fragmen terreposisi & terfiksasi dengan baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Dubius / Kaku sendi siku

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 183


1 ICD : S 42.3

2 Diagnosis : FRAKTUR HUMERUS


3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti fraktur humerus (nyeri, bengkak, deformitas
angulasi/pemendekan, krepitasi, gangguan fungsi)
Angulasi, perpendekan, rotasi
Foto Ro adanya fraktur humerus
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto Ro humerus AP / lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi dengan pembiusan
Gips U-siab / Hanging cast

bedah Pemasangan implant / plate-screw


9 Tempat Pelayanan : Minimal RS. kelas-C
RS. lain yang mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Lesi N.Radialis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi :
13 Lama Perawatan : ± 1 - 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12-24 minggu
15 Hasil : Tereposisi dan ierfiksasi pada posisi fungsional yang optimal
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 184


1 ICD : S 42.0

2 Diagnosis : FRAKTUR KLAVIKULA


3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti fraktur pada klavikula (nyeri. deformitas, krepitasi)
Fbto Ro adanya fraktur di klavicula :
4 Diagnosa banding : Disiokasi acromio-klavicular
5 Pemeriksaan : X-foto klavicula AP
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat jalan untuk perawatan non bedah
sakit Rawat inap untuk perawatan bedah
8 Terapi Non bedah : Figure of-8 / ransel verband :
Plate & screw bila ada komplikasi vaskuler/ saraf
bedah Non bedah gagal
9 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas-C
RSIain yg mempunyai sarana pembedahan yg memadai
10 Penyulit : Lesi vaskuler
Lesi saraf
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah
13 Lama Perawatan : ± 1 - 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 6 minggu
15 Hasil : Terreposisi dengan baik
16 Patologi : Tidak perlu
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 185


1 ICD : S22. 3, S22. 4
2 Diagnosis : PATAH TULANG IGA
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis patah tulang iga merupakan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang iga karena rudapaksa atau penyakit
Tanda dan gejala klinis berupa :
pada inspeksi gerakan dinding toraks asimetris, deformitas
pada palpasi nyeri tekan. nyeri sumbu, krepitasi dari fragmen
tulang yang patah.
4 Diagnosa banding : Kontusio muskulorum
5 Pemeriksaan : Laboratorium : pemeriksaan darah dan ECG untuk evaluasi
penunjang klinis dan persiapan pembedahan
Radiologi: foto polos rongga dada PA/LAT
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
7 Perawatan rumah : Bila single, tanpa penyulit tak perlu rawat inap di R.S.
sakit Bila multiple dan atau bila terdapat penyulit perlu rawat inap
di R.S. untuk observasi dan tindakan.
8 Terapi Non bedah : Obat-obatan analgetika, anestesi infiltrasi atau blok, perawatan
Konsevatif

bedah Fiksasi internal daerah fraktur dengan memakai clip atau mint
plate atau wire dengan bantuan anestesi umura atau anestesi
lokal atau anestesi blok.
Syarat fraktur tersebut tidak lebih dari 2 (dua) minggu
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S. kelas-C.
R.S. lain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Ruptur pleura parietalis dan empisema kutis.
Ruptur jaringan paru.
Pneumotoraks.
Perdarahan dan hematotoraks atau hemotoraks.
Osteomielitis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama dan terapi konservatif
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 2 - 14 hari pasca bedah bila tanpa penyulit
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16 Patologi : Khusus untuk fraktur patologis dan osteomielitis
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 186


1 ICD : S22.5
2 Diagnosis : FLAIL CHEST
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis flail chest ditandai dengan gerakan paradoksal
pada dinding toraks karena patah tulang iga multiple dan
segmental atau lebih dari 2 garis fraktus, hal ini disebabkan oleh
trauma.
Tanda dan gejala klinis benjpa:
Gangguan respirasi dari ringan sampai berat.,
Pada inspeksi deformitas dinding toraks disertai gerakan
paradoksal dinding toraks yang patah.
Pada palpasi nyeri tekan dan nyeri tekan sumbu disertai
krepitasi.
Pada foto polos toraks: patah tulang iga multiple dan segmental
atau lebih dari 2 garis fraktur.
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium : DL, analisis gas darah, saturasi
penunjang Kardiologi : EKG
Radiologi : foto polos toraks AP/Iateral
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Raw/at inap untuk observasi, monitoring, pemasangan ventilator
sakit dan tindakan
8 Terapi Non bedah : Oksigenasi (02)
Tidur miring kearah daerah yang sakit.
Fiksasi daerah yang sakit tersebut dengan plester lebar yang
elastis. (sementara).
Bila penderita dengan gangguan nafas berat segera di intubasi
dan pernafesan buatan smbu bag atau segera pasang ventilator.
Obat-obatan analgetik, antibiotika dan resusitasi cairan
bedah Fixasi tulang iga yang patah dengan dip atau dengan wire atau
mini plate
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S kelas-C
R.S. Iain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Hematopneumotoraks
Kontusio paru
Pneumonia
Prolong ventilator
Osteomyelitis kosta
Empiema toraks
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum. (pertolongan pertama)
Dokter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks .
13 Lama Perawatan : ± 14 hari pasca bedah bila tanpa penyulis
14 Masa Pemulihan : ± 14 - 30 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 187


1 ICD : S 27.1
2 Diagnosis : HEMATOTORAKS
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis hematotoraks atau hemotoraks ditandai dengan
adanya darah di dalam rongga pleura, hal ini dapat disebabkan
oleh trauma atau penyakit.
Tanda dan gejala klinis berupa:
anemia, sesak nafas, syok hipovolemik, pada inspeksi gerakan
hemitoraks yang bersangkutan menurun, pada perkusi redup
pada sisi yang sakit , pada auskultasi suara nafas menurun, dan
pada foto polos toraks terdapat bayangan kesuraman disertai
sudut kosta frenikus tumpul, pada punksikeluar darah. Bila
terdapat perdarahan massif, pada foto polos toraks tampak
trakhea deviasi dan CVP meningkat.
4 Diagnosa banding : Atelectasis
Massa pada jaringan paru
Efusi pleura
Pneumotoraks Tension
5 Pemeriksaan : Laboratorium : pemeriksaan DL, saturasi O2
penunjang Radiologi: foto polos toraks
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Oksigenasi O,, transfusi darah bila perdarahan masif, obat-
obatan antibiotika, analgetika, antipiretika, fisio terapi nafas.

bedah Pipa torakostomi atau WSD


Bila masif dilakukan torakotomi (perdarahan > 800 cc)
langsung atau 3-5 cc/kg b.b. per jam
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S kelas-C
R.S. Iain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Syok hipovolemik
Fibrotoraks atau Schwarte
Empiema torakis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum ( pertolongan pertama, punksi rongga toraks,
pasang pipa toraks WSD )
Dokter Spesialis Bedah Umum.
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular.
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
Dokter Spesialis Paru (Non-Trauma)
13 Lama Perawatan : ± 7 - 14 hari pasca bedah bila tanpa penyulit
14 Masa Pemulihan : ± 1 - 2 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau meninggal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 188


1 ICD : S 27.0 J93 P25.1 A16.2
2 Diagnosis : PNEUMOTORAKS
3 Kriteria diagnosis : Secara klinis pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana
terdapat udara didalam rongga pleura dan mengakibatkan paru
menjadi kolaps, hal ini disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Tanda dan gejala klinis berupa:
sesak nafas, pada inspeksi gerakan hemitoraks berkurang atau
menurun, pada perkusi hiper sonor, pada auskultasi suara nafas
berkurang atau menurun, pada foto polos toraks ada bayahgan
udara bebas pada hemitoraks yang bersangkutan dan paru
tampak kolaps.
Pada keadaan Tension ditandai dengan trachea terdorong kontra
lateral, bendungan vena-vena di leher, GVP meningkat,
hemitoraks yang terkena lebih cembung
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Laboratorium. : DL, BTA sputum
penunjang Radiologi : Foto polos toraks
6 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Oksigenasi, fisioterapi nafas, obat-obatan .

bedah Jarum kontra ventil atau jarum terbuka dilanjutkan dengan


pipa drainase (WSD) untuk kasus pneumotoraks tension .
Punksi bila paru yang kolaps minimal < 30 %. Pipa
torakostomi dengan continous suction.
Bila pneumotoraks terbuka , luka ditutup atau dijahit dan
pasang pipa toraks.
Torakotomi, bila paru yang kolaps persisten atau terdapat fistel
bronkho - pleural.
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S kelas-C
R.S. Iain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Empisema subkutis.Pneumonia, Shunting, Arelektasis.
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum. (pertolongan pertama, pasang WSD)
Dokter Spesialis Paru (Non Trauma )
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks-Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks.
13 Lama Perawatan : ± 14 hari pasca bedah bila tanpa penyulis
14 Masa Pemulihan : ± 2 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan kecacatan seperti Schwarte
fibrosis paru.
16 Patologi : Feriu untuk diagnosis
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 189


1 ICD : S12, S22.0, S320, T08
2 Diagnosis : FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Nyeri tulang belakang
Adanya kyphosis
Lesi saraf + / -
4 Diagnosa banding : Kclainan dcgeneratif tulang belakang
Gibbus karena tbc tulang belakang
5 Pemeriksaan : Fbto Ro AP / Lat dari:
penunjang vertebra sevikal
vertebra torakal
vertebra Iumbosakral
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Bedrest / gips korset / brace

bedah Tidak stabil


Ada lesi medula spinalis
9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S kelas-C
R.S. Iain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Paraplegia
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah untuk non bedah
Ookter Spesialis Bedah Orthopaedi untuk tindakan pembedahan
13 Lama Perawatan : ± 14-28 hari pasca bedah bila tanpa penyulis
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Mobilisasi dengan brace
Bedah Fiksasi rigid

Non bedah Jepitan medulla spinalis (-)


16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis :
Non bedah Baik
bedah Dublus ad malam

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 190


1 ICD : S73.0
2 Diagnosis : DISLOKASI PANGGUL
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Nyeri panggul
Posisi aduksi dan internal rotasi pada sisi yang sakit
Tungkai memendek pada sisi sakit
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Fbto Ro panggul AP/Lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi cara Bigelow dengan pembiusan

bedah Operasi reposisi bila terapi non bedah gagal


9 Tempat Pelayanan : Minimal R.S kelas-C
R.S. Iain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10 Penyulit : Fraktur intra artikuler
Cidera N. Ischiadicus
Kaku sendi pada dislokasi lama
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi terutama bila memerlukan
pembedahan
13 Lama Perawatan : ± 2 minggu
14 Masa Pemulihan : ± 8 minggu
15 Hasil : Tereposisi dengan baik
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu, untuk kasus trauma dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik
Kaku sendi dapai terjadi ( operasi)

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 191


1 ICD : S 27.8, S 30.0, S. 35.S 36, S 37, Cedera pada toraks bagian
bawah, abdomen, pinggang, coliumha, vertebralis - lumbalis dan
pelvis
2 Diagnosis : Ruptur Diaphragma S27.8.0
Kontusi Bokong dan Panggul S30.0
Kotusio Abdomen, Pinggang dan Inguinal S 30.1
Kontusio Perineum dan Genital S.302
Ekskoriasi, Laserasi superficial –S 30.7
multiple di Abdomen,
Pinggang dan Panggul.
Ruptur Limpa S36.0.0
Ruptur Hepar & kandung empedu S36.1.0
Ruptur Pankreas S 36.2.0
Ruptur lambung S 36.3.0
Ruptur Duodenum .
Ruptur Jejunum S 36.4.0
Ruptur Ileum
Ruptur Colon S 36.5.0
Ruptur Rectum S 36.6.0
Ruptur organ intra abdomen- S 36.7.0
Multiple
Hematoma retroperitoneum
Ruptur Ginjal
Kontusio Ginjal
Hematoma retroperitoneum S 36.8.0
Ruptur Ginjal S 37.0.0
Ruptur Ureter S 37.1.0
Ruptur Kandung Kemih S 37.2.0
Ruptur Uretra S 37.3.0
Ruptur Ovarium S 37.4.0
Ruptur Tuba Falopii S 37.5.0
Ruptur Uterus S 37.6.0
Ruptur Organ Intra Pelvis Multipel S 37.7.0
Ruptur Kelenjar Adrenal S 37.8.0
Ruptur Kelenjar Prostat S 37.8.0
Ruptur Vesikula Seminalis S 37.8.0
Ruptur Vas Deferen S 37.8.0
3 Kriteria diagnosis : Mekanisme Trauma
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh dari ketinggian
Kecelakaan kerja
Cedera olah raga
Tindakan kekerasan atau penganiayaan
Cedera akibat hiburan atau wisata
Tanda Minis.
Sistim pernapasan dan hemodinamika
Stabil
Tidak stabil
Inspeksi:
Dinding abdomen bisa tampak normal
Jejas pada dinding abdomen

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 192


Jejas pada dinding dada bagian bawah
Abdomen tampak distensi
Jejas dapat berupa : excoriasi, hematoma,
Memar kulit, lacerasi
Auskultasi:
Auskultasi regio toraks (kin )
Suara napas menurun, bisa terdengar bising usus
Auskultasi regio abdomen:
Bising usus bisa normal, menurun atau hilang.
Palpasi:
Nyeri tekan di kuadran tertentu atau seluruh regio
Abdomen, Defans muskuler, Nyeri tekan lepas.
Perkusi
Perkusi regio toraks bagian bawah bisa normal atau r edup
atau timpani
Pekak hati bisa positif atau negatif
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi atau tes shifting dullness bisa ppsitip, bisa negatif
Colok dubur:
Bisa normal
Bisa ditemukan kelainan — kelainan :
Prostat yang melayang, laserasi pada dinding anorektum,
fragmentasi tulang - tulang panggul, nyeri pada peralmait
dinding anorektum, pada sarung tangan bisa ditemukan tetesan
atau noda darah, berarti positif ada cedera pada saluran cerna
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Disesuaikan dengan fasilitas UGD / Rumah Sakit setempat
penunjang Pilihan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
Foto toraks, Fbsisi AR Foto toraks pemasangan pipa lambung
Foto pelvis
USG
Lavase peritoneum diagnostik (DPL)
1VP
Uretro-sistografi
Foto kontras saluran cerna bagian atas
CT scan abdomen
Angiografi
Indikasi USG sama dengan indikasi DPL:
Pasien trauma dengan:
Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan / gangguan fungsi sensoris
Cedera pada organ - organ yang bertetangga
Pemeriksaan fisik abdomen yang meragukan
Kemungkinan dokter putus kontak dengan pasien untuk waktu
yang cukup panjang.
Hasil DPL yang meragukan ( khusus untuk USG abdomen )
yaitu : Lekosit < 500/mm3, eritrosit < 100.000 / mm3
6 Konsultasi : Bila diperlukan Konsultasi Dokter Spesialis Bedah Toraks
Kardiovaskular

7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk tujuan observasi

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 193


sakit
8 Terapi : Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep AILS kalau kondisi
pernapasan dan hemodinamika penderita tidak stabil. Terapi
konservatif:
Terapi konservatif dilakukan bila tidak ada indikasi laparotomi
segera, atau hasil pemeriksan penunjang tidak mengungkapkan
adanya cedera organ intra abdomen yang nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi,, dapat dilakukan
sampai 2 x 24 jam.
Terapi operatif:
Laparotomi eksplorz^i dengan insisi median
Indikasi laparotomi eksplorasi:
Tanda-tanda perdarahan intra peritoneal, yaitu adanya
syok hipovplemi dengan distensi abdomen yang progresif.
Tanda-tanda peritonitis generalisata
Pneumoperitoneaum pada foto toraks
Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika
(Ruptur Diafragma) -
Cairan lavase keluar melalui pipa drenase rongga pleura
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau
cairan usus >
Hasil DPL positip berdasarkan analisa laboratoris, yaitu :
jumlah eritrosit > 100.000/mm3 cairan lavase
jumlah lekosit > 500/mm cairan lavase
amilase >20 IU/Lcairan lavase
9 Tempat Pelayanan : Minimal Rumah Sakit Was C atau Rumah sakit yang ada
fasilitni
pembedahan yang memadai.
10 Penyulit : Perdarahan massif
Syok hipovolemik, yang bisa berakibat syok irreversibel
Koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (D1C)
Koagulopathi, Hipotermia. Asidosis.
SIRS - sepsis, ARDS, Pneumonia
Pankreatitis pasca trauma, perdarahan saluran certm,
Gangguang fungsi hati.
ARF (gagal ginjal akut)
Gagal multi organ
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Digestif
13 Lama Perawatan : Bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa berlangsung antara 10 hari - 3 bulan
14 Masa Pemulihan : Juga bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa membutuhkan waktu antara 2 minggu - 3 bulan
15 Hasil : Cedera ringan : bisa sembuh tanpa gejala sisa
Cedera berat:
Kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan nlaii
tanpa kecacatan
Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau tanpa kecacnlsn,
atau bisa meninggal dunia. Cedera mengancam nyawa: Bila
timbul penyulit

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 194


Bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa menlni i pi
dunia
Angka kematian bisa sampai > 70%
16 Patologi :
17 Otopsi : Semua pasien trauma abdomen meninggal dunia perlu otopsi
klinik
18 Prognosis : Tergantung beratnya cedera

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 195


1 ICD : T20-T31
2 Diagnosis : LUKA BAKAR
3 Kriteria diagnosis : Luka bakar merupakan kerusakan pada jaringan karena
pengaruh suhu (baik panas maupun dingin) atau dari
penyerapan energi fisik dan dari kontak dengan bahan-bahan
kimia. Setiap penyebab mempunyai gambaran klinis yang
khusus dan manajemen pengelolaannya.
Pembagian derajat luka bakar :
Derajat I: Hanya mengenai cairan epidermis luar, tampak
hiperemi dan eritema
Derajat II: Mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan
sebagian dermis disertai lepuh. edema jaringan dan
basah
Derajat III .Mengenai semua lapisan epidermis dan dermis,
biasanya tampak luka kering dengan vena koogulasi
pada permukaan kulit
Tanda dan gelaja klenik : nyeri, cemas, dehidrasi
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan Laboratorium: DL, UL, -RFT, elektrolit, protein darah
:
penunjang Mikrobiologi : kultur dan tes kepekaan kuman
Radiologi : foto polos toraks AP
Jantung : EKG
6 Konsultasi : Dbkter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Raw/at Inap untuk luka bakar derajat II-III minimal 15% luasnya
sakit atau trauma didaerah muka atau trauma inhalasi.
8 Terapi Non bedah : - Tindakan darurat ABC, retutilasi jantung, paru, otak
- Koreksi elektrolit dengan rumus "Rule of Nine" dan koreksi
Hiperaktif
- Perawatan terhadap jantung, paru, ginjal, hati
bedah
- TerapiSuportifseperii nutrizi, protein
- Antibiotika, analgetika, antidiuretika
- Pertolongan pertama bisa diberikan air dingin (waktunya
singkat)
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
atau rumah sakit dengan fasilitas perawatan luka bakar yang
memadai
10 Penyulit : Gangguan elektrolit, gangguan fungsi jantung, paru, otak,
kontraktur hati dan ginjal, infeksi sepsis
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama maupun terapi konservallf
Dokter Spesialis Bedahr Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik
13 Lama Perawatan : ± 7 - 30 hari pasca bedah bila tanpa penyulis
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 8 minggu bila tanpa penyulit
15 Hasil : Sembuh atau sembuh dengan bercacat atau meninggal dunia
16 Patologi :
17 Otopsi : Diperlukan bila penderita meninggal dunia karena trauma at. in
sebab yang tidak jelas
18 Prognosis : Baik atau dubious atau jelek

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 196


1 ICD : S 37.2
2 Diagnosis : RUPTUR BULI-BULI

3 Kriteria diagnosis : Trauma langsung pada abdomen bagian bawah


Trauma tidak langsung akibat fractur pelvis
Tidak bisa kencing
Massa suprapubik
Hematuria (+)
Tanda - tanda peritonitis (+)
Colok dubur : Prostat letaknya normal
4 Diagnosa banding : Ruptur uretra posterior
5 Pemeriksaan : Test buli-buli
penunjang Foto Pelvis Urethrocystogram
6 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
7 Perawatan rumah : Rawat inap segera untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Eksplorasi, jahit buli-buli, pasang dauer kateter.
bedah Suprapubic kistostomi bila ruptur uretra posterior
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit Iain yg mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Infeksi
Kebocoran
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Orthopaedi bila terdapat fractur pelvis
Dokter Spesialis Urologi akibat ruptur urethra posterior
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 14 hari
15 Hasil : Sembuh
16 Patologi :
17 Otopsi : Diperlukan bila penderita meninggal dunia karena trauma at. in
sebab yang tidak jelas
18 Prognosis :
Baik

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 197


1 ICD : S 82.0
2 Diagnosis : FRAKTUR PATELA
3 Kriteria diagnosis : Adanya trauma pada lutut
Tanda pasti patah tulang patela
Fungsiolaesa
Foto: patah tulang patela
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : X-Foto lutut AP/Lat
penunjang
6 Konsultasi :
7 Perawatan rumah : Rawat jalan dan rawat inap
sakit
8 Terapi Non bedah : Pasang Kocher Gips untuk kasus undisplaced (I-II)

Pasang tension band wiring


Patelektomi untuk grade IV
bedah
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit Iain yg mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Haemartrosis
Infeksi
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi

13 Lama Perawatan : ± 2 - 7 hari


14 Masa Pemulihan : ± 8 – 12 hari
15 Hasil : Fragmen tulang patella terreposisi & rigid
Fragmen terangkat
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trautama dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik / cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 198


1 ICD : S 82
2 Diagnosis : FRAKTUR CRURIS
3 Kriteria diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti patah tulang pada tibia/ fibula
Foto Ro : fraktur pada tibia dan pada fibula
4 Diagnosa banding :
5 Pemeriksaan : Foto Ro cruris AP / Lat
penunjang
6 Konsultasi : Dokter spesialis terkait, bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawatjalan untuk non bedah Rawat inap untuk pembedahan
sakit
8 Terapi Non bedah : Reposisi Long leg cast / PTB cast :

bedah Pemasangan implant / plate-screw


9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit Iain yg mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Malunion / delayed union
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 7 hari
14 Masa Pemulihan : ± 4 – 8 minggu
15 Hasil : Tereposisi dan terfiksasi pada posisi yang optimal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trautama dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik / cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 199


1 ICD : S 86.0
2 Diagnosis : RUPTUR TENDON ACHILES

3 Kriteria diagnosis : Trauma oleh karena mendadak melakukan gerakan


Kontraksi Achiles Posisi kaki plantar flexi fungsilaesa
4 Diagnosa banding : -
5 Pemeriksaan : -
penunjang
6 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7 Perawatan rumah : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
sakit
8 Terapi Non bedah : Antibiotika

bedah Operasi dengan teknik Bunnel atau Kesler


Immobiiisasi dengan fore slab
9 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas-C
Rumah sakit Iain yg mempunyai sarana pembedahan memadai
10 Penyulit : Non union, rhal union
11 Informed consent : Perlu
12 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
13 Lama Perawatan : ± 14 hari
14 Masa Pemulihan : ± 12 minggu
15 Hasil : Kedua fragmen terjahif dengan posisi optimal
16 Patologi :
17 Otopsi : Perlu untuk kasus trautama dan kematian yang tidak wajar atau
tidak jelas
18 Prognosis : Baik / cacat

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 200


DAFTAR KETERANGAN ISTILAH DAN SINGKATAN
No Istilah
1 ABC Airway, Breathing, Circulation
2 AFTA ASEAN FREE TRADE AREA
3 AP Antero - Posterior
4 ABVD Adriomycin, Bleomycin, Vinblastine, Dacarbazine
5 AVN Artery, Vein, Nervus
6 BCC Basal Cell Carcinoma
7 BCT/S Breap Conserving Treatment/Surgery
8 CAF Cyclophosphamide, Adriamycin, Fluorouracil
9 CTScan Computered Tomography Scanning
10 CVA Cerebro Vascular Accident
11 CVP Central Venous Pressure
12 Darsidah Standar Profesi Bedah
13 DCS Damage Control Surgery
14 DL Darah Lengkap
15 DPL Diagnostic Peritoneal Lavage
16 DSpB Dokter Spesialis Bedah Umum
17 DSpB(K)BA Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Anak
18 DSpB(K)Dig Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
19 DSpB(K)KL Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Kepala dan Leher
20 DSpB(K)Onk. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Onkologi"
21 DSpB{K)Vask. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Vaskular
22 DSpBO Dokter Spesialis Bedah Ortopedi
23 DSpBP Dokter Spesialis Bedah Plashk
24 DSpBS Dokter Spesialis Bedah Saraf
25 DSpBTKV Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular
26 DSpU Dokter Spesialis Urologi
27 DVT Deep Vein Thrombose
28 EDH Epidural Hematoma
29 EKG/ECG FJektro Kardiografi
30 FL Faeces Lengkap
31 FNAB Fine Needle Aspiration Biopsy
32 FU Fluoro Uracil
33 GCS Glasgow Coma Scale
34 HD Hodgin Disease
35 HVA Homo Vandelic Acid
36 IBD Inflammatory Bowel Disease
37 ICD International Statistical Classification of Diseases and Related
38 ICH Intra Cerebral Hemorrhage
39 ICS Intercostal Space
40 ICU Intensive Care Unit
41 KET Kehamilan Elektopik Terganggu
42 Lat" Lateral
43 LDH Low Density Hypercholesterolemia
44 LDH Laktat dehidrogenase
45 LFT Liver Function Test
46 IX Cast Long Leg Cast
47 MOPP Mechorethamine, Oncovin, Prednison, Procarbazine
48 MRI Magnetic Resonance Imaging
Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 201
49 MRS Masuk Rumah Sakit
50 N Nervus
51 NHL Non Hodgin Limfoma
52 NICU Neonatal Intensive Care Unit
53 PA Patologi Anatomi atau Posterc - Anterior
54 PABI Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
55 Pa02 Iekanan Partial Oksigen
56 PBIDI Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
57 PPIKABI Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia
(dahulu : Ikatan Ahli Bedah Indonesia)
58 PS Program Studi
59 K/P Kalau perlu
60 RFT Renal Function Test
61 RND Radical Neck Dissection
62 RS RumahSakit
63 RSARP
64 SCC Squamous Cell Carcinoma
65 SPPDSBUI Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia
66 TBC Tuberculose
67 TNM Tumor, Nodule, Metastase
68 TUR Trans Urethral Resection
69 TUR – P Traris Urethral Resection - Prostate
70 UL Urine Lengkap
71 USG Ultra sonografi
72 UTI Urogenitales Tract Infection
73 UU Undang - undang
74 VC VriesCoup
75 VMA Vanyl Mandelic Acid
76 WSD Water Sealed Drainage

Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia 202

You might also like