Professional Documents
Culture Documents
CINTAI MASJIDMU
(Mengajak anak mencintai masjid)
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun)
kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS. At-Taubah (9) : 18).
Mengenakan busana muslim yang indah dan rapi, nampak riang ceria anak-anak memenuhi masjid di
sore itu.Mereka asyik berlatih shalat dan juga belajar mengaji. Sungguh sedap dipandang mata. Memang
demikianlah seharusnya. Bahwa keberadaan masjid tidak hanya difungsikan sebagai tempat shalat
semata. Juga bukan tempat orang orang tua semata. Sebagaimana telah diteladankan Rasulullah
Shalallahu alaihi wasalam yang sejak awal dakwahnya telah menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan
ummat. Tempat kumpul bersama kaum muslimin. Beliau berdakwah, mengkaji Al-Qur’an,
bermusyawarah, mengatur pasukan, hingga mengajak cucu-cucunya di dalam masjid.
Namun sayangnya, banyak masjid hari ini tak ramah terhadap anak-anak, generasi penerus perjuangan
Islam. Ketika ada anak yang datang ke masjid, pengurus sudah memberikan peringatan atau ancaman
agar tidak ribut di masjid. Kepada anak-anak yang ribut, pengurus tidak segan-segan menghardik,
membentak, atau menghukum anak-anak. Ada pula alasan lain melarang anak-anak ke masjid karena
mereka dianggap belum baligh (dewasa). Mereka belum wajib untuk salat jamaah di masjid. Begitu pun
ketika sudah di masjid anak-anak masih mendapat perlakuan diskriminasi. Mereka dianggap tidak layak
berada di shaf terdepan walaupun mereka datang sejak awal. Padahal hak mendapatkan shaf terdepan
adalah untuk mereka yang datang sejak awal. Bukan berdasarkan usia. Sekilas larangan ini benar
adanya. Padahal larangan ini termasuk berlebihan dan tidak bijaksana. Banyak mudharat yang
ditimbulkan. Banyak dampak negatif dibelakangnya.
Mari kita lihat perilaku Rasulullah dalam memuliakan anak-anak ketika di masjid. Rasulullah bahkan
membawa cucu beliau yaitu Hasan dan Husen ke masjid. Rasulullah mengajarkan mereka untuk terbiasa
ke masjid. Rasulullah pernah sujud dalam waktu yang lama karena pada saat itu cucu beliau sedang
menaiki punggungnya. Tengoklah. Rasulullah saat sujud tidak merasa terganggu saat dinaiki
punggungnya. Rasulullah tidak menurunkan cucu beliau dan tidak pula beliau marah.
Inilah sesungguhnya teladan bagi kita. Betapa pun ributnya anak-anak di masjid, kita tidak boleh berlaku
kasar atau berkata keras kepada mereka. Namanya juga anak-anak. Bagi mereka bermain adalah sebuah
kebahagiaan. Hadapi mereka dengan kelembutan dan keramahan. Nasehati mereka dengan bijaksana.
Raih hati mereka agar nasehat kita mengena di hati mereka.
Bukankah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia
sepuluh tahun….” (HR Ahmad). Kebiasaan shalat ke masjid tidak serta merta dilakukan. Kebiasaan itu
perlu dimulai sejak dini. Mereka perlu dilatih sejak kecil. Dan kelak ketika mereka sudah baligh (dewasa)
maka sudah terbiasa dengan masjid.