You are on page 1of 9

Tata Cara Permohonan Pemindahbukuan

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=8&q=&hlm=6

Pada saat melakukan kewajiban perpajakan, dimungkinkan melakukan kesalahan dalam


penyetoran pajak dengan Surat Setoran Pajak (SSP). Untuk membetulkannya, dapat
dilakukan dengan permohonan pemindahbukuan sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan No. 88/KMK.04/1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui
Pemindahbukuan dan KEP-965/PJ.9/1991 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pembayaran
Pajak Melalui Pemindahbukuan.

Sebab-sebab yang mengakibatkan Wajib Pajak harus menyampaikan permohonan


pemindahbukuan adalah antara lain karena:

1. Adanya kelebihan pembayaran pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
atau Surat Keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran
pajak.
2. Adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak akibat kelambatan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak .
3. Diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan
dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP).
4. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut
Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain.
5. Pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak.
6. Adanya pelimpahan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden
sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/1990 tentang
Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai, dan atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor atas dasar inden.

Pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga
kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (2)
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 88/KMK.04/1991 tanggal 24
Januari 1991, dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak tanpa permohonan dari Wajib Pajak yang bersangkutan, dan tanpa
memerlukan persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau Direktur
Jenderal Pajak.

Pemindahbukuan karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau untuk
pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain, dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak yang berwenang melaksanakan Tata Usaha Surat Setoran Pajak, tanpa memerlukan
persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau Direktur Jenderal Pajak,
dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan tertulis untuk dilakukan pemindahbukuan dari wajib pajak


pemegang asli Surat Setoran Pajak (SSP) kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) dimana wajib pajak terdaftar;
2. Dalam hal permohonan pemindahbukuan karena kesalahan mengisi nama dan NPWP
pada SSP, harus dilampiri dengan surat pernyataan dari wajib pajak yang nama
dan/atau Nomor Pokok Wajib Pajaknya (NPWP) tercantum dalam SSP, yang
menyatakan bahwa SSP tersebut bukan miliknya dan Wajib Pajak tidak keberatan
untuk memindahbukukan hal-hal yang tercantum dalam SSP yang bukan miliknya
tersebut kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pemindahbukuan;
3. Permohonan pemindahbukuan karena kesalahan dalam mengisi SSP yang dilakukan
oleh Bendaharawan/ Pemungut Pajak dan atau dalam rangka pemecahan SSP,
diajukan oleh Bendaharawan/Pemungut Pajak dimaksud;
4. SSP yang dimohonkan untuk dipindahbukukan belum diperhitungkan dengan pajak
yang terhutang dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), Surat
Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP), Surat Pemberitaan (SPb), atau
dalam Pemberitahuan Impor untuk Dipakai (PIUD) dari Wajib Pajak pemohon atau
Wajib Pajak yang karena kekeliruan tercantum dalam SSP tersebut.

Sebagai bukti telah dilakukan pemindahbukuan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak akan
menerbitkan Bukti Pemindahbukuan (Bukti Pbk).

Berikut contoh surat permohonan pemindahbukuan:

Kepada Yth,
Kepala Kantor KPP …………………
Di tempat,

Sehubungan dengan kesalahan dalam pembukuan surat setoran pajak yaitu kesalahan dalam
pencantuman NPWP/kode jenis MAP/Kode Jenis Setoran, berdasarkan hal tersebut diatas,
kami mengajukan permohonan pemindahbukuan (Pbk) atas kekeliruan dalam pengisian Surat
Setoran Pajak (SSP) dengan rincian sebagai berikut :

Tertulis sebelumnya
NPWP :
Nama Wajib Pajak :
Alamat Wajib Pajak :
Jenis Pajak :
Kode MAP :
Kode Jenis Setoran :
Masa/Tahun Pajak :
Jumlah :

Tertulis seharusnya
NPWP :
Nama Wajib Pajak :
Alamat Wajib Pajak :
Jenis Pajak :
Kode MAP :
Kode Jenis Setoran:
Masa / Tahun Pajak :
Jumlah :

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak/Ibu kami
ucapkan terima kasih.
http://pajaktaxes.blogspot.co.id/p/pbk-dan-skb.html

Pbk adalah singkatan dari pemindahbukuan. Sesuai namanya, pemindahbukuan adalah


proses memindah-mindah pajak yang sudah dibayar. Atau proses memindahbukukan
penerimaan pajak untuk dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai. Memindahkan
pembayaran pajak dari Masa Pajak tertentu kepada Masa Pajak lain. Misal dari Masa Pajak
Mei 2014 kepada Masa Pajak Agustus 2014. Bisa juga antar jenis pajak, misal dari PPh
dipindah ke PPN. Baik sebagian maupun seluruhnya.

Dasar pemindahbukuan adalah Keputusan Menteri Keuangan nomor 88/KMK.04/1991


tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan. Kemudian petunjuk
pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-965/PJ.9/1991
tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan.
Dilengkapi dengan petunjuk teknis dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor
26/PJ.9/1991 tentang Petunjuk Teknis Pemindahbukuan (Pbk).

Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 88/KMK.04/1991, pemindahbukuan meliputi:

1. Pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau telah dilakukan


pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berdasarkan Surat Keputusan
Kelebihan Pembayaran Pajak atau surat keputusan lainnya yang menyebabkan
timbulnya kelebihan pembayaran pajak.
2. Pemindahbukuan karena adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak akibat
kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
3. Pemindahbukuan karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang
semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP).
4. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut
Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain.
5. Pemindahbukuan karena adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat
Setoran Pajak.
6. Pemindahbukuan karena adanya pelimpahan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam
rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan
Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang
impor atas dasar inden.

Kemudian diperjelas lagi dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-
965/PJ.9/1991 bahwa pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau
adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak, dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak yang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak tanpa permohonan dari Wajib Pajak yang
bersangkutan. Ketentuan tentang pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran
pajak ini seharusnya sudah tidak berlaku karena telah berlaku Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 16/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Tenghitungan Dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak. Menurut peraturan terbaru bahwa setiap kelebihan pajak harus
diperhitungkan dulu dengan utang pajak. Baik utang pajak di KPP terdaftar penerbit SKPLB
maupun di KPP lain (misalnya KPP cabang). Jika masih ada sisa, baru diberikan kepada
Wajib Pajak melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Contoh Surat Perintah Pembayaran Kelebihan Pajak (SPPKP) yang ditujukan kepada KPPN
untuk mentransfer sejumlah uang kepada Wajib Pajak setelah kompensasi atas utang-
utang pajak.

Sedangkan pemindahbukuan karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau
untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain, menurut Keputusan Direktur Jenderal
Pajak nomor KEP-965/PJ.9/1991 dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang
berwenang melaksanakan Tata Usaha Surat Setoran Pajak, dengan ketentuan sebagai berikut
:

1. harus ada permohonan untuk dilakukan pemindahbukuan dari Wajib Pajak pemegang
asli Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di mana Wajib
Pajak terdaftar;
2. permohonan pemindahbukuan karena kesalahan mengisi nama dan NPWP pada SSP,
harus dilampiri dengan surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan/atau Nomor
Pokok Wajib Pajaknya (NPWP) tercantum dalam SSP, yang menyatakan bahwa SSP
tersebut bukan miliknya dan Wajib Pajak tidak keberatan untuk memindahbukukan
hal-hal yang tercantum dalam SSP yang bukan miliknya tersebut kepada Wajib Pajak
yang mengajukan permohonan pemindahbukuan;
3. permohonan pemindahbukuan karena kesalahan dalam mengisi SSP yang dilakukan
oleh Bendaharawan/Pemungut Pajak dan atau dalam rangka pemecahan SSP, diajukan
oleh Bendaharawan/Pemungut Pajak dimaksud;
4. SSP yang dimohonkan untuk dipindahbukukan belum diperhitungkan dengan pajak
yang terhutang dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), Surat
Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP), Surat Pemberitaan (SPb), atau
dalam Pemberitahuan Impor untuk Dipakai (PIUD) dari Wajib Pajak pemohon atau
Wajib Pajak yang karena kekeliruan tercantum dalam SSP tersebut.

Kesalahan pengisian SSP disini bisa bisa disengaja atau tidak. Disengaja maksudnya karena
tidak tahu. Misalnya SSP atas PPh Final sesuai PP 46 yang berlaku mulai Juli 2013. Banyak
Wajib Pajak yang tidak tahu. Karena biasanya bayar PPh Pasal 25 setiap bulan maka pada
bulan Juli sampai dengan Desember 2013 pun bayar seperti biasa. Begitu mau lapor SPT baru
kemudian diberitahu oleh kantor pajak. Nah, atas pembayaran PPh Pasal 25 ini bisa
dipindahbukukan menjadi SSP PPh Pasal 4 ayat (2). Dari kode akun 411125 101 menjadi
kode akun 411128 420.

Tentang surat permohonan ke kantor pajak, saya tidak menemukan bentuk baku. Wajib Pajak
pun mengirim surat dengan format yang berbeda-beda. Tetapi pada intinya, dalam surat
tersebut ada permintaan pemindahbukuan "dari-kepada" atau "semula-menjadi". Satu lagi,
bahwa satu surat untuk satu permohonan. Jika ada lima masa pajak (bulan) yang akan
dipindahbukukan maka harus lima permohonan. Masing-masing surat dilampirkan SSP
sebagai bukti setor di bank persepsi. Contoh surat permohonan yang sederhana:

contoh surat permohonan Pbk


Berdasarkan pengalaman, pemindahbukuan yang paling sering adalah disebabkan kesalahan
seperti:

 salah jenis pajak


 salah menulis kode MAP
 salah masa pajak (baik salah bulan atau salah tulis tahun)
 salah jumlah sehingga menyebabkan kelebihan bayar (biasanya kalo salah jumlah
maka rupiah pajaknya dipecah ke jenis pajak)
 ditransfer ke cabang atau sebaliknya dari cabang ke pusat.

Beberapa Wajib Pajak dengan sengaja menggeser-geser setoran pajak untuk tujuan
perencanaan. Misalnya, supaya SPT tidak lebih bayar, maka sebagian setoran yang sudah
dilakukan digeser ke jenis pajak lain kemudian melakukan SPT Pembetulan. Bisa jadi
kelebihan bayar ini disebabkan karena kelebihan potong. Jadi kredit pajaknya ada dari
setoran sendiri dengan SSP dan ada Bukti Potong. Nah, yang dipindahbukukan adalah yang
SSP. .

Jadi, pemindahbukuan selain sebagai sarana "ralat" setoran pajak, juga dapat digunakan
untuk tujuan tax planning.

Sejak 24 Desember 2014 Peraturan Menteri Keuangan


nomor 88 telah dicabut dan diganti dengan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 242/PMK.03/2014.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 242/PMK.03/2014, pemindahbukuan
meliputi:

1. Pemindahbukuan karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP,


SSPCP, baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain;
2. Pemindahbukuan karena adanya kesalahan dalam pengisian data
pembayaran pajak yang dilakukan melalui sistem pembayaran pajak secara
elektronik sebagaimana tertera dalam Bukti Penerimaan Negara;
3. Pemindahbukuan karena adanya kesalahan perekaman atas SSP, SSPCP,
yang dilakukan Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank
Persepsi Mata Uang Asing;
4. Pemindahbukuan karena kesalahan perekaman atau pengisian Bukti Pbk
oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak;
5. Pemindahbukuan dalam rangka pemecahan setoran pajak dalam SSP,
SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk menjadi beberapa jenis pajak atau setoran
beberapa Wajib Pajak, dan/atau objek pajak PBB;
6. Pemindahbukuan karena jumlah pembayaran pada SSP, Bukti Penerimaan
Negara, atau Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang terutang dalam Surat
Pemberitahuan, surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak PBB atau Surat
Tagihan Pajak PBB;
7. Pemindahbukuan karena jumlah pembayaran pada SSPCP atau Bukti Pbk
lebih besar daripada pajak yang terutang dalam pemberitahuan pabean
impor, dokumen cukai, atau surat tagihan/surat penetapan; dan
8. Pemindahbukuan karena sebab lain yang diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.

Kesalahan dalam pengisian formulir SSP dapat berupa kesalahan dalam pengisian
NPWP dan/atau nama Wajib Pajak, NOP dan/atau letak objek pajak, kode akun
pajak dan/atau kode jenis setoran, Masa Pajak dan/atau Tahun Pajak, nomor
ketetapan, dan/atau jumlah pembayaran.

Kesalahan dalam pengisian formulir SSPCP dapat berupa kesalahan dalam


pengisian NPWP pemilik barang di dalam Daerah Pabean, Masa Pajak dan/atau
Tahun Pajak, atau jumlah pembayaran pajak.

Kesalahan dalam pengisian data pembayaran pajak yang tertera dalam Bukti
Penerimaan Negera (BPN) dapat berupa kesalahan dalam pengisian NPWP
dan/atau nama Wajib Pajak, NOP dan/atau letak objek pajak, kode akun pajak
dan/atau kode jenis setoran, Masa Pajak dan/atau Tahun Pajak, nomor ketetapan,
dan/atau jumlah pembayaran.

Kesalahan perekaman oleh petugas Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa


Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing terjadi apabila data yang tertera pada
lembar asli SSP, SSPCP, berbeda dengan data pembayaran yang telah divalidasi
oleh Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang
Asing.

Pemindahbukuan atas pembayaran pajak dengan SSP, SSPCP, BPN, dan Bukti
Pbk tidak dapat dilakukan dalam hal:

 Pemindahbukuan atas SSP yang kedudukannya dipersamakan dengan


Faktur Pajak, yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan Pasal 9
ayat (8) Undang-Undang PPN;
 Pemindahbukuan ke pembayaran PPN atas objek pajak yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak dengan menggunakan SSP yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak; atau
 Pemindahbukuan ke pelunasan Bea Meterai yang dilakukan dengan
membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan mesin teraan meterai digital.
 Pemindahbukuan bagi Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dalam mata
uang Dollar Amerika Serikat ke pembayaran rupiah atau
sebaliknya. Pembayaran dalam mata uang Dollar Amerika Serikat hanya
dapat dilakukan antar pembayaran pajak yang dilakukan dalam mata uang
Dollar Amerika Serikat.

Surat permohonan Pemindahbukuan harus dilampiri dengan:

1. asli SSP (lembar ke-1), asli SSPCP (lembar ke-1), asli Bukti Pbk (lembar ke-
1), dokumen BPN, atau asli bukti pembayaran Pajak Penghasilan Dalam
Mata Uang Dollar Amerika Serikat yang dimohonkan untuk dipindahbukukan;
2. asli surat pernyataan kesalahan perekaman dari pimpinan Bank Persepsi/Pos
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing tempat
pembayaran dalam hal permohonan Pemindahbukuan diajukan karena
kesalahan perekaman oleh petugas Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank
Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing;
3. asli pemberitahuan pabean impor, asli dokumen cukai, atau asli surat
tagihan/surat penetapan dalam hal permohonan Pemindahbukuan diajukan
atas SSPCP;
4. fotokopi Kartu Tanda Penduduk penyetor atau pihak penerima
Pemindahbukuan, dalam hal permohonan Pemindahbukuan yang diajukan
atas SSP, SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk yang tidak mencantumkan NPWP
atau mencantumkan angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama NPWP;
5. fotokopi dokumen identitas penyetor atau dokumen identitas wakil badan
dalam hal penyetor melakukan kesalahan pengisian NPWP; dan
6. surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya tercantum
dalam SSP, yang menyatakan bahwa SSP tersebut sebenarnya bukan
pembayaran pajak untuk kepentingannya sendiri dan tidak keberatan
dipindahbukukan dalam hal nama dan NPWP pemegang asli SSP (yang
mengajukan permohonan Pemindahbukuan) tidak sama dengan nama dan
NPWP yang tercantum dalam SSP.

You might also like