You are on page 1of 15

Osiloskop Analog versus Digital

Dalam bidang elektronika, osiloskop merupakan instrumen ukur yang memiliki posisi yang
sangat vital mengingat sifatnya yang mampu menampilkan bentuk gelombang yang
dihasilkan oleh rangkaian yang sedang diamati. Dewasa ini secara prinsip ada dua tipe
osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope, ) dan tipe digital (DSO -
digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para
insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter
masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan
dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang
diperiksa atau diuji kinerjanya. Untuk itulah di sini akan ditinjau karakter masing-masing tipe
osiloskop tersebut.

Osiloskop Analog

Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik
dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda
(CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron dari bagian senapan elektron (
electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding dalam tabung tersebut Gambar 1
mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar tabung sehingga terjadi perpendaran
atau nyalapada layar yang menggambarkan bentuk dasar gelombang. Dalam perjalanannya
dari senapan elektron menuju layar yang berfosfor tadi, elektron-elektron dipengaruhi oleh
medan listrik dalam arah vertikal (ke atas maupun ke bawah) oleh sepasang pelat pembelok
(defleksi) vertikal dan dalam arah horisontal oleh sepasang pelat defleksi horisontal. Apabila
tegangan pada semua pelat tersebut nol Volt, elektron akan berjalan lurus membentur layar
sehingga hanya terlihat sebuah bintik nyala ditengah layar saja. Untuk "membuat" gambar
garis pada layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang diberikan kepada pasangan pelat
horisontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base generator/sweep
generator atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh penguat horisontal. Tegangan
gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu sehingga berkas elektron pada layar
bergerak dari kiri ke kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar, tegangan gigi
gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar.
Gerakan balik yang cepat ini tidak dapat ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah
gambar garis horisontal lurus pada layar yang tidak terputus. Agar osiloskop dapat
menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati maka gelombang tersebut
diumpankan ke rangkaian vertikal. Rangkaian vertikal ini berfungsi memperkuat atau
melemahkan simpangan vertikal dari gelombang masukan, sehingga tegangan yang diberikan
ke pasangan pelat defleksi vertikal menghasilkan medan listrik yang dapat mempengaruhi
gerakan vertikal elektron secara proporsional selagi ia bergerak menuju ke layar, yang
berakibat bentuk gelombang pada layar dapat diperbesar atau diperkecil. Karena arah gerak
elektron berdasar vektor medan listrik horisontal dan vertikal, CRT nya disebut direct viev
vector CRT. Dari prinsip kerja yang demikian itu, gambar blok ART secara prinsip dapat
disederhanakan
seperti terlihat
pada Gambar 2.
Agar gambar
pada layar dapat
stabil,
digunakan
rangkaian picu (trigger). Jika suatu gelombang listrik dihubungkan ke ART, rangkaian picu
akan memonitor gelombang masukan tersebut dan menunggu event - yakni saat terjadinya
peristiwa atau kondisi yang dapat dipakai untuk- pemicuan. Event picu ini berupa suatu sisi
atau tebing gelombang yang memenuhi persyaratan yang telah didefinisikan atau ditentukan
melalui suatu pilihan tombol pada panel depan osiloskop. Sekali event picu ini terjadi,
osiloskop akan menstart generator sapu dan meragakan bentuk gelombang yang sedang
diukur. Proses ini akan berulang sepanjang osiloskop tersebut dapat mendeteksi event-event
picu.

Selain menyangkut vertikal dan horisontal, osiloskop analog mempunyai dimensi ketiga yang
disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas kelabu). Tingkatan kelabu ini
diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada tabung gambar, yang meragakan detil
gambar bagian tertentu secara sekilas saja. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pancaran
elektron mempengaruhi kecerahan jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke
titik lain pada bagian tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron
pada fosfor yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar
gelombang bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang yang
lainnya.

Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event individual (gejala
khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya berulang (repetitif). Pancaran
elektron yang mengambarkan bagian gelombang yang bentuknya sama secara berulang akan
menyebabkan bagian yang dapat tergambar dengan terang di layar, sedangkan event lekuk
gelombang yang jarang terjadi akan mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi
jelas bahwa daerah dari lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak
lebih terang daripada daerah yang kurang distimulasi.

Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya sehingga sulit
untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi yang begitu cepat (seperti
halnya gelombang kotak dari suatu astable multivibrator yang bagian sisi tegak
gelombangnya hampir tak terlihat) , atau karena gelombang repetitif menghasilkan event-
event tertentu yang demikian jarangnya.

Cahaya yang dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat pendek setelah
pancaran elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada CRT yakni P31, cahaya
yang dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang masih dapat dilihat dengan nyaman
dalam ruang yang bercahaya sedang, dalam waktu 38 mikrodetik. Jika laju kecepatan
pancaran elektron untuk mengeksitasi ulang terjadi di bawah 1/38 mikrodetik atau 26 kHz,
maka akan terjadi penurunan cahaya secara dramatis di layar.

Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja CRT. Jika laju
eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya sekitar 15 sampai 20 Hz,
maka akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan tampak nyala dan padam bergantian.
Gambar 3
menyatakan hubungan antara kecepatan sapuan (horisontal) sebagai fungsi dari laju
perulangan (repetition rate) sinyal masukan (vertikal). Untuk memahaminya diberlakukan
kondisi sebagai berikut: laju perulangan dari sinyal masukan dipertahankan pada harga yang
konstan pada peragaan gelombang yang nyaman dipandang, kemudian kecepatan sapuannya
diturunkan secara perlahan sampai kedipan mulai terjadi. Penurunan lebih lanjut akan
menghasilkan kedipan yang makin jelas sehingga akhirnya peragaannya tidak bermanfaat
sama sekali karena hanya tinggal berupa titik yang bergerak. Sekarang jika diberlakukan hal
yang sebaliknya, yakni kecepatan sapuan dijaga konstan pada suatu keadaan di mana masalah
cahaya maupun kedipan pada kondisi minimum, kemudian laju kecepatan sinyal masukannya
diturunkan, maka cahaya peragaan akan menjadi redup. Batas terendah pada Gambar 3 akan
dicapai saat peragaannya tidak dapat dilihat sama sekali di ruang yang penerangannya cukup.

Peragaan bagian gelombang yang nampak redup baik karena sinyal yang diamati mempunyai
sisi-sisi atau tebing gelombang yang begitu cepat atau pada gelombang repetitif yang
menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarang, kini dapat diatasi dengan dengan
teknologi MCP ( microchannel plate) dari Tektronix, yang mampu meningkatkan intensitas
peragaan bagian-bagian yang redup dari sebuah gelombang sampai 1000 kali kecerahan
aslinya tanpa menaikkan intensitas peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

Osiloskop Digital (DSO)

Jika dalam osiloskop analog gelombang yang akan ditampilkan langsung diberikan ke
rangkaian vertikal sehingga berkesan "diambil" begitu saja (real time), maka dalam osiloskop
digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan
didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama
dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya
mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang
proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih
jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang
akan diukur.

Seperti ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event pemicuan. namun demikian ia
secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan sinyal masukan, mengalirkan nilainya
melalui memori dalam suatu proses kerja dengan cara; pertama yang disimpan, yang pertama
pula yang akan dikeluarkan, sambil menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali
event picu yang didefinisikan oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan
yang kemudian mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja
pemicuan yang demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang diperoleh
sebelum picu (pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang disediakan.

DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang, yakni dengan
teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini, osiloskop memperoleh
semua cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju cuplik DSO membatasi lebar pita
osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata (real time). Secara teori (sesuai dengan
Nyquist sampling theorema), osiloskop digital membutuhkan masukan dengan sekurang-
kurangnya dua cuplikan per periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk
gelombang. Dalam praktek, tiga atau lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi.
Jika pencuplik tidak dapat sama cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat
mengumpulkan suatu jumlah yang cukup yang berakibat menghasilkan suatu peragaan yang
lain dari bentuk gelombangnya aslinya. yakni osiloskop akan menggambarkan struktur
keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal
sesungguhnya.

Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform ) dengan cuplikan
waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap frekuensi sinyal masukan.
Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar pita; real time dan analog. Lebar pita
analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur masukannya yang dapat lolos tanpa cacat yang
serius pada sinyalnya. Lebar pita real time menunjukkan frekuensi maksimum dari osiloskop
yang dapat secara akurat mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari
osiloskopnya, kadang-kadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang
mempunyai nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog dari suatu
DSO 350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.

Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling DSO secara akurat
dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita osiloskopnya, tetapi hanya pada sinyal-
sinyal yang sifatnya repetitif. Dengan teknik ini, osiloskop digital menerima cuplikan-
cuplikan pada banyak event-event picu yang kemudian secara berangsur-angsur
mengkonstruksi keseluruhan bentuk gelombangnya. Hanya lebar pita analog yang membatasi
osiloskop pada frekuensi berapa dapat menerima teknik ini.

Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent time akan
mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time base) yang di pilih.
Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital menerima jauh lebih banyak
cuplikan daripada yang dapat disimpannya. Bergantung kepada mode akuisisi yang kita pilih,
suatu DSO akan membuang cuplikan ekstra atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-
sinyal tambahan seperti deteksi puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang
(envelope) .

Analog versus Digital

Dari prinsip kerja kedua jenis osiloskop seperti digambarkan di atas, maka dapat ditarik
perbandingan karakter dari keduanya yakni:
Ditinjau dari kesetiaan (fidelity) terhadap bentuk sinyal sesungguhnya yang sedang diukur,
secara umum ART lebih unggul. Hal ini
disebabkan sifat osiloskop analog hanya
mengkondisikan sinyal masukan;
melemahkan (memperkecil) dan
menguatkannya (memperbesar) dalam
peragaannya di layar, maka keutuhan esensi
dari sinyal masukan tetap utuh. Kesetiaan
sinyal (signal fidelity) menyatakan suatu
ukuran seberapa dekat bentuk gelombang
yang diragakan oleh osiloskop sesuai
dengan bentuk gelombang masukan
sesungguhnya. Namun demikian dengan
teknologi yang sudah maju sekarang ini,
keunggulan osiloskop analog dalam bidang
ini sudah dapat dipatahkan oleh osiloskop digital. Untuk jelasnya, lihat Gambar 4(a,b,c).
Sebuah gelombang repetitif dengan amplitudo 4 Volt, lebar pulsa 200 nanodetik dan
frekuensinya 1MHz sedang diamati dengan osiloskop. Gambar 4a adalah peragaan
gelombang melalui osiloskop analog, sedang 4b melalui osiloskop digital yang biasa,
sementara 4c adalah hasil peragaan dari gelombang yang sama melalui osiloskop digital yang
berteknologi lebih maju (yang diambil dalam contoh ini adalah Tektronix InstaVuTM). Dari
Gambar 4c terlihat jelas bahwa gelombang tersebut sesungguhnya jelas dicemari oleh
crosstalk dari rangkaian didekatnya serta derau.

ART juga mempunyai keuntungan dalam hal resolusi. Karena osiloskop analog mengunakan
pancaran elektron untuk menggambar bentuk gelombang dalam peragaannya, ia mempunyai
resolusi yang ajeg baik secara vertikal maupun horisontal. "Resolusi yang tak terbatas" ini
dapat menyatakan tingkah-tingkah gelombang sampai kepada lebar pita yang dimiliki
osiloskop. Dengan ART, proses akuisisinya tidak akan membuat gambar gelombangnya
menjadi cacat. Sementara pada DSO, disebabkan proses pembagian digitalisasi sebuah sinyal
kedalam pengukuran diskrit (dipecah-pecah), kebanyakan DSO kehilangan kemampuan
resolusi yang diperoleh dalam osiloskop analog. Namun demikian, osiloskop digital yang
lebih maju telah berhasil menggabungkan teknik pencuplikan yang pintar dan cermat dengan
moda akuisisi untuk menaikkan resolusi vertikal maupun horisontalnya. Dengan menaikkan
laju cuplikan, sebuah osiloskop digital dapat menaikkan resolusi horisontalnya secara
memadai. Untuk menaikkan resolusi vertikalnya, osiloskop digital menggunakan berbagai
mode akuisisi yang berdasar pada pemrosesan sinyal digital (DSP=digital sinyal prosessing).
Mode ini bekerja pada sinyal-sinyal yang sekejap (single shoot) maupun bentuk-bentuk
gelombang yang berulang. Laju cuplikan pada osiloskop digital ada yang mencapai 2 Giga
(2.109) per detik, yang berarti mencuplik sinyal setiap 500 piko detik.

Dalam hal persistensi (ketekunan yang terus-menerus) dalam melukiskan bentuk gelombang
yang diukur, ART masih memiliki keunggulan dibanding DSO seperti dinyatakan dalam
Gambar 8. Efek persistensi ini sebenarnya mengungkapkan informasi yang sangat penting
jika kita menganalisa dan menelusuri bentuk-bentuk gelombang dalam suatu perancangan
peralatan elektronik yang kompleks seperti halnya pada catu daya switching. DSO tidak
mempunyai kemampuan menampilkan kondisi semacam ini, tetapi beberapa model
mengimitasikannya melalui tombol mode user-definable persistence. Osiloskop digital yang
lebih maju lagi seperti yang memiliki kemampuan untuk meragakan gelombang pada Gambar
4c, dapat menangkap gejala gelombang seperti halnya pada osiloskop analog, karena dapat
mencuplik sampai 400.000 gelombang per detik.

Karena pancaran berkas elektron dalam osiloskop analog bergerak pada suatu kecepatan yang
sebanding dengan frekuensi gelombang yang diukur, makin cepat frekuensi yang diukur,
makin lekas pula pancaran menggambarkannya sehingga jejak yang nampak di layar makin
redup dibanding dengan bagian-bagian yang lebih lambat dari gelombang yang diukur (gray
scaling). Kondisi ini memberikan gelagat tentang frekuensi relatif ketika menganalisa
fenomena sinyal yang saling tumpang tindih atau over-layed seperti halnya pada bentuk
gelombang video. Demikian juga ketika suatu kejadian yang sifatnya hanya terjadi kadang-
kadang (intermitten) dalam suatu gelombang repetitif, bagian yang ganjil (intermitten) ini
akan terlihat lebih gelap dalam peragaan pada layar osiloskop analog daripada sisa
gelombangnya yang
digambarkan dalam
waktu yang jauh lebih
lama Gambar 5 .

Ditinjau dari periode


selaan, pada osiloskop
analog dalam
penyapuan dari kiri ke
kanan layar, berkas
pancaran elektron
harus mereposisi diri
sendiri sesudah setiap
selesai melakukan satu
kali sapuan. Selama
periode holdoff
(reposisi) ini osiloskop
menahan diri untuk
tidak mendapatkan dan meragakan gelombang. Karena osiloskop analog hanya memerlukan
beberapa mikro detik untuk mereposisi berkas pancaran elektronnya, dalam peragaan
gelombang, ia menjaga titik-titik buta ini (blind spot) sampai ke harga minimum. Periode
holdoff yang kecil ini digabungkan dengan kecepatan pancaran elektron, memungkinkan
osiloskop analog dapat memperbarui peragaannya dalam laju maksimum 1MHz.

Osiloskop digital juga mempunyai periode-periode holdoff, tetapi waktu mati ini digunakan
untuk pemrosesan gelombang dan fungsi-fungsi penyimpanan. Karena osiloskop digital harus
membentuk begitu banyak operasi sebelum meragakan suatu bentuk gelombang, ia
mempunyai waktu holdoff yang substansial dengan celah yang tetap dalam orde puluhan mili
detik di antara saat penerimaan gelombang. Dengan holdoff yang besar ini berarti osiloskop
digital kehilangan aktivitas gelombang yang vital, termasuk misalnya kejadian intermitten,
yang mengakibatkan diperolehnya data yang tidak akurat dari gelombang yang sedang
diukurnya. Untuk produk peralatan yang baru, waktu holdoff yang relatif besar ini pada DSO
dapat dikompensasi dengan memori yang lebih besar dan menggunakan fungsi-fungsi
pemicuan khusus sebagai pengganti pemicuan secara sekuensial. Dengan mode picu khusus
ini osiloskop digital dapat di set untuk memicu dalam semua kejadian dari bentuk gelombang
yang sedang diamati. Hal ini juga akan membantu osiloskop menerima informasi di sekitar
kejadian-kejadian gelombang yang ingin diamati. Pemicuan khusus ini termasuk picu-picu
pulsa, logika dan video. Pemicuan pulsa seperti gelinciran, kekerdilan dan lebar pulsa, fokus
akuisisi di sekitar penyimpangan yang dispesifikasikan sangat berguna terutama ketika
memeriksa/menguji rangkaian-rangkaian digital. Dengan pemicuan logika, osiloskop digital
dapat memulai akuisisi sesudah semua sinyal-sinyal masukan memenuhi kondisi-kondisi
logika yang telah ditentukan, dan menghilangkan pemicuan pada informasi yang tidak
diinginkan. Pemicuan video memungkinkan DSO untuk memicu pada bagian yang sama dari
sinyal video setiap waktu, memberikan suatu peragaan yang stabil dan bagus.

Dalam hal penyimpanan bentuk gelombang yang diukur, jelas di sini DSO memiliki
keunggulan karena ia memiliki memori. Osiloskop analog tidak dapat secara otomatis
menyimpan gelombang yang diukurnya. Paling osiloskop analog mungkin dapat mengirim
copy gelombang yang diukur ke printer, tetapi pekerjaan ini hanya untuk gelombang -
gelombang yang repetitif stabil. Perekaman bentuk gelombang dapat pula dengan
menggunakan kamera osiloskop di depan peraga ART dengan menggunakan teknik fotografi.
Teknik lain adalah dengan digitalisasi sistem kamera video osiloskop yang menterjemahkan
gelombang-gelombang analog ke dalam informasi digital dengan resolusi vertikal 12 bit pada
laju cuplikan 100Giga/detik sudah merupakan bagian eksternal dari osiloskop analog yang
demikian mahal.

Dalam hal pengukuran gelombang tunggal (single shoot), tak terkecuali osiloskop digital juga
dapat menyimpannya. Namun tergantung pada laju pencuplikannya, karena seringkali
osiloskop digital mempunyai lebar pita (bandwidth) yang lebih rendah daripada untuk
akuisisi gelombang yang repetitif. Ketika sebuah osiloskop digital dalam mode gelombang
bentuk tunggal berusaha untuk memperoleh suatu bentuk gelombang dengan frekuensi yang
lebih tinggi daripada lebar pita gelombang bentuk tunggalnya, ia akan meragakan suatu versi
cacat yang disebut aliasing. Tipe distorsi ini dapat menjadi sangat sukar untuk dideteksi
karena dengan adanya aliasing ini berarti bentuk gelombang yang ditampilkan benar tapi
frekuensinya salah. Aliasing memang dapat diatasi dengan teknik peak detection, namun
perangkat keras peak detection membuat sampul gelombang sinus bermodulasi AM yang
sedang diamati osiloskop digital tidak sehalus jika menggunakan ART karena peak detector
tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan gelombang pembawanya (carrier).

Osiloskop analog meragakan gelombang bentuk tunggal atau yang berulang sampai ke lebar
pita penuh yang dimilikinya. Tetapi dapat terjadi suatu kejadian satu waktu yang biasanya
terjadi sedemikian cepat sehingga hanya sebuah kamera osiloskop yang dapat untuk
menangkap kejadian tersebut. Kejadian-kejadian gelombang bentuk tunggal seringkali
nampak begitu suram dalam peragaan osiloskop analog karena sifat transien dan
kecepatannya. Namun demikian seperti telah disebutkan di atas bahwa kendala ini dapat
diatasi melalui penerapan teknologi MCP.

Dalam menangkap bentuk bagian gelombang yang diukur sebelum terjadinya picu pada time
base generatornya, DSO mempunyai keunggulan dibanding ART karena DSO secara terus
menerus mencuplik dan mendigitalisasikan sinyal masukan selagi ia menanti sebuah event
picu sehingga aktivitas gelombang sebelum terjadinya picu dapat diamati.

Penutup

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis bentuk gelombang akan lebih
baik jika diamati dengan osiloskop analog, sementara jenis yang lainnya dengan osiloskop
digital.
Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah
daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan
karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar,
serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat
gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang
dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang
sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang
yang frekuensinya rendah (sekitar 10 - 20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat
diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat
ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari
Hewlett-Packard HP 54600.

Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi


gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan
teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan
teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-
kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur.

Pada akhirnya yang paling baik adalah jika kita memiliki osiloskop yang mampu
menggabungkan keunggulan osiloskop analog dan osiloskop digital, dan saat ini, kinerja
osiloskop yang seperti itu memang dapat diperoleh di pasaran. Oleh sebab itu, sebelum
memutuskan untuk memiliki atau menggunakan sebuah osiloskop, kenali lebih dulu apa
keunggulan atau fasilitas yang dimilikinya melalui buku petunjuk atau brosurnya.

Sumber Bahan

1. Charles Holtom (Fluke Corp). Choosing your Oscilloscope: analog or digital?


Asian Electronics Engineer April, 1995: Vol 8/12.
2. Dan Strassberg.Analog/Digital scope offer the best of two world. EDN Asia. March
1993
3. Fredrick W.Hughes. 1983 Illustrated Guidebook to Electronic Devices and Circuits
4. Jerald B Murphy (Hewlett-Packard Co). Troubleshooting with analog or digital
oscilloscopes. Asian Electronics Engineer April, 1995: Vol 8/12.
5. Laura Parker (Tektronix, Inc). Evaluating The Merits of Digital and Analog
Oscilloscopes. Asian Electronics Engineer March, 1993: Vol 6/11.
6. Tektronix TDS 700A TruCapture InstaVuTM. EDN Asia June. 1995.

Drs. Sunomo adalah staf pengajar di jurusan Elektro IKIP Yogyakarta.

Selasa, 20 Desember 2011


Osiloskop

osiloskop adalah alat ukur yang di gunakan untuk memetakan atau membaca sinyal listrik
maupun frekuensi. Osiloskop di gunakan dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti
stasiun pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan memonitor frekuensi elektronik seperti di
rumah sakit dan untuk kegunaan-kegunaan lainnya.

Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:


* Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
* Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
* Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
* Membedakan arus AC dengan arus DC.
* Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.

* Definisi Osiloskop [ Oscilloscope Definition ]


Osiloskop adalah sebuah alat untuk pengukuran dan analisa bentuk gelombang dan gejala lain
dalam rangkaian rangkaian elektronik.

* Cara Kerja / Skema Osiloskop Analog [ Analog Osciloscope Schematics ]

> Saat kita mengkoneksikan probe ke sebuah rangkaian, Sinyal tegangan mengalir dari probe
menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop [ Vertical System ] ( Lihat
Skema ), Sebuah Attenuator akan melemahkan sinyal tegangan masukan sedangkan
Amplifier akan menguatkan sinyal tegangan masukan. Pengaturan ini ditentukan oleh kita
saat menggerakkan kenop "Volt/Div" pada user interface Osiloskop.

> Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju Pelat Defleksi vertikal
pada sebuah CRT [ Catode Ray Tube, Akan dijelaskan nanti ] , sinyal tegangan yang
dimasukkan ke pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk menggerakkan Berkas2
elektron SECARA BIDANG VERTIKAL SAJA( Ke atas atau ke bawah )

> Sampai Point ini dapat kita simpulkan bahwa Vertical System pada osiloskop analog ada
untuk mengatur penampakan Amplitudo dari sinyal yang diamati.

> Lalu Sinyal masuk ke dalam Pelat defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan
disini menyebabkan berkas berkas elektron Bergerak. Tegangan positif mengakibatkan
berkas elektron bergerak keatas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron
terdorong kebawah

> Sinyal Yang keluar dari Vertikal Sytem tadi juga diarahkan ke Trigger System untuk
memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep" [
pergerakan elektron secara sweep -- Nyapu kiri kanan kiri gitu deh ^^ -- dalam dimensi
horizontal, atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan
elektron untuk bergerak menyebrangi layar dalam suatu interval waktu tertentu, nah
pergerakan yang super cepat dari elektron yang dapat mencapai 500,000 kali per detik inilah
yang menyebabkan elektron tampak seperti garis pada layar ( Seperti kipas pada kipas angin
yang tampak seperti lingkaran saja saat berputar ) ]

> Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita anggap
sebagai pengaturan Periode / Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk konkretnya adalah
saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.
> Bersama, pengaturan bidang vertikal dan horizontal ahirnya dapat merepresentasikan sinyal
tegangan yang diamati kedalam bentuk grafik yang kita kenal sampai saat ini.

Osiloskop Analog
Osiloskop (Oscilloscope) adalah serangkaian alat untuk pengukuran dan analisa bentuk
gelombang serta gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik dengan memanfaatkan
masukan berupa sinyal-sinyal listrik. Osiloskop pada dasarnya bermanfaat untuk menganalisa
besaran-besaran dalam kelistrikan (frekuensi, periode, amplitudo, sudut fasa, dan tegangan)
yang berubah terhadap waktu.

Bagian – Bagian Fisik Osiloskop Analog


Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah
horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop
digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Bentuk dari osiloskop ini menyerupai
sebuah pesawat televisi dengan beberapa tombol pengatur, namun terdapat garis-garis (grid)
pada layarnya.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai
tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal
uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal
yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan
garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa
digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua
kanal yang berguna untuk melihat dua sinyal yang berlainan, misalnya kanal satu untuk
melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

Bagian-bagian fisik luar osiloskop dapat dilihat melalui gambar berikut:

Lingkaran 1 menyatakan sumber signal (CH1, CH2, LINE, dan EXT).


Lingkaran 2 menyatakan input Channel 1.
Lingkaran 3 menyatakan channel mana yang ditampilkan pada layar (CH1, CH2, DUAL, dan
ADD).
Lingkaran 4 menyatakan jenis signal input (AC, GND, dan DC).
Lingkaran 5 menyatakan Volts/Div.
Lingkaran 6 menyatakan Vertical Position (posisi secara vertikal).
Lingkaran 7 menyatakan Horizontal Position (posisi secara horizontal).
Lingkaran 8 menyatakan Time/Div (waktu per kotak pada layar osiloskop).

Prinsip Kerja Osiloskop Analog


Prinsip kerja osiloskop analog dapat dijelaskan melalui skema berikut ini:

Penjelasan untuk skema prinsip kerja osiloskop analog:


· Saat kita menghubungkan probe ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir dari probe
menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical System), sebuah
Attenuator akan melemahkan sinyal tegangan input sedangkan Amplifier akan menguatkan
sinyal tegangan input. Pengaturan ini ditentukan oleh kita saat menggerakkan kenop
"Volt/Div" pada user interface Osiloskop.
· Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju pelat defleksi vertikal pada
sebuah CRT (Catode Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke pelat ini nantinya akan
digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal
saja (ke atas atau ke bawah).
· Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa Vertical System pada osiloskop analog berfungsi
untuk mengatur penampakan Amplitudo dari sinyal yang diamati.
· Selanjutnya sinyal masuk ke dalam pelat defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan
disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan positif mengakibatkan berkas
elektron bergerak ke atas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron terdorong ke
bawah.
· Sinyal yang keluar dari Vertical System tadi juga diarahkan ke Trigger System untuk memicu
sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep" yaitu
pergerakan elektron secara sweep - menyapu ke kiri dan ke kanan - dalam dimensi horizontal
atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk
bergerak sangat cepat menyeberangi layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan
elektron yang sangat cepat (dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang menyebabkan
elektron tampak seperti garis pada layar (misalnya seperti daun kipas pada kipas angin yang
tampak seperti lingkaran saja saat berputar).
· Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita anggap
sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk konkretnya adalah
saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.
· Pengaturan bidang vertikal dan horizontal secara bersama-sama akhirnya dapat
merepresentasikan sinyal tegangan yang diamati ke dalam bentuk grafik yang dapat kita lihat
pada layar CRT.

Cara Mengukur Frekuensi, Tegangan, Arus Searah dan Arus Bolak-Balik (DC dan AC) dengan
Osiloskop Analog

Waktu dapat diukur dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop. Pengukuran
waktu meliputi periode, lebar pulsa (pulse width), dan waktu dari pulsa. Pengukuran waktu
akan lebih akurat bila mengatur porsi sinyal yang akan diukur untuk mengatasi besarnya area
pada layar. Pengukuran waktu yang lebih akurat dapat dilakukan dengan mengatur tombol
time/div.

Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)


· Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk gelombang
yang diarahkan ke CH tersebut.
· Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
· Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
· Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif, gelombang
berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
· Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan pusat garis
gratikul vertikal.
· Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan menggunakan persamaan:
VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).

Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur tegangan arus searah (misalnya
mengukur tegangan baterai) dengan menggunakan osiloskop.
· Pilih mode SOURCE pada LINE.
· Pilh mode COUPLING pada DC.
· Pilih DC pada tombol AC-DC.
· Siapkan baterai yang akan diukur.
· Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
· Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik
mungkin.
· Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
· Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

Langkah-Langkah Mengukur Periode dan Frekuensi


· Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.
· Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang gelombang ).
· Ditentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan faktor pengali.
· Ditentukan frekuensi gelombang (1/ periode).

Jenis-Jenis Osiloskop Analog


Osiloskop analog terdiri dari dua jenis utama, yaitu osiloskop analog standard dan osiloskop
dual trace. Osiloskop standard hanya mampu memperagakan sebuah sinyal untuk diamati.
Sedangkan osiloskop dual trace dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat
yang sama. Osiloskop jenis ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua
tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.

Kelebihan dan Kekurangan Osiloskop Analog


Kelebihan osiloskop analog antara lain:
1. Mampu menggambarkan nilai-nilai arus atau tegangan yang dihasilkan yang selalu berubah
terhadap waktu secara periodik, sehingga memperlihatkan bentuk gelombang.
2. Osiloskop analog dapat digunakan untuk menentukan periode, frekuensi, tegangan, dan
amplitudo sinyal listrik sekaligus dengan cara yang relatif mudah.
Selain kelebihan, osiloskop analog juga memiliki kekurangan, yaitu:
1. Pengamatan sinyal-sinyal listrik dengan osiloskop mempunyai keterbatasan dalam
perbandingan frekuensi antar sinyal-sinyal tersebut (perbandingan maksimum 10:1) sehingga
penggunaannya cukup terbatas.
2. Harganya relatif mahal. Kelemahan tersebut semakin terasa sejak terciptanya penghitung
frekuensi digital dengan harga yang lebih rendah dipasarkan ke publik.

TahapanPenyetaraan (Kalibrasi) OsiloskopAnalog


1. Sesuaikanteganganmasukansumberdaya AC 220 yang ada di
belakangosiloskopsebelumkabeldaya AC dimasukkanstopkontak PLN.
2. Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Set saluran pada tombol CH1.
4. Set mode pada Auto.
5. Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6. Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama
horizontal dan vertikal.
7. Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
8. Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan
terhadap tegangan masukan.
9. Pasangprobepada salahsatusaluran, (misal CH1) dengantombolpengalihAC/DC pada
kedudukanAC.
10. Atur saklar/switch pada pegangan probedengan posisi pengali 1x.
11. Tempelkan ujung probe pada titik kalibrasi.
12. AturTime/Div pada posisi 1ms agar tampakkotak-kotakgaris yang cukupjelas.
13. Setelahtahapan 11, osiloskopsiapdigunakanuntukmengukurtegangan.

Osiloskop adalah suatu alat yang digunakan untuk mengamati bentuk gelombang dan
pengukurannya. Komponen utama osiloskop adalah tabung sinar katoda. Komponen utama
dari sinar katoda ( Cathode ray tube ) atau CRT adalah ;
1. Perlengkapan senapan elektron.
2. Perlengkapan pelat defleksi.
3. layar frouorosensi.
4. Tabung gelas dan dasar tabung.

Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk menyelidiki gejala yang bersifat periodik.
Komponen utama osiloskop adalah tabung sinar katoda ( CRT ), Prinsip kerja tabung sinar
katoda adalah sebagai berikut: Elektron dipancarkan dari katoda akan menumbuk bidang
gambar yang dilapisi oleh zat yang bersifat flourecent. Bidang gambar ini berfungsi sebagai
anoda. Arah gerak elektron ini dapat dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik.
Umumnya osiloskop sinar katoda mengandung medan gaya listrik untuk mempengaruhi
gerak elektron kearah anoda. Medan listrik dihasilkan oleh lempeng kapasitor yang dipasang
secara vertikal, maka akan terbentuk garis lurus vertikal dinding gambar.
Selanjutnya jika pada lempeng horizontal dipasang tegangan periodik, maka elektron yang
pada mulanya bergerak secara vertikal, kini juga bergerak secara horizontal dengan laju tetap.
Sehingga pada gambar terbentuk grafik sinusoidal.

Sebuah benda bergetar sekaligus secara harmonik, getaran harmonik (Super posisi) yang
berfrekuensi dan mempunyai arah getar sama akan menghasilkan satu getaran harmonik baru
berfrekuensi sama dengan amplitudo dan fase tergantung pada amplitudo dan frekuensi setiap
bagian getaran harmonik tersebut. Hal itu berdasarkan metode penambahan trigonometri atau
lebih sederhananya lagi dengan menggunakan bilangan kompleks. Bila dua getaran harmonik
super posisi yang berbeda, frekuensi terjadi getaran yang tidak lagi periodik ( Musbee, 1995)
Basis waktu secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke Y atau masukan vertikal
osiloskop, menggerakkan bintik keatas dan kebawah sesuai dengan nilai tegangan yang
dimasukkan.
Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan
variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berkurang
dengan laju yang cukup pesat gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada
layar. ( William B Cooper, Instrumentasi Elektronika dan teknik pengukuran, Erlangga,
Jakarta, 1993)
Besaran- besaran yang dapat diukur dengan osiloskop antara lain:
1. Amplitudo ( A ) : Jarak perpindahan titik maksimum dari titik kesetimbangan dalam arah
getarannya.
2. Periode ( T ) : Waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh.
3. Frekuensi ( F ) : Banyaknya gelombang yang terbentuk dalam satu satuan waktu.
4. Sudut fasa ( ) : Simpangan partikel terhadap posisi kesetimbangan dalam radian.
( David J Esomar, 1998)
Osiloskop digunakan untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop
maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan
sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal
keluaran.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai
tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat ..sinyal
uji ditampilkan.

Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk
kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal
mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk
menyesuaikan tampilan di layar.

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal
yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk
melihat sinyal keluaran.

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar
tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Hal hal yang perlu diperhatikan antara lain
adalah :

1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan(digroundkan).Disamping untuk


keamanan hal ini juga untuk mengurangi noise dari frekuensi radio atau jala jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.

Tombol-tombol yang terdapat di panel osiloskop antara lain :

* Focus : Digunakan untuk mengatur fokus


* Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
* Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
* Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
* Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
* Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
* AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika
tombolpada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya
melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi
DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
* Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
* Channel 1/ 2 : Memilih saluran / kanal yang digunakan.

Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar
adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus,
intensitas, kemiringan, x position, dan y position.

Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa
melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan
yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi
maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan
persegi pada layar.

Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div ( satu kotak
vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak
sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div ( satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms
) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak.

Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah
knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa
potensio dengan label "var".
Diposkan oleh melani eka gustia di 07.01
file:///D:/alat%20ukur%20listrik/FISIKA%20%20Osilosk
op.htm

You might also like