Professional Documents
Culture Documents
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Berdasarkan data umum bangunan maka direncanakan bangunan dengan denah sebagai berikut :
Pengaku
Dinding Memanjang
A B C D E
6
10.00 m
Gudang Kantor Kantor Gudang
5
10.00 m
Rafter
4
50.00 m
10.00 m
Kolom
3
Pengaku
10.00 m
Dinding Melintang
2
10.00 m
1
70.00 m
KETERANGAN :
: Titik Lampu
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Bangunan direncanakan untuk housing dan perawatan 2 pesawat jenis N-250 yang hendak dibangun
di Lanudal El-Tari (dapat dilihat pada Lampiran 1), dengan data pesawat sebagai berikut :
Panjang pesawat : 28.15 m
Wing span ( lebar pesawat dari ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan) : 28.0 m
Tinggi pesawat : 8.78 m
Luas area bangunan adalah 70 m x 50 m. Karena dengan pertimbangan wing span pesawat 28
m maka tiap bentang ruang hanggar adalah 35 m dengan daerah aman (clearance) batas untuk
pesawat dengan wing span 28 m adalah 3.5 m pada tiap sisi pesawat. Dengan luas area 70 m maka
diperoleh 2 bentang sebagai tempat pesawat dan ruangan sebagai kantor direncanakan berukuran
17.5 m x 10 m serta ruang penyimpanan peralatan suku cadang pesawat direncanakan berukuran 17.5
m x 10 m, pada masing-masing bentang. Masing-masing gudang memiliki 2 pintu dengan
pertimbangan jika ada pesawat dalam hangar maka container pembawa suku cadang bisa
mengantarkan barang melalui pintu belakang hanggar. Pintu berada di belakang karena area yang di
belakang hanggar masih kosong dan area ini masih merupakan area milik pemili proyek (owner).
Masing- masing kantor dan gudang direncanakan menggunakan sistem AC agar menjaga suhu
peralatan.
Pesawat direncanakan masuk dan keluar hanggar hanya 1 arah dengan menggunakan bantuan
Aircraft Tow Tractor. Hanggar tidak memiliki pintu di depan, dibiarkan terbuka saja karena area ini
mempunyai security system yang sangat ketat, jadi keamanannya terjamin walau tidak mempunyai
pintu.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Jenis struktur utama yang dipilih dalam perencanaan hanggar ini adalah rangka gebel dua
bentang dengan konsol.
Rafter Gebel
5.02 m
16°
10.00 m
Kolom
35.00 m 35.00 m
Struktur yang paling cocok untuk pendirian bangunan hangar pesawat adalah struktur gebel.
Dalam perencanaan kapasitas penampungan dua pesawat didirikan struktur gebel dua bentang yang
memiliki pemanfaatan ruang yang lebih maksimal sehingga gebel dua bentang dengan konsol
dianggap paling cocok untuk pembangunan hanggar perbaikan pesawat. Selain itu alasan
pemilihannya karena berdasarkan data umum yang diberikan pemilik, kemiringan penutup atap 16o
seperti yang terlihat pada gambar A-2. Jumlah gebel tiap bentang yang dibutuhkan untuk konstruksi
ini adalah total dua bentang gebel yaitu 70 m, dengan tinggi struktur utama di bagian tengah
mencapai 15,02 m dengan pertimbangan tinggi pesawat rencana adalah 8,78 m sehingga mempunyai
jarak aman 6,24 m.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Jenis struktur yang digunakan pada struktur dinding memanjang adalah portal
memanjang yang merupakan gabungan dari kolom gebel dengan memiliki gird horisontal seperti
yang terlihat dalam gambar A-3.
Depan Belakang
5.00 m
5.00 m
Untuk keseluruhan bangunan terdapat dua struktur memanjang, yang satu dinding memanjang kiri
dan yang lain pada dinding memanjang kanan bangunan. Keseluruhan bentang portal memanjang ini
adalah 50 meter, terdiri dari 5 modul yang masing-masing berbentang 10 meter. Semua gird
horizontal dipasang saling berjarak 5 meter.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
5.02 m
16°
10.00 m
PINTU PINTU PINTU PINTU
5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m
Gird vertikal dipasang dengan jarak 5 m dan gird horizontal berjarak 2.5 m, direncanakan
dimensi pintu 5 m x 5 m agar kontainer pembawa suku cadang dapat masuk. Dimensi kontainer
(dapat dilihat pada Lampiran 3).
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
5.00 m
5.00 m
2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m
Bagian
Depan
Gambar
Gambar A-5.Idealisasi Struktur
A-5.Idealisasi Struktur Pengaku
Pengaku Atap Atap.
m
0.71
.50 m
.5 0 m 2
m 2
m 2.50
2.50
5.02 m
m
m 2.50 Gording
2.50
16°
m
2.50
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
2.1.Idealisasi Struktur
Struktur bangunan hanggar perawatan pesawat terdiri atas dua jenis yaitu struktur Primer dan
Sekunder. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Idealisasi Struktur untuk Struktur Primer dan
Sekunder Bangunan.
2.1.1. Struktur Utama (Primer)
Struktur primer yang dipilih untuk desain bangunan hanggar pesawat ini adalah Gebel dua
bentang dengan konsol. Struktur Gebel ini diidealisasikan sebagai struktur dengan perletakan jepit
pada setiap kaki kolom dan perletakan jepit pada sambungan rafter - kolom. Idealisasi struktur gebel
dapat dilihat pada gambar B-1.
Rafter Gebel
5.02 m
Konsol
16°
10.00 m
Kolom
35.00 m 35.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Depan Belakang
5.00 m
5.00 m
Gambar B-2 menunjukan idealisasi portal memanjang. Portal memanjang adalah struktur
yang bidangnya berorientasi memanjang bangunan dan diideallisasikan sebagai portal yang
diperkaku terhadap beban lateral dan berperletakkan jepit di kaki setiap kolom – kolomnya. Kolom
portal ini adalah kolom portal gebel (struktur utama) sedangkan baloknya (komponen mendatar)
adalah gird horizontal, serta komponen diagonalnya adalah ikatan angin (bracing). Kedua ujung
komponen mendatar (gird horizontal) tersambung secara rigid ke kolom sementara kedua ujung
komponen diagonal (ikatan angin) tersambung secara sendi (pin) ke kolom. Ini membuat komponen
diagonal (ikatan angin) menjadi komponen aksial. Untuk keseluruhan bangunan terdapat 2 struktur
memanjang, yang mana dua pengaku memanjang pada dinding memanjang kiri dan kanan bangunan.
Keseluruhan bentang portal memanjang ini adalah 50 m, terdiri dari 5 modul yang masing – masing
berbentang 10 m dengan jarak antar gebel 10 m, dan semua gird horizontal dipasang saling berjarak
5 m.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Ikatan Angin
Gird Vertikal
5.00 m
Gird Horisontal
4.80 m
5.00 m
5.00 m 5.00 m
Keterangan :
Ikatan Angin Depan
Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan, Idealisasi Konektivitas
Ikatan Angin pada Kolom – Kolom Gabel.
Jarak antar kolom 10 m dan jarak antara kolom dan gird vertikal 5 m , jarak antar gird
horisontal 5 m dan ikatan angin dipasang menyilang pada titik pertemuan antara ujung kolom dan
gird horizontal dengan orientasi penampang seperti yang terlihat pada gambar B-3.
Ikatan Angin
Gird Vertikal
5.00 m
Ikatan Angin
Gird Horisontal
4.80 m
5.00 m
5.00 m 5.00 m
Keterangan :
Ikatan Angin Depan
Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan Idealisasi Konektivitas
Gird Horizontal pada Kolom – Kolom Gabel
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
5.00 m
5.00 m
Arah tiupan Bagian
angin depan Depan
2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m
Gambar B-4.Idealisasi Satu Bentang Trave dari Struktur Ikatan Angin Bidang Atap (Tampak Atas)
Ikatan angin berperletakkan sendi (pin) pada batang atas dan batang bawah sehingga akan
berkelakuan sebagai komponen aksial. Sama seperti pada portal memanjang, pada setiap sel struktur
pengaku atap terdapat dua jenis ikatan angin, yaitu ikatan angin yang bekerja hanya ketika angin
bertiup dari depan bangunan (disebut ikatan angin depan) dan ikatan angin bekerja ketika angin
bertiup dari belakang bangunan (disebut ikatan angin belakang). Ikatan angin depan berorientasi
sedemikian sehingga akan berkelakuan sebagai komponen aksial tarik ketika angin bertiup dari
depan bangunan. Demikian juga ikatan angin belakang ketika angin bertiup dari belakang bangunan.
Dengan demikian, ikatan angin, baik depan atau pun belakang, akan selalu berkelakuan
sebagai komponen aksial tarik. Ketika angin bertiup dari depan bangunan, ikatan angin depan yang
bekerja, sedangkan ketika angin bertiup dari belakang bangunan, ikatan angin belakang yang bekerja.
Gambar B-4 menerangkan tentang hal ini.
Pada pembebanan terhadap sumbu y penampangnya, gording diidealisasikan sebagai balok
pada tiga perletakan, yaitu dua perletakkan sendi pada rafter, dan satu perletakkan kabel pada sagrod,
sedangkan untuk pembebanan terhadap sumbu x penampangnya, gording diidealisasikan sebagai
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
balok bertumpu pada dua perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(a) menunjukkan
idealisasi gording untuk pembebanan terhadap sumbu y penampang dan Gambar B-5(b)
menunjukkan idealisasi gording pada pembebanan terhadap sumbu x penampang.
Sagrod Sebagai
Perletakan Kabel
2.50 m
(c) Sagrod
5.00 m 5.00 m 10.00 m
Sagrod diidealisasikan sebagai komponen aksial tarik. Sambungan sagrod dengan gording di
kedua ujungnya diidealisasikan sebagai perletakkan sendi. Dengan demikian, sagrod diidealisasikan
sebagai komponen aksial dengan perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(c) menunjukkan
idealisasi struktur untuk sagrod.
5.02 m
16°
10.00 m
5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
0.72 m
4.30 m
5.00 m
5.00 m
5.00 m
Gambar B-7. Salah Satu Modul dari Struktur Dinding Melintang, menunjuan Idealisasi Perletakkan dan
Ketersambungan (Konektivitas) Gird –Gird
Struktur pendukung pada dinding melintang ditunjukkan Gambar B-6. Struktur ini adalah
struktur portal yang terdiri atas gird horizontal dan gird vertikal. Komponen perimetral struktur ini
adalah rafter dan kolom gebel. Idealisasi perletakkan dan konektivitas gird – gird pada struktur
sekunder dinding melintang ini ditunjukkan Gambar B-7. Gird horizontal berperletakkan sendi di
kedua ujungnya yang bersambung ke gird vertikal. Gird vertikal berperletakan sendi di kedua
ujungnya yang bersambung ke rafter (ujung atas) dan gird horizontal (ujung bawah).
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Beban gempa tidak ditinjau karena struktur bukanlah struktur tinggi. Karena bukan struktur
tinggi, beban yang timbul pergerakan tanah (gempa) tidak signifikan sehingga dapatlah diabaikan.
Beban penggunaan gedung tidak ditinjau sebab penghunian/penggunaan gedung tidak membebani
komponen – komponen struktur dan juga pemilik bangunan/pemberi tugas telah menginformasikan
bahwa penggunaan gedung tidak menimbulkan beban – beban khusus. (Lihat point 4 pada Lembaran
Penugasan).
Berikut ini adalah penjelasan umum bagaimana setiap beban ditinjau dalam desain ini dan
membebani komponen – komponen struktur.
Beban Mati (D)
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari bangunan dan/atau unsur bangunan, termasuk
segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. Contoh unsur tambahan
yang dimaksud adalah beban penutup atap yaitu plat bondek yang membebani gording sebagai
beban terbagi merata areal kemudian membebani gording sebagai beban terbagi merata linear
sehingga ditransfer pada sagrod sebagai beban aksial dan juga beban plat yang membebani gird
horizontal sebagai beban terbagi merata linear dan ditransfer pada gird vertical sebagai beban
aksial.
Untuk beban mati akibat berat plat penutup atap yaitu bondek diperoleh dengan berat sebesar
6.95 kg/m2 untuk plat bondek dengan ketebalan 0.75 mm ( dapat dilihat pada Lampiran 2).
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
- Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 berat seorang pekerja =
100 kg = 1000 N
- Beban berkerja terpusat dan gording berpeletakan sendi
100 kg
10.00 m
Beban Hujan (H)
Beban Hujan adalah beban akibat berat genangan dan aliran air hujan pada penutup sebagai
beban merata areal selama turun hujan lebat ke atas bangunan. Kemudian beban ditransfer ke
gording sebagai beban merata linear yang kemudian di transfer pada sagrod sebagai beban
aksial dan sebagai beban terpusat yang diterima rafter. Berikut perhitungan momen lentur
beban hujan:
- Dimana dapat dihitung dengan rumus Peraturan Pembebanan Indoensia Untuk Gedung
1983 pasal 3.2 ayat 2.a yaitu :
(40-0.8)kg/m2 jadi diperoleh (40-0.8.16) = 27,2 kg/m2 = 272 N/m2 karena hasil yang
diperoleh lebih besar dari 20 kg/m2 maka untuk beban hujan digunakan sesuai dengan
anjuran Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 tidak boleh lebih dari 20
kg/m2 = 200 N/m2
- Untuk beban hujan berkerja sebagai beban merata area.
200 N/m2 x 2.40 m = 480 N/m
- Momen lentur
480 N/m
10.00 m
Untuk beban hidup dan beban hujan hanya akan ditinjau salah satu saja. Dengan anggapan
bahwa apabila hujan maka tidak ada pekerja yang naik pada atap atau dalam artian beban
hidup atau pun beban hujan hanyalah beban sewaktu-waktu yang jarang sekali kemungkinan
kedua beban ini kerja bersamaan sehingga akan diambil beban mana antara keduanya yang
lebih besar untuk dilakukan analisa.
Dilihat dari hasil momen lentur dari perhitungan diatas di peroleh yang terbesar atau maksimum
adalah 6000 Nm maka beban hidup yang akan digunakan adalah beban hujan sebesar 480 N/m
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
C. DESAIN GORDING
3.1 Data yang relevan untuk desain gording adalah:
1) Jarak gording pada bidang atap 2.5 m dan pada proyeksi bidang datar 2.40 m;
2) Jarak sagrod 2.5 m;
3) Jarak maksimum antar gabel 10.00 m;
4) Berat spesifik penutup atap plat bondek dengan dimensi (1000 x 5800 x 0.75) mm. Berat jenis
atap berdasarkan Lampiran 2 adalah :
6.95 kg/m2 = 69.5 N/m2
5) Panjang tumpang tindih (overlap) plat bondek 80 mm;
6) Jarak gording nok (bubungan) 680 mm = 0.68 m
7) Sudut kemiringan atap 16°.
t1
H
t2
B
Tabel C-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Channel 300 x 90 x 12x 16 mm (40.2 kg/m’) Kekuatan Material : fy = 400 MPa
B H t1 t2 A Cx Cy Ix Iy ix iy Sx Sy
2 4 4 3
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm ) (mm) (mm) (mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm ) (mm3)
90 300 12 16 6190 - 22.5 78.7x106 39.1x105 113 25.1 525000 57900
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
3.3 Pembebanan
3.3.1 Beban Mati (D)
a. Berat penutup atap
Jadi beban mati yang bekerja pada gording adalah sebesar 641.03 N/m.
3.3.2 Beban Hidup oleh Perawatan Gedung (La) dan Beban Hujan (H)
1) Berat seorang pekerja atau petugas pemadam kebakaran
(PPIUG 1983 butir 3.2.2b) : 100 kg = 1000 N
2) Berat genangan air hujan di atap menurut [PPIUG 1983 Pasal 3.2.2a] adalah :
40 – 0.8 (16°) = 27.2 kg /m2 = 272 N/m2, pada proyeksi datar bidang atap.
Beban ini ditransfer ke gording sebagai : 272 (2.40) = 652.8 N/m’
Beban terpusat akibat berat pekerja dianggap bekerja di tengah bentang gording. Momen lentur
maksimum yang ditimbulkan adalah 1/4(1000)10 = 2500 Nm; sedangkan momen lentur maksimum
yang ditimbulkan berat genangan air hujan adalah 1/8(652.8)102 = 8160 Nm. Momen lentur akibat
berat genangan air hujan lebih besar daripada momen lentur akibat berat pekerja, maka yang lebih
berpengaruh adalah berat genangan air hujan. Beban berat pekerja, dengan demikian, tidak akan
diperhitungkan dalam pembebanan gording, sehingga:
Jumlah beban hidup (H) = 652.8 N/m’.
Selanjutnya, karena merupakan beban gravitasional, orientasi dan arah kedua beban (D dan H) sama
yaitu vertikal ke bawah. Orientasi dan arah kedua beban ini ditunjukkan panah warna biru (D; H)
pada Gambar C-1. Untuk kepentingan desain, beban ini digantikan dengan komponen – komponen
ortogonalnya. Komponen pada orientasi sumbu x ditunjukkan panah merah (D; H)x dan komponen
pada orientasi sumbu y ditunjukkan panah hijau (D; H)y dalam gambar yang sama.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
uy
sumb
)y
(D;H Gording
ux
sumb
16°
(D;H)
)y
(D;H
Gambar C-1. Orientasi Beban - Beban pada Gording terhadap Orientasi Sumbu – Sumbu
Penampangnya
Beban (D; H) adalah (641.03 ; 652.8) N/m’, maka:
1. (D ; H)x = (641.03 cos 16 ; 652.8 cos 16) = (616.19 ; 627.51) N/m’ dan
2. (D ; H)y = (641.03 sin 16 ; 652.8 sin 16) = (176.69 ; 179.94) N/m’
- 0.4
-0.4
0.02a
16°
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Lanudal EL-Tari - Kupang yang berjarak kurang dari pada 5 km dari pantai maka tekanan angin adalah
40 kg/m2 (400 N/m2); [PPIUG 1983 butir 4.2.(2)] dan karena atap segi tiga majemuk dengan α < 65o
dan merupakan gedung tertutup sehingga koefisien tekanan angin positif adalah (0.2α – 0.4); [PPIUG
1983 butir 4.3.(1)a]. Berdasarkan itu:
1. Beban angin pada gording di pihak angin: (0.2(16) – 0.4)400(2.5) = 2800 N/m’
Jumlah beban angin (W) = 2800 N/m’
Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gording (Qx) ditentukan berdasarkan kombinasi
pembebanan menurut persamaan (6.2-1) s/d (6.2-6) SNI-2002;
1. Persamaan (6.2-1): 1.4Dx
1.4 Dx = 1.4(616.19) = 862.67 N
2. Persamaan (6.2-2): 1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)
Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat beban L.
3. Persamaan (6.2-3): 1.2D + 1.6(La atau H) + (γL atau 0.8W)
a. Di pihak angin
1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800) = 3983.45 N/m’.
4. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W + γLL + 0.5(La atau H)
Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat pembebanan L.
5. Persamaan (6.2-5): 1.2D + 1.0E + γLL
Kombinasi ini tidak diperhatikan karena beban E (beban gempa) tidak ditinjau
6. Persamaan (6.2-6): 0.9D + (1.03W atau 1.0E)
Kombinasi ini tidak diperhatikan karena pembebanan bolak-balik W telah dilibatkan dalam
perhitungan tekanan tiup angin.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
16°
Kolom Kolom
15.02 m
5.00 m
13.58 m
5.00 m
5.00 m
35.00 m
Gambar C-3. Struktur Dinding Melintang (Belakang) Bangunan Menunjukkan Daerah Tributaris
Pembebanan Angin pada Gird Vertikal.
Berdasarkan kombinasi – kombinasi tersebut, maka beban lentur rencana terhadap sumbu x
penampang gording (Qx) adalah:
Max (862.67 ; 3983.45) = 3983.45 N/m’.
Dengan cara yang sama, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gording (Q y) adalah :
Tiupan angin dari depan bangunan menimbulkan tekanan positif pada dinding depan dan tekanan
hisap pada dinding belakang, begitu pula sebaliknya. Tekanan angin positif menimbulkan beban aksial
tekan pada gording sedangkan tekanan angin negatif menimbulkan beban aksial tarik. Karena gording
lebih rawan terhadap beban aksial tekan, maka dalam mendesain gording hanya tekanan angin
positiflah yang ditinjau. Daerah tributaris yang maksimum dari tekanan angin positif adalah daerah
tributaris bagi gird vertikal no 3. Daerah tributaris ini ditunjukan sebagai daerah berarsir dalam
Gambar C-3. Gird no 3 selanjutnya mentransfer beban angin kepada gording (di ujung atas), dan
kepada fondasi (di ujung bawah) sebagai beban terpusat. Terhadap gording, beban ini adalah beban
aksial tekan. Berdasarkan itu, besar beban aksial tekan (N) pada gording dapat dihitung sebagai:
1 1
( 13.58 15.02) x 5.00 x 40 x 0.9 ( ) 1287.00kg 12870 N
2 2
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
[ ][ ]
beban geser rencana oleh pembebanan terhadap sumbu x gording (Vux) adalah:
[ ][ ]
Beban lentur rencana oleh pembebanan pada sumbu-y penampang gording (Muy) dan beban geser
rencana oleh pembebanan terhadap sumbu yang sama (Vuy) diperoleh dengan menganalisa gording
sebagai balok struktur statis tak-tentu yang idealisasinya ditunjukkan dalam Lampiran 6 Laporan hasil
analisa struktur memberikan :
Muy = 1.54 x 106 Nmm [Lampiran 6]
Vuy = 940.64 N [Lampiran 6]
Selain itu hasil kedua analisa struktur juga memberikan besar dari gaya – gaya berikut ini:
1. Reaksi perletakkan akibat Qx pada gording yang ditransfer ke rafter (Vux) adalah:
[ ][ ]
2. Reaksi perletakan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke rafter (Vuy) adalah:
1559.01 N; [Lampiran 6].
3. Reaksi perletakkan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke sagrod (Vy-sr) adalah
3118.01 N; [Lampiran 6].
Maka beban rencana untuk desain gording adalah:
Nu = 20592 N ;
Mux = 49.79 x 106 Nmm; dan
Muy = 1.54 x 106 Nmm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana Nu, Mux dan Muy
Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 3.4, yang memberikan:
Nu = 20592 N ;
Mux = 49.79 x 106 Nmm; dan
Muy = 1.54 x 106 Nmm
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana Nn, Mnx, Mny
Ø = 0.85 ; [ SNI - 2002; butir 11.3]
√ [
[ ]
√ [
[ ]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1
Ly = x (1000) 500 mm ;[Lebar plat bondek 1000 mm. Jika diasumsikan
2
angker penutup dipasang setiap setengah
lebar plat bondek,maka Lky adalah 500 mm]
Lky = 1(500) = 500 mm
ry = iy = 25.1 mm (Tabel C-1)
[ ]
( ) [ ]
[ ]
Sx = 525000 mm3
Myx = 400 (525000) = 2.10 x 108 Nmm
√
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap
yang lain; [SNI-2002;butir 8.3]. SNI-2002 tidak memberi ketentuan untuk
menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal (channel) tunggal. Karena channel tunggal
akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga, Lp dan Lr untuk gording
yang adalah light channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002,
dengan menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga
Lx = 10000 mm
Ly = 500 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
√
[ ]
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
bentang panjang, yang dapat diketahui dengan membandingkan L, Lp dan Lr satu
dengan yang lain. [SNI – 2002: butir 8.3]. SNI 2002 tidak memberikan ketentuan
untuk menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal ( channel) tunggal. karena channel
tunggal akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga. Lp dan Lr untuk
gording adalah channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002 dengan
menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga.
rx = ix = 113 mm (Tabel C-1)
); konstanta puntir untuk penampang C
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jadi
( )
0.3072 1,0
Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial – momen dengan rasio kepenuhan
0.3072
x 100 % 30.72 %
1.00
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
h / tw ≤ 55.02
16.75 ≤ 55.02 maka :
Vn = 0,6fy Aw ; [SNI-2002 butir 8.8.3]
Aw = (H – 2t) d = [200 – 2(16)](12) = 4288 mm2
Vn = 0,6 x 400 x 4288 = 1.03 x 106 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur
Persaman kombinasi geser-lentur adalah :
M ux M uy V
0.625 u 1.375
M nx M ny Vn
0.4431 ≤ 1.375
Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial – momen dengan rasio kepenuhan
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0.4431
x 100 % 32.22 %
1.375
3.5.3. Terhadap Limit State Lendutan: δu <δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Bentang untuk lendutan terhadap sumbu y (Ly) penampang gording adalah 500 mm, yaitu asumsi
jarak kait pelat bondek pada arah memanjang gording. Lendutan gording terhadap sumbu y
penampangnya dihitung dengan menggunakan Ly sebagai panjang bentang.
5 Dx H x W Lx
4
x
384 E Ix
(Dx + Hx + W) = (616.19 + 627.5 + 2800) = 4043 N/m’ = 4.0437 N/mm
5 4.0437 10000 4
x 33.45 mm
384 200000 x 7.87 x 10 7
5 D y H y L y
4
y
384 E Iy
(Dy + Hy) = (176.69 + 179.94) = 356.63 N/m’ = 0.3566 N/mm
5 0.3566 500 4
y 3.71x 10 4 mm
384 200000 x 3.91x 10 6
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
. 50m
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
4.3 Pembebanan
Pembebanan sagrod telah dihitung dalam bagian 3.4. Beban pada sagrod adalah reaksi Vy-sr yang
ditransfer dari gording menjadi beban aksial tarik pada sagrod.
i ng Nok
d
Gor ak angin
h
di Pi
16°
Vy-sr / cos16
r
rafte
Gambar 4-2. Pembebanan Pada Sagrod yang Menggantungi Gording - Gording Nok
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
5.1 Data yang relevan untuk desain ikatan angin atap adalah :
1) Panjang ikatan angin :
5.00 m 5.00 m
2.40 m 0.68 m Arah tiupan
angin depan
Bagian Depan Bangunan
Keterangan :
Gording
Ikatan Angin
Rafter Gebel
Sagrod
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
5.3 Pembebanan
5.00 m 5.00 m
2.40 m 0.68 m
Struktur pengaku atap diidealisasikan sebagai rangka batang dan telah ditunjukkan sebelumnya dalam
Gambar B-4 dan di tampilkan lagi pada Gambar E-1 di atas. Idealisasi ini ditunjukkan ulang dalam
Gambar E-2 di atas yang menunjukkan pembebanan akibat tiupan angin dari belakang bangunan.
Beban – beban ini berupa beban – beban terpusat.
Setiap beban ini dikerjakan oleh setiap gird vertikal pada dinding belakang dan kolom - kolom rafter,
dan merupakan reaksi perletakkan akibat pembebanan angin pada dinding belakang bangunan. Besar
salah satu beban ini (P3) ,yaitu yang dikerjakan gird vertikal No. 3 telah dihitung di bagian 3.3.3.2,
dengan memperhatikan daerah tributaris beban angin ke gird vertikal pada dinding belakang bangunan
(Gambar C-3) besarnya adalah 12870 N. Dengan cara yang sama, besar setiap beban seperti ini yang
dikerjakan setiap gird verikal dan kolom rafter telah pula dihitung pada Lampiran 7 dan hasilnya
ditampilkan dalam Tabel E-2. Berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.00 m
Trave 5
10.00 m
Trave 4
10.00 m
Trave 3
10.00 m
Trave 2
Trave 1
10.00 m
17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m
Gambar E-3. Posisi Ikatan Angin Pada Trave 1 dan 5 yang direncanakan
Karena struktur ini mempunyai 5 bentang trave seperti yang di tunjukkan dalam Gambar E-3, maka
tiap beban yang bekerja dalam tabel di atas akan didistribusikan kepada 5 bentang trave ini, sehingga
besarnya beban yang bekerja pada rafter dalam 1 bentang trave seperti pada Tabel E-3 berikut:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Tabel E-2 Besar beban (dalam Newton) pada Struktur pengaku Atap
Beban
Gaya Transfer
(N)
Pkolom 931.95
P1 2057.40
P2 2315.70
P3 2574.00
P4 2574.00
P5 2315.70
P6 2057.40
Pkolom 1863.90
P7 2057.40
P8 2315.70
P9 2574.00
P10 2574.00
P11 2315.70
P12 2057.40
Pkolom 931.95
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Analisa untuk memperoleh beban rencana (Tu) telah dilakukan pada bagian 5.4 dan
memberikan :
Tu = 11689.75 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФTn
=0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]
Tn =Agfy
Ag = 50.26 mm2
Tn = 50.26 x 400 = 20106.19 N
Φ Tn = 0.9 x 20106.19 = 18095.57 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limite State Kuat Penampang
11689.75 < 18095.57... Tu < ΦTn
Profil usulan 1 memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan
11689.75
= X 100% = 64.60 %
18095.57
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0.72 m
4.30 m
5.00 m
5.00 m
Profil usulan pertama adalah 14’ WF 14 x 6-3/4. Tabel F-1 dan Lampiran 10 menampilkan data
dimensional penampang profil ini.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
m
0.72 m 2.60
4.30 m
Terhadap sumbu x penampang, beban yang bekerja hanyalah beban D sehingga kombinasi
yang lain (6.2-2 s/d 6.2-6 SNI-2002) tidak diperhatikan. Besar beban lentur rencana terhadap
sumbu x gird horizontal (Qx), dengan demikian, adalah: 17.43 N/mm
1 1
QxL2 = (17.43) x (5000)2 = 5.45 x 107 Nmm
8 8
Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban aksial R1GH pada titik sambung dengan
gird horizontal (Gambar F-1(c)).
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0.72 m
4.30 m
5.00 m 5.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1.25 m
daerah tributaris
trapesium 2 1.50 m 2.00 m 1.50 m Wy trapesium 2
Gambar F-4. Rinci Daerah Tributaris Beban Angin dan Konversinya Menjadi Beban
Merata Ekivalen pada Gird Horizontal GH1
Beban gaya angin (Qw) yang diterima daerah – daerah tributaris adalah:
0,9 (40) = 36 kg/m2 = 360 N/m2 ; [PPIUG 1983 butir 4.2.(2) dan Tabel 4.3.(1)a]
Untuk kepentingan penghitungan pembebanan dan analisa struktur, gaya angin ini hendak
diekivalenkan menjadi beban merata linear (Gambar F-4(b). Beban merata yang berasal dari
tributaris trapesium 1 disebut Wy-trapesium1 dan beban merata yang berasal dari tributaris
trapezium 2 disebut Wy-trapesium2. Besar masing – masing beban merata ekivalen adalah:
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
Beban merata seluruh akibat beban angin yang bekerja pada gird (W y) dalam Gambar F-3(c)
adalah :
Wy-trapesium 1 + Wy-trapesium 2 = 1231.2 + 1231.2 = 2462.40 N/m
Wy = 2462.40 /1000 = 2.46 N/mm
Berdasarkan Wy ini, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gird (Q y) ditentukan
menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3Wy + 0,5(La atau H)
Qy = 1.2 (0) + 1.3 (2.46) + 0.5 (0)
= 3.20 N/mm
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qy, atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada Qy. Beban lentur rencana terhadap
sumbu y penampang gird (Qy) dalam Gambar F6-3(d) dengan demikian, adalah:3.20 N/mm
2. Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana
Momen Rencana (Muy) dapat dihitung sebagai:
1 1
QyL2 = (3.20) x (5000)2 = 1.00 x 107 Nmm
8 8
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 1
QyL = (3.20) x (5000) = 8000 N
2 2
Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban terpusat R2 GH pada titik sambung
dengan gird horizontal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar F-3(b) dan (c).
√( )
= 443227.87 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФMnx, ФMny dan ФVn.
0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]
M nx min ( M yx ; M bckl x ; M ltb x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
p 1.76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy
E
r 4.40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy
λr ≤ λ 98.39 ≤ 132.28
Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :
Mn = Mr (λr / λ)2
Mr = Sx (fy – fr) ; [SNI – 2002: butir 8.2.1.c]
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI – 2002: Tabel 7.5-1].
Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:
fr = 70 Mpa
Mr = 8.95 x 105 x (400-70) = 2.95 x 108 Nmm
Mbckl-x = 2.95 x 108 x (98.39 /132.28)2
= 1.63 x 108 Nmm
Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;
[SNI – 2002: butir 8.3].
L = 5000 mm
Ly = 5000 mm
E
Lp 1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL
2
fL
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
EGJA
X1
S 2
S = Sx = 8.95 x 105mm
E = 200000MPa
G = 80000 MPa
J = 1/3 (2Bt3 + Hd3) = 1/3 (2 x 172(13.03)3 + 359(7.95)3) = 3.14 x 105 mm4
A = 7210 mm2
fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa
( )
( )
√ √ (
E
2
M cr C b E Iy G J I yIw
L L
12.5 M max
Cb 2.3
2.5 M max 3 M A 4 M B 3 M C
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
√ ( ) ( )
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mr = Sy (fy – fr)
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI – 2002: Tabel 7.5-1].
Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:
fr = 70 Mpa
Mr = 1.20 x 105x (400-70) = 3.96 x 107 Nmm
Mbckl-y = 3.96 x 107 – (98.39/132.28)2
= 3.96 x 107 Nmm
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;
[SNI – 2002: butir 8.3].
L = 5000
Ly = 5000
E
Lp 1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL
2
fL
ry = iy = 37.8 mm (Tabel F-1)
EGJA
X1
S 2
S = Sy = 1.20 x 105 mm
E = 200000MPa
G = 80000 MPa
1
J 2 Bt 3 Hd 3 ;
3
J = 1/3 (2 x 99(3)3 + 198(4.5)3)
J = 3.14 x 105 mm4
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
A = 7210 mm2
( )
√
fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa
( )
H = 359 mm
Iy = 1.02 x 107 mm4
Iw = (3592 x 1.02 x 107)/4
= 3.29 x 1011 mm6
( )
√ √ (
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Cb = 2.08 ≤ 2.3
( )
* ( ) +
( )
Mltb-y = Mn = 1.02 x 108Nmm
Mny = min (4.78 x 107; 3.96 x 107; 1.02 x 108)
= 3.96 x 107 Nmm
ΦVn = 0.9 ; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (tw); [SNI - 2002: butir
8.8].
h = H-2t
H = 359 mm [Tabel F-1]
t = 13.03 mm
h = 359 – 2(13.03)
= 332.94 mm
tw = d = 7.95 mm [Tabel F-1]
h / tw = 332.94 / 7.95 = 41.88 mm
( )
a = 5000 mm
kn = 5 + (5 / (5000/332.94)2)
= 5.02
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mux Muy Vu
+ + 0,625 ≤ 1,375
Φ Mnx Φ Mny Φ Vn
6.4.2 Terhadap Limit State Lendutan: δ <δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
x2 y2
5 W y L y 5
4
2.46 x 5000 4
y 9.81mm
384 E I y 384 200000 x 1.02. x 10 7
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.31
= x 100% = 74.22 %
13.89
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
14.30 m 5.00 m
5.00 m
7.1 Data
Data yang relevan untuk desain gird vertikal pada struktur dinding melintang adalah:
1. Bentang gird 14.30 m = 14300 mm;
2. Jarak maksimum sokongan lateral 4.30 m = 4300 mm;
Profil usulan pertama adalah WF 300 x 200 x 8 x 12 mm. Tabel 7-1 menampilkan data
dimensional penampang profil ini.
Tabel 7-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
12’WF 12 x 12 (157.7 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy
2 4 4
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm ) (mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm3) (mm3)
3.78 x 1.25 x 2.37 x 8.06 x
311 327 25.04 15.75 15.2 20120 137.8 79
108 108 106 105
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
7.3 Pembebanan
Gird vertikal (GV) pada struktur dinding melintang dibebani melalui dua cara yaitu pembebanan aksial
dan pembebanan lentur. Penghitungan pembebanan gird vertikal akan dilakukan sebagai terbagi ke
dalam kedua cara pembebanan ini.
7.3.1 Pembebanan Aksial
Beban aksial pada GV disumbangkan/diinduksi oleh GH sebagai reaksi perletakkan R1GH akibat
pembebanan D (dipaparkan di akhir bagian 6.3.1 dan diterangkan Gambar 6-1 (c) dan (d)). Besar beban
ini telah dihitung di bagian 6.3.1 yaitu 43600 N. Beban ini adalah gaya terpusat dan membebani GV
sebagai beban aksial. Karena disumbangkan oleh GH, beban ini beraplikasi di titik-titik sambungan GH
dan GV. Karena di setiap titik sambungan terdapat dua ujung GH yaitu GH di kiri dan kanan GV, maka
pada setiap titik tersebut bekerja 2 x R1GH, sehingga besar beban aksial pada GV di setiap titik aplikasi
adalah:
2(43600) = 87200 N
Pembebanan aksial pada GV ini ditunjukan ulang dalam Gambar 7-2(a)
7.3.2 Pembebanan Lentur
GV menerima beban lentur dari dua sumber yaitu dari GH dan dari dinding belakang bangunan.
Beban lentur yang disumbangkan GH adalah R2GH, yang diterangkan Gambar 6-2(b) dan (c), dan
dipaparkan dan dihitung besarnya di akhir bagian 6.3.2. Besar R2GH adalah 8000 N. Sama seperti
pembebanan aksial, beban ini beraplikasi di titik sambung GH dengan GV dan di setiap titik
tersebut bekerja 2 x R2GH, sehingga besar beban ini adalah:
2(8000) = 16000 N.
Berdasarkan orientasi profil GV (diterangkan dalam gambar Gambar 6-1(a)), beban ini
membebani profil pada sumbu x penampangnya. Titik tanggap dan orientasi beban ini
ditunjukkan ulang dalam Gambar 7-1(b). Selain itu, beban lentur pada GV juga disumbangkan
dinding belakang bangunan. Beban yang disumbangkan dinding belakang ke GV adalah beban
akibat terpaan angin pada tributaris - tributaris ke GV di dinding belakang bangunan. Gambar 7-
1(a) menunjukkan tributaris – tributaris ini.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1.88 m
2 x Wx - t
Qx-5
0.27 m 4.30 m 4.30 m
2.15 m
2x R2GH 2x R2GH
2 x Wx - s4
1.25 m
Qx-4
2.50 m 2.50 m
1.25 m
2x R2GH 2x R2GH
2 x Wx - s3
1.24 m
Qx-3
2.50 m 2.50 m
1.26 m
2x R2GH 2x R2GH
2 x Wx - s2
1.25 m
Qx-2
2.50 m 2.50 m
1.25 m
2x R2GH 2x R2GH
1.25 m
2 x Wx - s1
2.50 m 2.50 m
Qx-1
1.25 m
Gambar 7-1. Pembebanan Lentur pada Grid Vertikal Menunjukkan Tributaris Beban Angin
dan Pengalihannya Menjadi Beban Merata Linier
Terdapat tiga tributaris ke GV, yaitu 1 tributaris trapezium: x-t, serta empat tributaris segitiga:
x-s1, x-s2, x-s3, x-s4
Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-t adalah:
L1
Wx-t = Qw . X 4 . 2
L2
Qw = 360 N/m2
X 1 L2 ( L1 / 2) 4.30 (4.03 / 2) 2.28
X 2 ( L2 / 2) ( L1 / 3) (4.30 / 2) (4.03 / 3) 0.81
X 3 L2 L1 4.30 4.03 0.27
X 4 2 X 1 .L2 L1 . X 2 X 3 2(2.28)(4.30) (4.03)(0.81) 0.27 16.13
Wx-t = (360)(16.13)(4.03/(4.302)) = 1265.64 N/m’
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Terdapat dua tributaries x-t, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata
ekivalen untuk tributaries ini adalah:
2Wx-t1 = 2(1265.64) = 2531.27 N/m’
= 2531.27/1000 = 2.53 N/mm’
X 1 L2 ( L1 / 2) 4 (3 / 2) 2.5
X 2 ( L2 / 2) ( L1 / 3) (4 / 2) (3 / 3) 1.00
X 3 L2 L1 43 1.00
X 4 2 X 1.L2 L1. X 2 X 3 2(2.5)(4) (3)(1.00) 1 16.00
Beban merata linier yang ekivalen dengan triutaris x-t2 adalah :
Wx-t2 = (360)(16.00)(3/(42)) = 1080 N/m’
Terdapat dua tributaries x-t2, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata
ekivalen untuk tributaries ini adalah:
2Wx-t2 = 2(1080) = 2160 N/m’
= 2160/1000 = 2.16 N/mm’
Sama seperti beban-beban R2GH, beban-beban lentur ini juga membebani GV terhadap sumbu x
penampangnya.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
2 x Wx - t
Qx-5
4.30 m 4.30 m
2 x Wx - s4
+ =
Qx-4
2.50 m 2.50 m
Qx-3
2.50 m 2.50 m
Qx-2
2.50 m 2.50 m
2.50 m 2.50 m
Gambar 7-2. Superadisi Pembebanan Aksial dengan Pembebanan Lentur pada Gird
Vertikal
Selanjutnya, berdasarkan beban – beban merata ini, besar beban lentur rencana (Qx) bagi GV
dapat ditentukan dengan menghitungnya menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan
persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4) : 1,2 D + 1,3 Wy + 0,5 (La atau H)
Qx-1 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s1) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-2 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s2) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-3 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s3) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-4 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s4) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-5 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-t) + 0,5 (0) = 1.3(3290.65/1000) = 3.29 N/mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qx, atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada Qx. Orientasi dan letak beban – beban ini
ditunjukkan dalam Gambar 6-1(c), dan ditampilkan ulang dalam Gambar 6-2(b).
Pembebanan aksial atas GV telah dihitung di atas dan ditunjukkan dalam Gambar 6-2(a),
demikian juga pembebanan lentur yang juga telah dihitung dan ditunjukkan dalam
Gambar 6-2(b). Kedua cara pembebanan ini (aksial dan lentur) bekerja pada GV secara
serentak maka pembebanan total atas GV adalah superadisi pembebanan aksial yang
dinyatakan Gambar 6-2(a) dengan pembebanan lentur yang dinyatakan Gambar 6-2(b). Hasil
superadisi ini ditunjukkan Gambar 6-2(c), dan adalah deskripsi pembebanan total atas GV.
Analisa struktur untuk memperoleh gaya – gaya dalam pada GV akan dilakukan atas deskripsi
pembebanan total yang ditunjukkan Gambar 6-2(c) ini.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
M = 0.
Nu 8 M ux M
1,0
uy
N n 9 M nx M ny
Nu M M
ux uy 1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n M nx M ny
1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana Nu, Mux dan Muy
Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 7,4 dan memberikan:
Nu = 5.97 x 104 N
Mux = 6.1 x 107 Nmm
Tidak terdapat Muy karena komponen tidak terbebani terhadap sumbu y penampangnya.
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФNn, ФMnx dan ФMny
Ø = 0.85 ; [SNI – 2002: butir 11.3]
Lx = 12460 mm
Lkx = 1 (12460) = 12460 mm
rx = ix = 125 mm [Tabel 6-1]
λcx = 1/π x (12460 /125) (400/200000)0,5
= 1.42
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Lky = kyLy
Ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly = 4000 ;
Lky = 1 (4000) = 4000 mm
ry = iy = 47.1 mm [Tabel 7-1]
λx = Lx / ix = (12460/125) = 99.68
λy = Lx / iy = (4000/47.1) = 84.93
λ = max (99.68 ; 84.93) = 99.68
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain; [SNI
– 2002: butir 8.3].
L = 12460 mm
Lx = 12460 mm
E
Lp 1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
fL
EGJA
X1
S 2
S = Sx 5= 7.71 x 105 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E = 20000MPa
G = 80000 MPa
J = 1/3 (2Bt3 + Hd3) = 1/3 (2 x 200(12)3 + 294(8)3) = 2.81 x 105 mm4
A = 7238 mm2
fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa
( )
( )
√ √
Lr ≤ L ; 4958.71 ≤ 12460 mm. Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb
dihitung menurut persamaan :
E
2
Cb = 1.24 ≤ 2,3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Nu M ux M uy
1.0 [ SNI 2002 : butir 11.3]
2 N n M nx M ny
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
a = 4000 mm
kn = 5 + (5 / (4000/22.50)2)
= 5.02
h k E
1.10 n dimana: 55.13 ≤ 68.66
tw fy
Aw = ( H - 2t ) d
= (294- 2(12)) 8 = 2160 mm2
Vn = 0,6 x 400 x 2160 = 5.18 x 105 N
Tahanan – tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 5.18 x 105 = 4.66 x 105 N
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
M ux M uy V
0.625 u 1.375
M nx M ny Vn
6.12 x 10 7 2.13x10 4
0.625 1.375
0.9 x 9.15 x 10 7 4.66 x 10 5
0.7710 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio keterpenuhan:
0.7710
x 100 % 56.07 %
1.375
7.5.3 Terhadap Limit State Lendutan: δ < δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Analisa untuk memperoleh lendutan di tunjukkan dalam Lampiran 13 dengan memasukkan
dimensi profil, dan memberikan:
δmaks = δu = 41.31 mm
2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas
1
n Lmax ; [ SNI 2002 Tabel 6.4 1]
240
δn = 1/240 x 12460= 51.92 mm
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Lendutan
Terhadap Limit State: δu <δn , ternyata
41.31 < 51.92
maka, profil usulan pertama memenuhi limit state lendutan, dengan rasio keterpenuhan:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
8.1 Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding memanjang adalah:
1. Bentang gird 10 m = 10000 mm;
2. Tebal pasangan tembok adalah ½ batu yaitu dianggap setebal 15 cm atau 150 mm (termasuk
tebal plester dan lapisan finshing);
3. Tinggi pasangan tembok yang dipikul gird adalah 5 meter yaitu 5000 mm
4. Berat spesifik pasangan tembok: 1700 kg/m3; [PPI 1983 butir Tabel 2.1], yang adalah sama
dengan 1.7 x 10-5 N/mm3.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
8.3 Pembebanan
5.00 m
5.00 m
5.00 m
5.00 m
R2GH
5.00 m
Qx-3
R2GH
Qx-2
R2GH
5.00 m
Qx-1
HBawah
Gambar H-2. Pembebanan pada Struktur Dinding Memanjang. Rinciannya pada Gambar-Gambar
Berikut.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Karena gird horizontal merupakan satu kesatuan dengan struktur dinding memanjang tempatnya
berada maka penghitungan pembebanan baginya tidak dilakukan terpisah dan tersendiri tetapi
bersama – sama dalam penghitungan pembebanan bagi keseluruhan struktur dinding memanjang.
Pembebanan gird horizontal akan dengan sendirinya terhitungkan dalam perhitungan pembebanan
keseluruhan struktur dinding memanjang.
Gambar A-3 telah menunjukkan idealisasi struktur dinding memanjang. Idealisasi tersebut dirubah
menurut kebijakan perencana bahwa pemasangan gird horizontal pada dinding memanjang
dikurangi karena dengan pemasangan gird vertikal pada dinding memanjang sudah mampu
memikul beban yang ditransfer dari gird horisontal pada struktur dinding memanjang ini,
idealisasi ini ditunjukkan dalam Gambar H-2 di atas, dengan menunjukkan daerah tributaris dan
orientasi beban – beban yang bekerja pada struktur dinding memanjang, baik yang langsung
bekerja padanya maupun yang diinduksikan oleh, atau ditransfer dari struktur lain. Beban yang
langsung bekerja pada struktur dinding memanjang terdiri atas: beban akibat berat pasangan
tembok dan beban akibat terpaan angin pada dinding memanjang, sementara beban induksi adalah
beban yang ditransfer dari struktur dinding melintang yang meliputi beban terpaan angin pada
dinding melintang dan reaksi gird horizontal dan reaksi kolom rafter/gird vertikal struktur dinding
melintang. Gambar H-2 menunjukan daerah tributaris dan orientasi serta arah masing – masing
beban ini. Gambar H-2(a) menunjukkan tributaris beban akibat berat pasangan tembok. Besar
beban ini sama di setiap modul. Beban ini hanya bekerja pada gird horizontal tengah (GHtengah).
Gambar H-2(b) menunjukkan tributaris beban angin. Besar beban ini pun sama di setiap modul
struktur dinding memanjang. Beban ini bekerja pada gird horizontal atas (GHatas), GHtengah, gird
vertikal (GV) dan kolom dari gabel. Gambar H-2(c) menunjukan pembebanan yang diinduksi dari
struktur dinding melintang. Pembebanan ini bekerja pada kolom kanan dari modul paling kanan.
Terhadap struktur dinding memanjang, beban – beban ini merupakan beban lateral sebab bekerja
dari arah samping struktur. Gambar H-5(a) menampilkan modul paling kanan tersebut dan
menunjukkan pembebanan lateral ini dengan lebih rinci. Karena struktur dinding memanjang ini
terdiri dari modul – modul yang berdimensi sama, perhitungan pembebanan (dan kemudian
analisa struktur atasnya) cukup dilakukan pada salah satu dari modul – modul ini yang dipilih
menjadi representatif. Perhitungan besar beban – beban di bagian ini akan dilakukan pada modul
representatif tersebut, dan dilakukan secara terpisah menurut sumber pembebanan yaitu akibat
berat tembok, akibat terpaan tiupan angin dan akibat induksi dari struktur lain.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
5.00 m 5.00 m
10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar H-3. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Pasangan Tembok
Gambar H-3 menampilkan modul representatif dari struktur dinding memanjang dengan
menunjukkan triburaris beban berat pasangan tembok dan menerangkan perhitungan besarnya.
1. Beban akibat berat pasangan tembok : 150(5000)1.7 x 10-5 = 12.75 N/mm
2. Berat sendiri profil = 1.071 N/mm
Jumlah beban pasangan tembok dan berat sendiri profil D (1 dan 2) = 13.82 N/mm
Besar beban lentur rencana ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan menurut persamaan
(6.2-1 s/d 6.2-8) dari SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-1): 1.4D
1.4D = 1.4 (13.82) = 19.35 N/mm’
Persamaan yang lain tidak diperhatikan karena tidak ada beban selain beban D yang bekerja pada
GH. Sesuai rencana orientasi penampang profil yang ditunjukkan pada Gambar H-3(b) di atas,
beban ini bekerja terhadap sumbu x (sumbu mayor) penampang profil GH maka beban ini
dinamakan QGH-x, maka:
QGH−x = 19.35 N/mm’
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
QGV-x
5.00 m 5.00 m 5.00 m QGH-y
QGV-x
5.00 m 5.00 m 5.00 m
6.00 m
2.00 m 2.00 m
Gambar H-4. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Terpaan Tiupan Angin
Gambar H-4 menunjukkan modul yang sama dengan yang ditampilkan gambar sebelumnya,
dengan menunjukkan tribuaris dan penghitungan pembebanan oleh tiupan angin. Beban yang
ditimbulkan terpaan angin (Qw) adalah :
0.9 (40) = 36 kg/m = 360 N/m2; [PPI 1983 butir 4.2.(2) dan 4.3.(1)a]
Qw bekerja pada seluruh bidang tembok. Qw yang dipikul oleh GH adalah yang menerpa daerah
tributaris berbentuk trapesium sementara yang dipikul oleh GV adalah yang menerpa daerah
tributaris berbentuk segitiga (Gambar H-4(a)).
Daerah tributaris GHtengah adalah yang paling besar dari antara tributaris – tributaris untuk GH
maka perhitungan akan dilakukan pada GHtengah (Gambar H-4(b)). Beban merata ekivalen yang
berasal dari tributaris trapesium akan disebut Wtrapesium.
Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 1 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Wy-trapesium 2 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 - 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = ½(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
2
Wy-trapesium 2 = 360 x 139.33 x (4/10 ) = 2006.40 N/m
Total dari beban angin adalah :
= 2006.40 + 2006.40 = 4012.80 N/m’ = 4.01 N/mm’
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi pembebanan yang
dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas WGH.
Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGH = 1.2(0) +1.3(4.01) + 0.5(0) = 5.22 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan ini atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada QGH. QGH membebani gird horizontal terhadap
sumbu minor (sumbu y) penampangnnya maka akan disebut QGH-y, sehingga pada Gambar H-4(c):
QGH− y = 5.22 N/mm’.
Beban merata yang ekivalen yang berasal dari tributaris segitiga akan disebut W x-segitiga.
Wsegitiga = ½ QwL1, sehingga
L1 = 5m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000 = 0.60 N/mm
L1 = 5m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000 = 0.60 N/mm
Sama seperti GH, GV dan kolom gabel pun dibebani dua tributaris segitiga, yang satu pada
dinding di sebelah kiri dan yang lain pada dinding di sebelah kanannya. Beban melalui kedua
tributaries ini (WGV), dengan demikian, adalah:
2Wsegitiga1 2 (0.60) 1.20
2Wsegitiga 2 2(0.60) 1.20
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
QGV yaitu beban lentur rencana pada GV ditentukan menurut kombinasi pembebanan yang
dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas WGH.
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGv-x atas = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
QGv-x bawah = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan ini atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada QGV. QGV membebani gird vertikal terhadap
sumbu mayor (sumbu y) penampangnya maka akan disebut QGV-x, sehingga pada Gambar H-
4(c).
Namun, pembebanan QGV ini tidak diperhitungkan dalam mendesain gird horizontal dinding
memanjang, karena beban QGV ini langsung membebani kolom dari gebel.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
R2GH HAtas P1
Qx-4
Qx-4
R2GH P2
5.00 m
Qx-3
Qx-3
R2GH P3
Qx-2
Qx-2
R2GH P4
5.00 m
Qx-1
Qx-1
HBawah P5
10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar H-5. Perhitungan Pembebanan Induksi
Terhadap struktur dinding memanjang, beban – beban ini bekerja lateral sehingga komponen
struktur yang memikulnya adalah ikatan angin (bracing). Karena pada struktur dinding
memanjang hanya terdapat tiga modul yang berikatan angin maka (Gambar H-2(c)) maka hanya
sepertiga dari beban – beban induksi ini yang bekerja di setiap modul berikatan angin tersebut.
Gambar H-5(b) menunjukkan skema pembebanan induksi yang dipikul setiap modul tersebut,
yang terdiri dari beban – beban merata Q’x1, Q’x2, Q’x3 Q’x4, dan beban – beban terpusat: P1, P2
P3, P4 dan P5. Besar masing – masing beban ini adalah:
Q’x1 = 1/3 (Qx1) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x2 = 1/3 (Qx2) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x3 = 1/3 (Qx3) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x4 = 1/3 (Qx4) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
P1 = 1/3 (R2GH + HAtas) = 1/3 (8000 + 4.32x104) = 17066.67 N
P2 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P3 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P4 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P5 = 1/3 (HBawah) = 1/3 (4.27x104) = 14233.3 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
R2GH HAtas P5
Qx-4
Qx-4
R2GH P4
5.00 m
Qx-3
Qx-3
R2GH P3
Qx-2
Qx-2
R2GH P2
5.00 m
Qx-1
Qx-1
HBawah P1
10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar H-6. Penggambaran Pembebanan Total pada Modul Representatif Struktur Dinding
Memanjang
Ketiga pembebanan: berat tembok, terpaan tiupan angin dan induksi bekerja serentak pada setiap
modul dari struktur dinding memanjang maka pembebanan total pada setiap modul struktur
dinding memanjang adalah superadisi ketiga pembebanan tersebut, yang masing – masing
ditunjukkan Gambar H-3(b), Gambar H-4(c), dan Gambar H-5(b). Hasil superadisi ini
ditunjukkan dalam Gambar H-6. Orientasi beban: QGH-y, dan QGV-x adalah tegak lurus bidang
gambar sementara orientasi beban: QGH-x, Qx1, Qx2, Qx3 dan Qx4 serta P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah
sebidang dengan bidang gambar. Struktur akan dianalisa untuk skema pembebanan yang
ditunjukkan dalam Gambar H-6 ini.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Momen di seperempat bentang : MAx = 4.08 x 107 Nmm, di tengah bentang: MBx = 1.03 x 108
Nmm, dan di tigaperempat bentang: MCx = 4.23 x 107 Nmm.
Gaya geser rencana:
Vux = 98807.68 N; dan
Gaya aksial rencana yang di induksi dari struktur pengaku dinding melintang yang membebani
sumbu y dari kolom gabel seperti pada Gambar H-5 (b), beban ini di analisa menurut Lampiran
14, reaksi perletakan pada kolom gabel ini di tunjukkan pada gambar (h) pada Lampiran 14
dengan bulatan berwarna merah dan biru, kedua reaksi perletakan ini di transfer ke gird
horizontal pada dinding memanjang, sehingga di gunakan yang paling besar dari kedua reaksi
perletakan ini yaitu yang di tandai dengan bulatan berwarna merah pada gambar (7) dalam
Lampiran 15 yaitu sebesar 33140.48 N (keluar dinding melintang), sehingga diperoleh:
Nu = 33140.48 N (tekan); dan
Lendutan rencana:
δx = 22.09 mm
Selain itu gird mengerjakan beban terpusat vertikal (reaksi perletakkan gird) pada kolom gabel :
RGH1 = 98807.68 N
yang ditransfer ke kolom gabel sebagai gaya tekan aksial di titik sambung gird horizontal dengan
kolom gabel.
Analisa struktur yang dilakukan pada lampiran 15 juga memberikan gaya aksial tarik rencana
pada ikatan angin:
Tu = 27180.56 N (tarik).
8.4.2 Atas Pembebanan Tegak Lurus bidang Gambar
Pada bagian ini, analisa struktur untuk pembebanan tegak lurus bidang gambar hanya dilakukan
pada GHtengah. Pembebanan tegak lurus bidang gambar membebani gird horizontal terhadap
sumbu y penampangnya sehingga menimbulkan gaya-gaya dalam terhadap terhadap sumbu y
penampang. Analisa struktur akan dilakukan dengan menggunakan SAP2000 V.14 , laporan
hasilnya ditampilkan dalam Lampiran 15. Hasil analisa struktur memberikan gaya – gaya dalam
berikut ini :
Muy = 4.35 x 107 Nmm
Gaya geser rencana:
Vuy = 26100 N.
Gaya geser ini adalah aksi gird pada perletakkan yang ditransfer ke kolom gabel di titik sambung
dengannya sebagai beban terpusat:
R2GH = 26100 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Momen di seperempat bentang: MAy = 5.44 x 106 Nmm, di tengah bentang :MBy = 2.18 x 107
Nmm, dan di tiga perempat bentang : MCy = 5.44 x 106 Nmm.
Lendutan rencana: δy = 11.45 mm
8.5 Analisa terhadap Limit State
Hasil analisa struktur atas GH di atas menunjukan bahwa GH dibebani terkombinasi aksial (tekan)-
geserlentur. GH, dengan demikian, adalah komponen terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil
yang diusukan akan dianalisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen, dan persamaan
kombinasi geser lentur. Profil usulan juga akan diperiksa terhadap limit state lendutan, sesuai yang
dimintakan dalam lembaran penugasan.
8.5.1 Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen : [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
Nu 8 M ux M
1,0 atau
uy
N n 9 M nx M ny
Nu M M
ux uy 1,0
2N n M nx M ny
1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan di bagian 8.4 dan memberikan beban – beban
rencana berikut ini :
Nu = 33140.48 N
Mux = 1.45 x 108 Nmm, dan
Muy = 4.35 x 107 Nmm
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФNn, ФMnx dan ФMny
Lx = 10000 mm
Lkx = 10000 (1) = 10000 mm
rx = ix = 113.3 mm (Tabel H-1)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
√ ;[SNI-2002: pers.(7.6-1)]
Ly = 10000 mm
Lky = 10000 (1) = 10000 mm
ry = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)
( )
struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang seperti yang telah dilakukan di atas]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang seperti yang telah dilakukan diatas]
λr = 4.40 x (200000/400)0.5 = 98.39
98.39 ≤ 151.98 Maka :
λr ≤ , Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut
persamaan:
Mr = Sx (fy-fr);[SNI-2002:butir 8.2.1.c]
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja,[SNI-2002;Tabel 7.5-1].
Karena profil Lip Channel umumnya dimanufaktur dengan cara cold-formed
maka
fr =70 MPa
Sx = 2.07 x 106 mm3
Mr = 2.07 x 106 x (400-70) = 6.83 x 108 Nmm
Mbckl-x = 9.44 ( )
Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang
lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
L = 10000 mm
Lx = 10000 mm
Lp = 1.76 ry √ ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
r y = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
S = Sx = 2.07 x 106 mm
; konstanta punter untuk penampang I1
fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa
( )
H = 267 mm
Iy = 5.90 x 107 mm4
Iw = (2672 x 5.90 x 107)/4
= 1.05 x 1012 mm6
( )
√ √
12.5 M max
Cb 2.3
2.5M max 3M A 4M B 3M C
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Cb = 1.40
Mltb-x=
Mbckl-y bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat diketahui
dengan membandingkan fakor-faktor kelangsingan (λ, λp dan λr);[SNI-2002 butir 8.2]
λ = max (
λx = Lx / ix = (10000/113.3) = 88.26
λy = Ly / iy = (10000/65.8) = 151.98
λ = max (88.26; 151.98) = 151.98
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L,Lp dan Lr satu terhadap yang
lain;[SNI-2002;butir 8.3]
L = 10000 mm
Ly = 10000 mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
S = Sy = 7.41 x 105 mm
E = 200000 MPa; [SNI- butir 5.1.3]
G = 80000 MPa; [SNI-2002;butir 5.1.3]
J = ; konstanta punter untuk penampang I1
fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa
( )
H = 267 mm
Iy = 1.75 x 108 mm4
Iw = (2672 x (1.75 x 108))/4
= 1.05 x 1012 mm6
( )
√ √
12.5 M max
Cb 2.3
2.5M max 3M A 4M B 3M C
Mmaks = Muy = 4.35 x107 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Cb = 2.38
(21149.05 10000)
Mltb-y = 2.382.44 x 10 8 3.38 x 10 8 2.44 x 10 8
M p
( 21149.05 2589.55 )
= 3.80 x 108 Nmm > 3.38 x 108 Nmm
Maka Mltb-y = Mp = 3.38 x 108 Nmm
Mny = min (2.96 x 108; 1.02 x 108; 3.38 x 108 Nmm)
= 1.02 x 108 Nmm
Nu M M uy
ux 1.00
2 N n M nx M ny
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
M ux M uy V
0.625 u 1.375 [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 8.4.3]
M nx M ny Vn
a = 10000 mm
kn = 5 + (5 / (10000/225.96)2)
= 5.0
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Ini memberikan:
h kn E
17.45 ≤ 55.01 yang berarti < 1.10
tw fy
8.5.3 Terhadap Limit State Lendutan: δ < δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Analisa untuk memperoleh lendutan telah dilakukan dalam bagian 8.4, dan memberikan:
δx = 22.09 mm (ke bawah) dan δy = 11.45 mm (ke dalam bangunan, tegak lurus dinding)
√
2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas
δn = 1/360 Lmaks ; [SNI-2002 Tabel 6.4-1]
δn = 1/360 x 10000 = 27.78 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Depan Belakang
5.00 m
5.00 m
9.1.Data
Data yang relevan untuk desain ikatan angin pada struktur dinding memanjang adalah:
1) Panjang: √ = 11180.34 mm = 11.18 m
2) Di kedua ujung dipasang jarum keras untuk pengencangan.
9.2.Profil Usulan
Profil usulan adalah Ø 10 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel I-1
Tabel I-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Ø 10 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
Ø A
(mm) (mm2)
10 78.54
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
9.4.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang: Tu ≤ Ø Tn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 pasal 10]
(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu
Beban rencana (Tu):
Tu = 27180.56 N
(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana Ø Tn
Ø = 0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]
Tn = Ag fy
Ag = 78.54 mm2 [A pada Tabel I-1]
Tn =78.54 x 400 = 31416 N
Ø Tn = 0.9 x 31416 = 28274.40 N
(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Kuat Penampang
27180.56 ≤ 28274.40 N
Profil usulan memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.00 m
dengan pengaku struktur dengan pengaku struktur
dinding melintang dinding melintang
5
10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
4
Memanjang
50.00 m
10.00 m
Pengaku
Dinding
Struktur
Rangka Gebel Rangka Gebel
3
10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
2
10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
1
70.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.2.2. Pembebanan
Portal Gabel yang mewakili desain ini adalah portal gabel 1. Pembebanannya dapat di
lihat dalam Gambar J-2 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Qx dib Qx dib
Qy elaka Qy elaka
in ng angin ng an
k ang Qy Qy angin ihak Qy Qy
Qx dip
iha
Qy
Qy Qy
Qy
Qx dip Qy
Qy Qy
Qy
gin
Qy Qy Qy 2.50 Qy
18.21 m m 2
Qy Qy Qy .50 Qy
R2GH Qy Qy Qy
m 2
.50 m Qy R2GH P4
Qy Qy Qy 2.50 Qy
m
Qx-4
2.50
QGV-x
QGV-x
m 2.50
m 2 P3
2.40 m 2.40 m 2.40 m .50 m
Qx-3
R2GH R2GH P2
Qx-2
QGV-x
QGV-x
P1
Qx-1
35.00 m 35.00 m
(a) (b )
(c)
Beban-beban ini bekerja pada masing-masing kolom dan rafter dari portal gabel eksterior
ini. Sehingga berdasarkan Gambar J-2 diatas, maka beban yang bekerja pada rafter dan
kolom adalah sebagai berikut:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
- Di pihak angin
1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800)
= 3983.45 N/m’.
Dari 2 persamaan di atas diambil yang maksimum, sehingga
- Beban dipihak angin (Qx) = Max (862.67 ; 3983.45) = 3983.45 N/m’
Reaksi perletakan yang di transfer ke rafter adalah
- Beban dipihak angin (Qx) = ½ QL = ½ (2983.45)(10) = 19917.26 N
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Tabel J-3 Besar beban (dalam Newton) pada Penampang Sumbu y Rafter
Beban
Gaya Transfer
(N)
Pkolom 931.95
P1 2057.40
P2 2315.70
P3 2574.00
P4 2574.00
P5 2315.70
P6 2057.40
Pkolom 1863.90
P7 2057.40
P8 2315.70
P9 2574.00
P10 2574.00
P11 2315.70
P12 2057.40
Pkolom 931.95
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
R2-GH
QGV-x2
R2-GH
QGV-x1
(a) (b)
Gambar J-4. Daerah Tributaries Yang Di Ekivalenkan Menjadi Beban Merata Linear
Beban merata ini di hitung menggunakan koefiesien beban angin sebesar 0.9
(PPI 1983 butir 4.2.(2) dan Tabel 4.3.(1) a) sehingga beban angin di pihak
angin adalah:
0,9 (40) = 36 kg/m2 = 360 N/m2 ;
Daerah tributaries yang di ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
= 600/1000
= 0.60 N/mm
Sama seperti GH, GV, kolom gabel pun dibebani dua tributaris segitiga, yang
satu pada dinding di sebelah kiri dan yang lain pada dinding di sebelah
kanannya. Beban melalui kedua tributaries ini (WGV), dengan demikian, adalah:
2Wsegitiga1 2 (0.60) 1.20 N / mm
2Wsegitiga 2 2(0.60) 1.20 N / mm
b. Di belakang angin
Beban di belakang angin ini di hitung menurut Gambar J-5 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
QGV-x
5.00 m 5.00 m QGH-y
QGV-x
5.00 m 5.00 m
6.00 m
2.00 m 2.00 m
10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga seperti pada gambar J-5 di atas. Beban ini bekerja pada
kolom sebagai beban merata linear, sehingga daerah tributaries yang di
ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Dari Hasil analisa pada Lampiran 17, memberikan gaya-gaya dalam rencana sumbu-y
sebagai berikut:
10.2.3.2. Kolom
Untuk perencanaan rafter pada struktur utama ekterior yaitu portal nomor 6, hasil
analisa dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari hasil analisa tersebut, memberikan gaya-
gaya dalam rencana sumbu-x sebagai berikut :
Dari Hasil analisa pada Lampiran 17, memberikan gaya-gaya dalam rencana sumbu-y
sebagai berikut:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hasil analisa struktur atas rafter di atas menunjukkan bahwa rafter dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Rafter dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.
1 Lkx fy
cx ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
rx E
Lkx = kx Lx
Lx = 5020 mm
kx = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Lkx = 1(5020) = 5020 mm
rx = ix = 110.5 mm (Tabel J-1)
√
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 Lky fy
cy ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
ry E
Lky = ky Ly
ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 1(2500) = 2500 mm
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy
Mbckl-x = ( )
Mr = Sx x (fy – fr)
= 8.95 x 105 x (400 – 70)
Mr = 2.95 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zx ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x 8.95 x 105)
= 4.08 x 108 Nmm
1.5 Myx = 1.5 (8.95 x 105) = 5.37 x 108 Nmm
Mp = Min (4.08 x 108 ; 5.37 x 108) = 4.08 x 108 Nmm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Lx = 5020 mm
Ly = 2500 mm
E
L p 1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)
E 200000
L p 1.76ry 1.76 (64.5) 2538.88mm
fy 400
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A= 9290 mm2
EGJA 3.14 200000 x 80000 x(536391) x 9290
X1 22153.83mm
S 2 8.95 x 10 5 2
( )
√ √
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
2538.38 < 5020 < 7517.20, Lp < L < Lr ; Bentang komponen tergolong bentang
menengah, maka Mltb-x dihitung menurut persamaan :
( Lr L)
Mltb-x= Mcr ≤ Mp = Cb Mr ( Mp Mr ) [SNI-2002: Persamaan 8.3-2.b]
( Lr Lp
12,5 M max
Cb 2,3
2,5M max 3M A 4M B 3M C
Mmaks = Mux = 2.02 x 108 Nmm
MAx = 2.15 x 107 Nmm
MBx = 9.07 x 107 Nmm
MCx = 1.50 x 108 Nmm
Cb = 12,5 (2.02 x 108)
2.5(2.02 x 108) + 3(2.15 x 107) + 4(9.07 x 107 ) + 3(1.50x 108)
Cb = 1.83
(7517.20 5020)
Mltb-x = 1.83 2.95 x 10 8 (2.95 x 10 8 4.08 x 10 8 )
(7517.20 2538.38
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
λy = Ly / iy = (2500/64.5) = 38.76
λ = max (45.43; 38.76) = 45.43
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk
fy
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy
Mbckl-y = ( )
Mr = S y (fy – fr)
=3.05 x 105 x (400 – 70)
Mr = 1.01 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myy)
fy.Zy = 400 (1.14 x 3.05 x 105)
= 1.39 x 108 Nmm
1.5 Myy = 1.5 (1.22 x 108) = 1.83 x 108 Nmm
Mp = Min (1.39 x 108; 1.83 x 108) = 1.39 x 108 Nmm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
ry = iy = 64.5 (Tabel J-1)
Lx = 5020 mm
Ly = 2500 mm
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)
E 200000
Lp 1.76ry 1.76 (64.5) 2538.38mm
fy 400
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A = 9290 mm2
EGJA 3.14 200000 x 80000 x 536391.27 x 9290
X1 65044.17mm
S 2 3.05 x 10 5 2
fL= fy - fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
S Iw
X 2 4 x
GJ I y
( )
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
√ √
2500 < 2538.38, L < Lp; Bentang komponen tergolong bentang pendek, maka Mltb-y
dihitung menurut persamaan :
Mltb-y = Mp = [SNI-2002: Persamaan 8.3-2.a]
Mltb-y = 1.39 x 108 Nmm
Mny = min (1.22 x 108 ; 1.35 x 108 ; 1.39 x 108) = 1.22 x 108 Nmm
Nu M M uy
ux 1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n M nx M ny
( )
0.7518 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].
( ⁄ )
a = 5020 mm
kn = 5 + (5 / (5020 /225.66)2)
= 5.01
h / tw ≤ √ ; 15.92 ≤ 55.06
Maka:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0.7891 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:
10.2.4.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 Lkx fy
cx ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
rx E
Lkx = kx Lx
kx = 0.7 ; [ujung adalah jepit - sendi]
Lx = 5000 mm
Lkx = 0.7(5000) = 3500 mm
rx = ix = 137.2 mm (Tabel J-2)
√
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 Lky fy
cy ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
ry E
Lky = ky Ly
ky = 0.7 ; [ujung adalah jepit - sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 0.7(2500) = 1750 mm
ry = iy = 78.2 mm (Tabel J-2)
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy
E
L p 1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E 200000
L p 1.76ry 1.76 (78.2) 3077.55 mm
fy 400
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A= 17460 mm2
EGJA 3.14 200000 x 80000 x 1902490.75 x 17460
X1 24983.80mm
S 2 2.05 x 10 6 2
fL = fy-fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
S Iw
X 2 4 x
GJ I y
( )
√ √
< 5000 < 9783.47, Lp < L < Lr ; Bentang komponen tergolong bentang
menengah, maka Mltb-x dihitung menurut persamaan :
( L L)
Mltb-x = Mn = Cb M r M p M r r M p [SNI-2002: persamaan 8.3-2.b]
( Lr Lp )
12,5 M max
Cb 2,3
2,5M max 3M A 4M B 3M C
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
(79783.47 5000)
Mltb-x = 2.559.34 x 10 8 9.34 x 10 8 6.76 x 10 8 M p
(5000 3077.55 )
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk
fy
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
E 200000
L p 1.76ry 1.76 (78.2 ) 3077.55mm
fy 400
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A = 17460 mm2
EGJA 3.14 200000 x 80000 x 1902491 x 17460
X1 74012.16mm
S 2 6.92 x 10 5 2
fL= fy - fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
S Iw
X 2 4 x
GJ I y
( )
√ √
2500 < 3077.55; L < Lp ; Bentang komponen tergolong bentang pendek, maka :
Mltb-y = Mp = 3.15 x 108 Nmm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Nu
Rasio adalah
N n
Nu M M uy
ux 1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n M nx M ny
( )
0. ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( ⁄ )
a = 5000 mm
kn = 5 + (5 / (5000 /277.56)2)
= 5.02
h / tw ≤ √ ; 23.73 ≤ 55.08
Maka:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0.7819 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:
10.2.5.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.2.2. Pembebanan
Portal Gabel yang mewakili desain ini adalah portal gabel 1. Pembebanannya dapat di
lihat dalam Gambar J-6 berikut
Qx dib Qx dib
ng an Plampu Plampu
elaka
Plampu-x al
Qy P gin -x Plampu-x al
Qy
elaka
Plampu-ang angin -x
lamp
u-aksi Qy Qy u-a angin u-aksi Qy Qy
iha k ang
in
PlampQy Qy
ksial
Qx dip
ih a k
PlampQy Qy
ksial
Qx dip Qy
Qy Qy
Qy Qy
Qy
2.50
m 2
Qy
Qy
Qy 18.21 m Qy Qy .50 m Qy
R2GH Qy Qy Qy 2.50
m Qy R2GH
Qy Qy Qy 2.50 Qy
m 2
.50 m
QGV-x
QGV-x
2.50
m 2.50
2.40 m 2.40 m 2.40 m m
R2GH R2GH
QGV-x
QGV-x
35.00 m 35.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Beban Angin Pada Atap, Beban Pada Gording, Beban Lampu,Beban Angin Pada Dinding
Memanjang, dan Beban Tembok Pada Dinding Memanjang Yang Membebani Portal Gabel
Interior Representatif.
Beban-beban ini bekerja pada masing-masing kolom dan rafter dari portal gabel interior ini.
Sehingga berdasarkan Gambar J-6 diatas, maka beban yang bekerja pada rafter dan kolom
adalah sebagai berikut:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
5.02 m
16°
35.00 m 35.00 m
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Beban-beban ini bekerja pada rafter seperti pada Gambar J-6 diatas
b. Di belakang angin
Beban di belakang angin ini di hitung menurut Gambar J-8 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
QGV-x
5.00 m 5.00 m QGH-y
QGV-x
5.00 m 5.00 m
6.00 m
2.00 m 2.00 m
10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar J-8 Beban Angin Yang Membebani Dinding Memanjang
Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 1 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m
Wy-trapesium 2 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 - 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = ½(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 2 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m
Total dari beban angin adalah :
= 2006.40 + 2006.40 = 4012.80 N/m’ = 4.01 N/mm’
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi
pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas
WGH.
Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGH = 1.2(0) +1.3(4.01) + 0.5(0) = 5.22 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan
pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada
QGH. QGH membebani gird horizontal terhadap sumbu minor (sumbu y)
penampangnnya maka akan disebut QGH-y, sehingga pada Gambar J-8 (b):
QGH− y = 5.22 N/mm’.
Selanjutnya Reaksi perletakan yang di transfer ke kolom portal gabel
adalah:
R2GH = ½ QL = ½ 5.22)(10000) = 26100 N
Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di
sumbangkan oleh satu bentang gird horizontal dinding memanjang,
melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan kanan kolom, oleh karena itu beban
yang bekerja pada kolom interior adalah
R2GH = 2 (26100) = 52200 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Gaya ini bekerja pada kolom seperti pada Gambar J-6 di atas.
Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga seperti pada gambar J-8 di atas. Beban ini bekerja pada
kolom sebagai beban merata linear, sehingga daerah tributaries yang di
ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah
L1 = 5m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5= 600 N/m= 600/1000= 0.60 N/mm
L1 = 5m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000= 0.60 N/mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Beban tembok ini telah di hitung pada BAB 8 yaitu pada butir 8.4.1 yaitu
RGH1 = 98807.68 N
Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di sumbangkan
oleh satu bentang gird horizontal dinding memanjang, melainkan 2, yaitu
sebelah kiri dan kanan kolom, oleh karena itu beban yang bekerja pada kolom
interior adalah
RGH1 = 2 (98807.68) = 197615.36N
Beban ini dapat di lihat pada Gambar J.2-1 di atas
B.3. Beban Pada Sumbu y Penampang Kolom
Pada sumbu y kolom tidak terdapat beban yang bekerja padanya, sehingga
desain selanjutnya tidak memperhitungkan beban pada sumbu y ini
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hasil analisa struktur atas rafter di atas menunjukkan bahwa rafter dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Rafter dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.
10.2.4.1.1. Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen
(1). Analisa Untuk Memperoleh Beban-Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan dan memberikan beban-beban rencana sebagai
berikut :
Nu = 43472.51 N
Mux = 1.16 x 108 Nmm
(2). Analisa Untuk Memperoleh Tahanan-Tahanan Rencana φNn dan φMnx
Φ = 0.85 [SNI-2002:butir 11.3]
fy
N n Ag [SNI-2002:butir 7.6.2]
Ω bergantung pada faktor tekuk λc
λc = max (λcx; λcy)
; [bergantung pada faktor tekuk c]
c max (cx ; cy )
1 Lkx fy
cx ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
rx E
Lkx = kx Lx
kx = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Lx = 18210 mm
Lkx = 1(18210) = 18210 mm
rx = ix = 114 mm (Tabel J-4)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 Lky fy
cy ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
ry E
Lky = ky Ly
ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 1(2500) = 2500 mm
ry = iy = 66 mm (Tabel J-4)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Ly = 2500 mm
E
L p 1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
ry = iy = 66 mm (Tabel 11-4)
E 200000
L p 1.76ry 1.76 (66) 2597.42 mm
fy 400
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A= 14630 mm2
( )
√ √
10416.91 < 18210, Lr < L; Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka
Mltb-x dihitung menurut persamaan :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1/ 2
E
2
12,5 M max
Cb 2,3
2,5M max 3M A 4M B 3M C
Mux = 1..16 x 108 Nmm
MAx = 3.89 x 107 Nmm
MBx = 1.03 x 108 Nmm
MCx = 9.25 x 107 Nmm
Mltb-x =
1/ 2
6 x 200000
2
200000 x(8.39 x10 ) x80000 x(2.08 x10 ) (8.39 x10 ) x(1.53x10 )
7 7 12
1.32
2500 2500
Nu M M uy
ux 1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n M nx M ny
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( )
0.7566 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:
( ⁄ )
a = 18210 mm
kn = 5 + (5 / (18210 /225.9)2)
= 5.00
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
h / tw ≤ √ ; 10.24 ≤ 55.00
Maka:
0.7627 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:
10.2.4.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
112.06mm
δ < δn ↔ 112.06 < 151.75 Terpenuhi!!
Maka profil usulan memenuhi limite state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
112.06
x 100 % 73.85 %
151.75
10.2.4.2. Hasil Desain
Profil usulan memenuhi limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping itu
rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (75.66 % ; 55.47 % ; 73.85 %) = 75.66 % > 60 %; yang menandakan bahwa profil
usulan adalah optimal. Dengan demikian profil 10’ WF 10 X 10 mm dapat dipakai untuk
desain struktur utama rafter.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
1 Lkx fy
cx ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
rx E
Lkx = kx Lx
Lx = 10000 mm
kx = 0.7 ; [kedua ujung adalah jepit sendi]
Lkx = 0.7(10000) = 7000 mm
rx = ix = 138.7 mm (Tabel J-5)
1 Lky fy
cy ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
ry E
Lky = ky Ly
ky = 0.7 ; [kedua ujung adalah jepit sendi]
Ly= 5000 mm
Lky = 0.7(5000) = 3500 mm
ry = iy = 79 mm (Tabel J-5)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy
E
r 4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy
( )
Mr = S x (fy – fr)
= 2.37 x 106 x (400 – 70)
Mr = 7.82 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x (2.37 x 106))
= 1.08 x 109 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
E
L p 1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
ry = iy = 79 mm (Tabel J-5)
E 200000
L p 1.76ry 1.76 (79) 3109.03 mm
fy 400
X1
Lr ry 1 1 X 2 fL2
fL
EGJA
X1
S 2
E = 200000 MPa
G = 80000 MPa
A= 20120 mm2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
2
S Iw
X 2 4 x
GJ I y
( )
√ √
12.5 M max
Cb 2.3
2.5M max 3M A 4M B 3M C
Mmaks = Muy = 6.03 x108 Nmm
MA = MAy = 2.71 x 107 Nmm
MB = MBy = 1.70 x 108 Nmm
MC = MCy = 3.86 x 108 Nmm
Cb = 2.20
(11759.68 10000)
Mltb-x = 2.207.82 x 10 8 1.08 x 10 9 7.82 x 10 8
M p
(11759 .68 3109.03 )
= 2.23 x 109 Nmm > 1.08 x 109 Nmm = Mltb-y > Mp, Maka
Mltb-x = Mp = 1.08 x 109 Nmm
Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]
Mnx = min (9.47 x 108 Nmm; 9.14 x 108 Nmm; 1.08 x 109 Nmm) = 9.14 x 108 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( )
0.7374 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( ⁄ )
a = 10000 mm
kn = 5 + (5 / (10000 /273.92)2)
= 5.00
h / tw ≤ √ ; 10.94 ≤ 55.02
Maka:
0.7931 ≤ 1.375
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
10.2.5.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
35.00 m 35.00 m
KETERANGAN :
Detail I : Sambungan Puncak Rafter pada titik C dan F
Detail 2 : Sambungan Menerus pada titik B, D, E, dan G
Detail 3 : Sambungan Rafter - Kolom pada titik A, E, dan H
Detail 4 : Sambungan Kolom - Fondasi pada titik I, J, dan K
0
0 x 1 7 mm) (254 Rafter :
F 1 x 254 1
r
W
: 10' 8.64 x 14
.1 x 8.6 0' WF 10
f t e 4x1 x
Ra 254 x 4.17 10
5 4 x mm)
(2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0
F 1 0 x 1 m)
'W 7m
a f t er : 10 64 x 14.1
R 8.
x 2 54 x
(254
0
F 1 0 x 1 m)
'W 7m
a f t er : 10 64 x 14.1
R 8.
4 x 254 x
(25
0
F 1 0 x 1 m)
er : 10' W x 14.17 m
Raf t 4
x 8.6
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
2 5 4
(254 x
Kolom : 12' WF 12 x 12
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hendak direncanakan suatu sambungan puncak rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 5.34 x 107 Nmm (+); Vux= 29308.61 N (↑); Muy = 1.30 x 107 Nmm (-);
Vuy= 4271.46 N (tegak lurus gambar); Hu = 34817.81 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang dapat
dilihat pada Lampiran 17
Karena rafter bersudut 160 terhadap horizontal, maka beban aksial dan geser akan di uraikan ke
horizontal dan vertikal sehingga:
Vux-y = Vux cos 740 = 29308.61 cos 740 = 8078.55 N (→)
Vux-x = Vux sin 740 = 29308.61 sin 740 = 28173.2 N (↑)
Hu-y = Hu cos 160 = = 34817.81 cos 160 = 33469.03 N (←)
Hu-x = Hu Sin 160 = = 34817.81 sin 160 = 9597.09 N (↑)
Jadi beban rencananya adalah :
Hu = Vux-y - Hu-y = 8078.55 – 33469.03 = 25390.48 N (←)
Vux = Vux-x + Hu-x = 28173.2 + 9597.09 = 37770.33 N (↑)
Vux-x
Hu-x Vux
Mu-y
Vux-y
Hu-y Mu-x
Hu
Vu-y
10 Raf
W F 10 x .17 mm) (254
x 254 ter : 10' W
' 4
r : 10 4x1 x 8.6 F
Rafte 254 x 8.6 4 x 1 10 x 10
4.17
x
(254 mm)
Jenis sambungan:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Sambungan adalah sambungan puncak rafter, menghubungkan dua profil dari satu rafter.
Sambungan menggunakan media sambung: pelat ujung. Rafter adalah dari profil 10‟ WF 10 x 10,
dengan mutu fy = 400 MPa. Data dimensi profil ditunjukkan Tabel K-1 Pelat sambung badan dan
pelat sambung sayap, masing-masing adalah pelat baja dengan tebal 10 mm, dari mutu fy = 400
MPa.
Tabel K-1. Data Dimensi 10’ WF 10 x 10
10’ WF 10 x 10(72.92 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
1.14 x 3.87 x 8.95 x 3.05 x
254 254 8.64 14.17 12.7 9290 110.5 64.5
108 107 105 105
Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:
Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1. Ujung rafter ke pelat sambung ujung; konektor las dari mutu fy = 400 MPa.
2. Pelat ujung rafter yang satu ke pelat ujung rafter berikutnya.; konektor baut dari mutu fy = 400
MPa.
Konektan - konektan dan daerah sambung dari sambungan yang hendak direncanakan ditunjukkan
dalam Gambar K-12
x 10 ) (254 Rafter :
' W F 10 4.17 mm x 254 1
x 8.6 0' WF 10
r : 1 0 4 x 1 4x1 x
Rafte 254 x 8.6 4.17 10
mm)
54 x
(2
(a)
0x1
0
m) (254 Rafter :
1 0 ' WF 1 x 14.17 m x 254 1
x 8.6 0' WF 10
r: 4
Rafte 254 x 8.6 4x1 x
4.17 10
x mm)
(254
(b)
Gambar K-12 Konektan dan Daerah Sambung dari Sambungan Puncak Gabel
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
265 mm
180 mm
100 mm
1 0 x 10 mm)
F
r : 1 0' W 4 x 14.17 254 mm
Rafte 254 x 8.6 A
x
(254
Gambar K-13. Usulan Dimensi dan Letak Badan Las pada Daerah Sambung-1
(Catatan: pengusulan panjang badan las harus dilakukan dengan memperhatikan ruang
tempat las yang tersedia dan yang dimungkinkan oleh dimensi bagian-bagian konektan).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana teknik sipil dipakai dalam perencanaan
ini. Las badan ditugaskan memikul Muy = 1.30 x 107 Nmm, las sayap bagian dalam
ditugaskan memikul Mux = 5.34 x 107 Nmm dan las sayap bagian luar ditugaskan memikul
Vux = 37770.33 N dan Vuy = 4271.46 N
a) Las sayap bagian luar
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-2 . Dengan demikian maka:
38011.10) = 19005.55 N
( ) ; dengan a adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas dan
las sayap bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-13 di
atas.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( )
Dengan L adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas dan las sayap
bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-13 di atas.
Ru = 19005.55 N
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 254 x (0.6 x 370)
Ru = 19005.55 N ≤ 422910 N
[memenuhi formula desain]
b) Las sayap dalam
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada a):
Ru = N;
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 200 x (0.6 x 370)
N ≤ 333000 N
[memenuhi formula desain]
c) Las badan rafter;
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada (a):
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Ru = 4.34 x 104 N;
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 180 x (0.6 x 370)
4.34 x 104 N ≤ 299700 N
[memenuhi formula desain]
Semua badan las memenuhi formula desain yang disyaratkan, maka usulan rancangan
las untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 pada tahap „mendokumentasikan hasil perencanaan‟.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
A
B B 65 mm
C C 77 mm 285 mm
B B 65 mm
x 10 )
' W F 10 4.17 mm
r : 1 0 4 x 1 131 mm
Rafte 254 x 8. 6
x A 61 mm 61 mm
(254
100 mm 100 mm
254 mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Maka Vd = √ √
∑
Gaya tarik maksimum pada baut (F1) :
[ ]
Terdapat dua baut pada taraf 1 (h = 77 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu baut
pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-x)
F1-x.ki = (1/2) x = 346753,24 N
- Gaya tarik baut maksimum (F1-y) akibat Muy = 1.30 x 107 Nmm
[ ]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Terdapat tiga baut pada taraf 1 (h = 131 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-y)
F1-y.ki = (1/2) x = 49798.40 N
Gaya tarik total maksimum pada baut (Td) adalah:
Td = TdH + F1-x.ki + F1-y.ki = (-6347.62) + 346753,24 + 49798.40 = 453957.55 N
Karena Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah „baut kombinasi geser-
tarik‟.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan.
- Persamaan 13.2-4
Vu = √ √ N
Φf = 0.75
n = 4; (jumlah baut adalah empat buah)
r1 = 0.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI „2002 (13.2.2.1).
m = 1; (jumlah bidang geser adalah satu).
Diperoleh :
Ab = 1/4 x 3.14 x 212 = 346.19 mm2
Tu / n = 1134889.39 N
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
437.10 ≤ 621
[memenuhi persamaan 13.2-5 dan 13.2-6].
- Kekuatan Tumpuan Baut; persamaan 13.2-7
Formula desain untuk kuat tumpu adalah:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Ada di autocad
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hendak direncanakan suatu sambungan puncak rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 8.88 x 107 Nmm (+); Vux= 12133.8 N (↓); Muy = 4.06 x 106 Nmm (+);
Vuy= 1603.02 N (tegak lurus gambar); Hu = 34817.24 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang
dapat dilihat pada Lampiran 20
Vux
Vuy Nu
Mu-x
Mu-y
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Daerah Sambung 2
Daerah Sambung 1
Daerah Sambung 2
2. Mendesain.
2.1 Daerah Sambung-1: Ujung rafter ke pelat ujung, konektor: baut
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: Pada setiap ujung, konfigurasi terdiri dari dua baris baut masing-masing terdiri
dari tiga baut (n = 6). Karena terdapat pelat sambung badan sebelah-menyebelah badan
profil, setiap baut memiliki dua penampang (bidang geser) (m=2). Semua baut berdiameter
16 mm. Daerah sambung-1 dapat dipahami dengan mengamati Gambar K-18. Usulan
konfigurasi baut untuk daerah sambung ini ditunjukkan Gambar K-19
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
diautocad
Gambar K-19. Tampak Depan Sambungan menunjukkan Konfigurasi Baut Usulan-1 pada
Daerah Sambung-1
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan Mu menyebabkan gaya tarik
Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan Nu menyebabkan gaya geser Vd pada setiap
baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut berkarakteristik „baut
kombinasi geser tarik‟.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana struktur teknik sipil dipakai dalam
perencanaan ini. Daerah sambung badan ditugaskan memikul Vux = 12133.8 N Nmm dan Muy =
4.06 x 106 Nmm, sedang daerah sambung sayap ditugaskan memikul Mux = 8.88 x 107 Nmm dan
Vuy = 1603.02 N. Pembebanan pada baut di daerah sambung-1 diuraikan oleh Gambar K-20 dan
Gambar K-21 Perhatikan bahwa karena Vu bekerja eksentris terhadap pusat konfigurasi baut
(Gambar K-20) maka pada konfigurasi ini, bekerja pula Mv (Gambar K-21) akibat Vu yang
besarnya adalah Vu.e. Pembebanan pada baut di daerah sambung-2 diuraikan oleh Gambar K-26,
Gambar K-27 dan Gambar K-28. Perhatikan bahwa beban Vuy di bebankan pada sayap bagian atas
dan bawah dari profil, sehingga digantikan dengan 1 buah momen torsi (Ty) yang besarnya adalah
(½ Vuy).e dan satu buah beban geser (Vpy) yang besarnya sama dengan (½ Vuy), beban-beban ini
bekerja seperti pada Gambar K-26. Beban torsi Ty bekerja pada masing-masing sayap profil saling
berlawanan, hal ini meniadakan beban torsi Ty dan tersisa beban Vpy dan Fp yang bkerja pada
masing-masing sayap profil (Gambar K-27), karena Vpy bekerja eksentris terhadap pusat
konfigurasi baut (Gambar K-27) maka pada konfigurasi ini, bekerja pula Mvpy (Gambar K-28)
akibat Vpy yang besarnya adalah Vu.e.
Vux
Mu-y
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Beban-beban maksimum yang timbul pada baut akibat pemebebanan daerah sambung ini adalah
VdN, VdVu dan dan VdM yang ditunjukkan Gambar K-22 dan Gambar K-23, dan diuraikan di
bawah ini:
Vux
Nu
Mv
Mu-y
118.75 mm
(a)
Nu
Nu Muy
Hp
(b)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Vux
VdM v6
Vd vux Nu
Mv
VdM h6
Vd Nu
112.50 mm
Gambar K-22. Pembebanan Daerah Sambung-1 Menunjukkan Komponen-Komponen Beban pada
Baut No. 6
Vux
VdM v6
Vd vux Nu
Mv
VdM h6
Vd Vd Nu
112.50 mm
Gambar K-23. Tampak Depan Daerah Sambung-1 Menunjukkan Beban Geser Maksimum pada
Baut no. 6
(a) VdN, gaya geser baut akibat beban aksial akibat konversi Muy = 4.06 x 106 Nmm. Besarnya
kopel gay akibat Muy,
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Nu = Muy/hp = 4.06 x 106 / (d + 0.5 tp + 0.5 tp) = 4.06 x 106 / (8.64 + (0.5 x 10) + (0.5 x 10))
= 4.06 x 106 / 18.64 = 217811.16 N
Nu = 217811.16 N = ►VdN =
(c) VdM, gaya geser baut akibat momen MV yang ditimbulkan gaya geser Vu = 12133.8 N. Besar
Mv, dengan demikian, adalah:
Mv = Vu.e = 12133.8 x 112.5 = 1365052.5 Nmm
Tabel K-3. Gaya Geser Baut yang Ditimbulkan Mv
No xi yi VdMH VdMV
xi2(mm2) yi2(mm2)
Baut (mm) (mm) (N) (N)
1 75 40 5625 1600 5687.72 4550.175
2 0 40 0 1600 5687.7188 0
3 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
4 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
5 0 40 0 1600 5687.7188 0
6 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
Jumlah 22500 9600
Pemeriksaan atas konfigurasi baut yang ditunjukkan Gambar K-22 dan Gambar K-23
menunjukkan bahwa gaya geser maksimum Vd terjadi pada baut no. 6. Gaya geser vertikal,
VdMV4, yang ditimbulkan Mv pada baut no. 6 adalah:
∑
m = 2 ► VdMV6
m= 2 ► = (0.5 x 4550.175) = 2275.088 N
m = 2 ► VdMH6
m= 2 ► = (0.5 x 5687.7188) = 2843.859 N
dan gaya geser horizontal pada baut yang sama, VdMH6, yang ditimbulkan Mv adalah :
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
sambung ini akan diperiksa menggunakan formula rancang bagi baut dalam geser berikut ini:
Øf = 0.75
r1 = 0.5 (Baut tanpa Ulir Pada Bidang Geser)
= 370 MPa
Ab = ¼ π d2 = ¼ x 3.14 x 162 = 200.96
21246.4 N ≤ 0.75 x 0.5 x 370 x 200.96
21246.4 N ≤ 27883.2 (OK) [memenuhi SNI „2002 (13.2-2)].
Baut cukup kuat terhadap beban, sebagaimana terlihat dari rasio beban terhadap
kekuatan adalah
Zx-plat badan = (1/6)(2)Tpelat badan (h2 pelat badan) =(1/6)2x 10 x 1802 = 9000 mm3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Total tegangan aksial σ total yang dipikul penampang pelat badan adalah:
(ii). Daerah sambung-2: Sayap profil ke pelat sambung sayap. Konektot baut.
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: Pada setiap ujung, konfigurasi terdiri dari dua baris baut masing-masing terdiri dari 4
baut (n = 8. Akan digunakan dua pelat sayap, pelat sayap luar dan pleat sayap dalam, masing-
masing pada pada sambungan sayap atas dan sambungan sayap bawah, maka jumlah bidang
geser baut adalah 2 (m = 2). Semua baut berdiameter 16 mm. Daerah sambung-2 dapat dipahami
dengan mengamati Gambar K-18. Usulan konfigurasi baut untuk daerah sambung ini
ditunjukkan Gambar K-24 dan Gambar K-25.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Di autocad
Gambar K-24. Potongan B-B dari Gambar K-19,
Menunjukkan Usulan Konfigurasi Baut Pelat Sayap Luar
Di autocad
Gambar K-25. Potongan C-C dari Gambar K-19, Menunjukkan Usulan Konfigurasi Baut
Pelat Sayap Dalam
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Kepada daerah sambung ini juga ditugaskan untuk memikul Vuy = 1603.02 N, beban ini di
konversi menjadi sebuah momen torsi Ty yang besarnya adala (1/2 Vuy).e dan sebuah
gaya geser Vpy yang besar (1/2 Vuy) (Gambar K-26), sehingga besar masing-masing gaya
pada masing-masing sayap adalah
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Vpy Fp
Ty
e
Hp
Vuy
Mu-x
Fp e
Vpy Ty
Gambar K-26. Pembebanan Kopel Gaya Fp oleh Mux Dan Konversi Gaya Vuy Menjadi Momen Torsi
Ty Dan Gaya Geser Vpy pada Daerah Sambung-2
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
70 mm Vpy
Vd M h12
254.00 mm
57 mm Fp
Vdpy
57 mm Mvpy Vd VdM h12
VdFp
70 mm
143.14 mm
70 mm Vpy
Vd M h12
254.00 mm
57 mm Fp
Vdpy
57 mm Mvpy Vd VdM h12
VdFp
70 mm
143.14 mm
Gambar K-28 Pembebanan Daerah Sambung-2 Menunjukkan Beban Momen Terpusat Yang Timbul
Akibat Eksentrisitas Vpy Terhadap Pusat Konfigurasi Baut Dan Komponen-Komponen Beban pada
Baut no.8
Karena pada pusat konfigurasi baut terbebani beban Mvpy, Vpy, dan Fp, maka akan di cari
baut yang memikul gaya geser paling besar, sehingga
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
∑ ∑
m = 2 ► VdMV8
m= 2 ► = (0.5 x 428.93) = 214.465 N
m = 2 ► VdMH8
m= 2 ► = (0.5 x 421.55) = 210.775 N
dan gaya geser horizontal pada baut yang sama, VdMH5, yang ditimbulkan Mv adalah :
√ √ N
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Øf = 0.75
r1 = 0.5 (Baut tanpa Ulir Pada Bidang Geser)
= 370 MPa
Ab = 0.25 x 3.14 x 16 2
Ab = 200.96 mm2
23147.3 ≤ 0,75 x 0,5 x 370 x 200.96
23147.3 ≤ 27883.2 OK.
Baut cukup kuat terhadap beban, sebagaimana terlihat dari rasio beban terhadap
kekuatan adalah
Øf = 0.75
db = 16 mm
tp = 14.17 mm
fu =370 MPa
Vd ≤ 2,4 x 0,75 x 16 x 14.17 x 370
23147.3 ≤ 150996 ...OK.
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI „2002 persamaan 13.2-7)].
5. Memeriksa kecukupan kekuatan pelat sambung sayap.
Gaya kopel Fp = N dan mengakibatkan tegangan tarik/tekan pada penampang
pelat sambung sayap. Tegangan tarik σFp yang timbul pada penampang pelat sambung
sayap adalah:
Aefektif_pelat_sambung_sayap_luar = 1680 mm
Aefektif_pelat_sambung_sayap_dalam =
Aefektif_pelat_sambung_sayap_dalam = 1280 mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
σFv tidak melampaui kekuatan tarik pelat sambung sayap = 400 MPa. Dengan demikian
maka pelat sambung sayap cukup kuat untuk memikul beban-beban sambungan yang
dibebankan kepadanya. Karena memenuhi semua persamaan kekuatan dan tata letak yang
disyaratkan maka usulan sambungan baut untuk daerah sambung-2 dapat dipakai.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
diautocad
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hendak direncanakan suatu sambungan kolom - rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 1.72 x 108 Nmm (-); Vux= 38857.26 N (↓); Muy = 5.65 x 107 Nmm (-);
Vuy= 27900 N (tegak lurus gambar); Hu = 43490.55 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang
dapat dilihat pada Lampiran 17
Karena rafter bersudut 160 terhadap horizontal, maka beban aksial dan geser akan di uraikan ke
horizontal dan vertikal sehingga:
Vux-y = Vux cos 740 = 38857.26 cos 740 = 10710.51 N (→)
Vux-x = Vux sin 740 = 38857.26 sin 740 = 37351.99 N (↓)
Hu-y = Hu cos 160 = 43490.55 cos 160 = 40867.7 N (←)
Hu-x = Hu Sin 160 = 43490.55 sin 160 = 14874.6 N (↓)
Jadi beban rencananya adalah :
Hu = Vux-y - Hu-y = 10710.51 – 40867.7 = 30157.19 N (←)
Vux = Vux-x + Hu-x = 37351.99 + 14874.6 = 52226.59 N (↓)
0
0x1
10 ' WF 1 4.17 mm)
Vux r: 1
Rafte x 8.64 x
4 x 254
(25
Mu-y Vux-y
Hu-y
Hu
Vux-x
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
Mu-x Hu-x
Vu-y
Kolom : 12' WF 12 x 12
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
0
0 x 1 m)
WF 1 m
f te r : 10' x 14.17
Ra 8.64
x 2 54 x
(254
0
0 x 1 m)
WF 1 m
f ter : 10' x 14.17
Ra 8.64
x 2 54 x
(254
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
Kolom : 12' WF 12 x 12
Kolom : 12' WF 12 x 12
(a) (b)
Gambar K-31 Konektan dan Daerah Sambung dari Sambungan Puncak Gabel
(a) Daerah sambung-1: Konektan Las
(b) Daerah sambung-2: Konektan Baut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
2. Mendesain.
2.1 Daerah Sambung-1: Ujung rafter ke pelat ujung, konektor: las
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.
- Las sayap bagian luar: 2 badan; las sudut.
- Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing 2 segmen; las sudut.
- Las badan balok: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjang las (Lt).
a) Las sayap bagian luar:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt = 254 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002 (13.5.3.5).
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 80 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002
(13.5.3.5). Ada empat segmen sehingga,
Lt = 4 x 80 = 320 mm.
c) Las badan tafter:
tt = 31 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI
„2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 150 mm > 4tt = 4(31) = 124 mm; ► memenuhi SNI „2002
(13.5.3.5). Ada dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 150 = 300 mm
Usulan tebal dan panjang las, serta posisi las pada daerah sambung-1 ditunjukkan
dalam Gambar K-32
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
x 10
' W F 10 7 mm)
r:1 0 14.1
Rafte x 8.64 x
x 254
(254
180 mm
465.49 mm
494 mm
100 mm
180 mm
254 mm
307 mm
Gambar K-32. Usulan Dimensi dan Letak Badan Las pada Daerah Sambung-1
(Catatan: pengusulan panjang badan las harus dilakukan dengan memperhatikan ruang
tempat las yang tersedia dan yang dimungkinkan oleh dimensi bagian-bagian konektan).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana teknik sipil dipakai dalam perencanaan
ini. Las badan ditugaskan memikul Muy = 5.65 x 107 Nmm, las sayap bagian dalam
ditugaskan memikul Mux = 1.72 x 108 Nmm dan las sayap bagian luar ditugaskan memikul
Vux = 52226.59 N dan Vuy = 27900 N
(Catatan: Pada kasus ini karena Hu bekerja menekan titik buhul maka tidak ada badan las
yang di bebani Hu. Jika ada kemungkinan Hu bekerja bolak balik (tarik atau tekan),
misalnya pada kasus struktur baja yang di bebani beban gempa, maka Hu yang berarah ke
luar titik buhul (tarik) harus ditugaskan kepada salah satu badan las)
a) Las sayap bagian luar
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
( )
( ) ; dengan a adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas
dan las sayap bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-32 di
atas.
( )
Dengan a adalah jarak antar las badan, sebelah menyebelah, sehingga dengan las badan
dengan sudut 450 diperoleh
a = (((Tt/sin 450)/3) x 2) + d
a = (((31/sin 450)/3) x 2) + 8.64 = 37.87
jarak a ini dapat di lihat pada Gambar K-33 berikut
Pelat Badan
Profil WF
37.87 mm
Gambar K-33 Jarak Antara Las Badan Profil
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
A
10
64 mm
10 x mm) B B
' WF 7 65 mm
af ter : 10 4 x 14.1
R 8 .6
x 254 x
(2 5 4 C C 77 mm
564 mm
B B 65 mm
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
Kolom : 12' WF 12 x 12
B B 61 mm
C C 63 mm
B B 61 mm
71 mm
A
A 74 mm 74 mm
65 mm 65 mm
307 mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Maka Vd = √ √
∑
Gaya tarik maksimum pada baut (F1) :
[ ]
Terdapat empat baut pada taraf 1 (h = 257 mm), maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-x)
F1-x.ki = (1/4)x = 105764.89 N
- Gaya tarik baut maksimum (F1-y) akibat Muy = 5.65 x 107 Nmm
∑
Gaya tarik maksimum pada baut (F1-y) :
[ ]
Terdapat dua baut pada taraf 1 (h = 149 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-y)
F1-y.ki = (1/2) x = 189597.323 N
Gaya tarik total maksimum pada baut (Td) adalah:
Td = TdH + F1-x.ki + F1-y.ki = (-3769.65) + 105764.89 + 189597.323 = 291592.55 N
Karena Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah „baut kombinasi geser-
tarik‟.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan.
- Persamaan 13.2-4
Vu = √ √ N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Φf = 0.75
n= 8; (jumlah baut adalah delapan buah)
r1 = 0.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI „2002 (13.2.2.1).
m= 1; (jumlah bidang geser adalah satu).
Diperoleh :
Ab = 1/4 x 3.14 x 202 = 314 mm2
Tu / n = 139914.70 N
Maka :
ft ≥ ((139914.70) / (0.75 x 314 x 8 ))
ft ≥ 154.77 N/mm2
Persamaan 13.2-6
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Gambar di autocad
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Hendak dirancang suatu sambungan tapak yang dibebani beban-beban sambungan sebagai berikut:
Mux = 3.59 x 108 Nmm ; Vu= 43490.55 N; Nux= 76947.41 N ;
Muy = 5.65 x 107 Nmm ; Nuy= 27900 N
Nu = √ √ 81849.34 N
Nila Mu, Vu, dan Nu diatasdiperoleh darihasil analisa menggunakan SAP2000 v.14 pada
perhitungan Struktur utama (Kolom),yang dapat dilihat pada point atau pada Lampiran 17
Sambungan dan beban-bebannya ditunjukkan pada Gambar K-36.
Vu Mu-y
Nu-x
Mu-x
Nu-y
Jenis Sambungan :
Sambungan menghubungkan kaki kolom dengan poor beton dari fondasi tiang pancang
menggunakan pelat tapak. Kolom adalah dari profil 12’ WF 12 x 12 dengan mutu fy= 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Data dimensi profil ini ditunjukkan Tabel K-6. Pelat tapak adalah pelat baja t = 25 mm, fy= 400
MPa.
Tabel K-6. Data Dimensi 12’ WF 12 x 12
12’ WF 12 X 12 (126.5 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
Mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
3.28 x 107 x 2.05 x 6.92 x
307 318 12.57 20.22 15.2 17460 137.2 78.2
108 108 106 105
Daerah Sambung 1
Daerah Sambung 2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
2 Mendesain.
2.1 Daerah sambung-1: Ujung bawah kolom dengan pelat tapak; konektor las.
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.
a) Las sayap bagian luar: 2 badan; las sudut.
b) Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing badan terdiri dari 2 segmen; las
sudut.
c) Las badan kolom: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjang las (Lt).
a) Las sayap bagian luar:
tt = 22 mm; ► las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.5)
Lt = 307 mm > 4tt = 4(22) = 88 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.3). Las terdiri dari dua segmen. Segmen yang satu
ditempatkan di bagian dalam satu pihak sayap dan segmen yang lain di bagian dalam
pihak yang lain dari sayap. Lt satu segmen = 125 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ►
memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
Ada dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 125 = 250 mm.
c) Las badan kolom:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.3)
Lt = 220 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru.
Las sayap ditugaskan memikul Mux = 3.59 x 108 Nmm dan Muy = 5.65 x 107 Nmm dan las
badan ditugaskan memikul Hux= 76947.41 N dan Huy = 27900 N. (Catatan: Pada kasus ini,
karena Vu dianggap hanya bekerja vertikal ke bawah maka tidak ada badan las yang
dibebani Vu. Jika ada kemungkinan Vu bekerja bolak balik (↑ atau ↓), misalnya pada kasus
struktur baja yang dibebani beban gempa, maka Vu yang berarah ke atas (↑) harus
ditugaskan kepada salah satu badan las).
a) Las sayap bagian luar;
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-31, maka:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
210717.2 N
c) Las badan;
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-6, maka:
Ru = N
Φf = 0.75
fw = min (fu ; fuv)
fw = min (370 ; 370) = 370 MPa
f 0,75
Lt = 307
Maka :
Ru < 0.75 x 22 x 307 x (0.6 x 370)
1060528 < 1124541 (OK)
b) Las sayap bagian dalam
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut (pers. (3) pada hand-out 43)
dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain adalah:
Ru = 210717.2 N
Φf = 0.75
fw = min (fu ; fuv)
fw = min (370 ; 370) = 370 MPa
f 0,75
Lt = 125
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Ru = N;
Φf = 0.75
Lt = 220 mm
fw= min (fu ; fuw)
= min (370 ; 370)
= 370 mm
Maka :
Ru < 0.75 x 10 x 220 x (0.6 x 370)
Ru = < 366300 N (OK)
Semua badan las memenuhi formula desain yang disyaratkan maka usulan rancangan las
untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 padatahap ‘mendokumentasikan hasil perencanaan’.
2.2 Daerah Sambung-2: Pelat tapak ke poor fondasi, konektor: baut jangkar
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: konfigurasi terdiri dari 2 lajur baut jangkar, masing-masing lajur terdiri dari
enam baut (n = 16), seperti ditunjukkan Gambar K-38. Semua baut jangkar berdiameter 21
mm.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
60 mm
80 mm
65 mm
33 mm 443 mm
65 mm
80 mm
60 mm
182 mm 182 mm
64 mm 117 mm 65 mm
65 mm 53 mm 65 mm 65 mm
65 mm 52 mm
611 mm
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
2. Menentukan karakteristik baut jangkar.
Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan Mu menyebabkan gaya
tarik Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan Hu menyebabkan gaya geser Vd
pada setiap baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut
berkarakteristik ‘baut kombinasi geser tarik’.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
a) Gaya tarik Td akibat beban momen Mux = 3.59 x 10 8 dan Muy = 5.65 x 107 Nmm
Gaya tarik maksimum pada baut (F1);
∑
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Terdapat dua baut jangkar pada taraf 1 (h = 481 mm) dalam arah sumbu-x, maka gaya tarik
untuk salah satu bautjangkar pada taraf ini (misalnya yang di sebelah depan atau di sebelah
belakang) (F1x) sedangkan terdapat 4 baut jangkar pada taraf 1 (h = 323 mm) dalam arah
sumbu-y, maka gaya tarik untuk salah satu baut jangkar pad taraf ini (F1y) adalah:
[ ]
[ ]
b) Gaya geser baut (Vd) akibat Hux= 76947.41 N dan Huy = = 27900 N
[ ]
[ ]
√ √
Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah ‘baut kombinasi geser-tarik’.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut, kekuatan tumpuan baut, kekuatan penjangkaran
baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan - persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan,
yaitu persamaan 13.2-4 dan persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
a) Persamaan 13.2-4
Vu
f uv r1 f f ub m
nAb
Φf = 0,75
r1 = 0,5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI ‘2002 (13.2.2.1).
m = 1; (jumlah bidang geser adalah satu)
Maka :
0.9 < 138.75 N [memenuhi persamaan 13.2-4]
b) Persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Diperoleh :
Dengan :
Ab = 346.19 mm2
Maka :
Persamaan 13.2-6 :
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
baja yang lain, baut pada sambungan tapak memikul beban, selain dengan cara
mengerahkan kekuatan material penampangnya, juga dengan cara ‘menjangkar’ pada
fondasi beton atau bagian struktur yang lain (maka dinamai ‘baut jangkar’). Dengan
demikian maka kekuatan penjangkaran juga adalah limit state untuk konfigurasi baut
pada sambungan tapak. Atas pertimbangan ini maka usulan konfigurasi baut jangkar
pada sambungan tapak harus diperiksa terhadap kekuatan penjangkarannya.
d) Kekuatan penjangkaran baut.
Kekuatan penjangkaran baut jangkar bergantung pada kuat lekat antara permukaan
batang baut dengan permukaan dinding lubang baut pada fondasi beton.
Limit state ini dapat dinyatakan dalam konteks LRFD sebagai berikut :
Jd ≤ Jn
dengan Jd adalah gaya ‘cabut’ pada baut dan Jn adalah kuat jangkar baut. Kuat jangkar
baut dapat dijabarkan sebagai :
Jn = Awfbond
Aw adalah luas selimut batang baut. Untuk baut berpenampang bundar.
Aw = dbLj
dengan db (mm) adalah diameter baut jangkar dan Lj adalah panjang penjangkaran dari
baut
jangkar (mm). fbond adalah kuat lekat antara selimut batang baut jangkar dengan dinding
lubang baut pada fondasibeton. Untuk kepentingan praktis fbond diaproksimasi sebagai
sepersepuluh mutu materi fondasi beton. Untuk sambungan ini, untuk usulan panjang
penjangkaran Lj = 800 mm:
Aw = π x (21) x 800
= 52752 mm2
1 1
f bond f c (30) 3 MPa
10 10
Sehingga :
Jn = Awfbond
Jn = 52752 x 3
= 158256 N
Gaya cabut pada baut jangkar Jd adalah :
Jd = Td = 139986 N
Untuk memastikan kekuatan penjangkaran baut :
Td ≤ Jn
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Kolom : 12' WF 12 x 12
Nu-y
ff
Mu-y Mu-y Lt
Vu Nu-x Vu
Nu-x Mu-x
Mu-x
ff q footplate q footplate
Nu-y
membebani pelat tapak dari bawah dapat dianggap secara konservatif sebagai suat beban
terdistribusi merata qfootplate yang membebani pelat tapak dari bawah. Untuk pelat tapak
selebar 443 mm, seperti yang diusulkan pada sambungan ini, qfootplate adalah:
Perhatikan bahwa dalam peninjauan ini, pelat tapak dapat diidealisasikan sebagai balok
yang berperletakan sendi pada ujung-ujung sayap kolom (Gambar K-39 (c)), maka beban
lentur maksimum pada pelat tapak adalah
1
M u _ footplate qu _ footplateL12
12
Untuk sambungan yang sedang direncanakan dengan kolom dari 12’ WF 12 x 12
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
L1 = H – d
= 318 – 12.57
= 305.43 mm
M n _ footplate Z footplate f y
Mn_footplate = x 400
= 36178333.33 Nmm
Untuk memastikan kecukupan kuat lentur pelat tapak:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Di autocad