You are on page 1of 206

Format T1

TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

A. DESAIN ORGANISASI STRUKTUR BANGUNAN.

Berdasarkan data umum bangunan maka direncanakan bangunan dengan denah sebagai berikut :
Pengaku
Dinding Memanjang

A B C D E
6

10.00 m
Gudang Kantor Kantor Gudang
5

10.00 m
Rafter
4

50.00 m
10.00 m
Kolom
3

Pengaku

10.00 m
Dinding Melintang
2

10.00 m
1

17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

70.00 m

KETERANGAN :

: Pintu jenis roll-up

: Titik Lampu

Gambar A-1. Denah Organisasi Struktur Bangunan


Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

Bangunan direncanakan untuk housing dan perawatan 2 pesawat jenis N-250 yang hendak dibangun
di Lanudal El-Tari (dapat dilihat pada Lampiran 1), dengan data pesawat sebagai berikut :
 Panjang pesawat : 28.15 m
 Wing span ( lebar pesawat dari ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan) : 28.0 m
 Tinggi pesawat : 8.78 m

Luas area bangunan adalah 70 m x 50 m. Karena dengan pertimbangan wing span pesawat 28
m maka tiap bentang ruang hanggar adalah 35 m dengan daerah aman (clearance) batas untuk
pesawat dengan wing span 28 m adalah 3.5 m pada tiap sisi pesawat. Dengan luas area 70 m maka
diperoleh 2 bentang sebagai tempat pesawat dan ruangan sebagai kantor direncanakan berukuran
17.5 m x 10 m serta ruang penyimpanan peralatan suku cadang pesawat direncanakan berukuran 17.5
m x 10 m, pada masing-masing bentang. Masing-masing gudang memiliki 2 pintu dengan
pertimbangan jika ada pesawat dalam hangar maka container pembawa suku cadang bisa
mengantarkan barang melalui pintu belakang hanggar. Pintu berada di belakang karena area yang di
belakang hanggar masih kosong dan area ini masih merupakan area milik pemili proyek (owner).
Masing- masing kantor dan gudang direncanakan menggunakan sistem AC agar menjaga suhu
peralatan.
Pesawat direncanakan masuk dan keluar hanggar hanya 1 arah dengan menggunakan bantuan
Aircraft Tow Tractor. Hanggar tidak memiliki pintu di depan, dibiarkan terbuka saja karena area ini
mempunyai security system yang sangat ketat, jadi keamanannya terjamin walau tidak mempunyai
pintu.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

a. Struktur Utama (Primer)

Jenis struktur utama yang dipilih dalam perencanaan hanggar ini adalah rangka gebel dua
bentang dengan konsol.

Rafter Gebel

5.02 m
16°

10.00 m
Kolom

35.00 m 35.00 m

Gambar A-2. Idealisasi Struktur Utama

Struktur yang paling cocok untuk pendirian bangunan hangar pesawat adalah struktur gebel.
Dalam perencanaan kapasitas penampungan dua pesawat didirikan struktur gebel dua bentang yang
memiliki pemanfaatan ruang yang lebih maksimal sehingga gebel dua bentang dengan konsol
dianggap paling cocok untuk pembangunan hanggar perbaikan pesawat. Selain itu alasan
pemilihannya karena berdasarkan data umum yang diberikan pemilik, kemiringan penutup atap 16o
seperti yang terlihat pada gambar A-2. Jumlah gebel tiap bentang yang dibutuhkan untuk konstruksi
ini adalah total dua bentang gebel yaitu 70 m, dengan tinggi struktur utama di bagian tengah
mencapai 15,02 m dengan pertimbangan tinggi pesawat rencana adalah 8,78 m sehingga mempunyai
jarak aman 6,24 m.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

b. Struktur Pendukung (Sekunder)


Struktur pendukung terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
1. Struktur Dinding Memanjang

Jenis struktur yang digunakan pada struktur dinding memanjang adalah portal
memanjang yang merupakan gabungan dari kolom gebel dengan memiliki gird horisontal seperti
yang terlihat dalam gambar A-3.

Depan Belakang

5.00 m

5.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

Gambar A-3. Idealisasi Struktur Dinding Memanjang (Portal Memanjang)

Untuk keseluruhan bangunan terdapat dua struktur memanjang, yang satu dinding memanjang kiri
dan yang lain pada dinding memanjang kanan bangunan. Keseluruhan bentang portal memanjang ini
adalah 50 meter, terdiri dari 5 modul yang masing-masing berbentang 10 meter. Semua gird
horizontal dipasang saling berjarak 5 meter.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

Struktur Dinding Melintang


Jenis struktur untuk struktur pengaku dinding melintang adalah gird vertikal dan gird
horisontal seperti yang terlihat dalam gambar A-4.

5.02 m
16°

10.00 m
PINTU PINTU PINTU PINTU

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

Gambar A-4. Idealisasi Struktur Dinding melintang.

Gird vertikal dipasang dengan jarak 5 m dan gird horizontal berjarak 2.5 m, direncanakan
dimensi pintu 5 m x 5 m agar kontainer pembawa suku cadang dapat masuk. Dimensi kontainer
(dapat dilihat pada Lampiran 3).
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

2. Struktur Pengaku Atap


Struktur sekunder yang digunakan pada atap adalah gording, sagrod dan ikatan angin seperti
yang diperlihatkan gambar A-5

Gording Rafter Gording Bagian


Tepi Gebel Bubungan Belakang

5.00 m
5.00 m
2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m

Bagian
Depan
Gambar
Gambar A-5.Idealisasi Struktur
A-5.Idealisasi Struktur Pengaku
Pengaku Atap Atap.

m
0.71
.50 m
.5 0 m 2
m 2
m 2.50
2.50
5.02 m
m
m 2.50 Gording
2.50
16°

m
2.50

2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m


0.68 m

Gambar A-6 : Proyeksi datar Jarak Gording


Gording diletakkan di atas rafter gebel dua bentang dengan jarak antar gording 2.5 m dengan
menggunakan penutup atap yang sama dengan dinding pengisi yaitu jenis plat bondek dengan ukuran
1 x 5.8 m dengan ketebalan 0.75 mm (dapat dilihat pada Lampiran 2) dan sagrod dipasang berjarak 5
m menghubungkan gording-gording yang bersebelahan. Ikatan angin dipasang menyilang seperti
pada gambar A-5. Dipesan plat bondek dengan ukuran lebar 5.8 m karena sesuai dengan tinggi profil
yang akan digunakan untuk gording, dan dibuat kelebihan dalam pemasangan sebesar 20 cm untuk
bagian gording atas dan 20 cm untuk gording bagian bawah agar tidak terjadi kebocoran.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

B. IDEALISASI STRUKTUR, METODA ANALISA STRUKTUR DAN KEBIJAKAN UMUM


PEMBEBANAN.

2.1.Idealisasi Struktur
Struktur bangunan hanggar perawatan pesawat terdiri atas dua jenis yaitu struktur Primer dan
Sekunder. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Idealisasi Struktur untuk Struktur Primer dan
Sekunder Bangunan.
2.1.1. Struktur Utama (Primer)
Struktur primer yang dipilih untuk desain bangunan hanggar pesawat ini adalah Gebel dua
bentang dengan konsol. Struktur Gebel ini diidealisasikan sebagai struktur dengan perletakan jepit
pada setiap kaki kolom dan perletakan jepit pada sambungan rafter - kolom. Idealisasi struktur gebel
dapat dilihat pada gambar B-1.

Rafter Gebel

5.02 m
Konsol

16°

10.00 m
Kolom

35.00 m 35.00 m

Gambar B -1. Idealisasi Struktur Utama

2.1.2. Struktur Pendukung (Sekunder)


Struktur pendukung terdiri dari struktur dinding memanjang (disebut juga portal memanjang),
struktur pengaku atap dan struktur dinding melintang.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

2.1.2.1.Struktur Dinding Memanjang (Portal Memanjang)

Depan Belakang

5.00 m

5.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

Gambar B - 2. Idealisasi Struktur Memanjang (Dilihat dari Samping Kanan Bangunan)

Gambar B-2 menunjukan idealisasi portal memanjang. Portal memanjang adalah struktur
yang bidangnya berorientasi memanjang bangunan dan diideallisasikan sebagai portal yang
diperkaku terhadap beban lateral dan berperletakkan jepit di kaki setiap kolom – kolomnya. Kolom
portal ini adalah kolom portal gebel (struktur utama) sedangkan baloknya (komponen mendatar)
adalah gird horizontal, serta komponen diagonalnya adalah ikatan angin (bracing). Kedua ujung
komponen mendatar (gird horizontal) tersambung secara rigid ke kolom sementara kedua ujung
komponen diagonal (ikatan angin) tersambung secara sendi (pin) ke kolom. Ini membuat komponen
diagonal (ikatan angin) menjadi komponen aksial. Untuk keseluruhan bangunan terdapat 2 struktur
memanjang, yang mana dua pengaku memanjang pada dinding memanjang kiri dan kanan bangunan.
Keseluruhan bentang portal memanjang ini adalah 50 m, terdiri dari 5 modul yang masing – masing
berbentang 10 m dengan jarak antar gebel 10 m, dan semua gird horizontal dipasang saling berjarak
5 m.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

Ikatan Angin
Gird Vertikal

5.00 m
Gird Horisontal

4.80 m

5.00 m
5.00 m 5.00 m
Keterangan :
Ikatan Angin Depan

Ikatan Angin Belakang

Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan, Idealisasi Konektivitas
Ikatan Angin pada Kolom – Kolom Gabel.
Jarak antar kolom 10 m dan jarak antara kolom dan gird vertikal 5 m , jarak antar gird
horisontal 5 m dan ikatan angin dipasang menyilang pada titik pertemuan antara ujung kolom dan
gird horizontal dengan orientasi penampang seperti yang terlihat pada gambar B-3.
Ikatan Angin
Gird Vertikal
5.00 m

Ikatan Angin

Gird Horisontal
4.80 m

5.00 m

5.00 m 5.00 m

Keterangan :
Ikatan Angin Depan

Ikatan Angin Belakang

Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan Idealisasi Konektivitas
Gird Horizontal pada Kolom – Kolom Gabel
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

2.1.2.2. Struktur Pengaku Atap


Struktur pengaku atap adalah struktur yang bidangnya seorientasi dengan bidang atap dan
komponen – komponennya terdiri atas gording, sag-rod (penggantung gording) dan ikatan angin
atap. Gambar B-4 menunjukkan idealisasi salah satu bentang trave struktur ini. Struktur ini
diidealisasikan sebagai rangka batang pada bidang atap, yang berperletakkan sendi pada titik
pertemuan rafter dengan ujung atas kolom – kolom gebel. Batang atas dan batang bawah rangka
tersebut adalah rafter – rafter gabel bersebelahan, batang vertikal adalah gording, batang diagonal
adalah ikatan angin (bracing) atap dan batang mendatar adalah sagrod. Gording pada bidang atap
dipasang saling berjarak 2.5 m (2.4 m pada proyeksi datar) dan sagrod dipasang berjarak 5 m.

Gording Rafter Gording Bagian


Tepi Gebel Sagrod Ikatan Angin
Bubungan Belakang

5.00 m
5.00 m
Arah tiupan Bagian
angin depan Depan

2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m

Gambar B-4.Idealisasi Satu Bentang Trave dari Struktur Ikatan Angin Bidang Atap (Tampak Atas)

Ikatan angin berperletakkan sendi (pin) pada batang atas dan batang bawah sehingga akan
berkelakuan sebagai komponen aksial. Sama seperti pada portal memanjang, pada setiap sel struktur
pengaku atap terdapat dua jenis ikatan angin, yaitu ikatan angin yang bekerja hanya ketika angin
bertiup dari depan bangunan (disebut ikatan angin depan) dan ikatan angin bekerja ketika angin
bertiup dari belakang bangunan (disebut ikatan angin belakang). Ikatan angin depan berorientasi
sedemikian sehingga akan berkelakuan sebagai komponen aksial tarik ketika angin bertiup dari
depan bangunan. Demikian juga ikatan angin belakang ketika angin bertiup dari belakang bangunan.
Dengan demikian, ikatan angin, baik depan atau pun belakang, akan selalu berkelakuan
sebagai komponen aksial tarik. Ketika angin bertiup dari depan bangunan, ikatan angin depan yang
bekerja, sedangkan ketika angin bertiup dari belakang bangunan, ikatan angin belakang yang bekerja.
Gambar B-4 menerangkan tentang hal ini.
Pada pembebanan terhadap sumbu y penampangnya, gording diidealisasikan sebagai balok
pada tiga perletakan, yaitu dua perletakkan sendi pada rafter, dan satu perletakkan kabel pada sagrod,
sedangkan untuk pembebanan terhadap sumbu x penampangnya, gording diidealisasikan sebagai
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

balok bertumpu pada dua perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(a) menunjukkan
idealisasi gording untuk pembebanan terhadap sumbu y penampang dan Gambar B-5(b)
menunjukkan idealisasi gording pada pembebanan terhadap sumbu x penampang.

Sagrod Sebagai
Perletakan Kabel

2.50 m

(c) Sagrod
5.00 m 5.00 m 10.00 m

(a) Gording dalam (b) Gording dalam


pembebanan terhadap sumbu pembebanan terhadap sumbu
y penampang x penampang
Gambar B-5. Idealisasi Struktur Gording dan Sagrod

Sagrod diidealisasikan sebagai komponen aksial tarik. Sambungan sagrod dengan gording di
kedua ujungnya diidealisasikan sebagai perletakkan sendi. Dengan demikian, sagrod diidealisasikan
sebagai komponen aksial dengan perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(c) menunjukkan
idealisasi struktur untuk sagrod.

2.1.2.3. Struktur Dinding Melintang

5.02 m
16°

10.00 m

PINTU PINTU PINTU PINTU

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

Gambar B-6. Idealisasi Struktur Pendukung pada Dinding Melintang


Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

0.72 m

4.30 m

5.00 m

5.00 m

5.00 m
Gambar B-7. Salah Satu Modul dari Struktur Dinding Melintang, menunjuan Idealisasi Perletakkan dan
Ketersambungan (Konektivitas) Gird –Gird

Struktur pendukung pada dinding melintang ditunjukkan Gambar B-6. Struktur ini adalah
struktur portal yang terdiri atas gird horizontal dan gird vertikal. Komponen perimetral struktur ini
adalah rafter dan kolom gebel. Idealisasi perletakkan dan konektivitas gird – gird pada struktur
sekunder dinding melintang ini ditunjukkan Gambar B-7. Gird horizontal berperletakkan sendi di
kedua ujungnya yang bersambung ke gird vertikal. Gird vertikal berperletakan sendi di kedua
ujungnya yang bersambung ke rafter (ujung atas) dan gird horizontal (ujung bawah).

2.2 Metoda Analisa Struktur


Analisa struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam dilakukan dengan menggunakan SAP 2000
versi 14 untuk perhitungan yang rumit sedangkan untuk perhitungan yang sederhana dilakukan dengan
menggunakan perhitungan manual.
2.3 Kebijakan Umum Pembebanan
Pembebanan yang dipikul struktur dan yang akan ditinjau dalam desain ini terdiri dari Beban
Mati (D), Beban Hidup akibat perawatan gedung (La), Beban Hujan (H) dan Beban Angin (W). Beban –
beban lain yang juga dianjurkan untuk diperhatikan oleh SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.2.2 seperti beban
gempa (E) dan beban hidup oleh penggunaan gedung atau beban-beban khusus (L) tidaklah ditinjau.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

Beban gempa tidak ditinjau karena struktur bukanlah struktur tinggi. Karena bukan struktur
tinggi, beban yang timbul pergerakan tanah (gempa) tidak signifikan sehingga dapatlah diabaikan.
Beban penggunaan gedung tidak ditinjau sebab penghunian/penggunaan gedung tidak membebani
komponen – komponen struktur dan juga pemilik bangunan/pemberi tugas telah menginformasikan
bahwa penggunaan gedung tidak menimbulkan beban – beban khusus. (Lihat point 4 pada Lembaran
Penugasan).
Berikut ini adalah penjelasan umum bagaimana setiap beban ditinjau dalam desain ini dan
membebani komponen – komponen struktur.
 Beban Mati (D)
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari bangunan dan/atau unsur bangunan, termasuk
segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. Contoh unsur tambahan
yang dimaksud adalah beban penutup atap yaitu plat bondek yang membebani gording sebagai
beban terbagi merata areal kemudian membebani gording sebagai beban terbagi merata linear
sehingga ditransfer pada sagrod sebagai beban aksial dan juga beban plat yang membebani gird
horizontal sebagai beban terbagi merata linear dan ditransfer pada gird vertical sebagai beban
aksial.
Untuk beban mati akibat berat plat penutup atap yaitu bondek diperoleh dengan berat sebesar
6.95 kg/m2 untuk plat bondek dengan ketebalan 0.75 mm ( dapat dilihat pada Lampiran 2).

 Beban Hidup (La)


Beban hidup adalah semua beban tidak tetap dalam hal ini beban yang ditimbulkan oleh orang
yang berada di atap baik itu petugas pemadam kebakaran dan peralatannya maupun petugas
perbaikan dan perawatan atap. Beban ini dianggap sebagai beban terpusat membebani gording.
Untuk beban hidup dapat dilihat pada lampiran Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
1983 hal 13 (beban hidup pada atap bangunan) pasal 3.2 ayat 1 dimana diperoleh beban hidup
akibat orang yang berada di atap baik itu petugas pemadam kebakaran dan peralatannya maupun
petugas perbaikan dan perawatan atap sebesar minimum 100 kg dengan momen lentur yang di
hasilkan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini :
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

- Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 berat seorang pekerja =
100 kg = 1000 N
- Beban berkerja terpusat dan gording berpeletakan sendi
100 kg

10.00 m
 Beban Hujan (H)
Beban Hujan adalah beban akibat berat genangan dan aliran air hujan pada penutup sebagai
beban merata areal selama turun hujan lebat ke atas bangunan. Kemudian beban ditransfer ke
gording sebagai beban merata linear yang kemudian di transfer pada sagrod sebagai beban
aksial dan sebagai beban terpusat yang diterima rafter. Berikut perhitungan momen lentur
beban hujan:
- Dimana dapat dihitung dengan rumus Peraturan Pembebanan Indoensia Untuk Gedung
1983 pasal 3.2 ayat 2.a yaitu :
(40-0.8)kg/m2 jadi diperoleh (40-0.8.16) = 27,2 kg/m2 = 272 N/m2 karena hasil yang
diperoleh lebih besar dari 20 kg/m2 maka untuk beban hujan digunakan sesuai dengan
anjuran Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 tidak boleh lebih dari 20
kg/m2 = 200 N/m2
- Untuk beban hujan berkerja sebagai beban merata area.
200 N/m2 x 2.40 m = 480 N/m
- Momen lentur
480 N/m

10.00 m

Untuk beban hidup dan beban hujan hanya akan ditinjau salah satu saja. Dengan anggapan
bahwa apabila hujan maka tidak ada pekerja yang naik pada atap atau dalam artian beban
hidup atau pun beban hujan hanyalah beban sewaktu-waktu yang jarang sekali kemungkinan
kedua beban ini kerja bersamaan sehingga akan diambil beban mana antara keduanya yang
lebih besar untuk dilakukan analisa.
Dilihat dari hasil momen lentur dari perhitungan diatas di peroleh yang terbesar atau maksimum
adalah 6000 Nm maka beban hidup yang akan digunakan adalah beban hujan sebesar 480 N/m
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: _ dari _ halaman

 Beban Angin (W)


Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban ini terdiri dari tekanan angin positif (tiup)
dan tekanan angin negatif (isapan). Beban angin diidealisasikan sebagai beban terbagi merata
areal dan berorientasi tegak lurus bidang.
Untuk beban angin dapat dilihat pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
pada pasal 4.2 ayat 2,berdasarkan peraturan tersebut beban angin ditentukan sesuai dengan jarak
lokasi pembangunan hanggar. Untuk lokasi Lanudal El-tari berjarak 3.81 km ( dapat dilihat pada
Lampiran 4 ) dari pantai tidak lebih dari 5 km sesuai dengan syarat maka beban angin yang
digunakan untuk pembebanan struktur hanggar adalah 40 kg/m2.

Pada bagian akhir perhitungan pembebanan dikombinasikan sesuai dengan komponen


struktur atau jenis beban pada komponen struktur tersebut menurut SNI 03 – 1729 – 2002 tentang
perencanaan struktur bangunan baja yang dibahas dalam pasal 6.2.2.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

C. DESAIN GORDING
3.1 Data yang relevan untuk desain gording adalah:
1) Jarak gording pada bidang atap 2.5 m dan pada proyeksi bidang datar 2.40 m;
2) Jarak sagrod 2.5 m;
3) Jarak maksimum antar gabel 10.00 m;
4) Berat spesifik penutup atap plat bondek dengan dimensi (1000 x 5800 x 0.75) mm. Berat jenis
atap berdasarkan Lampiran 2 adalah :
6.95 kg/m2 = 69.5 N/m2
5) Panjang tumpang tindih (overlap) plat bondek 80 mm;
6) Jarak gording nok (bubungan) 680 mm = 0.68 m
7) Sudut kemiringan atap 16°.

3.2 Profil Usulan 1


Profil usulan pertama adalah Channel 300 x 90 x 12 x 16 mm. Tabel C-1 dan Lampiran 5
menampilkan data dimensional penampang profil ini.

t1
H
t2

B
Tabel C-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Channel 300 x 90 x 12x 16 mm (40.2 kg/m’) Kekuatan Material : fy = 400 MPa
B H t1 t2 A Cx Cy Ix Iy ix iy Sx Sy
2 4 4 3
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm ) (mm) (mm) (mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm ) (mm3)
90 300 12 16 6190 - 22.5 78.7x106 39.1x105 113 25.1 525000 57900
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

3.3 Pembebanan
3.3.1 Beban Mati (D)
a. Berat penutup atap

b. Berat gording = 402 N/m’

Jumlah ( 180.75 402) = 582.75 N/m’

c. Berat alat penyambung 10% (582.75) = 58.28 N/m’

Jumlah beban mati D = 641.03 N/m’

Jadi beban mati yang bekerja pada gording adalah sebesar 641.03 N/m.

3.3.2 Beban Hidup oleh Perawatan Gedung (La) dan Beban Hujan (H)
1) Berat seorang pekerja atau petugas pemadam kebakaran
(PPIUG 1983 butir 3.2.2b) : 100 kg = 1000 N
2) Berat genangan air hujan di atap menurut [PPIUG 1983 Pasal 3.2.2a] adalah :
40 – 0.8 (16°) = 27.2 kg /m2 = 272 N/m2, pada proyeksi datar bidang atap.
Beban ini ditransfer ke gording sebagai : 272 (2.40) = 652.8 N/m’
Beban terpusat akibat berat pekerja dianggap bekerja di tengah bentang gording. Momen lentur
maksimum yang ditimbulkan adalah 1/4(1000)10 = 2500 Nm; sedangkan momen lentur maksimum
yang ditimbulkan berat genangan air hujan adalah 1/8(652.8)102 = 8160 Nm. Momen lentur akibat
berat genangan air hujan lebih besar daripada momen lentur akibat berat pekerja, maka yang lebih
berpengaruh adalah berat genangan air hujan. Beban berat pekerja, dengan demikian, tidak akan
diperhitungkan dalam pembebanan gording, sehingga:
Jumlah beban hidup (H) = 652.8 N/m’.
Selanjutnya, karena merupakan beban gravitasional, orientasi dan arah kedua beban (D dan H) sama
yaitu vertikal ke bawah. Orientasi dan arah kedua beban ini ditunjukkan panah warna biru (D; H)
pada Gambar C-1. Untuk kepentingan desain, beban ini digantikan dengan komponen – komponen
ortogonalnya. Komponen pada orientasi sumbu x ditunjukkan panah merah (D; H)x dan komponen
pada orientasi sumbu y ditunjukkan panah hijau (D; H)y dalam gambar yang sama.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

uy
sumb
)y
(D;H Gording
ux
sumb

16°

(D;H)
)y
(D;H
Gambar C-1. Orientasi Beban - Beban pada Gording terhadap Orientasi Sumbu – Sumbu
Penampangnya
Beban (D; H) adalah (641.03 ; 652.8) N/m’, maka:
1. (D ; H)x = (641.03 cos 16 ; 652.8 cos 16) = (616.19 ; 627.51) N/m’ dan
2. (D ; H)y = (641.03 sin 16 ; 652.8 sin 16) = (176.69 ; 179.94) N/m’

3.3.3 Beban Angin (W)

- 0.4
-0.4
0.02a

16°

Gambar C-2. Ilustrasi Pembebanan Angin pada Bidang Atap

3.3.3.1 Akibat Tiupan pada Bidang Atap


Beban yang ditimbulkan tiupan angin dari kiri bangunan ditunjukan dalam Gambar C-2. Karena
bidang atap gabel simetris, beban akibat tiupan angin dari kanan bangunan sama dengan yang
diakibatkan tiupan dari kiri bangunan dan tidak perlu ditinjau. Pada bidang atap di pihak angin terjadi
tekanan positif akibat tiupan angin dari kiri, dan pada bidang atap di belakang angin terjadi tekanan
hisap. Pada kasus ini, tekanan angin hisap menimbulkan beban pada gording yang berlawanan arah
terhadap arah beban (D;H)x sehingga mengurangi besar resultan beban pada pembebanan terhadap
orientasi sumbu x penampang gording. Maka tekanan angin hisap (negatif) tidak perlu diperhitungkan.
Beban angin akibat tekanan angin positiflah yang akan diperhitungkan. Bangunan akan dibangun di
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Lanudal EL-Tari - Kupang yang berjarak kurang dari pada 5 km dari pantai maka tekanan angin adalah
40 kg/m2 (400 N/m2); [PPIUG 1983 butir 4.2.(2)] dan karena atap segi tiga majemuk dengan α < 65o
dan merupakan gedung tertutup sehingga koefisien tekanan angin positif adalah (0.2α – 0.4); [PPIUG
1983 butir 4.3.(1)a]. Berdasarkan itu:
1. Beban angin pada gording di pihak angin: (0.2(16) – 0.4)400(2.5) = 2800 N/m’
Jumlah beban angin (W) = 2800 N/m’
Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gording (Qx) ditentukan berdasarkan kombinasi
pembebanan menurut persamaan (6.2-1) s/d (6.2-6) SNI-2002;
1. Persamaan (6.2-1): 1.4Dx
1.4 Dx = 1.4(616.19) = 862.67 N
2. Persamaan (6.2-2): 1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)
Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat beban L.
3. Persamaan (6.2-3): 1.2D + 1.6(La atau H) + (γL atau 0.8W)
a. Di pihak angin
1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800) = 3983.45 N/m’.
4. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W + γLL + 0.5(La atau H)
Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat pembebanan L.
5. Persamaan (6.2-5): 1.2D + 1.0E + γLL
Kombinasi ini tidak diperhatikan karena beban E (beban gempa) tidak ditinjau
6. Persamaan (6.2-6): 0.9D + (1.03W atau 1.0E)
Kombinasi ini tidak diperhatikan karena pembebanan bolak-balik W telah dilibatkan dalam
perhitungan tekanan tiup angin.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

3.3.3.2 Akibat Tiupan Angin pada Dinding Belakang

Gird No. 3 Gird No. 4


Gird No. 2 Gird No. 5
Gird No. 1 Gird No. 6
5.02 m

16°

Kolom Kolom

15.02 m
5.00 m
13.58 m

5.00 m

5.00 m

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

35.00 m

Gambar C-3. Struktur Dinding Melintang (Belakang) Bangunan Menunjukkan Daerah Tributaris
Pembebanan Angin pada Gird Vertikal.

Berdasarkan kombinasi – kombinasi tersebut, maka beban lentur rencana terhadap sumbu x
penampang gording (Qx) adalah:
Max (862.67 ; 3983.45) = 3983.45 N/m’.
Dengan cara yang sama, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gording (Q y) adalah :

1.2Dy +1.6Hy = 1.2(176.69) + 1.6(179.94) = 499.93 N/m’; [SNI-2002 pers. (6.2-3)].

Tiupan angin dari depan bangunan menimbulkan tekanan positif pada dinding depan dan tekanan
hisap pada dinding belakang, begitu pula sebaliknya. Tekanan angin positif menimbulkan beban aksial
tekan pada gording sedangkan tekanan angin negatif menimbulkan beban aksial tarik. Karena gording
lebih rawan terhadap beban aksial tekan, maka dalam mendesain gording hanya tekanan angin
positiflah yang ditinjau. Daerah tributaris yang maksimum dari tekanan angin positif adalah daerah
tributaris bagi gird vertikal no 3. Daerah tributaris ini ditunjukan sebagai daerah berarsir dalam
Gambar C-3. Gird no 3 selanjutnya mentransfer beban angin kepada gording (di ujung atas), dan
kepada fondasi (di ujung bawah) sebagai beban terpusat. Terhadap gording, beban ini adalah beban
aksial tekan. Berdasarkan itu, besar beban aksial tekan (N) pada gording dapat dihitung sebagai:
1 1
( 13.58  15.02) x 5.00 x 40 x 0.9 ( )  1287.00kg  12870 N
2 2
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

3.4 Analisa Struktur


Berdasarkan hitungan pembebanan di atas maka beban aksial rencana (Nu) pada gording adalah:
γD N = 1.6(12870) = 20592 N ; [SNI-2002 pers. (6.2-3)];
beban lentur rencana oleh pembebanan terhadap sumbu x gording (Mux) adalah:

[ ][ ]

beban geser rencana oleh pembebanan terhadap sumbu x gording (Vux) adalah:

[ ][ ]

Beban lentur rencana oleh pembebanan pada sumbu-y penampang gording (Muy) dan beban geser
rencana oleh pembebanan terhadap sumbu yang sama (Vuy) diperoleh dengan menganalisa gording
sebagai balok struktur statis tak-tentu yang idealisasinya ditunjukkan dalam Lampiran 6 Laporan hasil
analisa struktur memberikan :
Muy = 1.54 x 106 Nmm [Lampiran 6]
Vuy = 940.64 N [Lampiran 6]
Selain itu hasil kedua analisa struktur juga memberikan besar dari gaya – gaya berikut ini:
1. Reaksi perletakkan akibat Qx pada gording yang ditransfer ke rafter (Vux) adalah:

[ ][ ]

2. Reaksi perletakan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke rafter (Vuy) adalah:
1559.01 N; [Lampiran 6].
3. Reaksi perletakkan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke sagrod (Vy-sr) adalah
3118.01 N; [Lampiran 6].
Maka beban rencana untuk desain gording adalah:
Nu = 20592 N ;
Mux = 49.79 x 106 Nmm; dan
Muy = 1.54 x 106 Nmm

 (Vux  Vuy )  (19917.26 ) 2  (1559.01 ) 2  19978.18 N


2 2
Vu

3.5 Analisa terhadap Limit-State


Pemeriksaan atas hasil analisa struktur menyatakan bahwa gording adalah komponen terkombinasi
aksial-lentur-geser maka usulan profil untuk gording akan dianalisa terhadap persamaan interaksi
aksial-momen, persamaan kombinasi geser-lentur. Selain itu, lendutan juga adalah limit-state dalam
desain ini maka profil usulan akan juga dianalisa terhadap limit-state lendutan.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

3.5.1 Terhadap Persamaan Interaksi Aksial - Momen:


Nu
Untuk  0 .2
N n
N u 8  M ux M uy 
   1 .0 ;
N n 9  M nx M ny 
[ SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3 ]
Nu
Untuk  0 .2
N n
N u  M ux M uy 
   1.0 ;
2N n  M nx M ny 

1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana Nu, Mux dan Muy
Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 3.4, yang memberikan:
Nu = 20592 N ;
Mux = 49.79 x 106 Nmm; dan
Muy = 1.54 x 106 Nmm
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana Nn, Mnx, Mny
Ø = 0.85 ; [ SNI - 2002; butir 11.3]

Nn = Ag ; [SNI – 2002; butir 7.6.2]

ω ; [bergantung pada factor tekuk λc ]


λc = max(λex; λex)

√ [

[ ]

Lkx = 1(10000) = 10000 mm


rx = ix 113 mm (Tabel C-1)

√ [

[ ]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1
Ly = x (1000)  500 mm ;[Lebar plat bondek 1000 mm. Jika diasumsikan
2
angker penutup dipasang setiap setengah
lebar plat bondek,maka Lky adalah 500 mm]
Lky = 1(500) = 500 mm
ry = iy = 25.1 mm (Tabel C-1)

λc = max (1.26 ; 0.28) = 1.26


λc = 1.26  1.2 maka :

 1.25 c 2 ; [ SNI 2002 Butir 7.6.2]


=
A = Ag = 6190 mm2 (Tabel C-1)
Nn= 6190 x (400/1.99)= 1244221 N

[ ]
( ) [ ]

[ ]
Sx = 525000 mm3
Myx = 400 (525000) = 2.10 x 108 Nmm

Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat


diketahui dengan membandingkan factor-faktor kelangsingan (λx, λp dan λy ); [SNI-2002
butir 8.2].
λ = max (λx; λy)
λx = Lx / ix = (10000/113) = 88.49
λy = Ly / iy = (500/25.1) = 19.92
λ = max (88.49 ; 19.92) = 88.49

√ ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk komponen


struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah
dilakukan di atas]


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

√ ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk komponen


struktur ini dihitung berdasarkan panjang
bentang, seperti yang telah dilakukan di atas]

λp< λ < λr = 39.35< 88.49 < 98.39 Maka :


Penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :

Mbckl-x = ( )( );[SNI-2002: butir 8.2.4)

Mp = Min (fyZx ; 1.5 Myx); [SNI-2002: butir 8.2.1.b]


fyZx = (400)(Zx)
Zx = 1.18Sx
= (1.18) (525000) = 619500 mm3
fyZx = (400) (619500) = 2.48 x 108 Nmm
1.5Myx = (1.5) (2.10 x 108) = 3.15 x 108 Nmm
Mp = Min ( 2.48 x 108 ; 3.15 x 108 ) = 2.48 x 108 Nmm

Mr = Sx (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]


fr bergantung pada metoda manufaktur profil baja [ SNI-2002 : Tabel 7.5-1].
Karena profil light channel maka umumnya dimanufaktor dengan cara hot
rolled, maka ;
fr = 70 MPa
Mr = 525000 (400-70) = 1.73 x 108 Nmm

Mbckl-x = ( ) = 1.86 x108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap
yang lain; [SNI-2002;butir 8.3]. SNI-2002 tidak memberi ketentuan untuk
menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal (channel) tunggal. Karena channel tunggal
akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga, Lp dan Lr untuk gording
yang adalah light channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002,
dengan menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga
Lx = 10000 mm
Ly = 500 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman


[ ]

ry = iy = 25.1 mm (Tabel C-1)

J = 1/3 (2 x 90(16)3 + 300(12)3)


J = 418560 mm4
A = 6190 mm2
Mp = min (fy Zx ; 1.5 Myx)
fy . Zx = fy (1.18 Sx) = 400 (1.18 (525000)) = 2.48 x108 Nmm
1.5Myx = 1.5 (fy Sx) = 1.5 (400) ( 525000) = 3.15 x108 Nmm
Mp = Min (2.48 x108; 3.15 x108) = 2.48 x108 Nmm
Mr = Sx (fy - fr)
Mr = 525000 (400-70) = 1.73 x 108 Nmm

Lp = 0.13 (200000) 25.1 ((418560 x 6190) 0,5/(2.48 x108)) = 134.05 mm


Lr =2 (200000) 25.1 ((418560 x 6190) 0,5 /(1.73 x 108)) = 2949.75 mm


... 2949.75 ≤ 10000 → Lr ≤ L
Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb dihitung menurut:
Mcr ≤ Mp ; [SNI-2002 : pers 8.3-2.c]

( ) ; [SNI-2002 : butir 8.3.5, tabel 8.3-1]

L = Ly = 500 mm ; [ bentang untuk perhitungan Mcr diambil sama dengan Ly sebab


bentang pada sumbu minor y-lah yang berpengaruh pada tekuk
puntir lateral]

Mmaks = Mux = 49.79 x 106 Nmm


MA = Vux x (2.5) – (Qx x (2.52/2))
MA = (19917.26 x 2.5) – ( 3983.45 (2.52/2)) = 37.3 x 106 Nmm
MB = Mux = 49.79 x 106 Nmm
MC = MA = 37.3 x106 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mcr = 2 x 1.14 x 200000 x ((418560 x 6190) 0,5/(500/25.1))


Mcr = 1.16 x 109 Nmm
Mcr ≥ Mp = 1.16 x 109 Nmm ≥ 2.48 x108 Nmm
Mltb-x = Mp = 2.48 x108 Nmm
Mnx = min (Myx ; Mbckl-x;Mltb-x) ; [SNI-2002; pers.(8.1-1)
Mnx = min (2.10 x 108 ; 1.86 x 108 ; 2.48 x 108)
= 1.86 x 108 Nmm

Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Myy = fy S y
Sy = 57900 mm3 ; [Tabel C-1]
Myy = 400 (57900) = 2.32 x 107 Nmm

Mbckl-y bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat


diketahui dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (λ, λp dan λy) satu
terhadap yang yang lain. [SNI-2002. Butir 8.2]
λx = Lx / ix = (10000/113) = 88.50
λy = Ly / iy = (500/25.1) = 19.92
λ = max (88.50; 19.92) = 88.50

√ ; [SNI – 2002 pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk komponen

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang sama seperti yang


dilakukan diatas.]
λp = 1.76 x (200000/400)0.5 = 39.35

√ ; [SNI – 2002 pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk komponen

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang sama seperti yang


dilakukan diatas.]
λr = 4.40 x (200000/400)0.5 = 98.39
λp< λ < λr = 39.35< 88.49 < 98.39 Maka :
Penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mbckl-y = ( )( );[SNI-2002: butir 8.2.4)

Mp = Min (fyZy ; 1.5 Myy); [SNI-2002: butir 8.2.1.b]


fyZy = (400)(Zy)
Zy = 1.18Sy
= (1.18) (57900) = 68322 mm3
fyZy = (400) (68322) = 2.73 x 107 Nmm
1.5Myy = (1.5) (2.32 x 107) = 3.47 x 107 Nmm
Mp = Min (2.73 x 107; 3.47 x 107) = 2.73 x 107 Nmm

Mr = Sy (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]


fr bergantung pada metoda manufaktur profil baja [ SNI-2002 : Tabel 7.5-1].
Karena profil channel maka umumnya dimanufaktor dengan cara hot rolled,
maka ;
Mr = 57900 (400 – 70) = 1.91 x 107 Nmm

Mbckl-y = ( ) = 2.05 x107 Nmm

Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
bentang panjang, yang dapat diketahui dengan membandingkan L, Lp dan Lr satu
dengan yang lain. [SNI – 2002: butir 8.3]. SNI 2002 tidak memberikan ketentuan
untuk menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal ( channel) tunggal. karena channel
tunggal akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga. Lp dan Lr untuk
gording adalah channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002 dengan
menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga.
rx = ix = 113 mm (Tabel C-1)
); konstanta puntir untuk penampang C

J = 1/3 (2 x 90(16)3 + 300(12)3)


J = 418560 mm4
A = 6190 mm2
Mp = min (fy Zy ; 1.5 Myy)
fy . Zy = fy (1.18 Sy) = 400 (1.18 (57900)) = 2.73 x107 Nmm
1.5Myy = 1.5 (fy Sy) = 1.5 (400)( 57900) = 3.47 x107 Nmm
Mp = Min (2.73 x107; 3.47 x107) = 2.73 x107 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mr = Sy (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]


Mr = 57900 (400 – 70) = 1.91 x 107 Nmm

Lp = 0.13 (200000) 113 ((418560 x 6190) 0.5 /( 2.73 x107 )) = 5472.12 mm


Lr = 2 (200000) 113 ((418560 x 6190) 0.5/( 1.91 x 107 )) = 120412.10 mm


... 500 < 5472.12 → L < Lp
Bentang komponen tergolong pendek maka Mltb-y dihitung menurut persamaan :
Mltb-y = Mp ;[SNI-2002: butir 8.3.3]
= 2.73 x107 Nmm
Mny = min ( 2.32 x 107 ; 2.05 x 107 ; 2.73 x107) = 2.05 x 107 Nmm

3. Analisa untuk mencari tahu kepenuhan terhadap persamaan interaksi Aksial-momen


Nu
Rasio adalah :
N n
20592
 0.02  0.2
0.85 (1244221)

Jadi

( )

20592  49.79 x 10 6 1.54 x 10 6 


=      1.0
2(0.85 x 1244221)  0.9(1.86 x 10 8 ) 0.9 (2.04 x 10 7 ) 

 0.3072  1,0

Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial – momen dengan rasio kepenuhan
0.3072
 x 100 %  30.72 %
1.00

3.5.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana:


M ux M uy V
  0.625 u 1.375 ; [SNI-2002 : butir 8.9.3]
M nx M ny Vn
Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 3.4, yang memberikan:
Vu = 19978.18 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn
Ø = 0,9 ; [SNI-2002 : pers (8.8-1) dan Tabel 6.4-2)
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal plat (tw) ; [SNI-2002: butir 8.8]

h = H - 2t = 300 – 2(16) = 268 mm


tw = t = 16 mm
h / tw = 16.75
a = 10000 mm
kn = 5 + (5 / (a/h)2)
= 5 + (5 / (10000/26)2)
= 5
kn . E 5 (200000)
1.10  1.10  55.02
fy 400
kn . E 5 (200000)
1.37  1.37  68.52
fy 400

h / tw ≤ 55.02
16.75 ≤ 55.02 maka :
Vn = 0,6fy Aw ; [SNI-2002 butir 8.8.3]
Aw = (H – 2t) d = [200 – 2(16)](12) = 4288 mm2
Vn = 0,6 x 400 x 4288 = 1.03 x 106 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur
Persaman kombinasi geser-lentur adalah :
M ux M uy V
  0.625 u 1.375
M nx M ny Vn

49.79 x 10 6 1.54 x 10 6 19978.18


8
 7
 0.625  0.4431
0.9 (1.86 x 10 ) 0.9 (2.04 x 10 ) 0.9 (1.03x 10 6 )

0.4431 ≤ 1.375
Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial – momen dengan rasio kepenuhan
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

0.4431
 x 100 %  32.22 %
1.375

3.5.3. Terhadap Limit State Lendutan: δu <δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Bentang untuk lendutan terhadap sumbu y (Ly) penampang gording adalah 500 mm, yaitu asumsi
jarak kait pelat bondek pada arah memanjang gording. Lendutan gording terhadap sumbu y
penampangnya dihitung dengan menggunakan Ly sebagai panjang bentang.

5  Dx  H x  W  Lx 
4

x  
384  E Ix 

(Dx + Hx + W) = (616.19 + 627.5 + 2800) = 4043 N/m’ = 4.0437 N/mm

5  4.0437 10000 4 
x     33.45 mm
384  200000 x 7.87 x 10 7 

5  D y  H y  L y
 4

y  
384  E Iy 

(Dy + Hy) = (176.69 + 179.94) = 356.63 N/m’ = 0.3566 N/mm

5  0.3566 500 4 
y     3.71x 10  4 mm
384  200000 x 3.91x 10 6 

   x 2   y 2  33.45 2  (3.71 x 10  4 ) 2  33.45 mm

2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas


L
n  Lmax ; [SNI-2002 Tabel 6.4-1]
240
1
n  x 10000  41.67
240

3. Analisa untuk mencaritahu Keterpenuhan Limit State Lendutan


Terhadap Limit State: δ < δn , ternyata
33.45 < 41.67 ... δu <δn (Terpenuhi)
Rasio Keterpenuhan :

3.6. Hasil Desain


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Rasio maksimum keterpenuhan limit-state dari profil usulan-1 adalah:


Max (30.72 % ; 32.22% ; 80.28 %) = 80.28 % yang lebih besar daripada batas bawah rasio optimum
yaitu 60%. Profil usulan, dengan demikian, adalah profil optimal. Selain itu profil usulan-1 memenuhi
semua limit-state yang ditinjau maka profil usulan adalah cukup kuat dan dapat dipakai. Profil usulan 1
: Channel 300 x 90 x 12 x 16 mm, dengan demikian, adalah profil optimal dan cukup kuat dan dapat
dipakai untuk gording.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

4. DESAIN PENGGANTUNG GORDING (SAGROD)

4.1 Data yang relevan untuk desain Sagrod adalah :


1) Jarak sagrod terhadap rafter adalah 5 m
2) Panjang sagrod adalah 2.5 m
3) Dikedua ujung dipasang watermur untuk pengencangan
4) Sudut kemiringan atap 16°
Gambar 4-1 menunjukkan sketsa perspektif suatu sagrod.

. 50m
2

Gambar 4-1. Suatu Sagrod

4.2 Profil Usulan 1


Profil usulan pertama adalah Ø 6 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel 4-
1.
Tabel 4-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Ø 6 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
Ø A I I
2 4
(mm) (mm ) (mm ) (mm)
6 28.27 63.62 1.5
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

4.3 Pembebanan
Pembebanan sagrod telah dihitung dalam bagian 3.4. Beban pada sagrod adalah reaksi Vy-sr yang
ditransfer dari gording menjadi beban aksial tarik pada sagrod.

4.4 Analisa Struktur


Beban pada sagrod adalah reaksi gording: Vy-sr, yang besarnya telah dihitung dalam analisa di bagian
3.4, yaitu: 1407.62 N
4.5 Analisa terhadap Limit State
Hasil analisa struktur di atas menyatakan bahwa Sagrod adalah komponen aksial tarik. Profil usulan,
dengan demikian, akan dianalisa terhadap limit state kuat penampang, dan kelangsingan.

4.5.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang:


Tu  Tn ; [SNI 03-1729-2002 pasal 10]

1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu


Gambar 4-2 menunjukkan pembebanan pada sagrod yang menggantungi salah satu dari
dua gording nok yaitu gording nok di pihak angin. Berdasarkan itu, beban rencana sagrod
(Tu) dapat dihitung sebagai:
Tu = maks (Vy-sr ; (Vy-sr /cos 16°)
Tu = maks (1407.62; (1407.62 /cos 16°) = maks (1407.62 ; 1464.35)
= 1464.35 N

i ng Nok
d
Gor ak angin
h
di Pi

16°
Vy-sr / cos16

r
rafte
Gambar 4-2. Pembebanan Pada Sagrod yang Menggantungi Gording - Gording Nok
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2. Analisa untuk Memperoleh Keterpenuhan Tahanan Rencana ΦTn


 =0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]
Tn =Agfy
Ag = 28.27 mm2 ; [A pada Tabel 4.1]
Tn = 28.27 x 400 = 11308 N
ΦTn = 0.9 x 11308 = 10177.2 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Kuat Penampang
1464.35 < 10177.2 . . . Tu < ΦTn
Profil usulan 1 memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan:
1464.35
= x 100% = 14,40 %
10177.2

4.5.2 Terhadap Limit-State Kelangsingan: λu ≤ λn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 7.6.4]


Untuk komponen tarik dengan profil batang bundar, limit-state ini tidak perlu ditinjau [SNI-2002, butir
7.6.4].

4.6 Hasil Desain


Profil usulan: batang bundar Ø 6 mm memenuhi semua limit-state yang ditinjau sehingga cukup kuat
untuk dipakai sebagai sagrod, tetapi rasio keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah 14,40%
yang jauh di bawah rasio minimum untuk profil optimal yaitu 60%. Batang bundar Ø 6 mm, dengan
demikian, tidak optimum dan seharusnya diusul ulang dengan profil yang berdimensi lebih kecil. Akan
tetapi karena batang bundar berdiameter paling kecil yang tersedia di pasaran bahan bangunan di
Kupang adalah Ø 6 mm maka profil usulan ini (Ø 6 mm) dipakai sebagai profil untuk sagrod.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E. DESAIN IKATAN ANGIN PADA ATAP

5.1 Data yang relevan untuk desain ikatan angin atap adalah :
1) Panjang ikatan angin :

(17.5 2  10 2 ) = 20.15 m = 2015 mm

2) Ikatan angin atap adalah komponen aksial tarik.


3) Di kedua ujung dipasangkan jarum keras untuk penyetelan.

Bagian Belakang Bangunan


35.00 m 35.00 m
17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

5.00 m 5.00 m
2.40 m 0.68 m Arah tiupan
angin depan
Bagian Depan Bangunan
Keterangan :
Gording
Ikatan Angin
Rafter Gebel
Sagrod

Gambar E-1. Idealisasi Struktur Pengaku Atap

5.2 Profil Usulan 1


Profil usulan pertama adalah Ø 8 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel E-
1.
Tabel E-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Ø 8 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
Ø A
(mm) (mm2)
8 50.26
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

5.3 Pembebanan

Bagian Belakang Bangunan


35.00 m 35.00 m
17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

5.00 m 5.00 m
2.40 m 0.68 m

Pkolom P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Pkolom

Bagian Depan Bangunan


Keterangan :
Gording
Ikatan Angin
Rafter Gebel
Sagrod

Gambar E-2. Idealisasi Pembebanan Struktur Pengaku Atap

Struktur pengaku atap diidealisasikan sebagai rangka batang dan telah ditunjukkan sebelumnya dalam
Gambar B-4 dan di tampilkan lagi pada Gambar E-1 di atas. Idealisasi ini ditunjukkan ulang dalam
Gambar E-2 di atas yang menunjukkan pembebanan akibat tiupan angin dari belakang bangunan.
Beban – beban ini berupa beban – beban terpusat.
Setiap beban ini dikerjakan oleh setiap gird vertikal pada dinding belakang dan kolom - kolom rafter,
dan merupakan reaksi perletakkan akibat pembebanan angin pada dinding belakang bangunan. Besar
salah satu beban ini (P3) ,yaitu yang dikerjakan gird vertikal No. 3 telah dihitung di bagian 3.3.3.2,
dengan memperhatikan daerah tributaris beban angin ke gird vertikal pada dinding belakang bangunan
(Gambar C-3) besarnya adalah 12870 N. Dengan cara yang sama, besar setiap beban seperti ini yang
dikerjakan setiap gird verikal dan kolom rafter telah pula dihitung pada Lampiran 7 dan hasilnya
ditampilkan dalam Tabel E-2. Berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Bagian Belakang Bangunan


0.68 m
2.40 m

10.00 m
Trave 5

10.00 m
Trave 4

10.00 m
Trave 3

10.00 m
Trave 2
Trave 1

10.00 m
17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

Bagian Depan Bangunan


Keterangan :
Gording
Ikatan Angin
Rafter Gebel
Sagrod

Gambar E-3. Posisi Ikatan Angin Pada Trave 1 dan 5 yang direncanakan

Karena struktur ini mempunyai 5 bentang trave seperti yang di tunjukkan dalam Gambar E-3, maka
tiap beban yang bekerja dalam tabel di atas akan didistribusikan kepada 5 bentang trave ini, sehingga
besarnya beban yang bekerja pada rafter dalam 1 bentang trave seperti pada Tabel E-3 berikut:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Tabel E-2 Besar beban (dalam Newton) pada Struktur pengaku Atap

Beban
Gaya Transfer
(N)
Pkolom 931.95
P1 2057.40
P2 2315.70
P3 2574.00
P4 2574.00
P5 2315.70
P6 2057.40
Pkolom 1863.90
P7 2057.40
P8 2315.70
P9 2574.00
P10 2574.00
P11 2315.70
P12 2057.40
Pkolom 931.95

5.4 Analisa Struktur


Berdasarkan hasil analisa menggunakan program analisa struktur SAP2000 versi 14, akan di
identifikasi ikatan angin mana yang akan memikul beban aksial tarik, sehingga hasil analisa awal
ditunjukkan pada Lampiran 8, maka dapat diketahui bahwa frame/ikatan angin 37, frame/ikatan angin
38, frame/ikatan angin 41 dan frame/ikatan angin 42 memikul beban aksial tarik. Struktur ini lalu
dianalisa lagi dengan meniadakan batang/ikatan angin yang memikul beban aksial tekan karena
dianggap tidak berpengaruh dalam menahan beban angin dari belakang sehingga gaya aksial yang
bekerja pada batang/ikatan angin yang memikul beban aksial tarik pada struktur pengaku atap adalah
11689.75 N (tarik) yang di tunjukkan pada Lampiran 9. Hasil analisa inilah yang akan digunakan
dalam perencanaan ikatan angin pada struktur pengaku atap.

5.5 Analisa terhadap Limit State


Analisa struktur di atas menyatakan bahwa ikatan angin atap adalah komponen aksial tarik. Profil
usulan, dengan demikian, akan dianalisa terhadap limit - state kuat penampang, dan kelangsingan.
5.5.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang: Tu ≤ ΦTn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 pasal 10]
1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Analisa untuk memperoleh beban rencana (Tu) telah dilakukan pada bagian 5.4 dan
memberikan :
Tu = 11689.75 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФTn
 =0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]
Tn =Agfy
Ag = 50.26 mm2
Tn = 50.26 x 400 = 20106.19 N
Φ Tn = 0.9 x 20106.19 = 18095.57 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limite State Kuat Penampang
11689.75 < 18095.57... Tu < ΦTn

Profil usulan 1 memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan
11689.75
= X 100% = 64.60 %
18095.57

5.5.2 Terhadap Limit-State Kelangsingan: λu ≤ λn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 7.6.4]


Untuk komponen tarik dengan profil batang bundar, limit-state ini tidak perlu ditinjau [SNI-2002, butir
7.6.4].

5.6 Hasil Desain


Profil usulan: batang bundar Ø 8 mm memenuhi semua limit-state yang ditinjau sehingga cukup kuat
untuk dipakai sebagai ikatan angin/cross rod, dengan rasio keterpenuhan limit-state profil usulan ini
adalah 64.60 % lebih dari rasio minimum untuk profil optimal yaitu 60%.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

F. DESAIN GIRD HORIZONTAL PADA STRUKTUR DINDING MELINTANG

0.72 m

4.30 m

5.00 m

5.00 m

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

Gambar F-1 : Struktur Melintang


6.1 Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding melintang adalah :
1) Bentang gird 5 m = 5000 mm
2) Tebal pasangan dinding adalah ½ batu yang dianggap 15 cm atau 150 mm (termasuk tebal
plester dan lapisan finishing)
3) Tinggi rata – rata pasangan tembok yang dipikul gird :
1
x (4.30 + 5.02) = 4.66 m = 4660 mm
2
4) Berat spesifik pasangan tembok : 1700 Kg/m3, [PPI 1983 Tabel 2.1], yang adalah sama dengan
1.7 x 10-5 N/mm3.
6.2 Profil Usulan 1

Profil usulan pertama adalah 14’ WF 14 x 6-3/4. Tabel F-1 dan Lampiran 10 menampilkan data
dimensional penampang profil ini.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Tabel F-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1


14’ WF 14 x 6-3/4 mm (56.55 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) 4
(mm ) (mm) (mm) (mm )3
(mm3)
1.60 1.02 x 8.95 x 1.20 x
172 359 13.03 7.95 10.9 7210 149.1 37.8
x108 107 105 105

6.3 Pembebanan dan Analisa Struktur


Karena terhadap sumbu x penampangnya, gird hanya dibebani beban mati dan terhadap sumbu-y
penampangnya gird hanya dibebani beban angin, maka penghitungan besar pembebanan dengan beban
mati langsung dilanjutkan dengan analisa struktur, demikian juga dengan penghitungan beban angin.
Dari Gambar F-1, untuk bagian yang diarsir menunjukan daerah yang memikul beban angin dan beban
mati yang paling besar. Dengan demikian gird horizontal pada daerah itu dapat mewakili girld
horizontal yang lain.

6.3.1 Beban Mati (D)


1. Penghitungan Besar Pembebanan
Gambar F-2 menunjukkan pembebanan dengan beban mati pada gird horizontal (GH) dan
pengalihannya menjadi beban pada gird vertikal. Gird GH1, GH2, dan GH3 memikul beban mati
(D) yang lebih besar dari pada yang dipikul GH4, maka gird GH1 mewakili keempat gird.
Beban D bekerja terhadap sumbu mayor (sumbu x) penampang gird. Besarnya dapat dihitung
sebagai berikut:
Beban akibat berat pasangan tembok : 150 x (4660) x 1.7 x 10-5 = 11.88 N/mm
Beban akibat berat sendiri profil [Tabel F-1] : 56.55 Kg/m = 0.57 N/mm
Jumlah beban mati D = 12.45 N/mm
Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gird (Qx) ditentukan berdasarkan
kombinasi pembebanan menurut persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 :
1. Persamaan (6.2-1): 1.4D
1.4D = 1.4 x (12.45) = 17.43 N/mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

m
0.72 m 2.60

4.30 m

GH4 R1GH R1GH 2 xR1GH

GH3 R1GH R1GH 2 xR1GH


15.02 m 5.00 m

GH2 R1GH R1GH 2 xR1GH

GH1 R1GH R1GH 2 x R1GH


5.00 m

5.00 m 5.00 m 5.00 m

(a) (b) (c) (d)

Gambar F-2. Idelasisasi Struktur dan Pembebanan Mati pada


Komponen Struktur Dinding Melintang

Terhadap sumbu x penampang, beban yang bekerja hanyalah beban D sehingga kombinasi
yang lain (6.2-2 s/d 6.2-6 SNI-2002) tidak diperhatikan. Besar beban lentur rencana terhadap
sumbu x gird horizontal (Qx), dengan demikian, adalah: 17.43 N/mm

2. Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana


Momen rencana (Mux) dapat dihitung sebagai:

1 1
QxL2 = (17.43) x (5000)2 = 5.45 x 107 Nmm
8 8

Gaya geser rencana (Vux) dapat dihitung sebagai :


1 1
QxL = (17.43) x (5000) = 4.36 x 104 N
2 2

Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban aksial R1GH pada titik sambung dengan
gird horizontal (Gambar F-1(c)).
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

6.3.2 Beban Angin

0.72 m

4.30 m

R2GH R2GH 2x R2GH

R2GH R2GH 2x R2GH


15.02 m 5.00 m

R2GH R2GH 2x R2GH

R2GH R2GH 2x R2GH


5.00 m

5.00 m 5.00 m

(a) (b) (c)

Gambar F-3 Pembebanan Angin Pada Struktur Dinding Melintang

1. Penghitungan Besar Pembebanan


Gambar F-3 menunjukkan pembebanan dengan beban angin (W) pada gird horizontal di struktur
dinding belakang bangunan, dan pengalihannya menjadi beban pada gird vertikal. Beban ini
bekerja terhadap sumbu minor (sumbu y) penampang gird horizontal. Terpaan angin pada dinding
belakang mengakibatkan beban pada daerah tertentu di dinding, yang kemudian
menyumbangkannya ke gird – gird. Gambar F-3(a) menunjukkan daerah terpaan angin pada
dinding melintang yang menyumbangkan beban, masing – masing ke gird GH1, GH2, GH3, dan
GH4. Daerah – daerah seperti ini disebut tributaris.
Tributaris ke GH4 terdiri atas satu segitiga dan satu trapesium, sedangkan tributaris ke GH1, GH2,
GH3 terdiri atas dua trapesium. Observasi atas gambar tersebut menunjukkan bahwa tributaris ke
gird GH1, GH2, GH3, lebih besar dari GH4, dengan demikian, mewakili keempat gird dalam
penghitungan besar pembebanan. Gambar F-4(a) menunjukkan rinci daerah tributaris ke GH1.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

daerah tributaris Wy trapesium 1 Wy Qy


trapesium 1
1.25 m

1.25 m
daerah tributaris
trapesium 2 1.50 m 2.00 m 1.50 m Wy trapesium 2

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

(a) (b) (c) (d)

Gambar F-4. Rinci Daerah Tributaris Beban Angin dan Konversinya Menjadi Beban
Merata Ekivalen pada Gird Horizontal GH1

Beban gaya angin (Qw) yang diterima daerah – daerah tributaris adalah:
0,9 (40) = 36 kg/m2 = 360 N/m2 ; [PPIUG 1983 butir 4.2.(2) dan Tabel 4.3.(1)a]
Untuk kepentingan penghitungan pembebanan dan analisa struktur, gaya angin ini hendak
diekivalenkan menjadi beban merata linear (Gambar F-4(b). Beban merata yang berasal dari
tributaris trapesium 1 disebut Wy-trapesium1 dan beban merata yang berasal dari tributaris
trapezium 2 disebut Wy-trapesium2. Besar masing – masing beban merata ekivalen adalah:

( )

( )

( ) ( )

( ) ( )

( )
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

( )

( )

( ) ( )

( ) ( )

( )

Beban merata seluruh akibat beban angin yang bekerja pada gird (W y) dalam Gambar F-3(c)
adalah :
Wy-trapesium 1 + Wy-trapesium 2 = 1231.2 + 1231.2 = 2462.40 N/m
Wy = 2462.40 /1000 = 2.46 N/mm
Berdasarkan Wy ini, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gird (Q y) ditentukan
menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3Wy + 0,5(La atau H)
Qy = 1.2 (0) + 1.3 (2.46) + 0.5 (0)
= 3.20 N/mm
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qy, atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada Qy. Beban lentur rencana terhadap
sumbu y penampang gird (Qy) dalam Gambar F6-3(d) dengan demikian, adalah:3.20 N/mm
2. Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana
Momen Rencana (Muy) dapat dihitung sebagai:

1 1
QyL2 = (3.20) x (5000)2 = 1.00 x 107 Nmm
8 8

Gaya geser rencana (Vuy) dapat dihitung sebagai :


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1 1
QyL = (3.20) x (5000) = 8000 N
2 2

Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban terpusat R2 GH pada titik sambung
dengan gird horizontal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar F-3(b) dan (c).

6.4 Analisa terhadap Limit-State


Hasil analisa struktur di atas menyatakan bahwa gird horizontal dibebani lentur terhadap sumbu x dan
y penampangnya, geser. Gird, dengan demikian, adalah komponen terkombinasi geser-lentur. Profil
usulan untuknya akan dianalisa terhadap persamaan kombinasi geser-lentur. Karena lendutan juga
merupakan limit state dalam desain ini, profil usulan juga akan dianalisa terhadap limit-state lendutan.
6.4.1 Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur: [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 8.4.3]
M ux M uy V
  0,625 u 1,375
M nx M ny Vn
1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Mux, Muy dan Vu
Analisa untuk maksud ini telah dilakukan di bagian 6.3 dan memberikan besar beban –
beban rencana yang dapat ditentukan sebagai berikut:
Mux = 5.45 x 107 Nmm; dan
Muy = 4.36 x 104 Nmm

√( )
= 443227.87 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФMnx, ФMny dan ФVn.
  0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]
M nx  min ( M yx ; M bckl x ; M ltb  x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]

M yx  f y S x ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]

Sx = 8.95 x 105mm [Tabel 5-1]


Myx = 400 x 8.95 x 105 = 3.58 x 108
Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui dengan
membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI – 2002 butir 8.2]
 =max (x; y)
λx = Lx / ix = (5000/149.1) = 33.53
λy = Ly / iy = (5000/37.8) = 132.28
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

λ = max (33.53; 132.28) = 132.28

E
 p  1.76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang]

E
r  4.40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang]

λr ≤ λ  98.39 ≤ 132.28
Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :
Mn = Mr (λr / λ)2
Mr = Sx (fy – fr) ; [SNI – 2002: butir 8.2.1.c]
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI – 2002: Tabel 7.5-1].
Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:
fr = 70 Mpa
Mr = 8.95 x 105 x (400-70) = 2.95 x 108 Nmm
Mbckl-x = 2.95 x 108 x (98.39 /132.28)2
= 1.63 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;
[SNI – 2002: butir 8.3].
L = 5000 mm
Ly = 5000 mm
E
Lp  1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

r y = iy = 37.8 mm (Tabel 6-1)


Lp = 1.76 x 37.8 x (200000/400)0.5 = 2030.71 mm

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL
2

fL
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

r y = iy = 37.8 mm (Tabel 6-1)

 EGJA
X1 
S 2
S = Sx = 8.95 x 105mm
E = 200000MPa
G = 80000 MPa
J = 1/3 (2Bt3 + Hd3) = 1/3 (2 x 172(13.03)3 + 359(7.95)3) = 3.14 x 105 mm4
A = 7210 mm2

fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa

( )

konstanta pilin untuk penampang I

Iy = 1.02 x 107 mm4


Iw = (3592 x 1.02 x 107)/4
= 3.29 x 1011 mm6

( )

√ √ (

5000 ≥ 3415.47 ; L ≥ Lr ; Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb


dihitung menurut persamaan :
M ltb  x  M cr  M p

  E 
2

M cr  C b E Iy G J   I yIw
L  L 
12.5 M max
Cb   2.3
2.5 M max  3 M A  4 M B  3 M C

Mmaks = Mux = 5.45 x 107 Nmm


MA = Vux (1.25) – (Qx x (1.252/2))
= 4.36 x 104 (1.25) – (17.43 x 0.78)
= 5. 45 x 104 Nmm
MB = Mmaks = 5.44 x 107 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

MC = MA = 5.45 x 104 Nmm


( )
( ) ( ) ( ) ( )
Cb = 1.92 ≤ 2,3
Mp = Min (fyZx ; 1.5Myx)
fyZx = fy (1.18 x Sx) = 400 (1.18 x 8.95 x 105) = 4.22 x 108 Nmm
1.5Myx = 1.5 (3.58 x 108) = 5.37 x 108 Nmm
Mp = Min (fyZx ; 1.5Myx) = Min (4.22 x 108; 5.37 x 108) = 4.22 x 108 Nmm
Mltb-x =

√ ( ) ( )

= 2.74 x 108 Nmm ≤ 4.22 x 108 Nmm


Mltb-x ≤ Mp ... Mltb-x = 2.74 x 108 Nmm
Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x)
Mnx = min (3.58 x 108; 1.63 x 108; 2.74 x 108)
= 1.63 x 108 Nmm
Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]
Myy = fy. Sy = 400 x (1.20 x 105) = 4.78 x 107 Nmm
Mbckl-y bergantung kepada kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat
diketahui dengan membandingkan faktor – faktor kelangsingan (, p, dan r) satu
terhadap yang lain ; [SNI-2002 butir 8.2].
 = max (x ; y)
λx = Lx / ix = (5000/149.1) = 33.53
λy = Lx / iy = (3000/37.8) = 132.28
λ = max (33.53; 132.28) = 132.28
E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk komponen
fy

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah


dilakukan di atas]
λp = 1,76 x (200000/400)0.5 = 39.35
E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk komponen
fy

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah


dilakukan di atas]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

λr = 4,40 x (200000/400)0.5 = 98.39


98.39 ≤ 132.28 → λr ≤ λ, maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-y
dihitung menurut persamaan :
M bckl y  M r  (r /  ) 2 ; [SNI -2002: butir 8.2-1.c]

Mr = Sy (fy – fr)
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI – 2002: Tabel 7.5-1].
Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:
fr = 70 Mpa
Mr = 1.20 x 105x (400-70) = 3.96 x 107 Nmm
Mbckl-y = 3.96 x 107 – (98.39/132.28)2
= 3.96 x 107 Nmm
Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;
[SNI – 2002: butir 8.3].
L = 5000
Ly = 5000

E
Lp  1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

ry = iy = 37.8 mm (Tabel F-1)

X1
Lr  ry 1 1 X 2 fL
2

fL
ry = iy = 37.8 mm (Tabel F-1)

 EGJA
X1 
S 2
S = Sy = 1.20 x 105 mm
E = 200000MPa
G = 80000 MPa
1

J  2 Bt 3  Hd 3 ;
3

J = 1/3 (2 x 99(3)3 + 198(4.5)3)
J = 3.14 x 105 mm4
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

A = 7210 mm2

( )

fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa

( )

konstanta pilin untuk penampang I

H = 359 mm
Iy = 1.02 x 107 mm4
Iw = (3592 x 1.02 x 107)/4
= 3.29 x 1011 mm6

( )

√ √ (

1487.61 ≤ 5000 < 18638.78 ; Lp ≤ L ≤ Lr ; Bentang komponen tergolong bentang


menengah, maka
( )
* ( ) +
( )
Mp = Min (fyZy ; 1.5Myy)
fyZy = fy (1.18 x Sy) = 400 (1.18 x 1.20 x 105) = 5.66 x 107 Nmm
1.5Myy = 1.5 (4.78 x 107) = 7.17 x 107 Nmm
Mp = Min (fyZy ; 1.5Myy) = Min (5.66 x 107; 7.17 x 107) = 5.66 x 107Nmm
( )
( ) ( ) ( ) ( )
Mmaks = Muy = 1.00 x 107 Nmm
MA = Vuy (1.25) – (Qy x (1.252/2))
= 8000 (1.25) – (17.43 x 0.78)
= 9997.5 Nmm
MB = Mmaks = 1.00 x 107 Nmm
MC = MA = 9997.5 Nmm
( )
( ) ( ) ( ) ( )
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Cb = 2.08 ≤ 2.3
( )
* ( ) +
( )
Mltb-y = Mn = 1.02 x 108Nmm
Mny = min (4.78 x 107; 3.96 x 107; 1.02 x 108)
= 3.96 x 107 Nmm
ΦVn = 0.9 ; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (tw); [SNI - 2002: butir
8.8].
h = H-2t
H = 359 mm [Tabel F-1]
t = 13.03 mm
h = 359 – 2(13.03)
= 332.94 mm
tw = d = 7.95 mm [Tabel F-1]
h / tw = 332.94 / 7.95 = 41.88 mm

( )
a = 5000 mm
kn = 5 + (5 / (5000/332.94)2)
= 5.02

= 1,10 x ((5.02 x 200000)/400)0.5


= 55.12

= 1.37 x ((5.02 x 200000)/400)0.5


= 68.65
Ini memberikan:
41.88 < 55.12 maka
Vn = 0,6 fy Aw ; [SNI – 2002:butir 8.8.3]
Aw = (H-2t)d
=(332.94 x 7.95) = 2646.87 mm2
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Vn = 0.6 x 400 x 2646.87 = 6.35 x 105 N


Tahanan – tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦMnx = 0.9 x (1.63 x 108) = 1.47 x 108 Nmm;
ΦMny = 0.9 x (3.96 x 107) = 3.56 x 107 Nmm;
ΦVn = 0.9 x 6.35 x 105 = 5.72 x 105 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur:
M ux M uy V
  0,625 u 1,375
M nx M ny Vn

Mux Muy Vu
+ + 0,625 ≤ 1,375
Φ Mnx Φ Mny Φ Vn

5.45 x 107 1.00 x 107 4.43 x 104


+ + 0.625 = 0.700
1.47 x 108 3.56 x 107 5.72 x 105
 0.700 ≤ 1.375
Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial – momen dengan rasio kepenuhan
0.700
= x 100% = 50.91 %
1.375

6.4.2 Terhadap Limit State Lendutan: δ <δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana

   x2   y2

5  (Dx ) Lx  5  12.45 x 5000 4 


4
x       3.16 mm
384  E I x  384  200000 x 1.60 x 10 8 
  

5  W y L y  5  
4
 2.46 x 5000 4
y     9.81mm
384  E I y  384  200000 x 1.02. x 10 7
 

 u   x 2   y 2  3.16 2  9.812 10.31 mm


2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas
1
n  Lmax ; [SNI-2002 Tabel 6.4-1]
360
δn = 1/360 x 5000 = 13.89 mm
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Lendutan
Terhadap Limit State δu < δn ternyata
10.31 < 13.89
maka, profil usulan-1 memenuhi limit state lendutan, dengan rasio keterpenuhan:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

10.31
= x 100% = 74.22 %
13.89

6.5 Hasil Desain


Profil usulan pertama memenuhi semua limit-state(s) yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di
samping itu,rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan pertama adalah:
max (50.91 % ; 74.22 %) = 74.22% > 60% yang menandakan bahwa profil usulan adalah profil
optimal. Dengan demikian, profil 14’ WF 14 x 6-3/4 dapat dipakai untuk gird horizontal pada struktur
dinding melintang.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

7. DESAIN GIRD VERTIKAL PADA STRUKTUR DINDING MELINTANG

Gird No. 3 Gird No. 4


Gird No. 2 Gird No. 5 0.72 m
Gird No. 1 Gird No. 6
4.30 m 4.30 m

14.30 m 5.00 m

5.00 m

5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

7.1 Data
Data yang relevan untuk desain gird vertikal pada struktur dinding melintang adalah:
1. Bentang gird 14.30 m = 14300 mm;
2. Jarak maksimum sokongan lateral 4.30 m = 4300 mm;

7.2 Profil Usulan I

Profil usulan pertama adalah WF 300 x 200 x 8 x 12 mm. Tabel 7-1 menampilkan data
dimensional penampang profil ini.
Tabel 7-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
12’WF 12 x 12 (157.7 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy
2 4 4
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm ) (mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm3) (mm3)
3.78 x 1.25 x 2.37 x 8.06 x
311 327 25.04 15.75 15.2 20120 137.8 79
108 108 106 105
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

7.3 Pembebanan
Gird vertikal (GV) pada struktur dinding melintang dibebani melalui dua cara yaitu pembebanan aksial
dan pembebanan lentur. Penghitungan pembebanan gird vertikal akan dilakukan sebagai terbagi ke
dalam kedua cara pembebanan ini.
7.3.1 Pembebanan Aksial
Beban aksial pada GV disumbangkan/diinduksi oleh GH sebagai reaksi perletakkan R1GH akibat
pembebanan D (dipaparkan di akhir bagian 6.3.1 dan diterangkan Gambar 6-1 (c) dan (d)). Besar beban
ini telah dihitung di bagian 6.3.1 yaitu 43600 N. Beban ini adalah gaya terpusat dan membebani GV
sebagai beban aksial. Karena disumbangkan oleh GH, beban ini beraplikasi di titik-titik sambungan GH
dan GV. Karena di setiap titik sambungan terdapat dua ujung GH yaitu GH di kiri dan kanan GV, maka
pada setiap titik tersebut bekerja 2 x R1GH, sehingga besar beban aksial pada GV di setiap titik aplikasi
adalah:

2(43600) = 87200 N
Pembebanan aksial pada GV ini ditunjukan ulang dalam Gambar 7-2(a)
7.3.2 Pembebanan Lentur
GV menerima beban lentur dari dua sumber yaitu dari GH dan dari dinding belakang bangunan.
Beban lentur yang disumbangkan GH adalah R2GH, yang diterangkan Gambar 6-2(b) dan (c), dan
dipaparkan dan dihitung besarnya di akhir bagian 6.3.2. Besar R2GH adalah 8000 N. Sama seperti
pembebanan aksial, beban ini beraplikasi di titik sambung GH dengan GV dan di setiap titik
tersebut bekerja 2 x R2GH, sehingga besar beban ini adalah:
2(8000) = 16000 N.

Berdasarkan orientasi profil GV (diterangkan dalam gambar Gambar 6-1(a)), beban ini
membebani profil pada sumbu x penampangnya. Titik tanggap dan orientasi beban ini
ditunjukkan ulang dalam Gambar 7-1(b). Selain itu, beban lentur pada GV juga disumbangkan
dinding belakang bangunan. Beban yang disumbangkan dinding belakang ke GV adalah beban
akibat terpaan angin pada tributaris - tributaris ke GV di dinding belakang bangunan. Gambar 7-
1(a) menunjukkan tributaris – tributaris ini.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1.88 m

2 x Wx - t

Qx-5
0.27 m 4.30 m 4.30 m

2.15 m

2x R2GH 2x R2GH

2 x Wx - s4
1.25 m

Qx-4
2.50 m 2.50 m
1.25 m
2x R2GH 2x R2GH

2 x Wx - s3
1.24 m

Qx-3
2.50 m 2.50 m
1.26 m
2x R2GH 2x R2GH
2 x Wx - s2

1.25 m

Qx-2
2.50 m 2.50 m
1.25 m
2x R2GH 2x R2GH

1.25 m
2 x Wx - s1

2.50 m 2.50 m

Qx-1
1.25 m

(a) (b) (c)

Gambar 7-1. Pembebanan Lentur pada Grid Vertikal Menunjukkan Tributaris Beban Angin
dan Pengalihannya Menjadi Beban Merata Linier

Terdapat tiga tributaris ke GV, yaitu 1 tributaris trapezium: x-t, serta empat tributaris segitiga:
x-s1, x-s2, x-s3, x-s4
Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-t adalah:
L1
Wx-t = Qw . X 4 . 2
L2

Qw = 360 N/m2
X 1  L2  ( L1 / 2)  4.30  (4.03 / 2)  2.28
X 2  ( L2 / 2)  ( L1 / 3)  (4.30 / 2)  (4.03 / 3)  0.81
X 3  L2  L1  4.30  4.03  0.27
X 4  2 X 1 .L2  L1 . X 2  X 3  2(2.28)(4.30)  (4.03)(0.81)  0.27  16.13
Wx-t = (360)(16.13)(4.03/(4.302)) = 1265.64 N/m’
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Terdapat dua tributaries x-t, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata
ekivalen untuk tributaries ini adalah:
2Wx-t1 = 2(1265.64) = 2531.27 N/m’
= 2531.27/1000 = 2.53 N/mm’

Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-s adalah:


Wx-s1 = 1 / 3Qw . L1 = 1 / 3 (360) (2.5)  300 N/m’
Terdapat dua tributaries x-s, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata
ekivalen untuk tributaries ini adalah:
2Wx-s = 2(360) = 720N/m’
= 720/1000 = 0.72 N/mm’

Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-t2 adalah:


L1
Wx-t2 = Qw . X 4 . 2
L2

X 1  L2  ( L1 / 2)  4  (3 / 2)  2.5
X 2  ( L2 / 2)  ( L1 / 3)  (4 / 2)  (3 / 3)  1.00
X 3  L2  L1 43  1.00
X 4  2 X 1.L2  L1. X 2  X 3  2(2.5)(4)  (3)(1.00)  1  16.00
Beban merata linier yang ekivalen dengan triutaris x-t2 adalah :
Wx-t2 = (360)(16.00)(3/(42)) = 1080 N/m’

Terdapat dua tributaries x-t2, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata
ekivalen untuk tributaries ini adalah:
2Wx-t2 = 2(1080) = 2160 N/m’
= 2160/1000 = 2.16 N/mm’
Sama seperti beban-beban R2GH, beban-beban lentur ini juga membebani GV terhadap sumbu x
penampangnya.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2 x Wx - t

Qx-5
4.30 m 4.30 m

2 xR1GH 2x R2GH 2x R2GH

2 x Wx - s4
+ =

Qx-4
2.50 m 2.50 m

2 xR1GH 2x R2GH 2x R2GH


2 x Wx - s3

Qx-3
2.50 m 2.50 m

2 xR1GH 2x R2GH 2x R2GH


2 x Wx - s2

Qx-2
2.50 m 2.50 m

2 x R1GH 2x R2GH 2x R2GH


2 x Wx - s1

2.50 m 2.50 m

(a) (b) Qx-1 (c)

Gambar 7-2. Superadisi Pembebanan Aksial dengan Pembebanan Lentur pada Gird
Vertikal

Selanjutnya, berdasarkan beban – beban merata ini, besar beban lentur rencana (Qx) bagi GV
dapat ditentukan dengan menghitungnya menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan
persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4) : 1,2 D + 1,3 Wy + 0,5 (La atau H)
Qx-1 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s1) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-2 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s2) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-3 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s3) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-4 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-s4) + 0,5 (0) = 1.3(780.00/1000) = 0.78 N/mm
Qx-5 = 1,2 (0) + 1,3 (2Wx-t) + 0,5 (0) = 1.3(3290.65/1000) = 3.29 N/mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qx, atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada Qx. Orientasi dan letak beban – beban ini
ditunjukkan dalam Gambar 6-1(c), dan ditampilkan ulang dalam Gambar 6-2(b).

Pembebanan aksial atas GV telah dihitung di atas dan ditunjukkan dalam Gambar 6-2(a),
demikian juga pembebanan lentur yang juga telah dihitung dan ditunjukkan dalam
Gambar 6-2(b). Kedua cara pembebanan ini (aksial dan lentur) bekerja pada GV secara
serentak maka pembebanan total atas GV adalah superadisi pembebanan aksial yang
dinyatakan Gambar 6-2(a) dengan pembebanan lentur yang dinyatakan Gambar 6-2(b). Hasil
superadisi ini ditunjukkan Gambar 6-2(c), dan adalah deskripsi pembebanan total atas GV.
Analisa struktur untuk memperoleh gaya – gaya dalam pada GV akan dilakukan atas deskripsi
pembebanan total yang ditunjukkan Gambar 6-2(c) ini.

7.4 Analisa Struktur


Pemeriksaan atas idealisasi struktur dan deskripsi pembebanan yang ditampilkan pada Gambar 6-2(c)
menyatakan bahwa struktur GV adalah struktur statis tak-tentu derajat 1. Analisa struktur, dengan
demikian, dilakukan menggunakan SAP2000. Hasil analisa yang lebih lengkap ditampilkan dalam
Lampiran 13. Hasil analisa yang relevan untuk desain GV ditampilkan di bawah ini:
Mux = 6.12 x 107 Nmm
Vu = 2.13 x 104 N
Nu = 5.97 x 104 N
Selain itu :
Mmaks = Mux = 6.1 x 107 Nmm
MA = 4.03 x 107 Nmm
MB = 5.96 x 107 Nmm
MC = 3.49 x 107 Nmm
reaksi – reaksi perletakan adalah
1. Di ujung bawah, pada sloof:
V = 5.97 x 104 N (↑) ; [tegak lurus bidang dinding]
H bawah = 1.9 x 104 N (←) ; [tegak lurus dinding, ke arah luar bangunan]
M =0
2. Di ujung atas, pada rafter gabel:
V = 4.7 x 104 N (↑) ; [tegak lurus bidang dinding]
Hatas = 2.1 x 104 N (←) ; [tegak lurus dinding, ke arah luar bangunan]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

M = 0.

7.5 Analisa terhadap Limit-State


Hasil analisa struktur menyatakan bahwa gird vertikal ini hanya dibebani terhadap sumbu x
penampangnya, dan dibebani gaya aksial, momen lentur dan gaya geser. Gird adalah komponen
terkombinasi aksial-lentur-geser, maka profil yang diusulan baginya harus dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen, dan persamaan kombinasi geser-lentur. Selain itu, karena lendutan
juga merupakan limit-state, profil usulan juga akan dianalisa terhadap limit-state lendutan.
7.5.1 Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen:

Nu 8  M ux M 
  1,0
  uy

N n 9  M nx M ny 

Nu  M M 
  ux  uy   1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n  M nx M ny 

1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana Nu, Mux dan Muy
Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 7,4 dan memberikan:
Nu = 5.97 x 104 N
Mux = 6.1 x 107 Nmm
Tidak terdapat Muy karena komponen tidak terbebani terhadap sumbu y penampangnya.
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФNn, ФMnx dan ФMny
Ø = 0.85 ; [SNI – 2002: butir 11.3]

; [SNI – 2002: butir 7.6.2]


ω ; [bergantung pada faktor tekuk ]
= max
√ ; [SNI – 2002: pers. (7.6-1)]
Lkx = kxLx
Kx = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]

Lx = 12460 mm
Lkx = 1 (12460) = 12460 mm
rx = ix = 125 mm [Tabel 6-1]
λcx = 1/π x (12460 /125) (400/200000)0,5
= 1.42

√ ; [SNI – 2002: pers. (7.6-1)]


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Lky = kyLy
Ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly = 4000 ;
Lky = 1 (4000) = 4000 mm
ry = iy = 47.1 mm [Tabel 7-1]

λc = max (1.42 ; 1.21) = 1.42


λc ≥ 1,2 maka ;  1.25c [SNI-2002: butir 7.6.2]
2

 1.25 c 2 = 1.25 (1.422) = 2.51


Ag = A = 7238 mm2
fy
Nn = Ag

= 7238 x (400 / 2.52)
= 1.15 x 106 N
Ø = 0.9 ; [SNI – 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Mnx = min(Myx ; Mbckl-x ; M ltb-x) ; [SNI – 2002: pers. (8.8-1)]
Myx = fySx ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]
S = Sx = 7.71 x 105 mm
Myx = 400 x 7.71 x 105 = 3.08 x 108 Nmm

Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui dengan


membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI – 2002 butir 8.2]
 =max (x; y)

λx = Lx / ix = (12460/125) = 99.68
λy = Lx / iy = (4000/47.1) = 84.93
λ = max (99.68 ; 84.93) = 99.68

√ ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk komponen


struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah
dilakukan di atas]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

√ ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk komponen


struktur ini dihitung berdasarkan panjang
bentang, seprti yang telah dilakukan di atas]

λr = 4.40 x (200000/400)0.5 = 98.39


98.39 ≤ 99.68 Maka :
λr≤ λ, Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :
M bckl x  M r r /   ; [ SNI  2002 : butir 8.2.5]
2

M r  S x ( f y  f r ) ;[ SNI  2002 : butir 8.2.1.b


fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI – 2002: Tabel 7.5-
1]. Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled
maka: fr = 70 Mpa
Mr = 7.71 x 105 (400-70) = 2.54 x 108 Nmm

Mbckl-x = 2.54 x 108 (98.39 / 99.68)2


= 2.5x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain; [SNI
– 2002: butir 8.3].
L = 12460 mm
Lx = 12460 mm

E
Lp 1,76 ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

ry = iy = 47.1 mm (Tabel 6-1)


Lp = 1.76 x 47.1 x (200000/400)0.5 = 1853.61 mm
X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL
2

fL

ry = iy = 47.1 mm (Tabel 6-1)

 EGJA
X1 
S 2
S = Sx 5= 7.71 x 105 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E = 20000MPa
G = 80000 MPa
J = 1/3 (2Bt3 + Hd3) = 1/3 (2 x 200(12)3 + 294(8)3) = 2.81 x 105 mm4
A = 7238 mm2

fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa

( )

; konstanta pilin untuk penampang I

Iy = 1.60 x 107 mm4


Iw = (2942 x 1.60 x 107)/4
= 3.46 x 1011 mm6

( )

√ √

Lr ≤ L ; 4958.71 ≤ 12460 mm. Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb
dihitung menurut persamaan :

  E 
2

M ltb x  cb EI y GJ    I y I w  M p [SNI-2002: Tabel 8.3-1]


L  L 
12,5 M max
Cb   2,3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
Mmaks = Mux = 6.1 x 107 Nmm
MA = 4.0 x 107 Nmm
MB = Mmaks = 6.0 x 107 Nmm
MC = MA = 3.5 x 107 Nmm

Cb = 1.24 ≤ 2,3

3.14   3.14 x 200000 2 


M ltb  x 1.24 (200000 x1.60 x10 x80000 x2.81x10 )   
7 5
 x1.60 x107 x3.46 x1011 
12460   12460  
 
 9.15 x107 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mnx = min (3.08 x 108; 2.48 x 108; 9.15 x 107)


= 9.15 x 107 Nmm
Tidak dilakukan analisa untuk menentukan Mny karena tidak ada pembebanan terhadap sumbu
y penampang gird. Tahanan – tahanan rencana, dengan demikian, adalah:

3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Interaksi Aksial - Momen


Rasio :
Nu
adalah :
 Nn
5.97x104 / 0,85 x 1.15 x 105 = 0,06 < 0,2
maka persamaan interaksi aksial-momen yang digunakan adalah:

Nu  M ux M uy 
    1.0 [ SNI  2002 : butir 11.3]
2  N n   M nx  M ny 

5.97 x10 4  6.12 x 10 7 


    1.0
2 x 0.85 x 1.15 x 10 5  0.9 x 9.15 x 10 7 
 0.7730  1.0
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio keterpenuhan:
0.7730
= x 100% = 77.30 %
1

7.5.2 Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur:


M ux M uy V
  0.625 u 1.375 [ SNI 03  1729  2002 butir 8.4.3]
 M nx  M ny  Vn
1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu
Analisa untuk maksud ini telah dilakukan di bagian 6.4 dan memberikan:
Vu = 2.13 x 104 N
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn
ΦVn = 0,9Vn ; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (tw); [SNI - 2002: butir
8.8].
h = H-2t
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

H = 294 mm [Tabel 7-1]


t = 12 mm
h = 294 – 2(12)
= 270 mm
tw = t = 12 mm [Tabel 7-1]
h / tw = 270 / 12 = 22.50

a = 4000 mm
kn = 5 + (5 / (4000/22.50)2)
= 5.02

= 1.10 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 55.13

= 1.37 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 68.66
Ini memberikan:

h k E
1.10 n dimana: 55.13 ≤ 68.66
tw fy

Vn  0.6 f y Aw [SNI  2002 : butir 8.8.3]

Aw = ( H - 2t ) d
= (294- 2(12)) 8 = 2160 mm2
Vn = 0,6 x 400 x 2160 = 5.18 x 105 N
Tahanan – tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 5.18 x 105 = 4.66 x 105 N

3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser Lentur


Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

M ux M uy V
  0.625 u 1.375
 M nx  M ny  Vn
6.12 x 10 7 2.13x10 4
  0.625 1.375
0.9 x 9.15 x 10 7 4.66 x 10 5
 0.7710  1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio keterpenuhan:
0.7710
 x 100 %  56.07 %
1.375

7.5.3 Terhadap Limit State Lendutan: δ < δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Analisa untuk memperoleh lendutan di tunjukkan dalam Lampiran 13 dengan memasukkan
dimensi profil, dan memberikan:
δmaks = δu = 41.31 mm
2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas
1
n  Lmax ; [ SNI  2002 Tabel 6.4  1]
240
δn = 1/240 x 12460= 51.92 mm
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Lendutan
Terhadap Limit State: δu <δn , ternyata
41.31 < 51.92
maka, profil usulan pertama memenuhi limit state lendutan, dengan rasio keterpenuhan:

7.6 Hasil Desain


Profil usulan pertama memenuhi semua limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping
itu rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (77.30% ; 56.07% ; 79.56%) = 79.56% > 60 %; yang menandakan bahwa profil usulan adalah
optimal. Dengan demikian profil WF 300 x 200 x 8 x 12 mm dapat dipakai untuk gird vertikal pada
struktur pengaku dinding melintang.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

H. DESAIN GIRD HORIZONTAL PADA STRUKTUR DINDING MEMANJANG

8.1 Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding memanjang adalah:
1. Bentang gird 10 m = 10000 mm;
2. Tebal pasangan tembok adalah ½ batu yaitu dianggap setebal 15 cm atau 150 mm (termasuk
tebal plester dan lapisan finshing);
3. Tinggi pasangan tembok yang dipikul gird adalah 5 meter yaitu 5000 mm
4. Berat spesifik pasangan tembok: 1700 kg/m3; [PPI 1983 butir Tabel 2.1], yang adalah sama
dengan 1.7 x 10-5 N/mm3.

8.2 Profil Usulan 1

Gambar H-1. Penampang Profil WF yang diusulkan


Profil usulan pertama adalah 10’ WF 10 x 10. Tabel H-1 dan Lampiran 13 menampilkan data
dimensional penampang profil ini.

Tabel H-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1


10’ WF 10 x 10 (107.1 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
B H t D R A Ix Iy ix iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm ) (mm4) 2
(mm )4
(mm) (mm) (mm ) (mm3) 3

1.75 x 5.90 x 2.07 x 7.41 x


258 267 20.52 12.95 12.7 13660 133.3 65.8
108 107 106 105
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

8.3 Pembebanan

adalah daerah tributaris beban berat


Depan pasangan tembok ke gird horizontal Belakang

5.00 m

5.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

(a) Daerah Tributaris Beban Berat Pasangan Tembok

adalah batas - batas daerah tributaris


Depan Belakang

5.00 m

5.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

(b) Daerah Tributaris Beban Angin

Depan Belakang R2GH HAtas


Qx-4

R2GH
5.00 m
Qx-3

R2GH
Qx-2

R2GH
5.00 m
Qx-1

HBawah

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

(c) Pembebanan Terinduksi dari Struktur dinding melintang

Gambar H-2. Pembebanan pada Struktur Dinding Memanjang. Rinciannya pada Gambar-Gambar
Berikut.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Karena gird horizontal merupakan satu kesatuan dengan struktur dinding memanjang tempatnya
berada maka penghitungan pembebanan baginya tidak dilakukan terpisah dan tersendiri tetapi
bersama – sama dalam penghitungan pembebanan bagi keseluruhan struktur dinding memanjang.
Pembebanan gird horizontal akan dengan sendirinya terhitungkan dalam perhitungan pembebanan
keseluruhan struktur dinding memanjang.
Gambar A-3 telah menunjukkan idealisasi struktur dinding memanjang. Idealisasi tersebut dirubah
menurut kebijakan perencana bahwa pemasangan gird horizontal pada dinding memanjang
dikurangi karena dengan pemasangan gird vertikal pada dinding memanjang sudah mampu
memikul beban yang ditransfer dari gird horisontal pada struktur dinding memanjang ini,
idealisasi ini ditunjukkan dalam Gambar H-2 di atas, dengan menunjukkan daerah tributaris dan
orientasi beban – beban yang bekerja pada struktur dinding memanjang, baik yang langsung
bekerja padanya maupun yang diinduksikan oleh, atau ditransfer dari struktur lain. Beban yang
langsung bekerja pada struktur dinding memanjang terdiri atas: beban akibat berat pasangan
tembok dan beban akibat terpaan angin pada dinding memanjang, sementara beban induksi adalah
beban yang ditransfer dari struktur dinding melintang yang meliputi beban terpaan angin pada
dinding melintang dan reaksi gird horizontal dan reaksi kolom rafter/gird vertikal struktur dinding
melintang. Gambar H-2 menunjukan daerah tributaris dan orientasi serta arah masing – masing
beban ini. Gambar H-2(a) menunjukkan tributaris beban akibat berat pasangan tembok. Besar
beban ini sama di setiap modul. Beban ini hanya bekerja pada gird horizontal tengah (GHtengah).
Gambar H-2(b) menunjukkan tributaris beban angin. Besar beban ini pun sama di setiap modul
struktur dinding memanjang. Beban ini bekerja pada gird horizontal atas (GHatas), GHtengah, gird
vertikal (GV) dan kolom dari gabel. Gambar H-2(c) menunjukan pembebanan yang diinduksi dari
struktur dinding melintang. Pembebanan ini bekerja pada kolom kanan dari modul paling kanan.
Terhadap struktur dinding memanjang, beban – beban ini merupakan beban lateral sebab bekerja
dari arah samping struktur. Gambar H-5(a) menampilkan modul paling kanan tersebut dan
menunjukkan pembebanan lateral ini dengan lebih rinci. Karena struktur dinding memanjang ini
terdiri dari modul – modul yang berdimensi sama, perhitungan pembebanan (dan kemudian
analisa struktur atasnya) cukup dilakukan pada salah satu dari modul – modul ini yang dipilih
menjadi representatif. Perhitungan besar beban – beban di bagian ini akan dilakukan pada modul
representatif tersebut, dan dilakukan secara terpisah menurut sumber pembebanan yaitu akibat
berat tembok, akibat terpaan tiupan angin dan akibat induksi dari struktur lain.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

8.3.1 Pembebanan oleh Berat Pasangan Tembok

5.00 m 5.00 m QGH-x

5.00 m 5.00 m

10.00 m 10.00 m

(a) (b)
Gambar H-3. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Pasangan Tembok

Gambar H-3 menampilkan modul representatif dari struktur dinding memanjang dengan
menunjukkan triburaris beban berat pasangan tembok dan menerangkan perhitungan besarnya.
1. Beban akibat berat pasangan tembok : 150(5000)1.7 x 10-5 = 12.75 N/mm
2. Berat sendiri profil = 1.071 N/mm
Jumlah beban pasangan tembok dan berat sendiri profil D (1 dan 2) = 13.82 N/mm
Besar beban lentur rencana ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan menurut persamaan
(6.2-1 s/d 6.2-8) dari SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-1): 1.4D
1.4D = 1.4 (13.82) = 19.35 N/mm’
Persamaan yang lain tidak diperhatikan karena tidak ada beban selain beban D yang bekerja pada
GH. Sesuai rencana orientasi penampang profil yang ditunjukkan pada Gambar H-3(b) di atas,
beban ini bekerja terhadap sumbu x (sumbu mayor) penampang profil GH maka beban ini
dinamakan QGH-x, maka:
QGH−x = 19.35 N/mm’
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

8.3.2 Pembebanan oleh Terpaan Tiupan Angin

QGV-x
5.00 m 5.00 m 5.00 m QGH-y

QGV-x
5.00 m 5.00 m 5.00 m

6.00 m
2.00 m 2.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m


(a) (b) (c)

Gambar H-4. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Terpaan Tiupan Angin

Gambar H-4 menunjukkan modul yang sama dengan yang ditampilkan gambar sebelumnya,
dengan menunjukkan tribuaris dan penghitungan pembebanan oleh tiupan angin. Beban yang
ditimbulkan terpaan angin (Qw) adalah :
0.9 (40) = 36 kg/m = 360 N/m2; [PPI 1983 butir 4.2.(2) dan 4.3.(1)a]
Qw bekerja pada seluruh bidang tembok. Qw yang dipikul oleh GH adalah yang menerpa daerah
tributaris berbentuk trapesium sementara yang dipikul oleh GV adalah yang menerpa daerah
tributaris berbentuk segitiga (Gambar H-4(a)).
Daerah tributaris GHtengah adalah yang paling besar dari antara tributaris – tributaris untuk GH
maka perhitungan akan dilakukan pada GHtengah (Gambar H-4(b)). Beban merata ekivalen yang
berasal dari tributaris trapesium akan disebut Wtrapesium.
Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 1 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Wy-trapesium 2 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 - 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = ½(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
2
Wy-trapesium 2 = 360 x 139.33 x (4/10 ) = 2006.40 N/m
Total dari beban angin adalah :
= 2006.40 + 2006.40 = 4012.80 N/m’ = 4.01 N/mm’
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi pembebanan yang
dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas WGH.
Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGH = 1.2(0) +1.3(4.01) + 0.5(0) = 5.22 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan ini atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada QGH. QGH membebani gird horizontal terhadap
sumbu minor (sumbu y) penampangnnya maka akan disebut QGH-y, sehingga pada Gambar H-4(c):
QGH− y = 5.22 N/mm’.

Beban merata yang ekivalen yang berasal dari tributaris segitiga akan disebut W x-segitiga.
Wsegitiga = ½ QwL1, sehingga

L1 = 5m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000 = 0.60 N/mm

L1 = 5m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000 = 0.60 N/mm
Sama seperti GH, GV dan kolom gabel pun dibebani dua tributaris segitiga, yang satu pada
dinding di sebelah kiri dan yang lain pada dinding di sebelah kanannya. Beban melalui kedua
tributaries ini (WGV), dengan demikian, adalah:
2Wsegitiga1  2 (0.60)  1.20
2Wsegitiga 2  2(0.60)  1.20
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

QGV yaitu beban lentur rencana pada GV ditentukan menurut kombinasi pembebanan yang
dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas WGH.
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGv-x atas = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
QGv-x bawah = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan ini atau
memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada QGV. QGV membebani gird vertikal terhadap
sumbu mayor (sumbu y) penampangnya maka akan disebut QGV-x, sehingga pada Gambar H-
4(c).
Namun, pembebanan QGV ini tidak diperhitungkan dalam mendesain gird horizontal dinding
memanjang, karena beban QGV ini langsung membebani kolom dari gebel.

8.3.3 Pembebanan Induksi


Gambar H-5 di bawah ini menunjukkan rinci pembebanan induksi. Pembebanan ini terdiri dari
beban merata: Qx1, Qx2, Qx3, dan Qx4, beban terpusat: R2GH, Hatas dan Hbawah. Beban – beban ini
diinduksikan dari struktur struktur dinding melintang. Beban Qx1, Qx2, Qx3 dan Qx4 merupakan
induksi beban angin pada dinding melintang bangunan, R2GH merupakan induksi dari reaksi
perletakkan gird horizontal pada dinding melintang bangunan akibat pembebanan angin
sementara Hatas dan Hbawah merupakan induksi reaksi perletakan gird vertikal pada struktur
dinding melintang. Besar beban – beban ini telah dihitung sehubungan dengan penghitungan
pembebanan untuk komponen – komponen struktur dinding melintang. Qx1,Qx2, Qx3 dan Qx4
telah dihitung di bagian 7.3.2 sehubungan dengan desain gird vertikal pada dinding melintang
yang masing – masing besarnya adalah: 0.78 N/mm’, 0.78 N/mm’, 0.78 N/mm’ dan 0.78 N/mm’.
R2GH telah dihitung di bagian 6.3.2 sehubungan dengan desain gird horizontal pada dinding
melintang, dan besarnya adalah 8000 N. Hatas dan Hbawah telah dihitung di bagian 7.4 sehubungan
dengan desain gird vertikal pada dinding melintang, yang masing – masing besarnya adalah:
4.32x104 N dan 4.27x104 N. Titik tanggap, orientasi dan arah beban - beban ini pada struktur
dinding memanjang ditunjukkan dalam Gambar H-5(a). Beban R1GH yang adalah reaksi
perletakkan gird horizontal pada dinding melintang juga diinduksikan ke struktur dinding
memanjang tetapi tidak diperhatikan karena hanya menimbulkan beban aksial pada kolom gabel
yang kemudian akan dihitung dalam desain gabel.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

R2GH HAtas P1

Qx-4

Qx-4
R2GH P2
5.00 m

Qx-3

Qx-3
R2GH P3

Qx-2

Qx-2
R2GH P4
5.00 m

Qx-1

Qx-1
HBawah P5

10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar H-5. Perhitungan Pembebanan Induksi

Terhadap struktur dinding memanjang, beban – beban ini bekerja lateral sehingga komponen
struktur yang memikulnya adalah ikatan angin (bracing). Karena pada struktur dinding
memanjang hanya terdapat tiga modul yang berikatan angin maka (Gambar H-2(c)) maka hanya
sepertiga dari beban – beban induksi ini yang bekerja di setiap modul berikatan angin tersebut.
Gambar H-5(b) menunjukkan skema pembebanan induksi yang dipikul setiap modul tersebut,
yang terdiri dari beban – beban merata Q’x1, Q’x2, Q’x3 Q’x4, dan beban – beban terpusat: P1, P2
P3, P4 dan P5. Besar masing – masing beban ini adalah:
Q’x1 = 1/3 (Qx1) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x2 = 1/3 (Qx2) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x3 = 1/3 (Qx3) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x4 = 1/3 (Qx4) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
P1 = 1/3 (R2GH + HAtas) = 1/3 (8000 + 4.32x104) = 17066.67 N
P2 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P3 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P4 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P5 = 1/3 (HBawah) = 1/3 (4.27x104) = 14233.3 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

R2GH HAtas P5

Qx-4

Qx-4
R2GH P4
5.00 m

Qx-3

Qx-3
R2GH P3

Qx-2

Qx-2
R2GH P2
5.00 m

Qx-1

Qx-1
HBawah P1

10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar H-6. Penggambaran Pembebanan Total pada Modul Representatif Struktur Dinding
Memanjang

Ketiga pembebanan: berat tembok, terpaan tiupan angin dan induksi bekerja serentak pada setiap
modul dari struktur dinding memanjang maka pembebanan total pada setiap modul struktur
dinding memanjang adalah superadisi ketiga pembebanan tersebut, yang masing – masing
ditunjukkan Gambar H-3(b), Gambar H-4(c), dan Gambar H-5(b). Hasil superadisi ini
ditunjukkan dalam Gambar H-6. Orientasi beban: QGH-y, dan QGV-x adalah tegak lurus bidang
gambar sementara orientasi beban: QGH-x, Qx1, Qx2, Qx3 dan Qx4 serta P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah
sebidang dengan bidang gambar. Struktur akan dianalisa untuk skema pembebanan yang
ditunjukkan dalam Gambar H-6 ini.

8.4 Analisa Struktur


Analisa struktur akan dilakukan menggunakan software komputer menggunakan SAP2000 V.14.
Analisa struktur terhadap pembebanan yang sebidang dengan bidang gambar akan dilakukan secara
bersama-sama.
8.4.1 Atas Pembebanan Sebidang Bidang Gambar
Analisa untuk maksud ini dilakukan dengan menggunakan SAP2000 V.14. Laporan hasil analisa
ditampilkan dalam Lampiran 15. Untuk perencanaan gird horizontal, hasil analisa memberikan
gaya – gaya dalam rencana terhadap sumbu-x penampang gird sebagai berikut :
Mux = 1.03 x 108 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Momen di seperempat bentang : MAx = 4.08 x 107 Nmm, di tengah bentang: MBx = 1.03 x 108
Nmm, dan di tigaperempat bentang: MCx = 4.23 x 107 Nmm.
Gaya geser rencana:
Vux = 98807.68 N; dan
Gaya aksial rencana yang di induksi dari struktur pengaku dinding melintang yang membebani
sumbu y dari kolom gabel seperti pada Gambar H-5 (b), beban ini di analisa menurut Lampiran
14, reaksi perletakan pada kolom gabel ini di tunjukkan pada gambar (h) pada Lampiran 14
dengan bulatan berwarna merah dan biru, kedua reaksi perletakan ini di transfer ke gird
horizontal pada dinding memanjang, sehingga di gunakan yang paling besar dari kedua reaksi
perletakan ini yaitu yang di tandai dengan bulatan berwarna merah pada gambar (7) dalam
Lampiran 15 yaitu sebesar 33140.48 N (keluar dinding melintang), sehingga diperoleh:
Nu = 33140.48 N (tekan); dan
Lendutan rencana:
δx = 22.09 mm
Selain itu gird mengerjakan beban terpusat vertikal (reaksi perletakkan gird) pada kolom gabel :
RGH1 = 98807.68 N
yang ditransfer ke kolom gabel sebagai gaya tekan aksial di titik sambung gird horizontal dengan
kolom gabel.
Analisa struktur yang dilakukan pada lampiran 15 juga memberikan gaya aksial tarik rencana
pada ikatan angin:
Tu = 27180.56 N (tarik).
8.4.2 Atas Pembebanan Tegak Lurus bidang Gambar
Pada bagian ini, analisa struktur untuk pembebanan tegak lurus bidang gambar hanya dilakukan
pada GHtengah. Pembebanan tegak lurus bidang gambar membebani gird horizontal terhadap
sumbu y penampangnya sehingga menimbulkan gaya-gaya dalam terhadap terhadap sumbu y
penampang. Analisa struktur akan dilakukan dengan menggunakan SAP2000 V.14 , laporan
hasilnya ditampilkan dalam Lampiran 15. Hasil analisa struktur memberikan gaya – gaya dalam
berikut ini :
Muy = 4.35 x 107 Nmm
Gaya geser rencana:
Vuy = 26100 N.
Gaya geser ini adalah aksi gird pada perletakkan yang ditransfer ke kolom gabel di titik sambung
dengannya sebagai beban terpusat:
R2GH = 26100 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Momen di seperempat bentang: MAy = 5.44 x 106 Nmm, di tengah bentang :MBy = 2.18 x 107
Nmm, dan di tiga perempat bentang : MCy = 5.44 x 106 Nmm.
Lendutan rencana: δy = 11.45 mm
8.5 Analisa terhadap Limit State
Hasil analisa struktur atas GH di atas menunjukan bahwa GH dibebani terkombinasi aksial (tekan)-
geserlentur. GH, dengan demikian, adalah komponen terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil
yang diusukan akan dianalisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen, dan persamaan
kombinasi geser lentur. Profil usulan juga akan diperiksa terhadap limit state lendutan, sesuai yang
dimintakan dalam lembaran penugasan.
8.5.1 Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen : [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]

Nu 8  M ux M 
  1,0 atau
  uy
N n 9  M nx M ny 

Nu  M M 
  ux  uy   1,0

2N n  M nx M ny 

1. Analisa untuk Memperoleh Beban – Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan di bagian 8.4 dan memberikan beban – beban
rencana berikut ini :
Nu = 33140.48 N
Mux = 1.45 x 108 Nmm, dan
Muy = 4.35 x 107 Nmm
2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan – Tahanan Rencana ФNn, ФMnx dan ФMny

Lx = 10000 mm
Lkx = 10000 (1) = 10000 mm
rx = ix = 113.3 mm (Tabel H-1)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

√ ;[SNI-2002: pers.(7.6-1)]

Ly = 10000 mm
Lky = 10000 (1) = 10000 mm
ry = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)

λc = max (1.26 ; 2.16) = 2.16 λc ≥1.2 maka :


ω =1.25λc2; [SNI – 2002: butir 7.6.2]
1.25 x 2.162 = 5.86
A = Ag = 13660 mm2 (Tabel H-1)
Nn = 13660 x (400/5.86) = 9.33 x 105 N

( )

Sx = 2.07 x 106 mm3


Myx = 400 (2.07 x 106) = 8.28 x 108 Nmm

Mbckl-x = bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang,yang dapat


diketahui dengan membandingkan factor-faktor kelangsingan (λ, λp dan λr ); [SNI-2002
butir 8.2].
λ = max(λx;λy)
λx = Lx / ix = (10000/113.3) = 88.26
λy = Ly / iy = (10000/65.8) = 151.98
λ = max (88.26 ; 151.98) = 151.98

√ ;[SNI-2002 pers (8.4-4a). karena factor kelangsingan untuk komponen

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang seperti yang telah dilakukan di atas]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

λp = 1.76 x (200000/400)0.5 = 39.35

√ ; [SNI-2002: pers.(8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk komponen

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang seperti yang telah dilakukan diatas]
λr = 4.40 x (200000/400)0.5 = 98.39
98.39 ≤ 151.98 Maka :
λr ≤  , Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut
persamaan:

Mbckl-x = ( ) ; [SNI – 2002: butir 8.2.5]

Mr = Sx (fy-fr);[SNI-2002:butir 8.2.1.c]
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja,[SNI-2002;Tabel 7.5-1].
Karena profil Lip Channel umumnya dimanufaktur dengan cara cold-formed
maka
fr =70 MPa
Sx = 2.07 x 106 mm3
Mr = 2.07 x 106 x (400-70) = 6.83 x 108 Nmm

Mp = min (fy Zx ; 1.5 Mxy)


fy . Zx = fy (1.14 Sx) = 400 (1.14 (2.07 x 106)) = 9.44 x 108Nmm [untuk profil WF Zx
dapat diperkirakan sebagai 1.14Sx1]
1.5 Myx = 1.5 (8.28 x 108 )= 1.24 x 109 Nmm
Mp = Min (9.44 x 108 ; 1.24 x 109 ) = 9.44 x 108 Nmm

Mbckl-x = 9.44 ( )

= 2.86 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang
lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
L = 10000 mm
Lx = 10000 mm
Lp = 1.76 ry √ ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
r y = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Lp = 1.76 x 65.8 x (200000/400)0.5 = 2589.55 mm

⌊ ⌋√ √ ; [SNI-2002: Tabel 8.3-2]

S = Sx = 2.07 x 106 mm
; konstanta punter untuk penampang I1

J = 1/3 (2 x 258(20.52)3 + 267(12.95)3)


J = 1.68 x 106 mm4
A = 13660 mm2

fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa

( )

; Konstanta pilin-pilin untuk penampang I

H = 267 mm
Iy = 5.90 x 107 mm4
Iw = (2672 x 5.90 x 107)/4
= 1.05 x 1012 mm6

( )

√ √

Lr ≤ L ; 6715.54 ≤ 10000 ; Bentang komponen tergolong bentang menengah, maka


Mltb dihitung menurut persamaan :

Mltb-x= √ [SNI-2002: Butir 8.3-4]

12.5 M max
Cb   2.3
2.5M max  3M A  4M B  3M C

Mmaks = Mux = 1.03 x108 Nmm


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

MA = MAx = 4.08 x107 Nmm


MB = MBx = 1.03 x108 Nmm
MC = MCx = 4.23 x107 Nmm

Cb = 1.40
Mltb-x=

= 4.93 x 108 Nmm < 9.44 x 108 Nmm


Maka Mltb-x = 9.44 x 108 Nmm

Mnx = min (8.28 x 108; 2.86 x 108; 4.93 x 108 )


= 2.86 x 108 Nmm

Mny = min (Myy;Mbckl-y;Mltb-y);[SNI-2002:pers.(8.1-1)


Myy = fySy;[SNI-2002: butir 8.2.1]
Sy = 7.41 x 105 mm [Tabel H-1]
Myy = 400 x 7.41 x 105 = 2.96 x 108 Nmm

Mbckl-y bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat diketahui
dengan membandingkan fakor-faktor kelangsingan (λ, λp dan λr);[SNI-2002 butir 8.2]
λ = max (
λx = Lx / ix = (10000/113.3) = 88.26
λy = Ly / iy = (10000/65.8) = 151.98
λ = max (88.26; 151.98) = 151.98

√ ; [SNI-2002: pers.(8.4-4.a), Karena factor kelangsingan untuk komponen

struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah


dilakukan diatas]
λp
λp = 1.76 x (200000/400)0.5 = 39.35
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

√ ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b). Karena factor kelangsingan untuk

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang seperti


yang telah dilakukan di atas]
λr = 4.40 x (200000/400)0.5 = 98.39
98.39 ≤ 151.98 Maka :
λr ≤ , Maka penampang adalah penampang kompak dan Mbckl-x dihitung menurut
persamaan:
Mbckl-y = Mr (λr / )2
Mr = Sy(fy-fy);[SNI-2002: butir 8.2.1.c]
fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja; [SNI-2002: Tabel 7.5-1].
Karena profil Lip Channel umumnya daimanufaktur dengan cara coldformed
maka:
fr =70 MPa
Sy = 7.41 x 105 mm3
Mr = 7.41 x 105 x (400-70) = 2.44 x 108 Nmm
Mp = min (fy Zy ; 1.5 Myy)
fy . Zy = fy (1.14 Sy) = 400 (1.14 (7.41 x 105)) = 3.38 x108 Nmm [untuk profil WF Zx
dapat diperkirakan sebagai 1.14Sx1]
1.5 Myy = 1.5 (2.96 x 108)= 4.44 x 108 Nmm
Mp = Min (3.38 x108; 4.44 x 108) = 3.38 x108Nmm
Mbckl-y = 2.44 x 108 (98.39/151.98)2
= 1.02 x 107 Nmm

Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L,Lp dan Lr satu terhadap yang
lain;[SNI-2002;butir 8.3]
L = 10000 mm
Ly = 10000 mm

√ ;[SNI-2002: Tabel 8.3-2]

r y = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)


Lp = 1.76 x 65.8 x (200000/400)0.5 = 2589.55 mm

* +√ √ ;[SNI-2002: Tabel 8.3-2]


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

ry = iy = 65.8 mm (Tabel H-1)

S = Sy = 7.41 x 105 mm
E = 200000 MPa; [SNI- butir 5.1.3]
G = 80000 MPa; [SNI-2002;butir 5.1.3]
J = ; konstanta punter untuk penampang I1

J = 1/3 (2 x 258(20.52)3 + 267(12.95)3)


J = 1.68 x 106 mm4
A = 13660 mm2

fL = fy - fr
= 400 - 70 = 330 MPa

( )

; konstanta pilin untuk penampang I

H = 267 mm
Iy = 1.75 x 108 mm4
Iw = (2672 x (1.75 x 108))/4
= 1.05 x 1012 mm6

( )

√ √

Lp ≤ L ≤ Lr ; 2589.55 ≤ 10000 ≤ 16638.51 ; Bentang komponen tergolong bentang


menengah, maka Mltb-y dihitung menurut persamaan :
 ( L  L) 
Mltb-y = Mn = Cb  M r  M p  M r  r   M p [SNI-2002: persamaan 8.3-2.b]
 ( Lr  Lp ) 

12.5 M max
Cb   2.3
2.5M max  3M A  4M B  3M C
Mmaks = Muy = 4.35 x107 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

MA = MAy = 5.44 x 106 Nmm


MB = MBy = 2.18 x 107 Nmm
MC = MCy = 5.44 x 106 Nmm

Cb = 2.38
 (21149.05  10000) 

Mltb-y = 2.382.44 x 10 8  3.38 x 10 8  2.44 x 10 8  
M p
 ( 21149.05 2589.55 ) 
= 3.80 x 108 Nmm > 3.38 x 108 Nmm
Maka Mltb-y = Mp = 3.38 x 108 Nmm
Mny = min (2.96 x 108; 1.02 x 108; 3.38 x 108 Nmm)
= 1.02 x 108 Nmm

ΦNn = 0.85 (9.33 x 105) = 7.93 x 105 N


ΦMnx = 0.90 (2.86 x 108) = 2.58 x 108 Nmm
ΦMny = 0.90 (1.02 x 107) = 9.22 x 107 Nmm
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen
Rasio
Nu 33140.48
adalah  4.18 x 10  2  0.20 :
 Nn 7.93x 10 5

maka persamaan interaksi yang digunakan adalah:

Nu  M M uy 
  ux    1.00
2  N n   M nx  M ny 

33140.48  1.03x 10 8 4.35 x 10 7 


      1.00
2 x 7.93x 10 5  2.58 x 10 8 9.22 x 10 7 
 0.893  1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio keterpenuhan:
0.893
= X 100% = 89.29 %
1.00
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

8.5.2 Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur:

M ux M uy V
  0.625 u  1.375 [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 8.4.3]
 M nx  M ny  Vn

1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu :


Analisa untuk maksud ini telah dilakukan di bagian 8.4 dan memberikan:
Vux = 98807.68 N dan Vuy = 26100 N. Gaya geser rencana Vu dapat ditentukan :

Vu  Vux  Vuy  (98807.68) 2  (26100) 2 


2 2
1.02 x 10 5 N

2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn


Vn = 0.9 ; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].
h = H-2t
H = 267 mm [Tabel H-1]
t = 20.52 mm
h = 267 – 2(20.52) = 225.96 mm
tw = d = 12.95 mm [Tabel H-1]
h / tw = 225.96 / 12.95 = 17.45

a = 10000 mm
kn = 5 + (5 / (10000/225.96)2)
= 5.0

= 1.10 x ((5.00 x 200000)/400)0.5


= 55.01

= 1.37 x ((5.00 x 200000)/400)0.5


= 68.52
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Ini memberikan:

h kn E
17.45 ≤ 55.01 yang berarti < 1.10
tw fy

Vn  0.6 f y Aw ; [SNI  2002 : butir 8.8.3]


Maka
Aw = ( H - 2t ) d
H = 267 mm
t = 20.52 mm
d = 12.95 mm
Aw = (267 – 2(20.52))x12.95 = 2926 mm2
Vn = 0.6 x 400 x 2926 = 7.02 x 105 N
Tahanan – tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 7.02 x 105 = 6.32 x 105 N
3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser
Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :
M ux M uy V
  0.625 u 1.375
 M nx  M ny  Vn

1.03x 10 8 4.35 x 10 7 1.02 x 10 5


   0.625  1.00
2.58 x 10 8 9.22 x 10 7 6.32 x 10 5
 0.97  1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio keterpenuhan:
0.97
= x 100% = 70.77 %
1.375

8.5.3 Terhadap Limit State Lendutan: δ < δn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 6.4.3]
1. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Analisa untuk memperoleh lendutan telah dilakukan dalam bagian 8.4, dan memberikan:
δx = 22.09 mm (ke bawah) dan δy = 11.45 mm (ke dalam bangunan, tegak lurus dinding)

2. Analisa untuk Memperoleh Lendutan Batas
δn = 1/360 Lmaks ; [SNI-2002 Tabel 6.4-1]
δn = 1/360 x 10000 = 27.78 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Lendutan


Terhadap Limit State: δu <δn , ternyata
24.88 < 27.78 (Terpenuhi)
maka, profil usulan pertama memenuhi limit state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
24.88
= X 100% = 89.57 %
27.78

8.6 Hasil Desain


Profil usulan pertama memenuhi semua limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di
samping itu rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (89.29% ; 70.77% ; 89.57 %) = 89.57% > 60%; yang menandakan bahwa profil usulan
optimal. Dengan demikian profil 10’ WF 10 x 10 dapat dipakai untuk gird horizontal pada struktur
dinding memanjang.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

I. DESAIN IKATAN ANGIN PADA DINDING MEMANJANG

Depan Belakang

5.00 m

5.00 m

10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

Gambar I-1. Idealisasi Struktur Dinding Memanjang

9.1.Data
Data yang relevan untuk desain ikatan angin pada struktur dinding memanjang adalah:
1) Panjang: √ = 11180.34 mm = 11.18 m
2) Di kedua ujung dipasang jarum keras untuk pengencangan.

9.2.Profil Usulan
Profil usulan adalah Ø 10 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel I-1
Tabel I-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1
Ø 10 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa
Ø A
(mm) (mm2)
10 78.54

9.3. Pembebanan dan Analisa Struktur


Pembebanan dan analisa struktur untuk desain ikatan angin ini telah dilakukan di bagian 8.3 dan 8.4
sehingga tidak akan diulangi di sini. Hasil analisa tersebut memberikan besar gaya dalam yang
terjadi pada ikatan angin:
Tu = 27180.56 N (Tarik)

9.4. Analisa Terhadap Limit State


Analisa struktur di atas menyatakan bahwa ikatan angin atap adalah komponen aksial tarik. Profil
usulan, dengan demikian, akan dianalisa terhadap limit - state kuat penampang dan kelangsingan.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

9.4.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang: Tu ≤ Ø Tn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 pasal 10]
(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu
Beban rencana (Tu):
Tu = 27180.56 N
(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana Ø Tn
Ø = 0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]
Tn = Ag fy
Ag = 78.54 mm2 [A pada Tabel I-1]
Tn =78.54 x 400 = 31416 N
Ø Tn = 0.9 x 31416 = 28274.40 N
(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Kuat Penampang
27180.56 ≤ 28274.40 N

Profil usulan memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan:

9.4.2 Terhadap Limit-State Kelangsingan: λu ≤ λn ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 7.6.4]


Untuk komponen tarik dengan profil batang bundar, limit-state ini tidak perlu ditinjau [SNI-2002,
butir 7.6.4].

9.5. Hasil Desain


Profil usulan memenuhi semua limit-state yang ditinjau. Rasio keterpenuhan limit-state profil ini
adalah 96.13 %, lebih dari rasio optimal minimum yaitu 60%. Dengan demikian Profil Ø 10 mm
cukup kuat dan dapat dipakai sebagai profil untuk ikatan angin pada struktur dinding memanjang.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

J. DESAIN STRUKTUR UTAMA


10.1.Penetuan Portal Gabel Representatif

Rangka Gebel Belakang Rangka Gebel Belakang


dengan pengaku struktur dengan pengaku struktur
dinding melintang dinding melintang
6

Rangka Gebel Dalam Rangka Gebel Dalam

10.00 m
dengan pengaku struktur dengan pengaku struktur
dinding melintang dinding melintang
5

10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
4

Memanjang

50.00 m
10.00 m
Pengaku
Dinding
Struktur
Rangka Gebel Rangka Gebel
3

10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
2

10.00 m
Rangka Gebel Rangka Gebel
1

17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

70.00 m

Gambar J-1 Penomoran Portal Gabel


Berdasarkan Gambar J-1 diatas, akan di lakukan analisa terhadap struktur utama dalam
perencanaan kostruksi baja ini.
Berdasarkan pembebanan yang ada, maka akan di desain 2 portal gabel yang utama yaitu:
1. Desain portal gabel 1. Desain portal ini mewakili portal gabel 6. Desain portal ini selanjutnya
akan di sebut sebagai desain portal gabel eksterior
2. Desain portal gabel 2. Desain portal ini mewakili portal gabel 1, 2, 3, 4 dan 5. Desain portal ini
selanjutnya akan di sebut sebagai desain portal gabel interior
Portal gabel terdiri atas kolom dan rafter, oleh karena itu akan di desain masing-masing kolom dan
rafter eksterior serta kolom dan rafter interior. Desain struktur utama di bagi menjadi 2 bagian
karena terdapat 2 pembebanan berbeda yang membebani portal gabel.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

10.2. Desain Gabel Eksterior


10.2.1. Data
(i) Panjang rafter = 18.21 m = 18210 mm
(ii) Sudut kemiringan rafter = 160
(iii) Panjang gording = 10 m = 10000 mm
(iv) Panjang kolom = 10 m = 10000 mm
(v) Profil usulan Rafter
Tabel J-1 Usulan profil rafter eksterior dapat juga dilihat pada Lampiran 16
10’ WF 10 X 10 (72.92 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
1.14 x 3.87 x 8.95 x 3.05 x
254 254 8.64 14.17 12.7 9290 110.5 64.5
108 107 105 105

(vi) Profil usulan Kolom


Tabel J-2 Usulan profil kolom eksterior dapat juga dilihat pada Lampiran 16
12’ WF 12 X 12 (126.5 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
3.28 x 107 x 2.05 x 6.92 x
307 318 15.57 20.22 15.2 17460 137.2 78.2
108 108 106 105

10.2.2. Pembebanan
Portal Gabel yang mewakili desain ini adalah portal gabel 1. Pembebanannya dapat di
lihat dalam Gambar J-2 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Qx dib Qx dib
Qy elaka Qy elaka
in ng angin ng an
k ang Qy Qy angin ihak Qy Qy
Qx dip
iha
Qy
Qy Qy
Qy
Qx dip Qy
Qy Qy
Qy
gin

Qy Qy Qy 2.50 Qy
18.21 m m 2
Qy Qy Qy .50 Qy
R2GH Qy Qy Qy
m 2
.50 m Qy R2GH P4
Qy Qy Qy 2.50 Qy
m

Qx-4
2.50
QGV-x

QGV-x
m 2.50
m 2 P3
2.40 m 2.40 m 2.40 m .50 m

Qx-3
R2GH R2GH P2

Qx-2
QGV-x

QGV-x
P1

Qx-1
35.00 m 35.00 m
(a) (b )

Pkolom P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Pkolom

(c)

Gambar J-2 Pembebanan Pada Gabel Eksterior.


(a) Beban Angin Pada Atap, Beban Pada Gording, Beban Angin Pada Dinding Memanjang, dan
Beban Tembok Pada Dinding Memanjang Yang Membebani Portal Gabel Eksterior
Representatif.
(b) Beban Angin dan Tembok Pada Dinding Melintang Yang Membebani Kolom Dari Portal
Gabel Eksterior Representatif.
(c) Beban Angin Pada Dinding Melintang Yang Membebani Rafter Dari Portal Gabel Eksterior
Representatif

Beban-beban ini bekerja pada masing-masing kolom dan rafter dari portal gabel eksterior
ini. Sehingga berdasarkan Gambar J-2 diatas, maka beban yang bekerja pada rafter dan
kolom adalah sebagai berikut:

A. Beban Pada Rafter


A.1. Pada Sumbu x Penampang Rafter
Beban yang bekerja pada sumbu x penampang rafter adalah sebagai berikut:
 Beban Angin dan Beban Mati
Kedua beban ini telah di hitung pada BAB 3, yaitu pada butir 3.3.3.1. Beban
yang akan di gunakan dalam perencanaan Rafter ini harus di ambil dari 2
kombinasi pembebanan yang telah di hitung yaitu
 Persamaan (6.2-1): 1.4 Dx

1,4 Dx = 1.4 (616.19) = 862.67 N


 Persamaan (6.2-3): 1.2D + 1.6(La atau H) + (γL atau 0.8W)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

- Di pihak angin
1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800)
= 3983.45 N/m’.
Dari 2 persamaan di atas diambil yang maksimum, sehingga
- Beban dipihak angin (Qx) = Max (862.67 ; 3983.45) = 3983.45 N/m’
Reaksi perletakan yang di transfer ke rafter adalah
- Beban dipihak angin (Qx) = ½ QL = ½ (2983.45)(10) = 19917.26 N

A.2. Pada Sumbu netral Penampang Rafter


Beban yang bekerja pada sumbu netral penampang rafter adalah sebagai berikut:
 Beban Mati
Beban ini telah di hitung terhadap kombinasi pembebanannya pada BAB 3,
yaitu pada butir 3.3.3.2. besarnya beban ini adalah
Qy = 499.93 N/m’
Reaksi perletakan yang di transfer ke rafter telah di hitung dalam BAB 3
yaitu pada butir 3.4 serta telah di hitung juga dalam Lampiran 6 besarnya
beban ini adalah
Qy = Vuy = 1559.01 N
A.3. Pada Sumbu y Penampang Rafter
Rafter juga di bebani pada sumbu y penampang rafter yang di induksi dari gird-
gird vertikal struktur dinding melintang yang telah dihitung pada Lampiran 7,
beban ini di tunjukkan pada Gambar J-2 (c) diatas. Besarnya beban-beban diatas
di tunjukkan dalam tabel J-3 berikut.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Tabel J-3 Besar beban (dalam Newton) pada Penampang Sumbu y Rafter

Beban
Gaya Transfer
(N)
Pkolom 931.95
P1 2057.40
P2 2315.70
P3 2574.00
P4 2574.00
P5 2315.70
P6 2057.40
Pkolom 1863.90
P7 2057.40
P8 2315.70
P9 2574.00
P10 2574.00
P11 2315.70
P12 2057.40
Pkolom 931.95

B. Beban Pada Kolom


B.1. Pada Sumbu x Penampang Kolom
Beban yang bekerja pada sumbu x penampang kolom adalah sebagai berikut:
a. Di pihak angin
Beban di pihak angin ini telah dihitung pada BAB 8 pada butir 8.4.2 yang
menghasilkan beban terpusat akibat beban angin yang membebani gird
horizontal pada dinding memanjang, kemudian di bebani pada kolom
sebesar
R2GH = 26100 N
Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga seperti pada gambar berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

R2-GH

QGV-x2
R2-GH

QGV-x1

(a) (b)
Gambar J-4. Daerah Tributaries Yang Di Ekivalenkan Menjadi Beban Merata Linear

Beban merata ini di hitung menggunakan koefiesien beban angin sebesar 0.9
(PPI 1983 butir 4.2.(2) dan Tabel 4.3.(1) a) sehingga beban angin di pihak
angin adalah:
0,9 (40) = 36 kg/m2 = 360 N/m2 ;
Daerah tributaries yang di ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah

Wsegitiga-1 = 1/3 QwL1, sehingga


L1 = 5 m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m
= 600/1000
= 0.60 N/mm
Wsegitiga-2 = 1/3 QwL2
L2 = 5 m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

= 600/1000
= 0.60 N/mm
Sama seperti GH, GV, kolom gabel pun dibebani dua tributaris segitiga, yang
satu pada dinding di sebelah kiri dan yang lain pada dinding di sebelah
kanannya. Beban melalui kedua tributaries ini (WGV), dengan demikian, adalah:
2Wsegitiga1  2 (0.60)  1.20 N / mm
2Wsegitiga 2  2(0.60)  1.20 N / mm

Beban di atas akan di hitung menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan


persamaan 6.2-1 s/d 6.2-6 pada SNI-2002 sehingga beban merata linear di atas
menjadi
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)

QGv-x atas = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’


QGv-x bawah = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’

Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan


pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil.
Beban terpusat dan merata ini dapat di lihat pada Gambar J-2 (a) di atas.

b. Di belakang angin
Beban di belakang angin ini di hitung menurut Gambar J-5 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

QGV-x
5.00 m 5.00 m QGH-y

QGV-x
5.00 m 5.00 m

6.00 m
2.00 m 2.00 m

10.00 m 10.00 m
(a) (b)

Gambar J-5 Beban Angin Yang Membebani Dinding Memanjang

Gambar J-5 menunjukkan tributaris dan penghitungan pembebanan oleh


tiupan angin. Beban yang ditimbulkan terpaan angin di belakang angin (Qw)
adalah :
0.9 (40) = 36 kg/m = 360 N/m2; [PPI 1983 butir 4.2.(2) dan 4.3.(1)a]
Qw bekerja pada seluruh bidang tembok. Qw yang dipikul oleh GHtengah
adalah daerah tributaris berbentuk trapesium sementara yang dipikul oleh
GV adalah yang menerpa daerah tributaris berbentuk segitiga (Gambar J-
5(a)).
Daerah tributaris GHtengah adalah yang paling besar dari antara tributaris –
tributaris untuk GH maka perhitungan akan dilakukan pada GHtengah
(Gambar J-5(a)). Beban merata ekivalen yang berasal dari tributaris
trapesium akan disebut Wtrapesium. Sehingga:

Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8


X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (10)(8) - (4)(3.67) - (6) = 139.32
Wy-trapesium 1 = 360 x 139.32 x (4/102) = 2006.21 N/m
Wy-trapesium 2 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (10)(8) - (4)(3.67) - (6) = 139.32
2
Wy-trapesium 2 = 360 x 139.32 x (4/10 ) = 2006.21 N/m

Total dari beban angin adalah :


= 2006.21 + 2006.21 = 4012.42 N/m’ = 4.01 N/mm’
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi
pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas
WGH.
Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGH = 1.2(0) +1.3(4.01) + 0.5(0) = 5,22 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan
pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada
QGH. QGH membebani gird horizontal terhadap sumbu minor (sumbu y)
penampangnnya maka akan disebut QGH-y, sehingga pada Gambar J-5 (b):
QGH− y = 5.22 N/mm’
Selanjutnya Reaksi perletakan yang di transfer ke kolom portal gabel
adalah:
R2GH = ½ QL = ½ (5.22)(10000) = 26100 N
Gaya ini bekerja pada kolom seperti pada Gambar J-2 di atas.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga seperti pada gambar J-5 di atas. Beban ini bekerja pada
kolom sebagai beban merata linear, sehingga daerah tributaries yang di
ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah

Wsegitiga-1 = 1/3 QwL1, sehingga


L1 = 5 m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m
= 600/1000
= 0.60 N/mm

Wsegitiga-2 = 1/3 QwL2


L2 = 5 m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m
= 600 /1000
= 0.60 N/mm

Beban di atas akan di hitung menurut kombinasi pembebanan yang


dianjurkan persamaan 6.2-1 s/d 6.2-6 pada SNI-2002 sehingga beban merata
linear di atas menjadi
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)

QGv-x atas = 1.2(0) +1.3(0.60) + 0,5(0) = 0.78 N/mm’


QGv-x bawah = 1.2(0) +1.3(0.60) + 0,5(0) = 0.78 N/mm’

Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan


pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil.
Beban terpusat dan merata ini dapat di lihat pada Gambar J-5 (a) di atas.

B.2. Pada Sumbu netral Penampang Kolom


Beban yang bekerja pada sumbu netral kolom ini adalah beban yang di
akibatkan oleh karena berat dari pasangan dinding bata yang membebani dinding
memanjang dan dinding melintang, besarnya beban-beban ini adalah
Dari tembok dinding melintang:
Beban tembok ini telah di hitung pada BAB 6 yaitu pada butir 6.3.1 yaitu
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

R1GH = 4.36 x 104 N


Dari tembok dinding memanjang:
Beban tembok ini telah di hitung pada BAB 8 yaitu pada butir 8.4.1 yaitu
RGH1 = 98807.68 N
Beban-beban di atas dapat di lihat pada Gambar J-2 di atas
B.3. Beban Pada Sumbu y Penampang Kolom
Beban-beban ini telah di hitung pada BAB 8 butir 8.3.3 besar masing-masing
beban ini adalah sebagai berikut
Q’x1 = 1/3 (Qx1) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x2 = 1/3 (Qx2) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x3 = 1/3 (Qx3) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
Q’x4 = 1/3 (Qx4) = 1/3 (0.78) = 0.26 N/mm
P1 = 1/3 (R2GH + HAtas) = 1/3 (8000 + 4.32x104) = 17066.67 N
P2 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P3 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P4 = 1/3 (R2GH) = 1/3 (8000) = 2666.67 N
P5 = 1/3 (HBawah) = 1/3 (4.27x104) = 14233.3 N

Beban-beban di atas dapat di lihat pada Gambar J-2 di atas

10.2.3. Analisa Struktur


10.2.3.1. Rafter
Untuk perencanaan rafter pada struktur utama eksterior yaitu portal nomor 6, hasil
analisa dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari hasil analisa tersebut, memberikan gaya-
gaya dalam rencana sumbu-x sebagai berikut :

Mux = 2.02 x 108 Nmm


MAx = 2.15 x 107 Nmm
MBx = 9.07 x 107 Nmm
MCx = 1.50 x 108 Nmm
Vux = 29385.68 N
Nu = 34817.81 N
δx = 17.340 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Dari Hasil analisa pada Lampiran 17, memberikan gaya-gaya dalam rencana sumbu-y
sebagai berikut:

Muy = 1.30 x 107 Nmm


MAy = 1.61 x 106 Nmm
MBy = 5.93 x 106 Nmm
MCy = 1.32 x 106 Nmm
Vuy = 4271.46 N
δy = 16.05 mm

10.2.3.2. Kolom
Untuk perencanaan rafter pada struktur utama ekterior yaitu portal nomor 6, hasil
analisa dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari hasil analisa tersebut, memberikan gaya-
gaya dalam rencana sumbu-x sebagai berikut :

Mux = 3.59 x 108 Nmm


MAx = 1.09 x 108 Nmm
MBx = 5.99 x 106 Nmm
MCx = 1.72 x 108 Nmm
Vux = 76947.41 N
Nu = 43490.55 N
δx = 11.17 mm

Dari Hasil analisa pada Lampiran 17, memberikan gaya-gaya dalam rencana sumbu-y
sebagai berikut:

Muy = 5.65 x 107 Nmm


MAy = 1.08 x 107 Nmm
MBy = 3.33 x 107 Nmm
MCy = 1.08 x 107 Nmm
Vuy = 27900 N
δy = 9.33 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

10.2.4. Desain Rafter


10.2.4.1. Analisa Terhadap Limit State

Hasil analisa struktur atas rafter di atas menunjukkan bahwa rafter dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Rafter dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.

10.2.4.1.1. Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen


(1). Analisa Untuk Memperoleh Beban-Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan dan memberikan beban-beban rencana sebagai
berikut :
Nu = 34817.81 N
Mux = 2.02 x 108 Nmm
Muy = 1.3 x 107 Nmm
(2). Analisa Untuk Memperoleh Tahanan-Tahanan Rencana φNn dan φMnx
Φ = 0.85 [SNI-2002:butir 11.3]
fy
N n  Ag [SNI-2002:butir 7.6.2]

Ω bergantung pada faktor tekuk λc
λc = max (λcx; λcy)
; [bergantung pada faktor tekuk c]
c  max (cx ; cy )

1 Lkx fy
cx  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 rx E
Lkx = kx Lx
Lx = 5020 mm
kx = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Lkx = 1(5020) = 5020 mm
rx = ix = 110.5 mm (Tabel J-1)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1 Lky fy
cy  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 ry E

Lky = ky Ly
ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 1(2500) = 2500 mm
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)

λc = max (0.64; 0.55) = 0.64


Untuk 0.25 ≤ λc ≤ 1.2 maka :
ω= = = 1.22

A = Ag = 9290 mm2 (Tabel J-1)


Nn = 9290 x (400/1.22) = 3.04 x 106 N

  0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]


M nx  min ( M yx ; M bckl x ; M ltb  x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]

M yx  f y S x ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]

Sx = 8.95 x 105 mm3


Myx = 400 (8.95 x 105 ) = 3.58 x 108 Nmm
Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui
dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI –
2002 butir 8.2]
 = max (x; y)
λx = Lx / ix = (5020/110.5) = 45.43
λy = Ly / iy = (2500/64.5) = 38.76
λ = max (45.43; 38.76) = 45.43
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

39.35 < 45.43 < 98.38 Maka :


λp < λ < λr, Maka penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung
menurut persamaan :

Mbckl-x = ( )

Mr = Sx x (fy – fr)
= 8.95 x 105 x (400 – 70)
Mr = 2.95 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zx ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x 8.95 x 105)
= 4.08 x 108 Nmm
1.5 Myx = 1.5 (8.95 x 105) = 5.37 x 108 Nmm
Mp = Min (4.08 x 108 ; 5.37 x 108) = 4.08 x 108 Nmm

Mbckl-x = ( ) =3.96 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah


atau panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Lx = 5020 mm
Ly = 2500 mm

E
L p  1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)

E 200000
L p  1.76ry  1.76 (64.5)  2538.88mm
fy 400

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sx = 8.95 x 105 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J= 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(254)(14.17)3 + 254(8.643) = 536391 mm4

A= 9290 mm2
 EGJA 3.14 200000 x 80000 x(536391) x 9290
X1    22153.83mm
S 2 8.95 x 10 5 2

fL = fy-fr = 400 – 70 = 330 MPa


2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 3.87 x 107 mm4


Iw = (2542 x 3.87 x 107)/4
= 6.24 x 1011 mm6
maka

( )

√ √
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2538.38 < 5020 < 7517.20, Lp < L < Lr ; Bentang komponen tergolong bentang
menengah, maka Mltb-x dihitung menurut persamaan :
 ( Lr  L) 
Mltb-x= Mcr ≤ Mp = Cb Mr  ( Mp  Mr )  [SNI-2002: Persamaan 8.3-2.b]
 ( Lr  Lp 

12,5 M max
Cb   2,3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
Mmaks = Mux = 2.02 x 108 Nmm
MAx = 2.15 x 107 Nmm
MBx = 9.07 x 107 Nmm
MCx = 1.50 x 108 Nmm
Cb = 12,5 (2.02 x 108)
2.5(2.02 x 108) + 3(2.15 x 107) + 4(9.07 x 107 ) + 3(1.50x 108)
Cb = 1.83

 (7517.20  5020) 
Mltb-x = 1.83 2.95 x 10 8  (2.95 x 10 8  4.08 x 10 8 )
 (7517.20  2538.38 

= 7.47 x 108 > 4.08 x 108, Mcr ≥ Mp maka


Mltb-x = 4.08 x 108 Nmm

Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Mnx = min (3.58 x 108; 3.96 x 108; 4.08 x 108) = 3.58 x 108 Nmm

Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]

Sy = 3.05 x 105 mm3 ; [Tabel J-1]


Myy = 400(3.05 x 105) = 1.22 x 108 Nmm

Mbckl-y bergantung kepada kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang


dapat diketahui dengan membandingkan faktor – faktor kelangsingan (, p,
dan r) satu terhadap yang lain ; [SNI-2002 butir 8.2].
 = max (x ; y)
λx = Lx / ix = (5020/110.5) = 45.43
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

λy = Ly / iy = (2500/64.5) = 38.76
λ = max (45.43; 38.76) = 45.43

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]
λp= 1,76 x (200000/400)0.5 = 39.35

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

39.35 < 45.43< Maka :


λp < λ < λr, Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung
menurut persamaan :

Mbckl-y = ( )

Mr = S y (fy – fr)
=3.05 x 105 x (400 – 70)
Mr = 1.01 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myy)
fy.Zy = 400 (1.14 x 3.05 x 105)
= 1.39 x 108 Nmm
1.5 Myy = 1.5 (1.22 x 108) = 1.83 x 108 Nmm
Mp = Min (1.39 x 108; 1.83 x 108) = 1.39 x 108 Nmm

Mbckl-y = ( )=1.35 x 108 Nmm


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
ry = iy = 64.5 (Tabel J-1)
Lx = 5020 mm
Ly = 2500 mm
ry = iy = 64.5 mm (Tabel J-1)

E 200000
Lp  1.76ry  1.76 (64.5)  2538.38mm
fy 400

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sy = 3.05 x105 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J = 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(254)(14.17)3 + 254(8.643) = 536391.27 mm4

A = 9290 mm2
 EGJA 3.14 200000 x 80000 x 536391.27 x 9290
X1    65044.17mm
S 2 3.05 x 10 5 2
fL= fy - fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 3.87 x 107 mm4


Iw = 2542 x 3.87 x 107)/4
= 6.24 x 1011 mm6
Maka

( )
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

√ √

2500 < 2538.38, L < Lp; Bentang komponen tergolong bentang pendek, maka Mltb-y
dihitung menurut persamaan :
Mltb-y = Mp = [SNI-2002: Persamaan 8.3-2.a]
Mltb-y = 1.39 x 108 Nmm

Mny = min (1.22 x 108 ; 1.35 x 108 ; 1.39 x 108) = 1.22 x 108 Nmm

(3). Analisa Untuk Mencaritahu Keterpenuhan Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-


Momen
Nu
Rasio adalah
N n

Maka analisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen dilakukan dengan


menggunakan persamaan

Nu  M M uy 
  ux    1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]

2N n  M nx M ny 

( )

0.7518 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.4.1.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser Lentur

(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu

Vux  Vuy  (29385.68) 2  (4271.46)  29694.50 N


2 2
Vu =

(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn


ΦVn = 0.9 Vn; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].

H = 254 mm [Tabel J-1]


t = 14.17 mm
h = 254 – 2(14.17)
= 225.66 mm
tw = d = 8.64 mm [Tabel J-1]
h / tw = 225.66/ 8.64 = 15.9251

( ⁄ )

a = 5020 mm
kn = 5 + (5 / (5020 /225.66)2)
= 5.01

= 1.10 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 55.06

=1,37 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 68.57

h / tw ≤ √ ; 15.92 ≤ 55.06

Maka:

= (254-2(14.17) x 8.64 = 1949.70 mm2


Vn = 0.6 x 400 x 1949.70 = 4.68 x 105 N
Tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

ΦVn = 0.9 x 4.68 x 105 = 4.21 x 105 N


(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser -
Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :

0.7891 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.4.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas

δn = 1/240 x 18210= 151.75 mm


(2). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Rencana

  117.34 2  16.05 2  118.43mm


δ < δn ↔ 118.43 < 151.75 Terpenuhi!!
Maka profil usulan memenuhi limite state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
118.43
x 100 %  78.04 %
151.75

10.2.4.2. Hasil Desain


Profil usulan memenuhi limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping itu
rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (75.18% ; 57.39 % ; 78.04 %) = 78.04 % > 60 %; yang menandakan bahwa profil
usulan adalah optimal. Dengan demikian profil 10’ WF 10 x 10 dapat dipakai untuk
desain struktur utama rafter.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

10.2.5. Desain Kolom


10.2.5.1. Analisa Terhadap Limit State
Hasil analisa struktur atas kolom di atas menunjukkan bahwa kolom dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Kolom dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.

10.2.5.1.1. Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen


(1). Analisa Untuk Memperoleh Beban-Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan dan memberikan beban-beban rencana sebagai
berikut :
Nu = 43490.55 N
Mux = 3.59 x 108 Nmm
Muy = 5.65 x 107 Nmm
(2). Analisa Untuk Memperoleh Tahanan-Tahanan Rencana φNn dan φMnx
Φ = 0.85 [SNI-2002:butir 11.3]
fy
N n  Ag [SNI-2002:butir 7.6.2]

Ω bergantung pada faktor tekuk λc
λc = max (λcx; λcy)
; [bergantung pada faktor tekuk c]
c  max (cx ; cy )

1 Lkx fy
cx  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 rx E
Lkx = kx Lx
kx = 0.7 ; [ujung adalah jepit - sendi]
Lx = 5000 mm
Lkx = 0.7(5000) = 3500 mm
rx = ix = 137.2 mm (Tabel J-2)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1 Lky fy
cy  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 ry E

Lky = ky Ly
ky = 0.7 ; [ujung adalah jepit - sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 0.7(2500) = 1750 mm
ry = iy = 78.2 mm (Tabel J-2)

λc = max (0.36; 0.32) = 0.36


Untuk 0.25 < λc < 1.2 maka :
1.43/(1.6-(0.67 λc)) = 1.43/(1.6-(0.67 x 0.36)) = 1.05

A = Ag = 17460 mm2 (Tabel J-2)


Nn = 17460 x (400/1.05) = 6625374.08 N

  0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]


M nx  min ( M yx ; M bckl x ; M ltb  x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]

M yx  f y S x ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]

Sx = 2.05 x 106 mm3


Myx = 400 (2.05 x 106) = 8.20 x 108 Nmm
Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui
dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI –
2002 butir 8.2]
 = max (x; y)
λx = Lx / ix = (5000/137.2) = 36.44
λy = Ly / iy = (2500/78.2) = 31.97
λ = max (36.44 ; 31.97) = 36.44

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

< 39.35 Maka :


λ < λp Maka penampang adalah penampang kompak dan Mbckl-x dihitung menurut
persamaan :
Mbckl-x = Mp
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2.05 x 106 x (400 – 70)
Mr = 6.76 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x 2.05 x 106)
= 9.34 x 108 Nmm
1.5 Myx = 1.5 (8.20 x 108) = 1.23 x 109 Nmm
Mp = Min (9.34 x 108 ; 1.23 x 109) = 9.34 x 108 Nmm
Mbckl-x = Mp = 9.34 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah


atau panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
Lx = 5000 mm
Ly = 2500 mm

E
L p  1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

ry = iy = 78.2 mm (Tabel J-2)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E 200000
L p  1.76ry  1.76 (78.2)  3077.55 mm
fy 400

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sx = 2.05 x 106 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J= 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(307)(20.22)3 + 318(12.573) = 1902490.75 mm4

A= 17460 mm2
 EGJA 3.14 200000 x 80000 x 1902490.75 x 17460
X1    24983.80mm
S 2 2.05 x 10 6 2
fL = fy-fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 1.07 x 108 mm4


Iw = (3182 x 1.07 x 108)/4
= 2.70 x 1012 mm6
maka

( )

√ √

< 5000 < 9783.47, Lp < L < Lr ; Bentang komponen tergolong bentang
menengah, maka Mltb-x dihitung menurut persamaan :
 ( L  L) 
Mltb-x = Mn = Cb  M r  M p  M r  r   M p [SNI-2002: persamaan 8.3-2.b]
 ( Lr  Lp ) 

12,5 M max
Cb   2,3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mmaks = Mux = 3.59 x 108 Nmm


MAx = 1.09 x 108 Nmm
MBx = 5.99 x 106 Nmm
MCx = 1.72 x 108 Nmm
Cb = 12,5 (3.59 x 108)
2.5(3.59 x 108) + 3(1.09 x 108) + 4(5.99 x 106) + 3(1.72 x 108)
Cb = 2.55

 (79783.47  5000) 

Mltb-x = 2.559.34 x 10 8  9.34 x 10 8  6.76 x 10 8  M p
(5000  3077.55 ) 

= 2.44 x 109 Nmm ≥ 9.34 x 108 Nmm, maka


Mltb-x = 9.34 x 108 Nmm

Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Mnx = min (8.20 x 108; 9.34 x 108; 9.34 x 108) = 8.20 x 108 Nmm

Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Sy = 6.92 x 105 mm3 ; [Tabel 11-2]
Myy = 400(6.92 x 105) = 2.77 x 108 Nmm

Mbckl-y bergantung kepada kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang


dapat diketahui dengan membandingkan faktor – faktor kelangsingan (, p,
dan r) satu terhadap yang lain ; [SNI-2002 butir 8.2].
 = max (x ; y)
λx = Lx / ix = (5000/137.2) = 36.44
λy = Ly / iy = (2500/78.2) = 31.97
λ = max (36.44 ; 31.97) = 36.44

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]
λp= 1,76 x (200000/400)0.5 = 39.35
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

36.44 < 39.35, λ < λp


Maka penampang adalah penampang kompak dan Mbckl-y dihitung menurut
persamaan :
Mbckl-y = Mp
Mr = S y (fy – fr)
= 6.92 x 105 x (400 – 70)
Mr = 2.28 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myy)
fy.Zy = 400 (1.14 x 6.92 x 105)
= 3.15 x 108 Nmm
1.5 Myy = 1.5 (2.77 x 108) = 4.15 x 108 Nmm
Mp = Min (3.25 x 108 ; 4.15 x 108) = 3.15 x 108 Nmm
Mbckl-y = Mp = 3.15 x 108 Nmm

Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau
panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].

ry = iy = 78.2 (Tabel J-2)


Lx = 5000 mm
Ly = 2500 mm

E 200000
L p  1.76ry  1.76 (78.2 )  3077.55mm
fy 400
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sy = 6.92 x105 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J = 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(307)(20.22)3 + 318(12.573) = 1902491 mm4

A = 17460 mm2
 EGJA 3.14 200000 x 80000 x 1902491 x 17460
X1    74012.16mm
S 2 6.92 x 10 5 2
fL= fy - fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 1.07 x 108 mm4


Iw = (3182 x 1.07 x 108)/4
= 2.70 x 1012 mm6
Maka

( )

√ √

2500 < 3077.55; L < Lp ; Bentang komponen tergolong bentang pendek, maka :
Mltb-y = Mp = 3.15 x 108 Nmm

Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Mny = min ( 2.77 x 108 ; 3.15 x 108 ; 3.15 x 108 )
Maka Mny = 2.77 x 108 Nmm

Analisa Untuk Mencaritahu Keterpenuhan Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-


Momen
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Nu
Rasio adalah
N n

Maka analisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen dilakukan dengan


menggunakan persamaan

Nu  M M uy 
  ux    1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n  M nx M ny 

( )

0. ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.5.1.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser Lentur

(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu

Vux  Vuy  (76947.41) 2  (27900)  81849.34 N


2 2
Vu =

(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn


ΦVn = 0.9 Vn; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].

H = 318 mm [Tabel J-2]


t = 20.22 mm
h = 318 – 2(20.22)
= 277.56 mm
tw = d = 12.57 mm [Tabel J-2]
h / tw = 277.56 / 12.57 = 13.73
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

( ⁄ )

a = 5000 mm
kn = 5 + (5 / (5000 /277.56)2)
= 5.02

= 1.10 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 55.08

=1.37 x ((5.02 x 200000)/400)0,5


= 68.61

h / tw ≤ √ ; 23.73 ≤ 55.08

Maka:

= (318-2(20.22)) x 12.57 = 3488.93 mm2


Vn = 0.6 x 400 x 3488.93 = 837343.01 N
Tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 837343.01 = 753608.71 N
(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser -
Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

0.7819 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.5.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas

δn = 1/240 x 10000 = 41.67 mm


(2). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Rencana

  11.17 2  9.33 2 14.55 mm


δ < δn ↔ 14.55 < 41.67 Terpenuhi!!
Maka profil usulan memenuhi limite state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
14.55
x 100 %  34.93%
41.67

10.2.5.2. Hasil Desain


Profil usulan memenuhi limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping itu
rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (71.79 % ; 56.86% ; 34.93 %) = 71.79 % > 60 %; yang menandakan bahwa profil
usulan adalah optimal. Dengan demikian profil 12’ WF 12 x 12 mm dapat dipakai
untuk desain struktur utama kolom.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

10.2. Desain Gabel Interior


10.2.1. Data
(i) Panjang rafter = 18.21 m = 18210 mm
(ii) Sudut kemiringan rafter = 160
(iii) Panjang gording = 10 m = 10000 mm
(iv) Berat lampu = 16.3 kg = 163 N (Lampiran 18)
(v) Panjang kolom = 10 m = 10000 mm
(vi) Profil usulan Rafter
Tabel J-4. Usulan profil rafter interior yang juga terdapat pada lampiran 16
10’ WF 10 X 10 (114.6 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 Mpa
B H D t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
2 4 4 3
Mm mm mm Mm mm mm mm mm mm mm mm mm3
1.90 8.39 1.41 4.93
259 270 13.59 12.05 12.7 146.3 114 66
x108 x107 x106 x105

(vii) Profil usulan Kolom


Tabel J-5 Usulan profil kolom interior yang juga terdapat pada lampiran 16
12’ WF 12 X 12 (147.3 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 Mpa
B H D t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
Mm mm Mm Mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
3.87 1.25 2.37 8.06
311 327 15.75 25.04 15.2 20120 138.7 79
x108 x107 x106 x105

10.2.2. Pembebanan
Portal Gabel yang mewakili desain ini adalah portal gabel 1. Pembebanannya dapat di
lihat dalam Gambar J-6 berikut
Qx dib Qx dib
ng an Plampu Plampu
elaka
Plampu-x al
Qy P gin -x Plampu-x al
Qy
elaka
Plampu-ang angin -x
lamp
u-aksi Qy Qy u-a angin u-aksi Qy Qy
iha k ang
in
PlampQy Qy
ksial
Qx dip
ih a k
PlampQy Qy
ksial
Qx dip Qy
Qy Qy
Qy Qy
Qy
2.50
m 2
Qy
Qy
Qy 18.21 m Qy Qy .50 m Qy
R2GH Qy Qy Qy 2.50
m Qy R2GH
Qy Qy Qy 2.50 Qy
m 2
.50 m
QGV-x

QGV-x

2.50
m 2.50
2.40 m 2.40 m 2.40 m m

R2GH R2GH
QGV-x

QGV-x

35.00 m 35.00 m

Gambar J-6 Pembebanan Pada Gabel Interior.


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Beban Angin Pada Atap, Beban Pada Gording, Beban Lampu,Beban Angin Pada Dinding
Memanjang, dan Beban Tembok Pada Dinding Memanjang Yang Membebani Portal Gabel
Interior Representatif.

Beban-beban ini bekerja pada masing-masing kolom dan rafter dari portal gabel interior ini.
Sehingga berdasarkan Gambar J-6 diatas, maka beban yang bekerja pada rafter dan kolom
adalah sebagai berikut:

A. Beban Pada Rafter


A.1. Pada Sumbu x Penampang Rafter
Beban yang bekerja pada sumbu x penampang rafter adalah sebagai berikut:
1. Beban Angin dan Beban Mati
Kedua beban ini telah di hitung pada BAB 3, yaitu pada butir 3.3.3.1. Beban
yang akan di gunakan dalam perencanaan Rafter ini harus di ambil dari 2
kombinasi pembebanan yang telah di hitung yaitu
 Persamaan (6.2-1): 1.4 Dx

1.4 Dx = 1.4(616.19) = 862.67 N


 Persamaan (6.2-3): 1.2D + 1.6(La atau H) + (γL atau 0.8W)
a. Di pihak angin
1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800)
= 3983.45 N/m’
Dari persamaan di atas diambil yang maksimum, sehingga
- Beban dipihak angin (Qx) = Max (862.67 ; 3983.45)
= 3983.45 N/m’

Reaksi perletakan yang di transfer ke rafter adalah


- Beban dipihak angin (Qx) = ½ QL = ½ (3983.45)(10) = 19917.26 N

Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di


sumbangkan oleh satu bentang gording, melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan
kanan rafter, oleh karena itu beban yang bekerja pada rafter interior adalah
- Beban dipihak angin (Qx) = 2 (19917.2) = 39834.52 N
2. Beban Mati (Lampu)
Lampu di bebani pada rafter seperti terlihat dalam Gambar J-7 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

5.02 m
16°

8.75 m Baja Ringan 8.75 m 8.75 m Baja Ringan 8.75 m


Lampu Lampu
10.00 m

35.00 m 35.00 m

Gambar J-7 Beban Lampu


Beban lampu sebelumnya akan di kombinasikan dengan persamaan
kombinasi pembebanan dengan Persamaan (6.2-1): 1.4D sehingga
P lampu = 1.4 (163) = 228.2 N
Besarnya beban lampu akan di transfer kepada sumbu x rafter sehingga
menjadi
P lampu – x = 228.2 cos 160 = 219.36 N
Beban-beban ini bekerja pada rafter seperti pada Gambar J-6 diatas

A.2. Pada Sumbu netral Penampang Rafter


Beban yang bekerja pada sumbu netral penampang rafter adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati
Beban ini telah di hitung terhadap kombinasi pembebanannya pada BAB 3,
yaitu pada butir 3.3.3.2. besarnya beban ini adalah
Qy = 499.93 N/m’
Reaksi perletakan yang di transfer ke rafter telah di hitung dalam BAB 3
yaitu pada butir 3.4 serta telah di hitung juga dalam Lampiran 6 besarnya
beban ini adalah
Qy = Vuy = 1559.01 N

Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di


sumbangkan oleh satu bentang gording, melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan
kanan rafter, oleh karena itu beban yang bekerja pada rafter interior adalah
Qy = 2 (1559.01) = 3118.02 N
2. Beban Mati (Lampu)
Besarnya beban lampu akan di transfer kepada sumbu netral rafter sehingga
menjadi
P lampu – aksial = 163 sin 160 = 44.93 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Beban-beban ini bekerja pada rafter seperti pada Gambar J-6 diatas

A.3. Pada Sumbu y Penampang Rafter


Pada sumbu y rafter tidak terdapat beban yang bekerja padanya, sehingga desain
selanjutnya tidak memperhitungkan beban pada sumbu y ini

B. Beban Pada Kolom


B.1. Pada Sumbu x Penampang Kolom
Beban yang bekerja pada sumbu x penampang kolom adalah sebagai berikut:
a. Di pihak angin
Beban di pihak angin ini telah dihitung pada BAB 8 pada butir 8.4.2 yang
menghasilkan beban terpusat akibat beban angin yang membebani gird
horizontal pada dinding memanjang pada kolom sebesar
R2GH = 26100 N
Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di
sumbangkan oleh satu bentang gird horizontal dinding memanjang,
melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan kanan kolom, oleh karena itu beban
yang bekerja pada kolom interior adalah
R2GH = 2 (26100) = 52200 N
Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga. Beban di pihak angin ini telah dihitung pada BAB 8 pada
butir 8.3.2 yang menghasilkan beban merata linear sebesar
QGv-x atas = 1.56 N/mm’
QGv-x bawah = 1.56 N/mm’
Beban terpusat dan merata ini dapat di lihat pada Gambar J-6 di atas.

b. Di belakang angin
Beban di belakang angin ini di hitung menurut Gambar J-8 berikut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

QGV-x
5.00 m 5.00 m QGH-y

QGV-x
5.00 m 5.00 m

6.00 m
2.00 m 2.00 m

10.00 m 10.00 m
(a) (b)
Gambar J-8 Beban Angin Yang Membebani Dinding Memanjang

Gambar J-8 menunjukkan tribuaris dan penghitungan pembebanan oleh


tiupan angin. Beban yang ditimbulkan terpaan angin di belakang angin (Qw)
adalah :
0.9 (40) = 36 kg/m = 360 N/m2; [PPI 1983 butir 4.2.(2) dan 4.3.(1)a]
Qw bekerja pada seluruh bidang tembok. Qw yang dipikul oleh GHtengah
adalah daerah tributaris berbentuk trapesium sementara yang dipikul oleh
GV adalah yang menerpa daerah tributaris berbentuk segitiga (Gambar J-
8(a)).
Daerah tributaris GHtengah adalah yang paling besar dari antara tributaris –
tributaris untuk GH maka perhitungan akan dilakukan pada GHtengah
(Gambar J-8(a)). Beban merata ekivalen yang berasal dari tributaris
trapesium akan disebut Wtrapesium. Sehingga:

Wy-trapesium 1 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 – 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = 1/2(10) - 1/3(4) = 3.67
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 1 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m

Wy-trapesium 2 = Qw x X4 x (L1/L22)
Qw = 360 N/m2
X4 = 2L2X1 - L1X2 - X3
L1 = 2 m (2) = 4 m
L2 = 10.0 m
X1 = L2 - 0.5L1 = 10 - 0.5 (4) = 8
X2 = 1/2L2 - 1/3L1 = ½(10) - 1/3(4) = 3.67
X3 = L2 - L1 = 10 – 4 = 6
X4 = 2 (8)(10) - (4)(3.67) - (6) = 139.33
Wy-trapesium 2 = 360 x 139.33 x (4/102) = 2006.40 N/m
Total dari beban angin adalah :
= 2006.40 + 2006.40 = 4012.80 N/m’ = 4.01 N/mm’
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi
pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas
WGH.
Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGH = 1.2(0) +1.3(4.01) + 0.5(0) = 5.22 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan
pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada
QGH. QGH membebani gird horizontal terhadap sumbu minor (sumbu y)
penampangnnya maka akan disebut QGH-y, sehingga pada Gambar J-8 (b):
QGH− y = 5.22 N/mm’.
Selanjutnya Reaksi perletakan yang di transfer ke kolom portal gabel
adalah:
R2GH = ½ QL = ½ 5.22)(10000) = 26100 N
Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di
sumbangkan oleh satu bentang gird horizontal dinding memanjang,
melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan kanan kolom, oleh karena itu beban
yang bekerja pada kolom interior adalah
R2GH = 2 (26100) = 52200 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Gaya ini bekerja pada kolom seperti pada Gambar J-6 di atas.

Terdapat juga beban merata linear yang merupakan ekivalensi dari beban
merata segitiga seperti pada gambar J-8 di atas. Beban ini bekerja pada
kolom sebagai beban merata linear, sehingga daerah tributaries yang di
ekivalenkan menjadi beban merata linear adalah

Wsegitiga = ½ QwL1, sehingga

L1 = 5m
Wsegitiga-1 = 1/3 (360) x 5= 600 N/m= 600/1000= 0.60 N/mm

L1 = 5m
Wsegitiga-2 = 1/3 (360) x 5 = 600 N/m = 600/1000= 0.60 N/mm

Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di


sumbangkan oleh satu daerah tributaries melainkan 2, yaitu sebelah kiri dan
kanan kolom, oleh karena itu beban yang bekerja pada kolom interior adalah
2Wsegitiga1  2 (0.60)  1.20 N / mm
2Wsegitiga 2  2(0.60)  1.20 N / mm
Beban di atas akan di hitung menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan
persamaan 6.2-1 s/d 6.2-6 pada SNI-2002 sehingga beban merata linear di atas
menjadi
1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3WGH + 0,5(La atau H)
QGv-x atas = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
QGv-x bawah = 1.2(0) +1.3(1.2) + 0,5(0) = 1.56 N/mm’
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan
pembebanan ini atau memberikan hasil hitung yang lebih kecil.
Beban terpusat dan merata ini dapat di lihat pada Gambar J-8 di atas.
B.2. Pada Sumbu netral Penampang Kolom
Beban yang bekerja pada sumbu netral kolom ini adalah beban yang di
akibatkan oleh karena berat dari pasangan dinding bata yang membebani dinding
memanjang, besarnya beban ini adalah
Dari tembok dinding memanjang:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Beban tembok ini telah di hitung pada BAB 8 yaitu pada butir 8.4.1 yaitu
RGH1 = 98807.68 N
Karena merupakan portal gabel interior, beban diatas tidak hanya di sumbangkan
oleh satu bentang gird horizontal dinding memanjang, melainkan 2, yaitu
sebelah kiri dan kanan kolom, oleh karena itu beban yang bekerja pada kolom
interior adalah
RGH1 = 2 (98807.68) = 197615.36N
Beban ini dapat di lihat pada Gambar J.2-1 di atas
B.3. Beban Pada Sumbu y Penampang Kolom
Pada sumbu y kolom tidak terdapat beban yang bekerja padanya, sehingga
desain selanjutnya tidak memperhitungkan beban pada sumbu y ini

10.2.3. Analisa Struktur


10.2.3.1. Rafter
Untuk perencanaan rafter pada struktur utama initerior, dilakukan analisa pada portal
nomor 1 yang mewakili portal nomor 2, 3, 4, dan 5, yang hasil analisanya dapat dilihat
pada Lampiran 19. Dari hasil analisa tersebut, memberikan gaya-gaya dalam rencana
sumbu-x sebagai berikut :

Mux = 1.16 x 108 Nmm


MAx = 3.89 x 107 Nmm
MBx = 1.03 x 108 Nmm
MCx = 9.25 x 107 Nmm
Vux = 36483.73 N
Nux = 43472.51 N
δx = 112.06 mm
10.2.3.2. Kolom
Untuk perencanaan rafter pada struktur utama interior ini, dilakukan analisa pada portal
nomor 1 yang mewakili portal nomor 2, 3, 3, 4, dan 5 hasil analisa dapat dilihat pada
Lampiran 19. Dari hasil analisa tersebut, memberikan gaya-gaya dalam rencana sumbu-
x sebagai berikut :

Mux = 6.03 x 108 Nmm


MAx = 2.71 x 107 Nmm
MBx = 1.70 x 108 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

MCx = 3.86 x 108 Nmm


Vux = 90461.40 N
Nux = 53349.74 N
δx = 31.70 mm
10.2.4. Desain Rafter
10.2.4.1. Analisa Terhadap Limit State

Hasil analisa struktur atas rafter di atas menunjukkan bahwa rafter dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Rafter dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.
10.2.4.1.1. Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen
(1). Analisa Untuk Memperoleh Beban-Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan dan memberikan beban-beban rencana sebagai
berikut :
Nu = 43472.51 N
Mux = 1.16 x 108 Nmm
(2). Analisa Untuk Memperoleh Tahanan-Tahanan Rencana φNn dan φMnx
Φ = 0.85 [SNI-2002:butir 11.3]
fy
N n  Ag [SNI-2002:butir 7.6.2]

Ω bergantung pada faktor tekuk λc
λc = max (λcx; λcy)
; [bergantung pada faktor tekuk c]
c  max (cx ; cy )

1 Lkx fy
cx  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 rx E
Lkx = kx Lx
kx = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Lx = 18210 mm
Lkx = 1(18210) = 18210 mm
rx = ix = 114 mm (Tabel J-4)
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1 Lky fy
cy  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 ry E

Lky = ky Ly
ky = 1 ; [kedua ujung adalah sendi]
Ly= 2500 mm
Lky = 1(2500) = 2500 mm
ry = iy = 66 mm (Tabel J-4)

λc = max (2.28; 0.54) = 2.28


Untuk λc > 1.2 maka :
ω=1.25λc2 = 1,25 x 2.282 = 6.47

A = Ag = 14630 mm2 (Tabel J-4)


Nn = 14630 x (400/6.47) = 904510.09 N

  0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]


M nx  min ( M yx ; M bckl x ; M ltb  x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]

M yx  f y S x ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]

Sx = 1.41 x 106 mm3


Myx = 400 (1.41 x 106) = 5.64 x 108 Nmm
Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui
dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI –
2002 butir 8.2]
 = max (x; y)
λx = Lx / ix = (18210/114) = 159.74
λy = Ly / iy = (2500 /66) = 37.88
λ = max (159.74; 37.88) = 159.74
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

98.39 < 159.74 Maka :


λr < λ, Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut
persamaan :
Mbckl-x = Mr x (λr / λ)2
Mr = S x (fy – fr)
= 1.41 x 106 x (400 – 70)
Mr = 4.66 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x (1.41 x 106))
= 6.44 x 108 Nmm
1.5 Myx = 1.5 (5.64 x 108) = 8.47 x 108 Nmm
Mp = Min (6.44 x 108; 8.47 x 108) = 6.44 x 108 Nmm
Mbckl-x = 4.66 x 108 x (98.39/ 159.74)2
= 1.77 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah


atau panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
Lx = 18210 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Ly = 2500 mm

E
L p  1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

ry = iy = 66 mm (Tabel 11-4)

E 200000
L p  1.76ry  1.76 (66)  2597.42 mm
fy 400

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sx = 1.41 x 106 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J= 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(259)(22.05)3 + 270(13.593) = 2.08 x 106 mm4

A= 14630 mm2

 EGJA 3.14 200000 x 80000 x (2.08x 10 6 ) x 14630


X1    34691.86
S 2 1.41 x 10 6 2
fL = fy-fr = 400 – 70 = 330 MPa
2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 8.39 x 107 mm4


Iw = (2702 x 8.39 x 107)/4
= 1.53 x 1012 mm6
maka

( )

√ √

10416.91 < 18210, Lr < L; Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka
Mltb-x dihitung menurut persamaan :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1/ 2
  E  
2

Mltb-x= Mcr ≤ Mp = Cb  EIyGJ   IyIw [SNI-2002: Persamaan 8.3-2.b]


L   L  

12,5 M max
Cb   2,3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
Mux = 1..16 x 108 Nmm
MAx = 3.89 x 107 Nmm
MBx = 1.03 x 108 Nmm
MCx = 9.25 x 107 Nmm

Cb = 12,5 (1.16 x 108 )


2.5(1.16 x 108) + 3(3.89 x 107) + 4(1.03 x 108) + 3(9.25 x 107)
Cb = 1.32 ≤ 2.3

Mltb-x =

1/ 2
  6  x 200000 
2

200000 x(8.39 x10 ) x80000 x(2.08 x10 )  (8.39 x10 ) x(1.53x10 )
7 7 12
1.32
2500   2500  

= 5.47 x 109 ≤ 6.44 x 108, Mcr ≤ Mp maka

Mltb-x = 6.44 x 108 Nmm

Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]


Mnx = min (5.64 x 108 Nmm; 1.77 x 108 Nmm; 6.44 x 108 Nmm) = 1.77 x 108 Nmm

(3). Analisa Untuk Mencaritahu Keterpenuhan Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen


Nu
Rasio adalah
N n

Maka analisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen dilakukan dengan


menggunakan persamaan

Nu  M M uy 
  ux    1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n  M nx M ny 

Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

( )

0.7566 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.4.1.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser Lentur

(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu


Vu = 36483.73 N
(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn
ΦVn = 0.9 Vn; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].

H = 270 mm [Tabel J-4]


t = 22.05 mm
h = 270 – 2(22.05)
= 225.9 mm
tw = d = 13.59 mm [Tabel J-4]
h / tw = 225.9 / 13.59 = 10.24

( ⁄ )

a = 18210 mm
kn = 5 + (5 / (18210 /225.9)2)
= 5.00

= 1.10 x ((5.0 x 200000)/400)0,5


= 55.00
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

=1,37 x ((5.0 x 200000)/400)0,5


= 68.51

h / tw ≤ √ ; 10.24 ≤ 55.00

Maka:

= (270 – (2x22.05) x 13.59) = 3069.98 mm2


Vn = 0.6 x 400 x 3069.98 = 736795.44 N
Tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 736795.44 = 663115.90 N
(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser -
Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :

0.7627 ≤ 1.375
Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.4.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas

δn = 1/240 x 18210= 151.75 mm


(2). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Rencana
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

  112.06mm
δ < δn ↔ 112.06 < 151.75 Terpenuhi!!
Maka profil usulan memenuhi limite state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
112.06
x 100 %  73.85 %
151.75
10.2.4.2. Hasil Desain
Profil usulan memenuhi limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping itu
rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (75.66 % ; 55.47 % ; 73.85 %) = 75.66 % > 60 %; yang menandakan bahwa profil
usulan adalah optimal. Dengan demikian profil 10’ WF 10 X 10 mm dapat dipakai untuk
desain struktur utama rafter.

10.2.5. Desain Kolom


10.2.5.1. Analisa Terhadap Limit State
Hasil analisa struktur atas kolom di atas menunjukkan bahwa kolom dibebani
terkombinasi aksial (tekan) dan geser lentur. Kolom dengan demikian adalah komponen
terkombinasi aksial-geser-lentur maka profil yang diusulkan akan dianalisa terhadap
persamaan interaksi aksial-momen dan persamaan kombinasi geser-lentur. Profil usulan
juga akan diperiksa terhadap limite state lendutan, sesuai yang dimintakan dalam
lembaran penugasan.

10.2.5.1.1. Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen


(1). Analisa Untuk Memperoleh Beban-Beban Rencana
Analisa dimaksud telah dilakukan dan memberikan beban-beban rencana sebagai
berikut :
Nu = 53349.74 N
Mux = 6.03 x 108 Nmm
(2). Analisa Untuk Memperoleh Tahanan-Tahanan Rencana φNn dan φMnx
Φ = 0.85 [SNI-2002:butir 11.3]
fy
N n  Ag [SNI-2002:butir 7.6.2]

Ω bergantung pada faktor tekuk λc
λc = max (λcx; λcy)
; [bergantung pada faktor tekuk c]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

c  max (cx ; cy )

1 Lkx fy
cx  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 rx E
Lkx = kx Lx
Lx = 10000 mm
kx = 0.7 ; [kedua ujung adalah jepit sendi]
Lkx = 0.7(10000) = 7000 mm
rx = ix = 138.7 mm (Tabel J-5)

1 Lky fy
cy  ; [SNI – 2002: pers (7.6-1)]
 ry E

Lky = ky Ly
ky = 0.7 ; [kedua ujung adalah jepit sendi]
Ly= 5000 mm
Lky = 0.7(5000) = 3500 mm
ry = iy = 79 mm (Tabel J-5)

λc = max (0.72; 0.63) = 0.72


Untuk 0.25< λc < 1.2 maka :
ω= = = 1.28
2
A = Ag = 20120 mm (Tabel J-5)
Nn = 20120 x (400/1.28) = 6294353.54 N

  0,9 ; [SNI – 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]


M nx  min ( M yx ; M bckl x ; M ltb  x ) ;[SNI – 2002: pers. (8.1-1)]

M yx  f y S x ; [SNI – 2002: butir 8.2.1]

Sx = 2.37 x 106 mm3


Myx = 400 (2.37 x 106) = 9.47 x 108 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui


dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI –
2002 butir 8.2]
 = max (x; y)
λx = Lx / ix = (10000/138.7) = 72.10
λy = Ly / iy = (5000.7/79) = 63.29
λ = max (72.10 ; 63.29) = 72.10

E
 p 1,76 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

E
r  4,40 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk
fy

komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang,


seperti yang telah dilakukan di atas]

39.35 < 72.10 < 98.39 Maka :


λp < λ < λr, Maka penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung
menurut persamaan :
Mbckl-x = Mr x (λr / λ)2

( )

Mr = S x (fy – fr)
= 2.37 x 106 x (400 – 70)
Mr = 7.82 x 108 Nmm
Mp = Min (fy.Zy ; 1.5 Myx)
fy.Zx = 400 (1.14 x (2.37 x 106))
= 1.08 x 109 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1.5 Myx = 1.5 (9.47 x 108) = 1.42 x 109 Nmm


Mp = Min (1.08 x 109 ; 1.42 x 109) = 1.08 x 109 Nmm

= 9.14 x 108 Nmm


9.14 x 108 Nmm

Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah


atau panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu
terhadap yang lain; [SNI – 2002: butir 8.3].
Lx = 10000 mm
Ly = 5000 mm

E
L p  1.76ry ; [SNI – 2002: Tabel 8.3-2]
fy

ry = iy = 79 mm (Tabel J-5)

E 200000
L p  1.76ry  1.76 (79)  3109.03 mm
fy 400

X1
Lr  ry 1  1  X 2 fL2
fL

 EGJA
X1 
S 2

S = Sx = 2.37 x 106 mm3

E = 200000 MPa

G = 80000 MPa

J= 1/3 x 2Bt3 + Hd3 = 1/3 x 2(311)(25.04)3 + 327(15.753) = 3.68 X 106 mm4

A= 20120 mm2

 EGJA 3.14 200000 x 80000 x (3.68 X 10 6 ) x 20120


X1    32254.26
S 2 2.37 x 10 6 2
fL = fy-fr = 400 – 70 = 330 MPa
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2
 S  Iw
X 2  4 x 
 GJ  I y

Iy = 1.25 x 108 mm4


Iw = (3272 x (1.25 x 108) / 4
= 3.29 x 1012 mm6
maka

( )

√ √

Lp ≤ L ≤ Lr ; 3109.03 ≤ 10000 ≤ 11759.68 ; Bentang komponen tergolong bentang


menengah, maka Mltb-y dihitung menurut persamaan :
 ( L  L) 
Mltb-x = Mn = Cb  M r  M p  M r  r   M p [SNI-2002: persamaan 8.3-2.b]
 ( Lr  Lp ) 

12.5 M max
Cb   2.3
2.5M max  3M A  4M B  3M C
Mmaks = Muy = 6.03 x108 Nmm
MA = MAy = 2.71 x 107 Nmm
MB = MBy = 1.70 x 108 Nmm
MC = MCy = 3.86 x 108 Nmm

Cb = 2.20
 (11759.68  10000) 

Mltb-x = 2.207.82 x 10 8  1.08 x 10 9  7.82 x 10 8  
M p
 (11759 .68 3109.03 ) 
= 2.23 x 109 Nmm > 1.08 x 109 Nmm = Mltb-y > Mp, Maka
Mltb-x = Mp = 1.08 x 109 Nmm
Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]
Mnx = min (9.47 x 108 Nmm; 9.14 x 108 Nmm; 1.08 x 109 Nmm) = 9.14 x 108 Nmm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

(3). Analisa Untuk Mencaritahu Keterpenuhan Terhadap Persamaan Interaksi Aksial-Momen


Nu
Rasio adalah
N n

Maka analisa terhadap persamaan interaksi aksial-momen dilakukan dengan


menggunakan persamaan
Nu  M M uy 
  ux    1,0 ; [SNI 03 – 1729 – 2002 butir 11.3]
2N n  M nx M ny 

( )

0.7374 ≤ 1.00
Profil usulan memenuhi persamaan interaksi aksial-momen dengan rasio
keterpenuhan:

10.2.5.1.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser Lentur

(1). Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Vu


Vu = 90461.40 N
(2). Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana ФVn
ΦVn = 0.9 Vn; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]
Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (t w); [SNI - 2002:
butir 8.8].

H = 327 mm [Tabel J-5]


t = 25.04 mm
h = 327 – 2(25.04)
= 273.92 mm
tw = d = 15.75 mm [Tabel 11-2]
h / tw = 273.92 / 15.75 = 10.94
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

( ⁄ )

a = 10000 mm
kn = 5 + (5 / (10000 /273.92)2)
= 5.00

= 1.10 x ((5.00 x 200000)/400)0,5


= 55.02

=1,37 x ((5.00 x 200000)/400)0,5


= 68.53

h / tw ≤ √ ; 10.94 ≤ 55.02

Maka:

= (327-(2 x 25,04)) x 15.75 = 4314.24 mm2


Vn = 0.6 x 400 x 4314.24 = 1035417.6 N
Tahanan rencana, dengan demikian, adalah:
ΦVn = 0.9 x 1025417.6 = 931875.84 N
(3). Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser -
Lentur
Persamaan kombinasi geser-lentur adalah :

0.7931 ≤ 1.375
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Profil usulan memenuhi persamaan kombinasi geser-lentur dengan rasio


keterpenuhan:

10.2.5.1.3. Terhadap Limit State Lendutan : δn < δ ; [SNI 03-1729-2002 butir 6.4.3]
(1). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Batas

δn = 1/240 x 10000= 41.67 mm


(2). Analisa Untuk Memperoleh Lendutan Rencana
  31.70mm
δ < δn ↔ 31.70 < 41.67 Terpenuhi!!
Maka profil usulan memenuhi limite state lendutan, dengan rasio keterpenuhan :
31.70
x 100 %  76.08 %
41.67

10.2.5.2. Hasil Desain


Profil usulan memenuhi limit-state yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di samping itu
rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah:
max (73.74 % ; 57.68 % ; 76.08 %) = 76.08 % > 60 %; yang menandakan bahwa profil
usulan adalah optimal. Dengan demikian profil 12’ WF 12 x 12 mm dapat dipakai
untuk desain struktur utama rafter.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

K. DESAIN SAMBUNGAN STRUKTUR UTAMA


11.1.Identifikasi Sambungan

11.1.1. Portal Gabel Eksterior


C F
B E
D G
A E H 5.02 m
16°
m
12.00
m
18.21
10.00 m
11.55 m
I J K

35.00 m 35.00 m

KETERANGAN :
Detail I : Sambungan Puncak Rafter pada titik C dan F
Detail 2 : Sambungan Menerus pada titik B, D, E, dan G
Detail 3 : Sambungan Rafter - Kolom pada titik A, E, dan H
Detail 4 : Sambungan Kolom - Fondasi pada titik I, J, dan K

Gambar K-1 Idelisasi Sambungan Pada Portal Gabel Eksterior


Pada gambar K-1 di atas, dapat dilihat 4 jenis sambungan pada struktur portal gabel eksterior
dalam perencanaan ini. Sambungan ini terdapat pada semua portal gabel representatif 1 (Eksterior)
yaitu portal 6, sehingga detail masing-masing sambungan adalah sebagai berikut
1. Detail 1 – Sambungan Puncak Rafter
Detail 1 adalah sambungan puncak rafter yaitu pada titik C dan G, terlihat pada gambar K-2
berikut adalah sambungan pada titik C yang mewakili sambungan pada titik G

0
0 x 1 7 mm) (254 Rafter :
F 1 x 254 1
r
W
: 10' 8.64 x 14
.1 x 8.6 0' WF 10
f t e 4x1 x
Ra 254 x 4.17 10
5 4 x mm)
(2

Gambar K-2 Sambungan Puncak Rafter Portal Gabel Eksterior


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2. Detail 2 – Sambungan Menerus Rafter


Detail 2 adalah sambungan menerus rafter yaitu pada titik B, D, F dan H, terlihat pada gambar K-3
berikut adalah sambungan pada titik B yang mewakili sambungan pada titik D, F dan H

0
F 1 0 x 1 m)
'W 7m
a f t er : 10 64 x 14.1
R 8.
x 2 54 x
(254
0
F 1 0 x 1 m)
'W 7m
a f t er : 10 64 x 14.1
R 8.
4 x 254 x
(25

Gambar K-3 Sambungan Menerus Rafter Portal Gabel Eksterior

3. Detail 3 – Sambungan Kolom – Rafter


Detail 3 adalah sambungan kolom rafter yaitu pada titik A, E, dan I, terlihat pada gambar K-4
berikut adalah sambungan pada titik A yang mewakili sambungan pada titik , E, dan I

0
F 1 0 x 1 m)
er : 10' W x 14.17 m
Raf t 4
x 8.6
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)

2 5 4
(254 x
Kolom : 12' WF 12 x 12

Gambar K-4 Sambungan Kolom-Rafter Portal Gabel Eksterior


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

4. Detail 4 – Sambungan Kolom-Fondasi


Detail 4 adalah sambungan kolom fondasi yaitu pada titik J, K dan L, terlihat pada gambar K-5
berikut adalah sambungan pada titik J yang mewakili sambungan pada titik K dan L

(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)


Kolom : 12' WF 12 x 12

Gambar K-5 Sambungan Kolom-Fondasi Portal Gabel Eksterior


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

11.2. Desain Sambungan Portal Gabel Eksterior


11.2.1 Desain Sambungan Puncak Rafter Eksterior

Hendak direncanakan suatu sambungan puncak rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 5.34 x 107 Nmm (+); Vux= 29308.61 N (↑); Muy = 1.30 x 107 Nmm (-);
Vuy= 4271.46 N (tegak lurus gambar); Hu = 34817.81 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang dapat
dilihat pada Lampiran 17
Karena rafter bersudut 160 terhadap horizontal, maka beban aksial dan geser akan di uraikan ke
horizontal dan vertikal sehingga:
Vux-y = Vux cos 740 = 29308.61 cos 740 = 8078.55 N (→)
Vux-x = Vux sin 740 = 29308.61 sin 740 = 28173.2 N (↑)
Hu-y = Hu cos 160 = = 34817.81 cos 160 = 33469.03 N (←)
Hu-x = Hu Sin 160 = = 34817.81 sin 160 = 9597.09 N (↑)
Jadi beban rencananya adalah :
Hu = Vux-y - Hu-y = 8078.55 – 33469.03 = 25390.48 N (←)
Vux = Vux-x + Hu-x = 28173.2 + 9597.09 = 37770.33 N (↑)
Vux-x
Hu-x Vux
Mu-y
Vux-y
Hu-y Mu-x
Hu
Vu-y
10 Raf
W F 10 x .17 mm) (254
x 254 ter : 10' W
' 4
r : 10 4x1 x 8.6 F
Rafte 254 x 8.6 4 x 1 10 x 10
4.17
x
(254 mm)

Gambar K-11 Beban Pada Puncak Rafter Eksterior

1. Menentukan Jenis Sambungan, Jumlah Daerah Sambung dan Konektornya

Jenis sambungan:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Sambungan adalah sambungan puncak rafter, menghubungkan dua profil dari satu rafter.
Sambungan menggunakan media sambung: pelat ujung. Rafter adalah dari profil 10‟ WF 10 x 10,
dengan mutu fy = 400 MPa. Data dimensi profil ditunjukkan Tabel K-1 Pelat sambung badan dan
pelat sambung sayap, masing-masing adalah pelat baja dengan tebal 10 mm, dari mutu fy = 400
MPa.
Tabel K-1. Data Dimensi 10’ WF 10 x 10
10’ WF 10 x 10(72.92 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
1.14 x 3.87 x 8.95 x 3.05 x
254 254 8.64 14.17 12.7 9290 110.5 64.5
108 107 105 105
Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:
Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1. Ujung rafter ke pelat sambung ujung; konektor las dari mutu fy = 400 MPa.
2. Pelat ujung rafter yang satu ke pelat ujung rafter berikutnya.; konektor baut dari mutu fy = 400
MPa.
Konektan - konektan dan daerah sambung dari sambungan yang hendak direncanakan ditunjukkan
dalam Gambar K-12

x 10 ) (254 Rafter :
' W F 10 4.17 mm x 254 1
x 8.6 0' WF 10
r : 1 0 4 x 1 4x1 x
Rafte 254 x 8.6 4.17 10
mm)
54 x
(2

(a)

0x1
0
m) (254 Rafter :
1 0 ' WF 1 x 14.17 m x 254 1
x 8.6 0' WF 10
r: 4
Rafte 254 x 8.6 4x1 x
4.17 10
x mm)
(254

(b)

Gambar K-12 Konektan dan Daerah Sambung dari Sambungan Puncak Gabel
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

(a) Daerah sambung-1: Konektan Las


(b) Daerah sambung-2: Konektan Baut
2. Mendesain.
2.1 Daerah Sambung-1: Ujung rafter ke pelat ujung, konektor: las
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.

- Las sayap bagian luar: 1 badan; las sudut.


- Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing 2 segmen; las sudut.
- Las badan balok: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjang las (Lt).

a) Las sayap bagian luar:


tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt = 254 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002 (13.5.3.5).
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 100 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002 (13.5.3.5).
Ada dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 100 = 200 mm.
c) Las badan rafter:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt = 180 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002 (13.5.3.5).
Usulan tebal dan panjang las, serta posisi las pada daerah sambung-1 ditunjukkan dalam
Gambar K-13
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

265 mm

180 mm
100 mm

1 0 x 10 mm)
F
r : 1 0' W 4 x 14.17 254 mm
Rafte 254 x 8.6 A
x
(254

Tampak Depan Potongan A-A

Gambar K-13. Usulan Dimensi dan Letak Badan Las pada Daerah Sambung-1

(Catatan: pengusulan panjang badan las harus dilakukan dengan memperhatikan ruang
tempat las yang tersedia dan yang dimungkinkan oleh dimensi bagian-bagian konektan).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana teknik sipil dipakai dalam perencanaan
ini. Las badan ditugaskan memikul Muy = 1.30 x 107 Nmm, las sayap bagian dalam
ditugaskan memikul Mux = 5.34 x 107 Nmm dan las sayap bagian luar ditugaskan memikul
Vux = 37770.33 N dan Vuy = 4271.46 N
a) Las sayap bagian luar
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-2 . Dengan demikian maka:

38011.10) = 19005.55 N

b) Las sayap bagian dalam;


Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-3. Dengan demikian maka:

( ) ; dengan a adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas dan

las sayap bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-13 di
atas.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

( )

c) Las badan rafter;


Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-7. Dengan demikian maka:

Dengan L adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas dan las sayap
bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-13 di atas.

4. Memeriksa kecukupan kekuatan badan las


a) Las sayap bagian luar;
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut berdasarkan SNI 2002 butir
13.5.3.10 dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain
adalah:

Ru = 19005.55 N
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 254 x (0.6 x 370)
Ru = 19005.55 N ≤ 422910 N
[memenuhi formula desain]
b) Las sayap dalam
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada a):
Ru = N;
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 200 x (0.6 x 370)
N ≤ 333000 N
[memenuhi formula desain]
c) Las badan rafter;
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada (a):
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Ru = 4.34 x 104 N;
Φf = 0,75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 180 x (0.6 x 370)
4.34 x 104 N ≤ 299700 N
[memenuhi formula desain]
Semua badan las memenuhi formula desain yang disyaratkan, maka usulan rancangan
las untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 pada tahap „mendokumentasikan hasil perencanaan‟.

2.2 Daerah Sambung-2: Pelat ujung ke sayap rafter, konektor: baut

1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.


Usulan-1: konfigurasi terdiri dari satu lajur baut, masing-masing lajur terdiri dari tiga baut (n
= 6), seperti yang ditunjukkan Gambar K-15. Semua baut berdiameter 21 mm.
a) Jarak minimum antar pusat lubang.
Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 77 mm.
Rb > 3dbaut
77 > 3(21)
77 > 63 mm
[memenuhi SNI „2002(13.4.2)].
b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah 131 mm.
Rb = 131 < min (15tp ; 200) mm
Maka :
131 < min (15(10) ; 200) mm
131 < min (150 ; 200) mm
131 < min 150 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
c) Jarak tepi minimum.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah 61 mm.


Rb = 61 > 1.5 db
61 > 1.5 (21)
61 > 31.5 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
d) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya yang
diusulkan, Rb, adalah 77 mm.
Rb = 77 < min (4tp + 100 ; 300) mm
77 < min (4(10) + 100 ; 300) mm
77 < min (140 ; 300) mm
77 < 140 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)]
e) Jarak minimum antar lereng las dengan pusat pengencang
Jarak minimum antar lereng las dengan pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah
65.
Rb = 65 > 3db
69 > 3 (21)
69 > 63 mm

Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
A

B B 65 mm
C C 77 mm 285 mm
B B 65 mm
x 10 )
' W F 10 4.17 mm
r : 1 0 4 x 1 131 mm
Rafte 254 x 8. 6
x A 61 mm 61 mm
(254
100 mm 100 mm
254 mm

Tampak Depan Potongan A-A

Gambar K-14 Konfigurasi Letak Baut


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2. Menentukan karakteristik baut.


Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan M dan H menyebabkan
gaya tarik Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan V menyebabkan gaya geser
Vd pada setiap baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut
berkarakteristik „baut kombinasi geser-tarik‟.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
a) Gaya tarik baut (TdH) akibat beban horisontal H = -25390.5 N.
H = -25390.5 N → TdH = 1/4 x (-25390.5) = - 6347.62 N
b) - Gaya geser baut (Vdx) akibat beban vertikal Vux = 37770.33 N
Vux = 37770.33 N ► Vdx = [ ]

- Gaya geser baut (Vdy) akibat beban vertikal Vuy = 4271.46 N


Vuy = 4271.46 N ► Vdy = [ ]

Maka Vd = √ √

c) Gaya tarik baut maksimum


- Gaya tarik baut maksimum (F1-x) akibat Mux = 5.34 x 107 Nmm


Gaya tarik maksimum pada baut (F1) :

[ ]

Terdapat dua baut pada taraf 1 (h = 77 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu baut
pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-x)
F1-x.ki = (1/2) x = 346753,24 N
- Gaya tarik baut maksimum (F1-y) akibat Muy = 1.30 x 107 Nmm

Gaya tarik maksimum pada baut (F1-y) :

[ ]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Terdapat tiga baut pada taraf 1 (h = 131 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-y)
F1-y.ki = (1/2) x = 49798.40 N
Gaya tarik total maksimum pada baut (Td) adalah:
Td = TdH + F1-x.ki + F1-y.ki = (-6347.62) + 346753,24 + 49798.40 = 453957.55 N
Karena Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah „baut kombinasi geser-
tarik‟.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan.
- Persamaan 13.2-4

Vu = √ √ N

Φf = 0.75
n = 4; (jumlah baut adalah empat buah)
r1 = 0.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI „2002 (13.2.2.1).
m = 1; (jumlah bidang geser adalah satu).

Fuv = ( ) / (4 x (1/4 x 3.14 x (212)))


= 27.40 N/mm2

0,5 x 0.75 x 370 x 1 = 138.75 N/mm2


27.40 N/mm2 < 138.75 N/mm2; [memenuhi persamaan 13.2-4]
- Persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
Dari persamaan 13.2-5;

Diperoleh :
Ab = 1/4 x 3.14 x 212 = 346.19 mm2
Tu / n = 1134889.39 N
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

ft ≥ ((1134889.39) / (0.75 x 346.19 ))


ft ≥ 437.10 N/mm2
Persamaan 13.2-6

f1 = 807 MPa; (baut mutu tinggi).


r2 = 1.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser).
f2 = 621 MPa; (baut mutu tinggi).
Maka:

437.10 ≤ (807 – (1.5 x 27.40)) → 437.10 ≤ 765.83


Dan

437.10 ≤ 621
[memenuhi persamaan 13.2-5 dan 13.2-6].
- Kekuatan Tumpuan Baut; persamaan 13.2-7
Formula desain untuk kuat tumpu adalah:

9520.77 ≤ 2.4 x 0.75 x 21 x 370 x 10


9520.77 N ≤ 139860 N
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI „2002 persamaan 13.2-7)].
Karena memenuhi semua persamaan kekuatan yang disyaratkan maka usulan
sambungan baut untuk daerah sambung-2 dapat dipakai.
5. Merekomendasikan konstruksi sambungan dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-1 pada tahap „mendokumentasikan hasil perencanaan.

3. Mendokumentasi Hasil Perencanaan.


3.1. Gambar Rencana.
Gambar rencana untuk sambungan ini ditampilkan dalam Gambar K-16.
3.2 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis sambungan dinyatakan dalam Platform K-16.
a. Las Sayap Luar :
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

b. Las Sayap Dalam :


Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
c. Las Badan :
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
d. Baut :
Baut hitam diameter (Ø) = 21 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
e. Pelat Ujung :
Pelat baja 285 x 10 (mm).
Mutu pelat fy = 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Ada di autocad

Gambar K-16 Gambar Rencana Sambungan Puncak Rafter (Tanpa Skala)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

11.2.2 Desain Sambungan Menerus Rafter Eksterior

Hendak direncanakan suatu sambungan puncak rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 8.88 x 107 Nmm (+); Vux= 12133.8 N (↓); Muy = 4.06 x 106 Nmm (+);
Vuy= 1603.02 N (tegak lurus gambar); Hu = 34817.24 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang
dapat dilihat pada Lampiran 20

Vux

Vuy Nu

Mu-x

Mu-y

Gambar K-17 Beban Pada Sambungan Menerus Rafter Eksterior

1. Menentukan Jenis Sambungan, Jumlah Daerah Sambung dan Konektornya


Jenis sambungan:
Sambungan adalah sambungan menerus rafter, menghubungkan dua profil dari satu rafter.
Sambungan menggunakan media sambung: pelat-pelat badan di kedua pihak profil dan pelat-pelat
sayap pada sayap profil. Rafter adalah dari profil 10‟ WF 10 x 10, dengan mutu fy = 400 MPa.
Data dimensi profil ditunjukkan Tabel K-2 Pelat sambung badan dan pelat sambung sayap,
masing-masing adalah pelat baja dengan tebal 10 mm, dari mutu fy = 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Tabel K-2. Data Dimensi 10‟ WF 10 x 10


10’ WF 10 x 10 (72.92 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 Mpa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm Mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
14.1 1.14 x 3.87 x 110. 8.95 x 3.05 x
254 254 8.64 12.7 9290 64.5
7 108 107 5 105 105
Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:
Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1. Badan profil ke pelat sambung badan; konektor baut dari mutu fy = 400 MPa.
2. Sayap profil ke pelat sambung sayap ; konektor baut dari mutu fy = 400 MPa.
Konektan - konektan dan daerah sambung dari sambungan yang hendak direncanakan ditunjukkan
dalam Gambar K-18

Daerah Sambung 2

Daerah Sambung 1

Daerah Sambung 2

Gambar K-18 Konektan dan Daerah Sambung dari Sambungan Menerus

2. Mendesain.
2.1 Daerah Sambung-1: Ujung rafter ke pelat ujung, konektor: baut
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.

Usulan-1: Pada setiap ujung, konfigurasi terdiri dari dua baris baut masing-masing terdiri
dari tiga baut (n = 6). Karena terdapat pelat sambung badan sebelah-menyebelah badan
profil, setiap baut memiliki dua penampang (bidang geser) (m=2). Semua baut berdiameter
16 mm. Daerah sambung-1 dapat dipahami dengan mengamati Gambar K-18. Usulan
konfigurasi baut untuk daerah sambung ini ditunjukkan Gambar K-19
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

diautocad
Gambar K-19. Tampak Depan Sambungan menunjukkan Konfigurasi Baut Usulan-1 pada
Daerah Sambung-1
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

a) Jarak minimum antar pusat lubang.


Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 70 mm.
Rb > 3dBaut
Maka :
70 > 3 (16) mm
70 > 48 mm
[memenuhi SNI „2002(13.4.2)].
b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah 70 mm.
Rb < min (15tp ; 200) mm
Maka :
70 < min (15(10) ; 200)mm
70 < min (150 ; 200) mm
70 < 150 mm
[memenuhi SNI „2002(13.4.2)].
c) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya yang
diusulkan, Rb, adalah 70 mm.
Rb < min (4tp + 100 ; 200) mm
Maka :
70 < min (4(10) + 100 ; 300)mm
70 < min (140 ; 300) mm
70 < 140 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
d) Jarak tepi minimum.
Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah 50 mm.
Rb > 1,5db mm
Maka :
50 > 1,5 (16) mm
50 > 24 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
2. Menentukan karakteristik baut.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan Mu menyebabkan gaya tarik
Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan Nu menyebabkan gaya geser Vd pada setiap
baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut berkarakteristik „baut
kombinasi geser tarik‟.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana struktur teknik sipil dipakai dalam
perencanaan ini. Daerah sambung badan ditugaskan memikul Vux = 12133.8 N Nmm dan Muy =
4.06 x 106 Nmm, sedang daerah sambung sayap ditugaskan memikul Mux = 8.88 x 107 Nmm dan
Vuy = 1603.02 N. Pembebanan pada baut di daerah sambung-1 diuraikan oleh Gambar K-20 dan
Gambar K-21 Perhatikan bahwa karena Vu bekerja eksentris terhadap pusat konfigurasi baut
(Gambar K-20) maka pada konfigurasi ini, bekerja pula Mv (Gambar K-21) akibat Vu yang
besarnya adalah Vu.e. Pembebanan pada baut di daerah sambung-2 diuraikan oleh Gambar K-26,
Gambar K-27 dan Gambar K-28. Perhatikan bahwa beban Vuy di bebankan pada sayap bagian atas
dan bawah dari profil, sehingga digantikan dengan 1 buah momen torsi (Ty) yang besarnya adalah
(½ Vuy).e dan satu buah beban geser (Vpy) yang besarnya sama dengan (½ Vuy), beban-beban ini
bekerja seperti pada Gambar K-26. Beban torsi Ty bekerja pada masing-masing sayap profil saling
berlawanan, hal ini meniadakan beban torsi Ty dan tersisa beban Vpy dan Fp yang bkerja pada
masing-masing sayap profil (Gambar K-27), karena Vpy bekerja eksentris terhadap pusat
konfigurasi baut (Gambar K-27) maka pada konfigurasi ini, bekerja pula Mvpy (Gambar K-28)
akibat Vpy yang besarnya adalah Vu.e.

Vux

Mu-y

Gambar K-20. Pembebanan pada Daerah Sambung-1.


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Beban-beban maksimum yang timbul pada baut akibat pemebebanan daerah sambung ini adalah
VdN, VdVu dan dan VdM yang ditunjukkan Gambar K-22 dan Gambar K-23, dan diuraikan di
bawah ini:

Vux

Nu
Mv

Mu-y

118.75 mm

(a)

Nu
Nu Muy
Hp

(b)

Gambar K-21. Pembebanan Daerah Sambung-1


(a) beban momen terpusat yang timbul akibat eksentrisitas Vu terhadap pusat konfigurasi baut
(b) konversi Mu ke gaya kopel yang bekerja pada pelat sambung badan.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Vux

VdM v6

Vd vux Nu
Mv
VdM h6
Vd Nu

112.50 mm
Gambar K-22. Pembebanan Daerah Sambung-1 Menunjukkan Komponen-Komponen Beban pada
Baut No. 6

Vux

VdM v6

Vd vux Nu
Mv
VdM h6
Vd Vd Nu

112.50 mm

Gambar K-23. Tampak Depan Daerah Sambung-1 Menunjukkan Beban Geser Maksimum pada
Baut no. 6

(a) VdN, gaya geser baut akibat beban aksial akibat konversi Muy = 4.06 x 106 Nmm. Besarnya
kopel gay akibat Muy,
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Nu = Muy/hp = 4.06 x 106 / (d + 0.5 tp + 0.5 tp) = 4.06 x 106 / (8.64 + (0.5 x 10) + (0.5 x 10))
= 4.06 x 106 / 18.64 = 217811.16 N
Nu = 217811.16 N = ►VdN =

(b) V , gaya geser baut akibat beban vertikal Vu = 12133.8 N


Vu = 12133.8 N = ► VdVu =

(c) VdM, gaya geser baut akibat momen MV yang ditimbulkan gaya geser Vu = 12133.8 N. Besar
Mv, dengan demikian, adalah:
Mv = Vu.e = 12133.8 x 112.5 = 1365052.5 Nmm
Tabel K-3. Gaya Geser Baut yang Ditimbulkan Mv
No xi yi VdMH VdMV
xi2(mm2) yi2(mm2)
Baut (mm) (mm) (N) (N)
1 75 40 5625 1600 5687.72 4550.175
2 0 40 0 1600 5687.7188 0
3 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
4 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
5 0 40 0 1600 5687.7188 0
6 75 40 5625 1600 5687.7188 4550.175
Jumlah 22500 9600

Pemeriksaan atas konfigurasi baut yang ditunjukkan Gambar K-22 dan Gambar K-23
menunjukkan bahwa gaya geser maksimum Vd terjadi pada baut no. 6. Gaya geser vertikal,
VdMV4, yang ditimbulkan Mv pada baut no. 6 adalah:


m = 2 ► VdMV6
m= 2 ► = (0.5 x 4550.175) = 2275.088 N
m = 2 ► VdMH6
m= 2 ► = (0.5 x 5687.7188) = 2843.859 N
dan gaya geser horizontal pada baut yang sama, VdMH6, yang ditimbulkan Mv adalah :

Vdh = VdN + VdMH6 = + 5687.7188 = 20997.7 N


VdV = VdVu + VdMv6 = + 5687.7188 = 3286.238 N
√ √ N
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kecukupan kekuatan tumpuan baut.
(a) Kekuatan Baut.
Karena berkarakteristik „baut dalam geser‟ maka kecukupan kekuatan baut pada daerah
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

sambung ini akan diperiksa menggunakan formula rancang bagi baut dalam geser berikut ini:

Øf = 0.75
r1 = 0.5 (Baut tanpa Ulir Pada Bidang Geser)
= 370 MPa
Ab = ¼ π d2 = ¼ x 3.14 x 162 = 200.96
21246.4 N ≤ 0.75 x 0.5 x 370 x 200.96
21246.4 N ≤ 27883.2 (OK) [memenuhi SNI „2002 (13.2-2)].
Baut cukup kuat terhadap beban, sebagaimana terlihat dari rasio beban terhadap
kekuatan adalah

5. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.


Ketentuan Syarat bats untuk Kuat Tumpu adalah :

21246.4 ≤ 2,4 x 0,75 x 16 x 10 x 370


21246.4 ≤ 92067.84 N (OK)
6. Memeriksa kecukupan kekuatan pelat sambung badan.
Selain baut, harus dapat dipastikan bahwa pelat sambung badan cukup kuat memikul beban-beban
Vux = 12133.8 N , Vuy = 1603.02 N dan Nu = 34817.24 N yang bekerja padanya.
Vu mengakibatkan tegangan geser τVu dan tegangan lentur σVu pada penampang pelat:
(Ukuran Plat) = 180 x 10 mm.

Zx-plat badan = (1/6)(2)Tpelat badan (h2 pelat badan) =(1/6)2x 10 x 1802 = 9000 mm3

sedangkan Nu mengakibatkan tegangan tarik Nu pada penampang yang sama:


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Total tegangan aksial σ total yang dipikul penampang pelat badan adalah:

Dan tidak melampaui kuat lentur pelat badan fy =440 MPa.


Total tegangan geserl τtotal yang dipikul penampang pelat badan adalah:
3.37
dan tidak melampaui kekuatan geser pelat badan 0.6fy = 240 MPa. Dengan demikian maka pelat
sambung badan cukup kuat untuk memikul beban-beban sambungan yang dibebankan
kepadanya. Karena memenuhi semua persamaan kekuatan dan tata letak yang disyaratkan maka
usulan sambungan baut untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
7. Merekomendasikan konstruksi sambungan dalam suatu gambar rencana.
Kegiatan ini akan dilakukan secara tergabung dengan kegiatan yang sama untuk daerah
sambung-2 pada tapah „mendokumentasikan hasil perencanaan‟.

(ii). Daerah sambung-2: Sayap profil ke pelat sambung sayap. Konektot baut.
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: Pada setiap ujung, konfigurasi terdiri dari dua baris baut masing-masing terdiri dari 4
baut (n = 8. Akan digunakan dua pelat sayap, pelat sayap luar dan pleat sayap dalam, masing-
masing pada pada sambungan sayap atas dan sambungan sayap bawah, maka jumlah bidang
geser baut adalah 2 (m = 2). Semua baut berdiameter 16 mm. Daerah sambung-2 dapat dipahami
dengan mengamati Gambar K-18. Usulan konfigurasi baut untuk daerah sambung ini
ditunjukkan Gambar K-24 dan Gambar K-25.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Di autocad
Gambar K-24. Potongan B-B dari Gambar K-19,
Menunjukkan Usulan Konfigurasi Baut Pelat Sayap Luar

Di autocad
Gambar K-25. Potongan C-C dari Gambar K-19, Menunjukkan Usulan Konfigurasi Baut
Pelat Sayap Dalam
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

(a) Jarak minimum antar pusat lubang


Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 50 mm.
Rb = 50 > 39 mm.
(b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah: 100 mm.

Rb < min (4tp + 100 ; 200) mm


100 < 150
memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
(c) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya yang
diusulkan, Rb, adalah:
Rb < min (4tp + 100 ; 200) mm
100 < 140 [memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
(d) Jarak tepi minimum.
Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah
Rb > 1,5 db
30 > 24 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
2. Menentukan karakteristik baut.
Pemeriskaan atas daerah sambungan dan orientasi Mu menyatakan bahwa baut daerah
sambung ini adalah „baut dalam geser‟.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
 Kepada daerah sambung ini ditugaskan memikul Mux = 8.88 x 107 Nmm dan
menimbulkan kopel gaya Fp =Mu/hp pada pelat sambung sayap atas dan bawah, dengan
hp adalah jarak antar pusat-pusat pelat sambung sayap (Gambar K-26). Besar gaya kopel
Fp adalah:

 Kepada daerah sambung ini juga ditugaskan untuk memikul Vuy = 1603.02 N, beban ini di
konversi menjadi sebuah momen torsi Ty yang besarnya adala (1/2 Vuy).e dan sebuah
gaya geser Vpy yang besar (1/2 Vuy) (Gambar K-26), sehingga besar masing-masing gaya
pada masing-masing sayap adalah
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

- Ty = (1/2 x 1603.02) x (hp/2) = 801.51 (239.83) = 192226.1433 Nmm


Beban yang sama bekerja pada bagian yang lain dari sayap profil yang orientasinya
belawanan, sehingga beban ini saling meniadakan
- Vpy = (1/2) x 1603.02 = 801.51 N
Beban ini berkerja pada masing-masing sayap profil dengan arah yang sama.
 Beban Vpy ini kemudian di konversi untuk bekerja di tengah pusat konfigurasi baut,
sehingga beban Vpy ini akan di gantikan dengan satu buah momen Mvpy yang besarnya
adalah Vpy.e dan satu buah gaya geser yang besarnya sama dengan Vpy. Jadi besarnya
masing-masing gaya ini adalah
- Mvpy = Vpy.e = 801.51 (239.83) = 192226.1433 Nmm
- Vpy = 801.51 N

Vpy Fp

Ty

e
Hp
Vuy
Mu-x
Fp e

Vpy Ty

Gambar K-26. Pembebanan Kopel Gaya Fp oleh Mux Dan Konversi Gaya Vuy Menjadi Momen Torsi
Ty Dan Gaya Geser Vpy pada Daerah Sambung-2
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

70 mm Vpy
Vd M h12
254.00 mm

57 mm Fp
Vdpy
57 mm Mvpy Vd VdM h12
VdFp
70 mm

143.14 mm

Gambar K-27 Beban Yang Bekerja Pada Daerah Sambung-2

70 mm Vpy
Vd M h12
254.00 mm

57 mm Fp
Vdpy
57 mm Mvpy Vd VdM h12
VdFp
70 mm

143.14 mm

Gambar K-28 Pembebanan Daerah Sambung-2 Menunjukkan Beban Momen Terpusat Yang Timbul
Akibat Eksentrisitas Vpy Terhadap Pusat Konfigurasi Baut Dan Komponen-Komponen Beban pada
Baut no.8

Karena pada pusat konfigurasi baut terbebani beban Mvpy, Vpy, dan Fp, maka akan di cari
baut yang memikul gaya geser paling besar, sehingga

 VdFp, gaya geser baut akibat beban Fp = N;


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

 VdVpy, gaya geser baut akibat beban Vpy = 801.51 N

 VdMvpy, gaya geser baut akibat momen Mvpy = 192226.1433 Nmm

Tabel K-4. Gaya Geser Baut yang Ditimbulkan Mv


No xi yi VdMH VdMV
xi2(mm2) yi2(mm2)
Baut (mm) (mm) (N) (N)
1 102 57 10404 3249 421.55 428.93
2 32 57 1024 3249 421.55 134.57
3 32 57 1024 3249 421.55 134.57
4 102 57 10404 3249 421.55 428.93
5 102 57 10404 3249 421.55 428.93
6 32 57 1024 3249 421.55 134.57
7 32 57 1024 3249 421.55 134.57
8 102 57 10404 3249 421.55 428.93
Jumlah 45712 25992

Pemerikasaan atas konfigurasi baut yang di tunjukkan Gambar12-27 menunjukkan bahwa


gaya geser maksimum baut Vd terjadi pada baut no.8. Gaya geser vertikal, VdMV8, yangdi
timbulkan Mvpy pada baut no.8 adalah:

∑ ∑
m = 2 ► VdMV8
m= 2 ► = (0.5 x 428.93) = 214.465 N
m = 2 ► VdMH8
m= 2 ► = (0.5 x 421.55) = 210.775 N
dan gaya geser horizontal pada baut yang sama, VdMH5, yang ditimbulkan Mv adalah :

VdH = VdFp + VdMH8 = + 210.775 = 23358.08 N


VdV = VdVpy + VdMv8 = + 214.465 = 264.56 N

√ √ N

4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.


(a) Kekuatan Baut.
Karena berkarakteristik „baut dalam geser‟ maka kecukupan kekuatan baut pada daerah
sambung ini akan diperiksa menggunakan formula rancang bagi baut dalam geser berikut
ini:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Øf = 0.75
r1 = 0.5 (Baut tanpa Ulir Pada Bidang Geser)
= 370 MPa
Ab = 0.25 x 3.14 x 16 2
Ab = 200.96 mm2
23147.3 ≤ 0,75 x 0,5 x 370 x 200.96
23147.3 ≤ 27883.2 OK.
Baut cukup kuat terhadap beban, sebagaimana terlihat dari rasio beban terhadap
kekuatan adalah

(b) Kekuatan Tumpuan Baut.


Ketentuan syarat batas untuk kekuatan tumpu adalah:

Øf = 0.75
db = 16 mm
tp = 14.17 mm
fu =370 MPa
Vd ≤ 2,4 x 0,75 x 16 x 14.17 x 370
23147.3 ≤ 150996 ...OK.
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI „2002 persamaan 13.2-7)].
5. Memeriksa kecukupan kekuatan pelat sambung sayap.
Gaya kopel Fp = N dan mengakibatkan tegangan tarik/tekan pada penampang
pelat sambung sayap. Tegangan tarik σFp yang timbul pada penampang pelat sambung
sayap adalah:

dengan Apelat_sambung_sayap = Aefektif_pelat_sambung_sayap_luar + Aefektif_pelat_sambung_sayap_dalam


Aefektif_pelat_sambung_sayap_luar =

Aefektif_pelat_sambung_sayap_luar = 1680 mm
Aefektif_pelat_sambung_sayap_dalam =
Aefektif_pelat_sambung_sayap_dalam = 1280 mm

Jadi A plat sambung sayap = 1680 + 1280 = 2960 mm2


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

σFv tidak melampaui kekuatan tarik pelat sambung sayap = 400 MPa. Dengan demikian
maka pelat sambung sayap cukup kuat untuk memikul beban-beban sambungan yang
dibebankan kepadanya. Karena memenuhi semua persamaan kekuatan dan tata letak yang
disyaratkan maka usulan sambungan baut untuk daerah sambung-2 dapat dipakai.

6. Merekomendasikan konstruksi sambungan dalam suatu gambar rencana.


Kegiatan ini akan dilakukan secara tergabung dengan kegiatan yang sama untuk
daerah sambung-2 pada tapah „mendokumentasikan hasil perencanaan‟.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

diautocad

Gambar K-29 Gambar Rencana Sambungan Menerus (Tanpa Skala)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

11.2.3 Desain Sambungan Kolom - Rafter Eksterior

Hendak direncanakan suatu sambungan kolom - rafter yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mux = 1.72 x 108 Nmm (-); Vux= 38857.26 N (↓); Muy = 5.65 x 107 Nmm (-);
Vuy= 27900 N (tegak lurus gambar); Hu = 43490.55 N (tekan)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh dari hasil analisa menggunakan program analisa struktur
SAP2000 versi 14 pada perhitungan struktur utama (Rafter) yaitu pada puncak rafter yang
dapat dilihat pada Lampiran 17
Karena rafter bersudut 160 terhadap horizontal, maka beban aksial dan geser akan di uraikan ke
horizontal dan vertikal sehingga:
Vux-y = Vux cos 740 = 38857.26 cos 740 = 10710.51 N (→)
Vux-x = Vux sin 740 = 38857.26 sin 740 = 37351.99 N (↓)
Hu-y = Hu cos 160 = 43490.55 cos 160 = 40867.7 N (←)
Hu-x = Hu Sin 160 = 43490.55 sin 160 = 14874.6 N (↓)
Jadi beban rencananya adalah :
Hu = Vux-y - Hu-y = 10710.51 – 40867.7 = 30157.19 N (←)
Vux = Vux-x + Hu-x = 37351.99 + 14874.6 = 52226.59 N (↓)

0
0x1
10 ' WF 1 4.17 mm)
Vux r: 1
Rafte x 8.64 x
4 x 254
(25

Mu-y Vux-y
Hu-y

Hu
Vux-x
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)

Mu-x Hu-x
Vu-y
Kolom : 12' WF 12 x 12

Gambar K-30 Beban Pada Pertemuan Kolom-Rafter Eksterior


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

1. Menentukan Jenis Sambungan, Jumlah Daerah Sambung dan Konektornya


Jenis sambungan:
Sambungan adalah sambungan rafter kolom, menghubungkan ujung rafter ke kolom.
Sambungan menggunakan media sambung: pelat ujung. Rafter adalah dari profil 10‟
WF 10 x 10, dengan mutu fy = 400 MPa. Data dimensi profil ditunjukkan Tabel K-5.
Pelat sambung badan dan pelat sambung sayap, masing-masing adalah pelat baja
dengan tebal 10 mm, dari mutu fy = 400 MPa.
Tabel K-5. Data Dimensi 10’ WF 10 x 10
10’ WF 10 x 10(72.92 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 Mpa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
mm mm mm Mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
1.14 x 3.87 x 8.95 x 3.05 x
254 254 8.64 14.17 12.7 9290 110.5 64.5
108 107 105 105

Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:


Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1. Ujung rafter ke pelat sambung ujung; konektor las dari mutu fy = 400 MPa.
2. Pelat ujung rafter ke sayap kolom.; konektor baut dari mutu fy = 400 MPa.
Konektan - konektan dan daerah sambung dari sambungan yang hendak direncanakan
ditunjukkan dalam Gambar K-31

0
0 x 1 m)
WF 1 m
f te r : 10' x 14.17
Ra 8.64
x 2 54 x
(254
0
0 x 1 m)
WF 1 m
f ter : 10' x 14.17
Ra 8.64
x 2 54 x
(254
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)

Kolom : 12' WF 12 x 12
Kolom : 12' WF 12 x 12

(a) (b)

Gambar K-31 Konektan dan Daerah Sambung dari Sambungan Puncak Gabel
(a) Daerah sambung-1: Konektan Las
(b) Daerah sambung-2: Konektan Baut
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2. Mendesain.
2.1 Daerah Sambung-1: Ujung rafter ke pelat ujung, konektor: las
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.
- Las sayap bagian luar: 2 badan; las sudut.
- Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing 2 segmen; las sudut.
- Las badan balok: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjang las (Lt).
a) Las sayap bagian luar:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt = 254 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002 (13.5.3.5).
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI „2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 80 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI „2002
(13.5.3.5). Ada empat segmen sehingga,
Lt = 4 x 80 = 320 mm.
c) Las badan tafter:
tt = 31 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini
telah memenuhi SNI
„2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 150 mm > 4tt = 4(31) = 124 mm; ► memenuhi SNI „2002
(13.5.3.5). Ada dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 150 = 300 mm
Usulan tebal dan panjang las, serta posisi las pada daerah sambung-1 ditunjukkan
dalam Gambar K-32
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

x 10
' W F 10 7 mm)
r:1 0 14.1
Rafte x 8.64 x
x 254
(254

180 mm
465.49 mm
494 mm

100 mm

180 mm
254 mm
307 mm

Tampak Depan Potongan A - A

Gambar K-32. Usulan Dimensi dan Letak Badan Las pada Daerah Sambung-1
(Catatan: pengusulan panjang badan las harus dilakukan dengan memperhatikan ruang
tempat las yang tersedia dan yang dimungkinkan oleh dimensi bagian-bagian konektan).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana teknik sipil dipakai dalam perencanaan
ini. Las badan ditugaskan memikul Muy = 5.65 x 107 Nmm, las sayap bagian dalam
ditugaskan memikul Mux = 1.72 x 108 Nmm dan las sayap bagian luar ditugaskan memikul
Vux = 52226.59 N dan Vuy = 27900 N
(Catatan: Pada kasus ini karena Hu bekerja menekan titik buhul maka tidak ada badan las
yang di bebani Hu. Jika ada kemungkinan Hu bekerja bolak balik (tarik atau tekan),
misalnya pada kasus struktur baja yang di bebani beban gempa, maka Hu yang berarah ke
luar titik buhul (tarik) harus ditugaskan kepada salah satu badan las)
a) Las sayap bagian luar
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-2 . Dengan demikian maka:

( )

b) Las sayap bagian dalam;


Aspek pembebanan adalah aspek dan tipikal-3. Dengan demikian maka:

( ) ; dengan a adalah jarak dari pusat las sayap bagian dalam bagian atas

dan las sayap bagian dalam sebelah bawah seperti pada Gambar K-32 di
atas.

( )

c) Las badan rafter;


Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-5 (Konversi Momen Ke Gaya Kopel). Dengan
demikian maka:

Dengan a adalah jarak antar las badan, sebelah menyebelah, sehingga dengan las badan
dengan sudut 450 diperoleh
a = (((Tt/sin 450)/3) x 2) + d
a = (((31/sin 450)/3) x 2) + 8.64 = 37.87
jarak a ini dapat di lihat pada Gambar K-33 berikut

Pelat Badan
Profil WF

Pelat Badan 8.64 mm


Pelat Ujung

37.87 mm
Gambar K-33 Jarak Antara Las Badan Profil
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

4. Memeriksa kecukupan kekuatan badan las


a) Las sayap bagian luar;
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut berdasarkan SNI 2002 butir
13.5.3.10 dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain
adalah:
( )
Ru = 29605.85 N
Φf = 0.75
fw = min (fu ; fuv)
fw = min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 254 x (0.6 x 370)
Ru = 29605.85 N ≤ 422910 N
[memenuhi formula desain]
b) Las sayap dalam
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada a):
( )
Ru = N;
Φf = 0.75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 10 x 320 x (0.6 x 370)
N ≤ 532800 N
[memenuhi formula desain]
c) Las badan rafter;
Badan las adalah las sudut maka dengan formula desain yang sama seperti pada (a):
( )
Ru = 1491946.13 N;
Φf = 0.75
fw= min (fu ; fuv)
fw= min (370 ; 370) = 370 MPa
Ru ≤ 0.75 x 31 x 300 x (0.6 x 370)
1491946.13 N ≤ 1548450 N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

[memenuhi formula desain]


Semua badan las memenuhi formula desain yang disyaratkan, maka usulan rancangan las
untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 pada tahap „mendokumentasikan hasil perencanaan‟.
2.2 Daerah Sambung-2: Pelat ujung ke sayap rafter, konektor: baut
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: konfigruasi terdiri dari dua lajur baut, masing-masing lajur terdiri dari delapan
baut (n = 8), seperti yang ditunjukkan Gambar K-34. Semua baut berdiameter 20 mm.
a) Jarak minimum antar pusat lubang.
Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 63 mm.
Rb > 3dbaut
63 > 3(20)
63 > 60 mm
[memenuhi SNI „2002(13.4.2)].
b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah 63 mm.
Rb = 63 < min (15tp ; 200) mm
Maka :
63 < min (15(10) ; 200) mm
63 < min (150 ; 200) mm
63 < min 150 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
c) Jarak tepi minimum.
Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah 79 mm.
Rb = 79 > 1.5 db
74 > 1.5 (20)
74 > 30 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
d) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya
yang diusulkan, Rb, adalah 120 mm.
Rb = 120 < min (4tp + 100 ; 300) mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

120 < min (4(10) + 100 ; 300) mm


120 < min (140 ; 300) mm
120 < 140 mm
[memenuhi SNI‟2002(13.4.3)].
e) Jarak minimum antar lereng las dengan pusat pengencang
Jarak minimum antar lereng las dengan pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah
63.
Rb = 63 > 3db
61 > 3 (20)
61 > 60 mm

Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.

A
10
64 mm
10 x mm) B B
' WF 7 65 mm
af ter : 10 4 x 14.1
R 8 .6
x 254 x
(2 5 4 C C 77 mm

564 mm
B B 65 mm
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
Kolom : 12' WF 12 x 12

B B 61 mm
C C 63 mm
B B 61 mm
71 mm
A
A 74 mm 74 mm
65 mm 65 mm
307 mm

Tampak Depan Potongan A - A

Gambar K-34 Konfigurasi Letak Baut


2. Menentukan karakteristik baut.
Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan M dan H menyebabkan
gaya tarik Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan V menyebabkan gaya geser
Vd pada setiap baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut
berkarakteristik „baut kombinasi geser-tarik‟.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
a) Gaya tarik baut (TdH) akibat beban horisontal H = -30157.19 N.
H = -30157.19 N → TdH =1/8 x (-30157.19) = -3769.65 N
b) - Gaya geser baut (Vdx) akibat beban vertikal Vux = 52226.59 N
Vux = 52226.59 N ► Vdx = [ ]
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

- Gaya geser baut (Vdy) akibat beban vertikal Vuy = 27900 N


Vuy = 27900 N ► Vdy = [ ]

Maka Vd = √ √

c) Gaya tarik baut maksimum


- Gaya tarik baut maksimum (F1-x) akibat Mux = 1.72 x 108 Nmm


Gaya tarik maksimum pada baut (F1) :

[ ]

Terdapat empat baut pada taraf 1 (h = 257 mm), maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-x)
F1-x.ki = (1/4)x = 105764.89 N
- Gaya tarik baut maksimum (F1-y) akibat Muy = 5.65 x 107 Nmm


Gaya tarik maksimum pada baut (F1-y) :

[ ]

Terdapat dua baut pada taraf 1 (h = 149 mm) , maka gaya tarik untuk salah satu
baut pada taraf ini (misalnya yang di sebelah kiri atau di sebelah kanan) (F1-y)
F1-y.ki = (1/2) x = 189597.323 N
Gaya tarik total maksimum pada baut (Td) adalah:
Td = TdH + F1-x.ki + F1-y.ki = (-3769.65) + 105764.89 + 189597.323 = 291592.55 N
Karena Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah „baut kombinasi geser-
tarik‟.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan.
- Persamaan 13.2-4

Vu = √ √ N
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Φf = 0.75
n= 8; (jumlah baut adalah delapan buah)
r1 = 0.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI „2002 (13.2.2.1).
m= 1; (jumlah bidang geser adalah satu).

Fuv = ( ) / (8 x (1/4 x 3.14 x (202)))


= 23.6 N/mm2

0.5 x 0.75 x 370 x 1 = 138.75 N/mm2


23.6 < 138.75 N/mm2; [memenuhi persamaan 13.2-4]
- Persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
Dari persamaan 13.2-5;

Diperoleh :
Ab = 1/4 x 3.14 x 202 = 314 mm2
Tu / n = 139914.70 N
Maka :
ft ≥ ((139914.70) / (0.75 x 314 x 8 ))
ft ≥ 154.77 N/mm2
Persamaan 13.2-6

f1 = 807 MPa; (baut mutu tinggi).


r2 = 1.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser).
f2 = 621 MPa; (baut mutu tinggi).
Maka:

154.77 ≤ 807 – 1.5(23.6)


154.77 ≤ 771.64
Dan
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

[memenuhi persamaan 13.2-5 dan 13.2-6].


- Kekuatan Tumpuan Baut; persamaan 13.2-7
Formula desain untuk kuat tumpu adalah:

7401.47 ≤ 2.4 x 0.75 x 20 x 370 x 10


7401.47 N ≤ 133200 N
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI „2002 persamaan 13.2-7)].
Karena memenuhi semua persamaan kekuatan yang disyaratkan maka usulan
sambungan baut untuk daerah sambung-2 dapat dipakai.
5. Merekomendasikan konstruksi sambungan dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-1 pada tahap „mendokumentasikan hasil perencanaan.
3. Mendokumentasi Hasil Perencanaan.
3.1. Gambar Rencana.
Gambar rencana untuk sambungan ini ditampilkan dalam Gambar K-35.
3.2 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis sambungan dinyatakan dalam Platform K-35.
a. Las Sayap Luar :
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
b. Las Sayap Dalam :
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
c. Las Badan :
Las sudut, tt = 31 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
d. Baut :
Baut hitam diameter (Ø) = 20 mm.
Mutu las fy = 400 MPa.
e. Pelat Ujung :
Pelat baja 564 x 10 (mm).
Mutu pelat fy = 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Gambar di autocad

Gambar K-35 Gambar Rencana Sambungan Puncak Rafter (Tanpa Skala)


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

11.2.4. Desain Sambungan Kolom-Fondasi Eksterior

Hendak dirancang suatu sambungan tapak yang dibebani beban-beban sambungan sebagai berikut:
Mux = 3.59 x 108 Nmm ; Vu= 43490.55 N; Nux= 76947.41 N ;
Muy = 5.65 x 107 Nmm ; Nuy= 27900 N
Nu = √ √ 81849.34 N
Nila Mu, Vu, dan Nu diatasdiperoleh darihasil analisa menggunakan SAP2000 v.14 pada
perhitungan Struktur utama (Kolom),yang dapat dilihat pada point atau pada Lampiran 17
Sambungan dan beban-bebannya ditunjukkan pada Gambar K-36.

(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)


Kolom : 12' WF 12 x 12

Vu Mu-y
Nu-x

Mu-x

Nu-y

Gambar K-36. Sambungan dan Beban-Bebanya


1. Menentukan Jenis Sambungan, Jumlah Daerah Sambung dan Konektornya

Jenis Sambungan :
Sambungan menghubungkan kaki kolom dengan poor beton dari fondasi tiang pancang
menggunakan pelat tapak. Kolom adalah dari profil 12’ WF 12 x 12 dengan mutu fy= 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Data dimensi profil ini ditunjukkan Tabel K-6. Pelat tapak adalah pelat baja t = 25 mm, fy= 400
MPa.
Tabel K-6. Data Dimensi 12’ WF 12 x 12
12’ WF 12 X 12 (126.5 kg/m’) Kekuatan material : fy = 400 MPa
B H d t r A Ix Iy ix iy Sx Sy
Mm mm mm mm mm mm2 mm4 mm4 mm mm mm3 mm3
3.28 x 107 x 2.05 x 6.92 x
307 318 12.57 20.22 15.2 17460 137.2 78.2
108 108 106 105

Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:


Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1) Ujung bawah kolom dengan pelat tapak; konektor: las dengan mutu logam las f y= 400
MPa.
2) Pelat tapak dengan poor fondasi beton; konektor: baut jangkar mutu fy= 400 MPa, dan
kekuatan karakteristik poor beton adalah : fc’ = 30 MPa.
Konektan-konektan dan daerah sambung ditunjukkan dalam Gambar K-37.
(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)
Kolom : 12' WF 12 x 12

Daerah Sambung 1

Daerah Sambung 2

Gambar K-37 Daerah Sambung


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

2 Mendesain.
2.1 Daerah sambung-1: Ujung bawah kolom dengan pelat tapak; konektor las.
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.
a) Las sayap bagian luar: 2 badan; las sudut.
b) Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing badan terdiri dari 2 segmen; las
sudut.
c) Las badan kolom: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjang las (Lt).
a) Las sayap bagian luar:
tt = 22 mm; ► las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.5)
Lt = 307 mm > 4tt = 4(22) = 88 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.3). Las terdiri dari dua segmen. Segmen yang satu
ditempatkan di bagian dalam satu pihak sayap dan segmen yang lain di bagian dalam
pihak yang lain dari sayap. Lt satu segmen = 125 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ►
memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
Ada dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 125 = 250 mm.
c) Las badan kolom:
tt = 10 mm; ►las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.3)
Lt = 220 mm > 4tt = 4(10) = 40 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru.
Las sayap ditugaskan memikul Mux = 3.59 x 108 Nmm dan Muy = 5.65 x 107 Nmm dan las
badan ditugaskan memikul Hux= 76947.41 N dan Huy = 27900 N. (Catatan: Pada kasus ini,
karena Vu dianggap hanya bekerja vertikal ke bawah maka tidak ada badan las yang
dibebani Vu. Jika ada kemungkinan Vu bekerja bolak balik (↑ atau ↓), misalnya pada kasus
struktur baja yang dibebani beban gempa, maka Vu yang berarah ke atas (↑) harus
ditugaskan kepada salah satu badan las).
a) Las sayap bagian luar;
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-31, maka:
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

b) Las sayap bagian dalam;

210717.2 N

c) Las badan;
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-6, maka:

4. Memeriksa kecukupan kekuatan badan las.


a) Las sayap bagian luar;
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut (pers. (3) pada hand-out 43)
dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain adalah:

Ru = N
Φf = 0.75
fw = min (fu ; fuv)
fw = min (370 ; 370) = 370 MPa
f  0,75

Lt = 307
Maka :
Ru < 0.75 x 22 x 307 x (0.6 x 370)
1060528 < 1124541 (OK)
b) Las sayap bagian dalam
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut (pers. (3) pada hand-out 43)
dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain adalah:

Ru = 210717.2 N
Φf = 0.75
fw = min (fu ; fuv)
fw = min (370 ; 370) = 370 MPa
f  0,75

Lt = 125
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Ru < 0.75 x 10 x 125 x (0.6 x 370)


210717.2 < 416250 (OK)
c) Las badan;
Badan las adalah las sudut maka pemeriksaan menggunakan formula desain yang sama
Seperti pada (a).

Ru = N;
Φf = 0.75
Lt = 220 mm
fw= min (fu ; fuw)
= min (370 ; 370)
= 370 mm
Maka :
Ru < 0.75 x 10 x 220 x (0.6 x 370)
Ru = < 366300 N (OK)
Semua badan las memenuhi formula desain yang disyaratkan maka usulan rancangan las
untuk daerah sambung-1 dapat dipakai.
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 padatahap ‘mendokumentasikan hasil perencanaan’.

2.2 Daerah Sambung-2: Pelat tapak ke poor fondasi, konektor: baut jangkar
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: konfigurasi terdiri dari 2 lajur baut jangkar, masing-masing lajur terdiri dari
enam baut (n = 16), seperti ditunjukkan Gambar K-38. Semua baut jangkar berdiameter 21
mm.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

60 mm

80 mm

65 mm
33 mm 443 mm
65 mm

80 mm

60 mm

182 mm 182 mm
64 mm 117 mm 65 mm
65 mm 53 mm 65 mm 65 mm
65 mm 52 mm
611 mm

Gambar K-38 Konfigurasi Baut Jangkar

a) Jarak minimum antar pusat lubang.


Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 80 mm.
Rb> 3dBaut
Maka :
80 > 3 (21) mm
80 > 63 mm
[memenuhi SNI ‘2002(13.4.2)].
b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah 182 mm.
Rb< min (15tp ; 200) mm
Maka :
182 < min (15(25) ; 200)mm
182 < min (375 ; 200) mm
182 < 200 mm
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

[memenuhi SNI ‘2002(13.4.2)].


c) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya yang
diusulkan, Rb, adalah 182 mm.
Rb< min (4tp+ 100 ; 200) mm
Maka :
182 < min (4(25) + 100 ; 300)mm
182 < min (200 ; 300) mm
182 < 200 mm
[memenuhi SNI’2002(13.4.3)].
d) Jarak tepi minimum.
Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah 6 mm.
Rb> 1.5db mm
Maka :
60 > 1.5 (21) mm
60 > 31.5 mm
[memenuhi SNI’2002(13.4.3)].
e) Jarak pusat pengencang dengan lereng las
Rb > 3d
65 > 3 (21)
65 > 63

Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.
2. Menentukan karakteristik baut jangkar.
Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan Mu menyebabkan gaya
tarik Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan Hu menyebabkan gaya geser Vd
pada setiap baut. Karena beban-beban sambungan bekerja serentak maka baut
berkarakteristik ‘baut kombinasi geser tarik’.
3. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
a) Gaya tarik Td akibat beban momen Mux = 3.59 x 10 8 dan Muy = 5.65 x 107 Nmm
Gaya tarik maksimum pada baut (F1);


Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Terdapat dua baut jangkar pada taraf 1 (h = 481 mm) dalam arah sumbu-x, maka gaya tarik
untuk salah satu bautjangkar pada taraf ini (misalnya yang di sebelah depan atau di sebelah
belakang) (F1x) sedangkan terdapat 4 baut jangkar pada taraf 1 (h = 323 mm) dalam arah
sumbu-y, maka gaya tarik untuk salah satu baut jangkar pad taraf ini (F1y) adalah:

[ ]

[ ]

Gaya tarik total maksimum pada baut (Td) adalah:

b) Gaya geser baut (Vd) akibat Hux= 76947.41 N dan Huy = = 27900 N

[ ]

[ ]

√ √

Td dan Vd bekerja serentak pada baut maka baut adalah ‘baut kombinasi geser-tarik’.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut, kekuatan tumpuan baut, kekuatan penjangkaran
baut.
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan - persamaan perencanaan untuk baut kombinasi geser-tarik. SNI 03 – 1729 –
2002 mensyaratkan bahwa baut kombinasi geser-tarik harus memenuhi dua persamaan,
yaitu persamaan 13.2-4 dan persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
a) Persamaan 13.2-4
Vu
f uv   r1 f f ub m
nAb

Φf = 0,75
r1 = 0,5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI ‘2002 (13.2.2.1).
m = 1; (jumlah bidang geser adalah satu)

Maka :
0.9 < 138.75 N [memenuhi persamaan 13.2-4]
b) Persamaan 13.2-5 dan 13.2-6.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

Dari persamaan 13.2-5;

Diperoleh :

Dengan :
Ab = 346.19 mm2

Maka :

Persamaan 13.2-6 :

f1 = 410 MPa; (baut mutu normal).


r2 = 1.5; (baut tanpa ulir pada bidang geser).
f2 = 310 MPa; (baut mutu normal).
≤ 410 – 1.5 (0.9)
≤ 408.61
Dan
ft ≤ f2
≤ 310
[memenuhi persamaan 13.2-5 dan 13.2-6]
Rasio Ru / Rn dari baut jangkar adalah . Usulan konfigurasi baut

kurang efisien dan cukup kuat dalam memikul beban sambungan.


c) Kekuatan Tumpuan Baut; persamaan 13.2-7
Formula desain untuk kuat tumpu1 adalah:

≤ 2,4 x 0,75 x 21 x 25 x 370


< 349650 N
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI ‘2002 persamaan 13.2-7)].
Kekuatan konfigurasi baut pada daerah sambung-2 telah diperiksa pada semua pokok
yang disyaratkan SNI 03 – 1729 - 2002 dan telah terbukti cukup untuk memikul beban-
beban sambungan. Akan tetapi, berbeda dari baut pada sambungan-sambungan struktur
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

baja yang lain, baut pada sambungan tapak memikul beban, selain dengan cara
mengerahkan kekuatan material penampangnya, juga dengan cara ‘menjangkar’ pada
fondasi beton atau bagian struktur yang lain (maka dinamai ‘baut jangkar’). Dengan
demikian maka kekuatan penjangkaran juga adalah limit state untuk konfigurasi baut
pada sambungan tapak. Atas pertimbangan ini maka usulan konfigurasi baut jangkar
pada sambungan tapak harus diperiksa terhadap kekuatan penjangkarannya.
d) Kekuatan penjangkaran baut.
Kekuatan penjangkaran baut jangkar bergantung pada kuat lekat antara permukaan
batang baut dengan permukaan dinding lubang baut pada fondasi beton.
Limit state ini dapat dinyatakan dalam konteks LRFD sebagai berikut :
Jd ≤ Jn
dengan Jd adalah gaya ‘cabut’ pada baut dan Jn adalah kuat jangkar baut. Kuat jangkar
baut dapat dijabarkan sebagai :
Jn = Awfbond
Aw adalah luas selimut batang baut. Untuk baut berpenampang bundar.
Aw = dbLj
dengan db (mm) adalah diameter baut jangkar dan Lj adalah panjang penjangkaran dari
baut
jangkar (mm). fbond adalah kuat lekat antara selimut batang baut jangkar dengan dinding
lubang baut pada fondasibeton. Untuk kepentingan praktis fbond diaproksimasi sebagai
sepersepuluh mutu materi fondasi beton. Untuk sambungan ini, untuk usulan panjang
penjangkaran Lj = 800 mm:
Aw = π x (21) x 800
= 52752 mm2
1 1
f bond  f c  (30)  3 MPa
10 10
Sehingga :
Jn = Awfbond
Jn = 52752 x 3
= 158256 N
Gaya cabut pada baut jangkar Jd adalah :
Jd = Td = 139986 N
Untuk memastikan kekuatan penjangkaran baut :
Td ≤ Jn
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

139986 < 158256 N


[memenuhi persamaan (1)]. Baut jangkar cukup kuat terhadap beban cabut.

panjang penjangkaran yang diusulkan efisien dan cukup untukpengerahan kekuatan


penjangkaran yang dibutuhkan. Kekhasan sambungan tapak dari sambungan-sambungan
lain pada struktur baja menuntut dipastikannyakekuatan fondasi beton dalam memikul
beban-beban sambungan dan kekuatan lentur dari pelat tapakdalam memikul beban-beban
yang sama. Perencanaan suatu sambungan tapak, dengan demikian, harusmemperhatikan
hal-hal ini.
5. Memastikan kecukupan kekuatan poor fondasi beton terhadap beban-beban sambungan.
Kecukupan kekuatan poor fondasi beton terpastikan selama tegangan tekan maksimum
pada fondasi f-1f tidak melampaui kuat tekan fondasi f-1c. Jika dinyatakan dalam formula
limit state:
f f1  f c1

Usulan-1 ukuran pelat tapak adalah 611 x 443 x 35 mm


Dengan pelat tapak berukuran seperti yang diusulkan, tegangan tekan pada poor fondasi
(ffond) adalah (Gambar K-39):
Vu Mu
ff  
A foot _ plate Z1

Untuk memastikan kecukupan kekuatan poor fondasi beton:


f f1  f c1

13.32 < 30 MPa


[memenuhi persamaan (2)].
Ukuran pelat tapak cukup untuk memastikan bahwa poor fondasi cukup kuat memikul
beban-beban sambungan.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)

(318 x 307 x 12.57 x 20.22 mm)


Kolom : 12' WF 12 x 12

Kolom : 12' WF 12 x 12
Nu-y
ff
Mu-y Mu-y Lt
Vu Nu-x Vu
Nu-x Mu-x

Mu-x

ff q footplate q footplate
Nu-y

(a) (b) (c)

Gambar K-39 Pembebanan Tegangan Tekan Fondasi pada Pelat Tapak


6. Memastikan kecukupan kekuatan lentur pelat tapak.
Kecukupan kekuatan lentur pelat tapak terpastikan selama beban lentur (Mu_footplate)1 tidak
melampaui kuat lentur nominal pelat (Mn_footplate), yang dapat dinyatakan dalam konteks
limit state sebagai:
Mu_footplate ≤ Mn_footplate
a) Beban Lentur Pelat Tapak (Mu_footplate).
Dapat disimak dari Gambar K-39 (a) ke Gambar K-39 (b) bahwa tegangan tekan fondasi f-
1
fyang

membebani pelat tapak dari bawah dapat dianggap secara konservatif sebagai suat beban
terdistribusi merata qfootplate yang membebani pelat tapak dari bawah. Untuk pelat tapak
selebar 443 mm, seperti yang diusulkan pada sambungan ini, qfootplate adalah:

qfootplate = 443( f-1f ) = 443 (13.32) = 5899.71 N/mm’

Perhatikan bahwa dalam peninjauan ini, pelat tapak dapat diidealisasikan sebagai balok
yang berperletakan sendi pada ujung-ujung sayap kolom (Gambar K-39 (c)), maka beban
lentur maksimum pada pelat tapak adalah
1
M u _ footplate  qu _ footplateL12
12
Untuk sambungan yang sedang direncanakan dengan kolom dari 12’ WF 12 x 12
Maka :
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

L1 = H – d
= 318 – 12.57
= 305.43 mm

b) Kuat Lentur Nominal Pelat (Mn_footplate).


Dengan dasar yang sama seperti pada a) di atas, kuat lentur nominal pelat dapat
dinyatakansebagai:
M n _ footplate  Z footplate f y

Untuk usulan pelat tapak dengan tebal 34 mm:


Dengan
1
Zfootplate= b footplate t 2footplate
6

M n _ footplate  Z footplate f y

Mn_footplate = x 400
= 36178333.33 Nmm
Untuk memastikan kecukupan kuat lentur pelat tapak:

Nmm < 36178333.33 Nmm


[memenuhi persamaan (3)]. Ukuran pelat tapak cukup bagi pelat untuk mengerahkan kuat
lentur yang cukup untuk memikul beban lentur.
7. Merekomendasikan konstruksi baut jangkar dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-1, pada tahap ‘mendokumentasikan hasil perencanaan’.

3. Mendokumentasikan Hasil Perencanaan


1. Gambar Rencana
Gambar rencana untuk sambungan ini ditampilkan dalam Gambar K-40.
2. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis sambungan tapak ini adalah sebagai berikut:
a. Las Sambung Sayap bagian luar:
Las sudut, tt = 22 mm.
Mutu las fy= 400 MPa.
Format T-1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman: dari halaman

b. Las Sambung Sayap bagian dalam:


Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy= 400 MPa.
c. Las Sambung Badan:
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy= 400 MPa.
d. Baut Jangkar:
Baut hitam, mutu nomral, tidak diulir seluruh batang, ujung dibengkokkan, Hooked on
End (HOE).
Diameter baut jangkar Øj = 21 mm.
e. Pelat Tapak:
Pelat baja 611 x 443 x 35 mm.
Mutu pelat fy= 400 MPa

Di autocad

Gambar 12-37 Gambar Rencana Sambungan Tapak (Tanpa Skala)

You might also like