Professional Documents
Culture Documents
1. Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi merupakan prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian pada masa
yang lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan untuk
menentukan curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang berdasarkan perhitungan
distribusi frekuensi yang cocok dengan wilayah penelitian (Suroso, 2006). Distribusi Gumbel,
Distribusi Normal, dan Distribusi Log-Pearson III, merupakan distribusi frekuensi yang biasa
digunakan dalam analisis frekuensi data hidrologi. Penentuan distribusi frekuensi yang cocok
dengan sebaran sampel data curah hujan maksimum di wilayah penelitian, dapat
menggunakan Uji Chi-Kuadrat.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data. Makin
pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.
Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana
dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang
berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan
koefisien skewness (tabel 1).
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam
bidang hidrologi, dimana masing-masing distribusi memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap data
hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut.
Pengujian tersebut sangat penting dilakukan karena beberapa kesalahan yang biasa terjadi yaitu
pemilihan distribusi frekuensi dalam penentuan curah hujan rencana. Umumnya peneliti
menggunakan Distribusi Gumbel tanpa adanya dasar yang kuat. Padahal belum tentu sebaran
data curah hujan di wilayah tersebut cocok dengan Distribusi Gumbel. Sehingga kalau distribusi
frekuensinya tidak cocok dengan sebaran data yang ada maka error yang didapat akan sangat
besar.
1. Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai perumusan sebagai
berikut :
2. Distribusi Normal
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Distribusi Normal, mempunyai
perumusan sebagai berikut :
3. Distribusi Log Pearson III
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Log Pearson III, mempunyai langkah-
langkah perumusan sebagai berikut :
LAMPIRAN :
METODE INTENSITAS CURAH HUJAN
Metode Rasional
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir
atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan untuk daerah
yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode
Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan
waktu konsentrasi (tc).
dimana :
Q : Debit (m3/detik)
0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C : Koefisien aliran
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km2)
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana sangat
diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah drainase,
agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:
a) Metode Mononobe
_
dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan
sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
Catatan
R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Contoh kasusnya seperti ini, jika ingin diketahui intensitas curah hujan dari data curah hujan
harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan
selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :
_
Ket :
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit menjadi durasi
selama 5/60 atau selama 0,833 jam.
_
dimana :
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
Dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka
perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai
berikut :
_
_
dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama diatas :
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi
(Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah
hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi
daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi
cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang
terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari
langit. (Suroso, 2006)
Memilih Metode Intensitas Curah Hujan
Memilih metode intensitas curah hujan dari tiga metode yang tersedia yaitu Metode Van Breen,
Mononobe, serta Haspers dan Der Weduwen. Untuk menentukan metode perhitungan intensitas
curah hujan yang tepat digunakan persamaan tetapan yang umum digunakan yaitu Persamaan
Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Langkah pendekatan yang perlu dilakukan adalah :
Dari data tersebut kita dapat menggunakan persamaan tetapan yang diatas untuk mengetahui
metode yang cocok dengan data intensitas curah hujan yang ada.
Tabel dibawah ini memperlihatkan deviasi antara data terukur dengan data hasil prediksi
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai deviasi antara data terukur dan data hasil prediksi
Metode Van Breen dengan menggunakan Persamaan Talbot memberikan nilai deviasi terkecil
yaitu nilai nol. Dengan demikian nilai intensitas curah hujan yang akan digunakan adalah hasil
perhitungan Metode Van Breen dengan Persamaan Talbot.