You are on page 1of 32

LOOPHOLES (CELAH)

dan PELUANG
PENGHEMATAN PAJAK
PENGERTIAN LOOPHOLES
“A way of escaping a difficulty, especially an ommision or
ambiguity in the wording of a contract or law that
provides a means of evading compliance”
• Kondisi yang memungkinkan seseorang menghindari
suatu kewajiban tanpa ada pengenaan pinalti atau
sanksi hukum;
• Aktifitas atau tindakan tertentu tidakdiatur/tercakup oleh
peraturan;
• Sesuatu yang tidak bertentangan dengan peraturan
(legal);
• Loopholes kadang-kadang berhubungan dengan
ketidakjelasan suatu peraturan;
• WP dapat memperoleh keuntungan (menghemat pajak)
LOOPHOLES PERPAJAKAN

“Sebuah keadaan, peraturan, transaksi atau


kejadian yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha mendapatkan peluang
penghematan pembayaran pajak atau
terhindar dari kewajiban perpajakan
tertentu atau terhindar dari pengenaan
sanksi administratif perpajakan”
LOOPHOLES DALAM
PERATURAN
• Sengaja diciptakan oleh pembuat kebijakan
untuk memberikan kemudahan/fasilitas. Misal:
Penyediaan makanan bagi seluruh pegawai
• Tidak sengaja diciptakan oleh pembuat
kebijakan, tetapi lebih merupakan kelemahan
dari peraturan itu sendiri. Misal: Pembebasan
penghasilan yang diterima reksadana dalam 5
tahun; Tax holiday.
PEDOMAN PENAFSIRAN
PERATURAN
ASAS PENAFSIRAN:
Lex spesialis derogat lex generalis
Lex superiori derogat lex inferiori
Lex posteriori derogat lex priori
CARA PENAFSIRAN:
Otentik
Sistematik
Historis
Gramatikal
Analogi
A Contrario
Kebiasaan
CARA MENGIDENTIFIKASI
LOOPHOLES
• Tentukan duduk persoalan & konteks suatu
masalah pajak;
• Kumpulkan aturan sesuai konteks &
permasalahannya;
• Perhatikan asas dan cara penafsiran yang benar;
• Identifikasi peluang penghematan, kemungkinan
terhindarnya kewajiban atau sanksi;
• Tentukan alternatif perlakuan pajaknya;
• Identifikasi risiko atas setiap alternatif;
• Pilih alternatif yang paling menguntungkan dari sisi
pajak
Keterkaitan Loopholes dengan
Penghematan Pajak
• Loopholes terdapat dalam peraturan
tertentu dalam bentuk:
• Tax deduction;
• Tax Exemption;
• Fasilitas lian yang tersembunyi di balik
suatu peraturan;
• Pilihan metode akuntansi dan perpajakan;
• Kelemahan aturan itu sendiri.
Loopholes dan Penghematan
Pajak memiliki relevansi yang
sangat tinggi

Karena penghematan pajak,


penghindaran kewajiban atau
sanksi dilakukan dengan cara
memanfaatkan loopholes tersebut
Loopholes di PPh Pasal 21
• Benefit in cash atau benefit in kinds;
• Penggunaan metode gross-up sesuai
kondisi;
• Manfaatkan fasilitas in natura yang bebas
pajak;
• Jangan berikan bonus karyawan dari laba
tahun lalu.
Benefit in cash atau benefit in kinds
• Loopholes-nya adalah WP memiliki kebebasan untuk
memberikan Benefit in cash atau benefit in kinds

“Benefit in Cash akan dikenai tarif PPh Pasal 21 di Karyawan”


“Benefit in Kinds akan dikenai tarif PPh Badan di Perusahaan”

• Pemanfaatan:

WP bisa memilih benefit in cash pada saat pengenaan tarif PPh


Pasal 21 < tarif PPh Badan

Atau

WP bisa memilih benefit in kinds pada saat pengenaan tarif PPh


Pasal 21 > tarif PPh Badan
Penggunaan metode gross-up sesuai kondisi

• Loopholes-nya adalah gross-up bukanlah metode


pembukuan/akuntansi. Sehingga penerapannya tidak harus
konsisten. Gross-up atau tidak lebih merupakan pilihan kebijakan
dalam pemberian kompensasi kepada karyawan.

“Metode gross-up identik dengan pemberian tunjangan pajak yang


esensinya merupakan benefit in cash.”
“Metode non gross-up identik dengan pemberian kenikmatan pajak
yang esensinya merupakan benefit in kinds.”

• Pemanfaatan:

WP bisa memilih gross-up pada saat pengenaan tarif PPh Pasal 21 <
tarif PPh Badan
Atau:
WP bisa memilih non gross-up pada saat pengenaan tarif PPh Pasal
21 > tarif PPh Badan
Manfaatkan fasilitas in natura yang
bebas pajak
• Loopholes-nya adalah UU PPh memberikan Tax Exemption baik di
PPh Pasal 21 maupun di PPh Badan untuk transaksi di natura
tertentu

“Di satu sisi, Natura tertentu bukan merupakan obyek PPh Pasal 21 di
karyawan (Non Taxable income)”
“Di sisi lain, Natura tertentu tersebut boleh dibebankan sebagai biaya di
perusahaan (deductible expense)”

• Pemanfaatan:

WP bisa mendapatkan pembebasan pajak bila memilih memberikan


natura tertentu tersebut. Misalnya pemberian makanan/minuman
bagi seluruh karyawan, iuran pensiun/THT ditanggung pemberi
kerja, pakaian seragam tertentu, natura di daerah terpencil,
kendaraan/handphone dinas (50%) dll
Jangan berikan bonus karyawan
dari laba tahun lalu

• Memberikan bonus karyawan


atau direksi dari laba tahun lalu
(saldo laba) tetap merupakan
obyek PPh Pasal 21, namun Non
Deductible di PPh Badan
LOOPHOLES di PPh Badan
• Manfaatkan kompensasi rugi sesegera mungkin;
• Dapatkan pembebasan pajak dari Intercorporate
devidend;
• Pilih metode penyusutan yang cocok dengan
industri
• Pilih metode penilaian persediaan yang cocok
dengan kondisi;
• Percepat biaya dengan pengadaan aktiva tetap
melalui capital leasing;
• Manfaatkan transfer pricing secara wajar;
Manfaatkan kompensasi rugi
sesegera mungkin
• Loopholess-nya adalah Tax Loss carry Forward (TLCF) hanya bisa
dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun sehingga terdapat potensi
hangus.

“Hangusnya TLCF berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan


tax benefit dari TLCF”
“Bila laba fiskal di masa mendatang tidak memungkinkan untuk
dikompensasikan dengan TLCF, WP dapat memilih untuk
melakukan Revaluasi Aktiva Tetap. Dan dapat juga dilanjutkan
melakukan penggabungan usaha dengan nilai buku.”

• Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari kerugian sebesar 30% dari TLCF akibat
hangusnya TLCF tersebut. Namun demikian pilihan RAT harus
memperhatikan variabel-variabel lainnya.
Dapatkan pembebasan pajak dari
Intercorporate dividend
• Loopholes-nya adalah Intercorporate dividend yang
memenuhi persyaratan tertentu dikecualikan dari
pengenaan pajak.

“lntercorporate dividend yang bebas pajak adalah dividen


yang diterima oleh PT, BUMN/D dengan kepemilikan
minimum 25% dan ada usaha aktif atau dividen yang
diterima oleh koperasi”
“WP harus berusaha untuk memenuhi persyaratan yang
ditentukan untuk mendapatkan pembebasan pajak”

• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan Tax exemption bila dapat
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh peraturan
perpajakannya.
Pilih metode penyusutan yang
cocok dengan industri
• Loopholes-nya adalah pilihan metode penyusutan akan
mempengaruhi besarnya laba atau rugi fiskal setiap
tahunnya yang pada gilirannya akan mempengaruhi
cash flow pembayaran pajak.
“Industri yang ROI-nya lama (lambat) sebaiknya memilih
metode garis lurus, sebaliknya Industri yang ROI-nya
cepat sebaiknya memilih metode saldo menurun”
Industri yang pengenaan pajaknya bersifat final sebaiknya
memilih metode garis lurus karena akan berpengaruh
pada capital gain (loss) bila terjadi pengalihan harta”
• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cash flow pajak atau
terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar.
Pilih metode penilaian persediaan
yang cocok dengan kondisi
• Loopholes-nya adalah pilihan metode penilaian
persediaan secara tidak langsung akan mempenagruhi
penghitungan besarnya laba fiskal
“Dalam kondisi harga yang cenderung naik, metode FIFO
akan menghasilkan penghitungan HPP yang lebih kecil
(bila dibandingkan dengan metode rata-rata) sehingga
laba fiskal menjadi lebih besar.”
“Bila items persediaan banyak dan beragam lebih mudah
menggunakan metode FIFO dibandingmetode Rata-rata”
Pemanfaatan:
• WP bisa mendapatkan penghematan cash flow pajak
bila memilih metode penilaian persediaan yang cocok
dengan kondisi perusahaan.
Percepat biaya dengan pengadaan
aktiva tetap melalui capital leasing
• Loopholes-nya adalah capital leasing bisa mempercepat
pembebanan biaya fiskal oleh WP dibandingkan
pengadaan dengan pembelian kredit atau tunai.
Percepatan biaya berarti penundaan cash flow
pembayaran pajak.
Bila masa leasing lebih pendek daripada masa manfaat asset,
maka pembebanan biaya melalui capital leasing akan lebih
cepat daripada pembebanan biaya melalui pembelian tunai
atau kredit”
“Percepatan biaya fiskal dari kondisi sebelumnya juga bisa
dilakukan dengan melakukan ‘sale and lease back’ atas
aktiva yang ada”
• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cash flow pajak dengan
mempercepat biaya melaui capital leasing. Bila perlu
dengan sale and leaseback atau taylor made leasing”
Manfaatkan transfer pricing secara
wajar
• Loopholes-nya adalah transfer pricing bisa menggeser
laba/rugi suatu perusahaan ke perusahaan lainnya
bahkan lintas negara
“Transfer pricing yang dilakukan secara tidak mencolok
akan sulit dideteksi oleh fiskus, terlebih bila didukung
argumentasi yang rasional. Produk hanyalah salah satu
komponen bauran pemasaran.”
“Perbedaan harga belum tentu merupakan transfer pricing
sepanjang bisa dijelaskan. Misalnya perbedaan pasar,
partai, saluran distribusi, promosi dll”
• Pemanfaatan:
WP bisa mengatur keuntungan/kerugian masing-masing
perusahaan dalam satu grup perusahaan. Bahkan bisa
menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah
(tax heaven countries)
LOOPHOLES Di PPh ORANG
PRIBADI
• Cabut NPWP istri bila tidak ada
perjanjian pisah
harta/penghasilan
• Penuhi dokumentasi perolehan
harta dari hibah dan warisan
• Gunakan pembukuan atau
pencatatan sesuai kondisi
Cabut NPWP istri bila tidak ada perjanjian
pisah harta/penghasilan
• Loopholes-nya adalah suami istri yang memiliki NPWP
masing-masing akan memiliki kewajiban perpajakan dua
kali lipatnya.
“Keluarga merupakan satu kesatuan ekonomis, sehingga
cukup memiliki satu NPWP saja, sepanjang tidak ada
perjanjian pisah harta/penghasilan”
“Bila sebelum menikah masing-masing sudah memiliki
NPWP, maka setelah menikah NPWP istri sebaiknya
segera dimintakan pencabutan untuk menghindari
kewajiban dan risiko sanksi yang lebih besar.”
• Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari kewajiban administratif perpajakan
(misal penyampaian SPT) dan terhindar dari risiko
sanksi administratif akibat ketidaktahuan/kelalaian WP
Penuhi dokumentasi perolehan harta
dari hibah dan warisan
• Loopholes-nya adalah hibah dari keluarga sedarah
dalam garius keturunan lurus satu derajat dan warisan
bukanlah obyek PPh. Oleh karena itu harus didukung
dengan bukti yang cukup.
“Lebih baik sedia payung sebelum hujan, meskipun dengan
akta di bawah tangan perolehan harta dari hibah dan
warisan harus disiapkan bukti pendukungnya.”
“Bila tidak ada bukti yang memadai bisa dianggap sebagai
obyek PPh berupa tambahan kekayaan neto yang belum
dikenai pajak”

• Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari risiko pengenaan pajak berikut
sanksi administrasi yang lebih besar karena tidak bisa
menunjukkan bukti pendukung yang memadai.
Gunakan pembukuan atau pencatatan
sesuai kondisi
• Loopholes-nya adalah bila omzet WP tidak lebih dari
Rp1,8 Milyar setahun, maka WP orang pribadi bebas
memilih menggunakan pembukuan atau pencatatan.
“Penggunaan pencatatan realatif lebih mudah dan
sederhana, tetapi penghitungan PPh-nya akan selalu
untung karena digunakannya norma penghitungan
penghasilan neto”
“Penggunaan pembukuan akan relatif lebih sulit, tetapi bisa
menggambarkan kondisi sebenarnya”

• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan pajak bila dapat
memprediksi dengan baik tingkat keuntungannya.
Pencatatan dipakai pada saat tingkat laba riel > norma.
Bila tingkat laba riel< norma, sebaiknya digunakan
pembukuan
LOOPHOLES DI PPh Pasal 23/26/Final

• Menutup reksadana setelah 5 tahun


beroperasi
• Gunakan metode gross-up bila pemberi
jasa tidak mau di potong PPh
• Hindari pemilikan saldo tabungan/deposito
lebih dari Rp7.500.000,-
• Gunakan bentuk usaha Firma/Kongsi
• Gunakan kurs pajak yang terendah dalam
bukti pemotongan pajak
Menutup reksadana setelah 5
tahun beroperasi
• Loopholes-nya adalah WP Pengusaha Reksadana
memiliki kewenangan penuh untuk membuka dan
menutup bisnis reksadananya.
“Bagi pengusaha reksadana akan mendapatkan tax
exemption atas penghasilan berupa bunga obligasi yang
diperolehnya selama 5 tahun sejak pendiriannya”
“Daripada mempertahankan reksadana lama tapi terkena
pajak, lebih baik menutup reksadana lama dan
kemudian membuat reksadana baru untuk mendapatkan
pembebasan pengenaan pajak”
• Pemanfaatan:
WP Reksadana tetap bisa mendapatkan tax exemption
dengan mengatur sedemikian rupa sehingga umur
reksadana tidak lebih dari 5 tahun
Gunakan metode gross-up bila pemberi jasa
tidak mau di potong PPh
• Loopholes-nya adalah gross-up PPh Pasal 23/26
menyebabkan WP dapat membebankan tambhan biaya yang
ditimbulkannya. Tambahan biaya ini akan menyebabkan
penghematan PPh Badan.
“Secara substansial Gross-up merupakan cara WP untuk
mengembalikan ke prinsip pemotongan, bahwa PPh Pasal
23/26 dipotong oleh pemberi penghasilan dari penerima
penghasilan”
“Cara paling aman gross-up PPh Pasal 23/26 adalah melakukan
gross-up dari kontrak samapai invoice, FP dan dokumen
lainnya otomatis mencantumkan gross-up juga.”

• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan PPh badan 30% dari hasil
gross-up, sementara tambahan PPh Pasal 23/26 yang
ditimbulkan akan relatif kecil. (Asumsi: Perusahaan dalam
kondisi Laba)
Hindari pemilikan saldo tabungan/deposito
lebih dari Rp7.500.000,-
• Loopholes-nya adalah bila saldo tabungan/deposito
tidak lebih dari Rp7.500.000,-, maka bunga yang
dihasilkannya akan dikecualikan dari pemotongan
PPh final 20%.
“Hal ini merupakan fasilitas dari pemerintah untuk
membantu penabung kecil”
“Besarnya tabungan diatur sedemikian rupa sehingga
dalam satu rekening tidak melebihi Rp7.500.000,-

• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan Cash Flow Pajak
karena tidak dipotong PPh Final sebesar 20%
Gunakan bentuk usaha Firma/Kongsi
• Loopholes-nya adalah adanya ketentuan bahwa
pengenaan pajak untuk firma/kongsi/persekutuan hanya
dilakukan pada tingkat PPh Badan.
“Bagian laba yang diterima oleh anggota
firma/kongsi/persekutuan bukan merupakan obyek
pajak”
“Di sisi lain gaji yang dibayarkan kepada sekutu aktif akan
sama dengan bagian laba sehingga tidak boleh
dikurangkan sebagai biaya fiskal bagi Firma (NDE)

• Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan pajak karena tarif
maksimum PPh badan 30% sedangkan tarif maksimum
PPh Orang Pribadi adalah 35%”
Gunakan kurs pajak yang terendah
dalam bukti pemotongan pajak
• Loopholes-nya adalah adanya ketentuan bahwa ‘untuk
kemudahan’ pelaksanaan pemotongan pajak ‘dapat’
dilakukan pada saat terjadi pembayaran.
“Saat terutangnya PPh Pasal 23/26 adalah akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau akhir bulan diakui sebagai
hutang, mana yang terjadi lebih dahulu”
“Bila transaksi dilakukan dalam mata uang asing, maka WP
dapat memilih Kurs Menteri Keuangan terendah antara
tanggal pembayaran atau akhir bulan pembayaran.”

• Pemanfaatan:
Bila PPh Pasal 23/26 harus ditanggung oleh WP, maka WP bisa
mendapatkan penghematan pajak dengan memilih Kurs KMK
yang lebih rendah sehingga PPh Pasal 23/26 yang
ditanggung juga akan lebih rendah
Loopholes di PPN
• Menghemat Cash flow dengan menunda
membuat faktur pajak
• Dapatkan keuntungan dari mekanisme
pengkreditan pajak masukan
• Mengurangi DPP PPN dengan potongan
harga
• Menghemat administrasi dengan
pemusatan PPN terutang
Loopholes di KUP
• Akhirkan pembayaran/pelaporan pajak,
bila perlu dengan mengajukan
perpanjangan SPT
• Ajukan permohonan menunda/atau
mengangsur pembayaran pajak
• Hindari SPT lebih bayar atau SPT rugi

You might also like