You are on page 1of 13

4. Anatomi & fisiologi yang berhubungan dengan Low Back Pain?

Low back pain berhubungan langsung dengan tulang punggung. Tulang punggung atau vertebra
adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33
tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx).
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal.

Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan
tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus.
Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau
medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen
intervertebrale.
Tulang punggung cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian
seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus
spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun
beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia memiliki
7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
Tulang punggung thorax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat
terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian
ini diberi nomor T1 hingga T12.
Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat
dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa
gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau
diskus intervertebralis satu sama lainnya.
Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan
memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung
kaudal (kaudal berarti ekor).
Ligamen dan otot
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka
tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain :
Ligament:
1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke
ujung):
a. Ligament Longitudinalis Anterior
b. Ligament Longitudinalis Posterior
c. Ligament praspinosum
2. Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang berdekatan)
a. Ligamentum Intertransversum
b. Ligamentum flavum
c. Ligamentum Interspinosum
3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis dengan
vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang pinggul

Otot-otot:
1. Otot-otot dinding perut
2. Otot-otot extensor tulang punggung
3. Otot gluteus maximus
4. Otot Flexor paha ( illopsoas )
5. Otot hamstrings
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupakan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae.
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang
secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang dan
tetap tegak.
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada
perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai
bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat
fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi korpus
vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan bawah dari
prosesus transverses terdapat fasies artikularis vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah
permukaan facet joint mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan
facet joint.
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal)
kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi
pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar.
Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus tulang
vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan bagian
posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot-
otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat diskusi intervertebralis yang
berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra bergerak Diskus intervertebralis
terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus, suatu
cairan gel kolloid yang mengandung mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis
mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan. Bila suatu
tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara
merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus
polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan.
Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi.
Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae. Ligamentum ini
berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan. Diskus intervebralis
dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior. Ligamentum longitudinal anterior
berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap
penguat antara vertebrae yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal posterior
berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut memebntuk permukaan anterior
kanalis spinalis. Ligamentum tersebut melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah
lumbal yaitu setinggi L 1, secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum
ligamentum tersebut tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami
kerusakan. Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya
statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera
kinetik.
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang
berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae
lumbalis adalah: M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M. intertransversarii dan M.
interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus
abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M. psoas
mayor dan M. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas
mayor dan minor, kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii. Jadi dengan melihat fungsi
otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan punggung bawah dan membantu
mempertahankan posisi tubuh berdiri.
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/217471364/Anatomi-Fisiologi-Tulang-Belakang-PDF )
5. Patofisiologi LBP?

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,


penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.
(Sumber: https://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalaksanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/ )

6. Mekanisme nyeri LBP berdasarkan scenario?

Terdapat beberapa etiologi yang mendasari LBP. Mekanisme terjadinya LBP, di antaranya:

a. Kongenital. Kelainan kongenital bukan penyebab LBP yang penting dan tidak selalu
menimbulkan keluhan LBP. Pada faset tropismus, arah sendi faset yang berlawanan akan
membatasi gerakan. Dapat mengakibatkan subluksasi karena degenerasi sendi faset, serta
dapat menimbulkan LBP, terutama pada gerakan mendadak. Pada lumbalisasi, kolumna
vertebralis lumbal menjadi lebih panjang, sehingga tekanan dan tarikan pada otot dan
ligamen menjadi lebih besar. Pada sakralisasi atau hemisakralisasi, vertebra L seluruhnya
atau sebagian menjadi satu dengan os sakrum. Akibatnya, setiap pergerakan yang
berlebihan atau melampaui batas, akan menimbulkan LBP. Sedangkan pada sindrom
ligamen transforaminal, ligamen transforaminal melintang di foramen intervertebralis
sehingga menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis.
b. Keganasan/tumor. Menurut penelitian, tumor merupakan penyebab non mekanik
tersering LBP. Ciri khas LBP akibat tumor medula spinalis dan canalis spinalis adalah,
nyeri menghebat saat berbaring atau pada waktu malam. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Tumor dapat merangsang ujung-ujung
saraf sensibel dalam tulang, dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar. Dan dapat
mengakibatkan fraktur patologik.
c. Trauma. Trauma dapat berupa lumbar strain, fraktur, subluksasi sendi faset, atau
sondilolisis dan spondilolistesis. Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab
utama LBP. Lumbar strain akibat melakukan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan
otot. Bisa karena salah posisi duduk, berdiri, berjalan atau berbaring. Fraktur kompresi
korpus vertebra pada orang tua, sering akibat trauma ringan. Biasanya karena sebelumnya
sudah terjadi osteoporosis. Pada orang muda biasanya karena trauma yang cukup kuat.
Spondilolisis dan spondilolithesis, disebabkan fraktur atau istmus vertebra tanpa atau
dengan dislokasi, yang menyebabkan kelainan pada foramen intervertebralis, dengan
iritasi radiks yang menimbulkan LBP.
d. Toksik. LBP bisa akibat keracunan logam berat, seperti radium.
e. Gangguan metabolik. Berbagai gangguan metabolik dapat mengakibatkan osteoporosis.
Akibatnya dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps. Penderita osteoporosis
biasanya mengalami nyeri difus di daerah pinggang.
f. Inflamasi. Inflamasi yang umumnya mengakibatkan keluhan LB,P adalah artritis
rematoid dan spondilitis ankilopoetika. Kelainan pada artikulus sakroiliaka yang terjadi
pada penderita artritis rematoid, dapat menimbulkan nyeri lokal dan nyeri rujukan.
Sedangkan rasa nyeri pada spondilitis ankilopoetika, timbul akibat terbatasnya gerakan
pada kolumna vertebralis, artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan
penyempitan foramen intervertebralis. Pada penyakit ini, nyeri di daerah pinggang lama
kelamaan akan menjalar ke atas.
g. Faktor degenerasi /penuaan. Penuaan dapat mengakibatkan terjadinya spondilosis,
osteoartritis, hernia nukleus pulposus dan stenosis spinal. Pada osteoartritis, terjadi
degenerasi akibat trauma kecil yang berulang-ulang selama bertahun-tahun, di samping
pengaruh obesitas. Akibatnya, pergerakan sepanjang tulang belakang terbatas, sehingga
menimbulkan LBP. Pada HNP, ada kalanya nyeri pinggang bawah tidak disertai iritasi
radiks saraf. Bisa juga terjadi iritasi dan kemudian kompresi radiks saraf. Berdasar
penelitian, HNP sentral adalah penyebab mekanik tersering terjadinya LBP. Pada stenosis
spinal, nyeri yang dirasakan berupa nyeri rujukan somatik, yang lebih sering dirasakan
pada waktu berjalan. Juga sering disertai kesemutan dan rasa dingin, serta paresis otot-
otot tungkai.
h. Infeksi. Infeksi akut atau kronik dapat mengakibatkan LBP. Infeksi akut di antaranya
disebabkan stafilokokus, streptokokus, salmonela. Sedangkan infeksi kronik, dapat
berupa spondilitis TB (penyakit Pott), jamur dan osteomielitis kronik. Sama dengan LBP
akibat tumor, nyeri pada LBP akibat infeksi, umumnya disertai penurunan berat badan
dan demam.
i. Gangguan sirkulasi. Aneurisma aorta abdominal dapat menimbulkan keluhan LBP.
j. Gangguan mekanik. Gangguan mekanik dapat secara intrinsik, seperti lemahnya tonus
otot, chronic postural strain, myofascial pain, unstable vertebrae; atau ekstrinsik, seperti
gangguan atau kelainan pada organ reproduksi (tumor, infeksi, endometriosis, karsinoma
uteri, dismenore, prostatitis, dll.). Juga pada organ dalam lain (penyakit ginjal, ureter,
nekrosis aseptik dan osteoartritis sendi panggul, skoliosis, dll.).
k. Psikogenik. Histeria, depresi, malingering (berpura-pura sakit untuk mencapai tujuan
tertentu), dan faktor psikologis lainnya dapat mencetuskan LBP.

(Sumber: http://ethicaldigest.com/laporan-khusus/diagnosa-low-back-pain )
7. Penegakan diagnosis?

Anamnesa
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan
diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri?
2. Dimana terasa nyeri?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?
9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh
bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

A) Motorik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan. (seperti mendorong tembok)

B) Sensorik
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.

C) Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

D) Test-Test
a. Test Lasseque
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° ) didorong ke arah muka kemudian
setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan
yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.

c. Test Kebalikan Patrick


Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan
sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.
(Sumber: https://bimaariotejo.wordpress.com/2009/07/07/low-back-pain-lbp/ )
8. Penatalaksanaan LBP?
Penanggulangan nyeri pinggang bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri, mengembalikan
fungsi pergerakan dan mobilias, mengurangi residual impairment, pencegahan kekambuhan serta
pencehana timbulnya nyeri kronik. Perlu diperhatikan walaupun yang terbaik adalah
memberikan pengobatan sesuai dengan penyebab nyeri, taetapi sangat sulit menentukannya pada
fase akut nyeri kronik sekalipun.

Penanggulangan nyeri akut


Nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat, dan modalitas. Penjelasan
singkat penatalaksaan perlu diberikan dan dihindari penggunaan istilah yang tidak banyak
dimengerti oleh awam atau dapat menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri skiatik, arthritis,
spasme, penyakit diskogenik dan sebagainya.
Pemberian obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu
pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak
dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila
didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, pemberian
antidepresan dianjurkan.
Istirahat secara umum banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas yang keras
dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada episode akut diperlukan
3-5 hari tirah baring. Kecuali pada keadaan scoliosis disertai nyeri radikular hebat atau herniasi
diskus akut yang memerlukan istirahat lebih lama lagi sampai 5 minggu. Posisi tidur disesuaikan
terhadap rasa nyaman yang dirasakan pasien. Beberapa pasien merasa lebih enak pada posisi
terlentang dengan ekstensi penuh, beberapa dengan posisi semi Fowler atau bahkan dalam posisi
meringkuk. Istirahat pada nyeri pingggang bawah ini tidak hanya diartikan tidur, tetapi perlu
dijelaskan lebih rinci pada pasien antara lain pada posisi tidak dengan duduk tegak lurus,
mengubah posisi tidur miring ke arah berlawanan dikerjakan dengan panggul dan lutut dalam
fleksi, pinggang harus dalam posisi sedikit fleksi pada keseluruhan pergerakan tersebut, tidak
membuat lordosis berlebihan selama berdiri dan menjaga berat tubuh berada di tengah kedua
kaki.
Latihan mulai diberikan ketiga, keempat, degan memberikan fleksi ringan. Dilanjutkan
dengan pemberian modalitas lainnya. Modalitas yang diberikan sangat beragam. Bila disertai
suatu pelindung kejang dengan cara memberi kompres es atau semprotan etil klorida,
fluorimetan dapat membantu tarikan (stretching) dapat dilakukan melalui beberapa cara antara
lain degan latihan posisi knee chest dan fleksi lateral. Traksi dianjurkan bila terdapat herniasi
diskus lumbal. Tarikan ini lebih ditujukan untuk mengurangi lordosis dan menjauhkan sendi
faset serta membuka foramen.
Nyeri tidak selalu dapat diatasi dengan cara-cara diatas. Terkadang diperlukan tindakan
injeksi anestetik atau anti inflamasi steroid pada tempat-tempat tertentu seperti injeksi pada faset,
sekitar radiks saraf, epidural, intradural. Keterampilan sangat menentukan dalam tindakan
penyuntikan tersebut, karena sangat bergantug dari lokasi jaringan sebagai sumber nyeri.

Terapi Medikamentosa
Saat ini tersedia berbagai jenis obat-obatan bebas dan obat-obatan terbatas yang dapat
berguna untuk mengurangi rasa nyeri dan mengatasi gejala-gejala lain yang terkait selama suatu
serangan nyeri pinggang sedang berada dalam perbaikan. Perhatian pada penatalaksanaan nyeri
merupakan komponen penting dalam kesembuhan pasien, karena nyeri pinggang akut dan kronis
dapat menimbulkan depresi, kesulitan tidur, dan kesulitan untuk berolahraga serta meregang. Hal
ini dapat menimbulkan serangan baru dan memperlama kondisi nyeri pinggang. Terdapat dua
jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk mengurangi nyeri pinggang, yaitu asetaminofen
dan obat-obatan anti inflamasi non steroid (OAINS). Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan
mekanisme yang berbeda, sehingga keduanya dapat digunakan secara bersamaan. Untuk jangka
waktu yang pendek, obat-obatan terbatas (seperti obat-obatan anti nyeri narkotik dan relaksan
otot) dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri atau komplikasi lain yang terkait. Golongan obat
yang lain (seperti obat-obatan antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat berguna
mengurangi sensasi nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penggunaan
obat-obatan apapun selalu disertai dengan risiko, efek samping dan interaksi obat, dan dengan
demikian perlu adanya konsultasi dengan ahli medis sebelum memulai penggunaan obat-obatan
apapun.
Pasien harus sangat berhati-hati dengan penggunaan obat-obatan apabila mereka sedang
menjalani pengobatan lain atau mengidap penyakit tertentu (seperti diabetes). Meskipun
beberapa risiko dan efek samping utama dipaparkan disini, namun pasien harus selalu membaca
label dan leaflet pada kemasan obat serta berkonsultasi dengan dokter untuk memahami secara
utuh mengenai risiko, efek samping, dan interaksi obat.

Asetaminofen
Asetaminofen kemungkinan merupakan obat bebas yang paling efektif untuk nyeri
pinggang dengan efek samping yang paling sedikit. Tylenol merupakan salah satu contoh obat
dengan kandungan aktif asetaminofen yang banyak dikenal. Tidak seperti aspirin atau OAINS,
asetaminofen tidak memiliki efek anti inflamasi. Obat ini mengurangi nyeri dengan bekerja
secara sentral di otak untuk mematikan persepsi rasa nyeri. Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen
dapat dikonsumsi setiap empat jam sekali, dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam. Selain
efektivitasnya, asetaminofen sering dianjurkan karena efek sampingnya yang minimal.
Terutama:
• Sama sekali tidak menimbulkan kecanduan.
• Pasien tidak mengalami efek toleransi terhadap obat (hilangnya efek anti nyeri) pada
penggunaan jangka panjang.
• Tidak menimbulkan gangguan gastrointestinal (lambung) hanya sedikit pasien yang alergi
terhadap obat ini.
Suatu hal yang pelu diperhatikan, asetaminofen dimetabolisme oleh hepar, sehingga
pasien dengan gangguan hepar harus memeriksakan diri terlebih dahulu pada dokternya pasien
tidak boleh mengkonsumsi lebih dari 1000 mg setiap empat jam (dosis maksimal yang
dianjurkan), karena dosis lebih tinggi tidak memberikan efek anti nyeri tambahan dan
memperberat risiko kerusakan hepar.

Obat-obatan anti inflamasi non steroid (OAINS)


Karena sebagian besar serangan nyeri punggung bawah melibatkan suatu komponen
inflamasi, obat-obatan anti inflamasi sering menjadi pilihan terapi yang efektif. OAINS bekerja
seperti aspirin dengan menghambat terjadinya proses inflamasi, namun memiliki efek samping
gastrointestinal yang lebih sedikit dibandingkan dengan aspirin. OAINS melingkupi golongan
obat yang luas dengan banyak pilihan. Ibuprofen (misalnya Advil, Nuprin, Motrin) merupakan
salah satu obat OAINS yang pertama ditemukan dan sekarang dijual bebas. Dosis yang
dianjurkan adalah 400 mg setiap delapan jam. Jenis OAINS lainnya adalah naproksen (misalnya
Naprosyn, Aleve). Penggunaan OAINS lebih baik secara terus menerus agar terbentuk suatu
konsentrasi obat anti inflamasi di dalam darah, dan efektivitas OAINS berkurang apabila hanya
digunakan setiap merasa nyeri. Karena OAINS dan asetaminofen bekerja dengan mekanisme
yang berbeda, maka kedua obat ini dapat digunakan secara bersamaan. OAINS dimetabolisme
dari aliran darah oleh ginjal, dengan demikian bagi pasien diatas usia 65 tahun yang mengidap
kelainan ginjal sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai penggunaan
obat-obatan ini.
Apabila seorang pasien mengkonsumsi OAINS dalam jangka waktu yang lama (6 bulan
atau lebih), maka perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda
awal kerusakan ginjal. OAINS juga dapat menimbulkan gangguan lambung, sehingga pasien
dengan riwayat ulkus lambung perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Kelas baru
OAINS, yaitu penyekat COX-2, sudah tersedia. Perbedaan utama antara kelompok obat ini
dengan obat-obatan OAINS sebelumnya adalah penyekat COX02 menghambat secara selektif
reaksi kimiawi yang berujung pada inflamasi, tetapi di lain pihak tidak menghambat produksi
kimiawi lapisan pelindung lambung. Karena efek samping utama dari OAINS adalah
pembentukan ulkus lambung, maka obat-obatan ini memiliki angka komplikasi yang lebih
rendah dan cenderung untuk tidak menghasilkan ulkus. Celebrex merupakan penyekat COX-2
yang pertama dipasarkan, dan Vioxx merupakan obat yang baru saja dipasarkan.
(Sumber: https://dokumen.tips/documents/penatalaksanaan-nyeri-pinggang.html )

9. DD LBP?
Tabel 1. Diagnosis Differensial Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)

Kemungkinan Penyebab Benang Merah Pada Pemeriksaan Fisik

Kanker Ada riwayat kanker dengan onset awal LBP, penurunan berat badan tanpa s
yang jelas, nyeri tidak membaik dalam 1 bulan, ada faktor risiko multipel lain

Infeksi vertebrae Demam, penggunaan obat iv, ada infeksi.

Cauda equina syndrome Retensi urin, siatika bilateral, defisit motor pada tingkat multiple, inkontinens
fekal, anestesi sadel.

Fraktur kompresi vertebrae Riwayat osteoporosis, penggunaan kortikosteroid, usia lanjut.

Ankylosing spondilitis Kekakuan pada pagi hari, membaik dengan olah raga, nyeri bokong secara
bergantian, sering terbangun tengah malam karena nyeri, usia muda.

Defisit neurologis Kelemahan motor progresif


Hernia nukleus pulposus Nyeri punggung disertai nyeri kaki pada saraf L4, L5 atau S1, uji straight-leg
raise atau crossed-straight-leg-raise positif, terjadi gejala > 1 bulan.

Spinal stenosis Nyeri pada kaki yang teradiasi. Nyeri membaik ketika tulang belakang diluru
atau ketika duduk. Nyeri bertambah buruk bila berjalan menurun dibandingk
berjalan menaik, usia lanjut, terjadi gejala > 1 bulan.

Aneurisma aorta Nyeri seperti disayat atau berdenyut disertai pusing mendadak, ada riwayat
klaudikasi ekstremitas bawah, tekanan darah rendah atau mengeluh sinkop,
lanjut.

Spondyloarthropathy seronegative Morning stiffness lumbar atau cervical selama beberapa jam.

(Sumber: http://ethicaldigest.com/laporan-khusus/diagnosa-low-back-pain )

10. Bagaimana cara membedakan nyeri akut dan nyeri kronik?


Klasifikasi Low back pain menurut waktu terjadinya nyeri berlangsung yaitu:
1. Nyeri akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seorang tidak dapat beristirahat
dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung yang terkena bertambah nyeri yang terjadi
selama kurang dari 8 minggu.
2. Nyeri kronis yang terus menerus dan cenderung tidak berkurang. Nyeri biasanya terjadi dalam
beberapa hari tetapi kadang kala membutuhkan waktu selama satu atau bahkan beberapa
minggu. Kadang-kadang nyeri berulang akan tetapi untuk kekambuhan bisa ditimbulkan dari
aktivitas fisik yang sederhana.
(Sumber: http://eprints.undip.ac.id/46175/3/Afrizal_Eka_Ramadhani_22010111140157_LapKTI_bab_2.pdf )

11. Cara mengukur nyeri dan interpretasi nyeri pada LBP?


Salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat nyeri adalah
visual analogue scale (VAS), merupakan instrumen penilaian derajat nyeri berdasarkan keluhan
subyektif nyeri yang dirasakan oleh pasien. Di bawah instruksi lisan dan tertulis (memberikan
contoh), pasien diminta untuk memberi tanda pada suatu garis lurus horizontal sepanjang 10 cm
(100mm) yang kosong (tanpa tanda). Ujung kiri garis tertulis “tanpa nyeri” dan ujung kanan
garis tersebut tertulis “nyeri terhebat yang mungkin dirasakan”. Tanda yang diberikan pasien
pada garis tersebut menunjukkan derajat nyeri yang dirasakannya.
(Sumber: http://eprints.undip.ac.id/46175/3/Afrizal_Eka_Ramadhani_22010111140157_LapKTI_bab_2.pdf )

You might also like