You are on page 1of 10

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

BADAN PERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH


(BAPPEDA)

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PEKERJAAN
KAJIAN POTENSI EKONOMI DESA UNTUK
PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDES) DI KABUPATEN TAPANULI UTARA
TAHUN ANGGARAN 2017
1. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-undang nomor 6 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Potensi sumber daya alam sebagian besar terdapat di daerah pedesaan berupa lahan
pertanian, sumber air, hutan dan pertambangan serta sumber daya manusia atau
tenaga kerja. Ketahanan perekonomian nasional juga berada di desa, sehingga daya
tahan ekonomi masyarakat pedesaan perlu mendapat perhatian khusus, baik dalam
rangka meningkatkan perekonomian regional dan nasional. Oleh sebab itu
pengembangan ekonomi perdesaan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan.

Kawasan Perdesaan memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan


nasional. Kemandirian pembangunan kawasan pedesaan merupakan salah satu
pendekatan dalam pembangunan kawasan perdesaan dalam mendorong
perkembangan ekonomi dikawasan desa dengan memanfaatkan potensi yang ada
di wilayah tersebut. Perkembangan ekonomi kawasan perdesaan diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan kawasan pedesaan terhadap kota, dan
menguatkanperan desa sebagai pusat produksi dan kebutuhan sumberdaya
pembangunan.

Membangun hubungan keterkaitan antar desa-kota juga merupakan salah satu cara
yang ditempuh sebagai suatu upaya pembangunan wilayah perdesaan, dimana
peran desa dikuatkan sebagai pusat produksi dan sumberdaya. Keterkaitan tersebut
dapat mengurangi ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kawasan
perkotaan, dan mengurangi angka urban masyarakat dari desa ke kota. Diharapkan
pola tersebut mendorong perkembangan ekonomi desa dan mendorong
permerataan ekonomi antara desa dan kota. Dalam hubungan yang lebih intensif,
hubungan desa-kota tersebut dapat berupa interaksi spasial antar subsistem rantai
agribisnis/agroindustri (Rustadi, 2007).

Dalam definisi klasik, secara ekonomi kawasan perdesaan dikategorikan sebagai


wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian sedangkan kawasan
perkotaan dikategorikan sebagai wilayah dengan kegiatan utama di sektor jasa dan
perdagangan. Definisi tersebut masih banyak digunakan hingga saat ini. Namun
munculnya kawasan perdesaan dengan perekonomian yang ditopang oleh kegiatan
industri kecil seperti kerajinan, pariwisata, definisi tersebut dirasa belum dapat
mewakili keseluruhan tipologi kawasan perdesaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi pedesaan adalah ekonomi yg


berdasarkan hasil produksi dari daerah pedesaan, biasanya bersifat tradisional.
Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai
penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari
penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan
rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor
produksi.

Pengaturan Desa antara lain bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan


partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna
kesejahteraan bersama; serta. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta
mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; (UU nomor 6 th 2014 pasal 4).

Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan
potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai
obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan
pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai
akibat dari sistem pembangunan yang bersifat sentralistik pada masa lalu
mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk
sumber kemakmuran masyarakat.
Sekarang saatnya kita membangun desa berbasis pada potensi desa yang dimiliki.
Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional,
karena apabila setiap desa telah mapu melaksanakan pembangunan secara mandiri
maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan
meningkatkan indek kemakmuran masyarakat Indonesia.

Untuk bisa mewujudkan semua ini maka pemerintahan desa bersama-sama dengan
segenap lembaga dan tokoh masyarakat perlu mengenali potensi apa saja yang ada
baik fisik maupun non-fisik dan memahami bagaimana strategi dan cara
mengembangkan potensi tersebut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran masyarakat. Dalam pengembangan potensi desa harus diseuaikan
dengan permasalahan kehidupan atau kebutuhan masyarakat agar hasilnya benar-
benar bisa dirasakan untuk meningkatkan kesejahteraan secara luas sesuai tujuan
yang telah disepakatibersama.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa
dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes menurut Undang-
undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah didirikan antara lain
dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa).

Lebih lanjut, sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan,
BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini
dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu,
supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat
mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif
masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha
BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar,
seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai
dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk mempersiapkan
pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya
dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

Pembangunan ekonomi desa/kelurahan merupakan subsistem dari pembangunan


ekonomi kabupaten/kota dan merupakan subsistem dari pembangunan ekonomi
propinsi yang berlanjut pada penopang perkembangan ekonomi secara nasional.
Kurang lebih 80 % penduduk berada di pedesaan, maka pembangunan ekonomi
harus melibatkan langsung atau tidak langsung penduduk pedesaan.

Dengan menginat kenyataan itu, sebagai wilayah kabupaten yang memiliki wilayah
perdesaan, maka Kabupaten Tapanuli Utara melakukan kajian kecil tentang potensi
ekonomi desa yang nantinya diharapkan menjadi referensi bagi dasar pembentukan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di desa-desa yang ada di wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
 Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi Konsultan
Perencana yang menjelaskan kerangka masukan, azas, kriteria,
keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan tugas survey dan detail
desain.
 Masukan bagi Pemerintah Daerah dalam bentuk rincian teknis
perwujudan pembangunan yang sesuai dengan kriteria teknis.
Tujuan
 Sebagai pedoman Konsultan Perencana dalam melaksanakan Pekerjaan
Kajian Potensi Ekonomi Desa Untuk Pengembangan Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) Di Kabupaten Tapanuli Utara.
 Tersedianya dokumen kajian/studi Kajian Potensi Ekonomi Desa
Untuk Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di
Kabupaten Tapanuli Utara sebagai salah satu acuan untuk
pembentukan BUMDES di masa yang akan datang.

3. SASARAN
Sasaran kegiatan tersebut adalah tersedianya sumber pengetahuan yang
dapat dijadikan bahan untuk pembentukan BUMDES di desa-desa yang ada di
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

4.1 SUMBER PENDANAAN


4.1.1 Biaya Perencanaan
Besarnya biaya pekerjaan perencanaan mengikuti pedoman : Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia NO. 22/SE/M/2007 tanggal 12
Desember 2007 Tentang Pedoman Besaran Biaya Personil Dalam Penyusunan
Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Rencana Anggaran Biaya (RAB) Paket Pekerjaan
Konsultansi yaitu :
a. Untuk pekerjaan standar berlaku maksimum sesuai yang tercantum dalam
peraturan.
b. Bila terdapat pekerjaan non standar, maka dihitung secara orang-bulan (Man
Month) dan biaya langsung yang dapat diganti, sesuai dengan ketentuan billing
rate yang berlaku.
c. Pengaturan komponen pembiayaan pada butir a dan b di atas adalah dipisahkan
antara bangunan standar, serta non standar dan harus terbaca dalam suatu
rekapitulasi akhir yang menyebut angka dan huruf.
d. Besarnya biaya Konsultan Perencana merupakan biaya / beban tetap.
e. Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian pekerjaan
perencanaan yang dibuat oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan Konsultan
Perencana.
4.1.2 Biaya Pekerjaan Bagi Konsultan Perencana Dan Tata Cara Pembayaran
Biaya ini diatur secara kontraktual setelah melalui tahapan proses
pengadaan Konsultan Perencana sesuai peraturan yang berlaku, yang terdiri dari :
a. Honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang
b. Materi dan penggandaan laporan
c. Pembelian dan atau sewa peralatan
d. Sewa kendaraan
e. Perjalanan (lokal maupun luar lokal)
f. Jasa dan overhead perencanaan
g. Pajak dan iuran daerah lainnya.
Pembayaran biaya Konsultan Perencana didasarkan pada prestasi kemajuan
pekerjaan perencanaan.

4.2 Sumber Dana


Sumber Dana yang dipakai sebagai pembiayaan pekerjaan ini berasal dari
APBD Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2017.

5. Ruang Lingkup Kegiatan


5.1 Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini merupakan sebuah studi ilmiah, yang dimanifestasikan kedalam
beberapa kegiatan, yaitu:
1. Survey dan investigasi
Survey dan Investigasi ini bersifat instansional (sekunder) dan lapangan (primer)
untuk menggali, mengumpulkan dan mengkompilasi informasi dan data yang
terkait dengan desa-desa yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Melihat kondisi pembiayaan proyek, maka desa-desa yang akan di survey
nantinya hanya bersifat sample, ditentukan diskusi bersama dengan Tim Teknis
pemberi kerja.
2. Dokumen
Penyusunan dokumen hasil kajian informasi dan data lapangan serta literature
berkaitan langsung dengan judul kegiatan.
5.2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan jasa konsultasi ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara.

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini dari kegiatan awal hingga diperoleh
hasil yaitu tersusunnya dokumen DED ini diperkirakan 30 (tigapuluh) hari kalender.
Bulan
No. Tahapan Pekerjaan
I II III IV
1 Persiapan
Penyusunan Lap.
2
Pendahuluan
Survey Data dan
3
Informasi

4 Penyusunan Lap. Akhir

7. TENAGA AHLI
Tenaga Ahli yang diusulkan dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan,
keahlian, kecakapan dan pengalaman yang dimilikinya antara lain:

1. Team Leader
Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi, lulusan Perguruan Tinggi (Negeri
atau Swasta), berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidangnya
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Tugas utamanya adalah memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan team dalam pelaksanaan pekerjaan selama
30 (tigapuluh) hari sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

2. Asisten Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah


Berpendidikan minimal Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta,
berpengalaman dalam perencanaan masterplan kota, sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
3. Asisten Tenaga Ahli Pertanian
Ass. Tenaga Ahli Pertanian yang disyaratkan adalah Sarjana Strata Satu (S1)
Pertanian lulusan Perguruan Tinggi (Negeri atau Swasta) yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan di bidang pertanian sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun.
4. Operator Komputer dan tenaga pendukung lainnya

8. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja ini adalah lebih lanjut dalam surat perjanjian, yang meliputi :
1. Tahap Studi Literatur dan Lapangan:
a) Laporan data dan informasi lapangan menyangkut potensi ekonomi desa
secara global.
b) Kebijakan dan Tata Aturan pembentukan BUMDES.
2. Tahap Konsep Pembentukan BUMDES.

9. LAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
Laporan Pelaksanaan Pekerjaan dari mulai awal sampai selesainya kegiatan, terdiri
dari:
 Laporan Pendahuluan
 Laporan Akhir

10. Lain-lain
1. Penyedia Jasa harus menyerahkan foto Dokumentasi (dalam album) yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan survey lapangan;
2. Penyedia Jasa mendiskusikan usulan-usulan hasil pekerjaan ini dengan Pemilik
Pekerjaan.
3. Semua peralatan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan harus
disediakan oleh Penyedia Jasa.
4. Hal-hal yang belum tercakup dalam Kerangka Acuan Kerja ini akan dijelaskan
dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
Kabupaten Tapanuli Utara, Juli 2017
Pejabat Pembuat Komitmen
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)

You might also like