You are on page 1of 5

BAHAN MATERI KULIAH

PENGELOLAAN YANG BERTUMPU PADA MASYARAKAT


*Sumber : saduran dari beberapa referensi yang ada di dunia maya (internet)

Pendekatan Pembangunan Bertumpu pada Masyarakat

Menurut Sumodiningrat (1999), paradigma pembangunan secara keseluruhan sejak Repelita VI


bergeser ke arah tercapainya pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered
development). Pelaksanaan paradigma tersebut telah dituangkan dalam kebijaksanaan arah
baru pembangunan nasional yang mensyaratkan adanya upaya-upaya pemihakan dan
pemberdayaan yang luas dalam masyarakat.

Handrianto (1996), mengemukakan bahwa pendekatan pembangunan yang bertumpu pada


masyarakat (individu/kelompok) merupakan suatu pola pendekatan yang mendudukkan
masyarakat sebagai pelaku utama (subyek) pembangunan, sehingga semua keputusan dan
tindakan pembangunan didasarkan pada aspirasi, kepentingan/kebutuhan, kemampuan dan
upaya masyarakat.

Menurut Parwoto (1997), aplikasi dari pembangunan bertumpu pada masyarakat dalam
kegiatan pembangunan diwujudkan melalui pembangunan partisipatif dimana tiap tahapan
pembangunan mulai dari pengenalan permasalahan dan perumusan kebutuhan, perencanaan
dan pemrograman, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kesepakatan
bersama antar pelaku yang terlibat.

Menurut Siswanto (1997), secara empirik banyak studi menunjukkan bahwa masyarakat lebih
mampu mengidentifikasi, menilai dan memformulasikan permasalahannya baik fisik, sosial
kultural maupun ekonomi dan kesehatan lingkungan, membangun visi dan aspirasi dan
kemudian memprioritaskan, intervensi, merencana, mengelola, memonitor dan bahkan
memilih teknologi yang tepat.

Selanjutnya dikatakan bahwa paradigma pembangunan yang bertumpu pada masyarakat


mampu menghasilkan kerelaan yang lebih dari masyarakat untuk memberi kontribusi kerja dan
biaya pembangunan, operasi dan perawatan sehingga seringkali dinilai lebih efektif dan yang
pada gilirannya dapat berkelanjutan (sustainable).

Soetrisno (1995), mendefinisikan partisipasi merupakan kerjasama antara rakyat dan


pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan. Dalam pengertian ini rakyat diasumsikan mempunyai aspirasi, nilai budaya yang
perlu diakomodasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program
pembangunan. Sedangkan Bryant dan White (1989), mendefinisikan peran serta sebagai
keterlibatan diri masyarakat dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan proyek. Jadi
partisipasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat setempat secara aktif
dalam pengambilan keputusan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan terhadap
proyek-proyek pembangunan untuk masyarakat.

Pengelolaan pembangunan akan jauh lebih baik, jika sejak awal sudah
melibatkan/mengikutsertakan masyarakat sebagai pihak yang menikmati hasil pembangunan
tersebut dalam setiap tahap jenis kegiatan pembangunan. Karena hasilnya akan dapat sesuai
dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya, kemampuan masyarakat (Jayadinata,
1999).
Diperlukannya peranserta masyarakat dalam pembangunan menurut Rukmana (1993), karena :
Masyarakat berhak untuk ikut terlibat dalam hal-hal yang menyangkut dengan kehidupan
mereka, berhak terlibat dalam keputusan-keputusan dan keberadaan mereka sehari-hari dan
tentunya untuk masa depan mereka;

Jika masyarakat benar-banar diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan
perkotaan, dapat diperkirakan jalannya pembangunan akan berlangsung lebih efisien dan
efektif, sehingga terjadi peningkatan kualitas atau pemanfaatan atau pemeliharaan prasarana
lingkungan secara lebih optimal.

Korten (1984), Bryant dan White (1987) dan Moeljarto (1987) dalam Supriatna (2000; 149-150)
menyatakan bahwa salah satu unsur penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan
program pembangunan adalah dilibatkannya kelompok sasaran dan lembaga swadaya
masyarakat yang terdapat pada kelompok sasaran tersebut dalam mengelola program
pembangunan. Hal ini ditujukan agar program tersebut tidak mengalami gangguan atau gagal
mencapai tujuan dan sasarannya.
Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat

Untuk membahas konsep-konsep pembangunan yang bertumpu pada masyarakat sebagai


jembatan antara pembangunan mikro dan makro, maka pada kesempatan ini bahasan pokok
yang akan disampaikan adalah tentang pemberdayaan masyarakat.

Konsep pemberdayaaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat


(community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-
based development). Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna
keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah
kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik
dan mental serta terdidik dan kuat serta inovatif, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi.

Namun, selain nilai fisik di atas, ada pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga
menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan, kegotong-royongan, kejuangan, dan
yang khas pada masyarakat kita, kebinekaan. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur
yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam pengertian yang
dinamismengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi
sumber dari apa yang di dalam wawasan politik pada tingkat nasional kita sebut ketahanan
nasional. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.


Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata sebuah konsep ekonomi, dari
sudutpandang kita pemberdayaan masyarakat secara implisit mengandung arti menegakkan
demokrasiekonomi. Demokrasi ekonomi secara harafiah berarti kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi, di mana kegiatan ekonomi yang berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Konsep ini menyangkut masalah penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke
pasar dan ke dalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen. Agar demokrasi
ekonomi dapat berjalan,maka aspirasi masyarakat yang tertampung harus diterjemahkan
menjadi rumusan-rumusan kegiatanyang nyata. Untuk menerjemahkan rumusan menjadi
kegiatan nyata tersebut, negara mempunyai birokrasi.

Birokrasi ini harus dapat berjalan efektif, artinya mampu menjabarkan dan melaksanakan
rumusan-rumusan kebijaksanaan publik (public policies) dengan baik, untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang dikehendaki. Dalam paham bangsa Indonesia, masyarakat adalah pelaku
utama pembangunan, sedangkan pemerintah (birokrasi) berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing,serta menciptakan iklim yang menunjang. Selanjutnya berturut-turut akan
dibahas tujuan pembangunan, konsep pemberdayaan masyarakat dalam konteks
perkembangan paradigma pembangunan, pendekatan, aspek kelembagaan beserta
mekanismenya serta strategi dalam mewujudkannya.Bahasan ini akan ditutup dengan kajian
beberapa kasus sebagai ilustrasi.
Daftar Pustaka
Handrianto, D. 1996. Peremajaan Pemukiman Dengan Pendekatan Yang Bertumpu Pada
Masyarakat Sebagai Alternatif Penanganan Pemukiman Kumuh, Jurnal PWK, nomor 22,
September 1996, Bandung.
Jayadinata, 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah.
Penerbit ITB, Bandung.
Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia. Perpud, Jakarta.
Parwoto, MDS. 1997. “Pembangunan Partisipatif”, Makalah pada Lokakarya Penerapan Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Perumahan dan Pemukiman, 15 – 16 Juli
1997, BK4N, Jakarta.
Siswanto. A. 1997. “Melalui Pembangunan Komunitas Membangun Sektor Perumahan dan
Pemukiman”, Makalah pada Lokakarya Penerapan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Perumahan dan Pemukiman, 15 – 16 Juli 1997, BK4N, Jakarta.
Rukmana, N. 1993. Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan. LP3ES, Jakarta.
Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Yogyakarta.
Subhan (2005), Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Program Pengembangan Prasarana Perdesaan
(P2D) Dengan Pola Kerjasama Operasional (KSO) Kasus Kabupaten Tabalong Kalimantan
Selatan, Tesis-S2 UGM Tahun 2004
Sumodiningrat, G., 1999. Pemberdayaan dan JPS. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumodiningrat, G., 2001. Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi. Studi Empiris
Pada Kebijaksanaan dan Program Pembangunan Dalam Rangka
Supriatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

You might also like