You are on page 1of 12

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN PROLANIS (PROGRAM

PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS) DENGAN TINGKAT


EFIKASI DIRI PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS 1 KEMBARAN

PROPOSAL SKRIPSI

ANINDYA WIDIANINGTYAS
1513010013

Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2018
HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN PROLANIS (PROGRAM
PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS) DENGAN TINGKAT
EFIKASI DIRI PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS 1 KEMBARAN

PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

ANINDYA WIDIANINGTYAS
1513010013

Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal skripsi yang diajukan oleh:


Nama : Anindya Widianingtyas
NIM : 1513010013
Program Studi : Pendidikan Kedokteran
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Hubungan Keikutsertaan Prolanis (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis) dengan Tingkat Efikasi
Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas 1
Kembaran

Telah diterima dan disetujui

Purwokerto,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Mustika Ratnaningsih Purbowati, M.M. dr. Luhur Dewantoro


NIK.: 2160477 NIK.: 2160476

Ketua Program Studi

dr. Agus Zuliyanto, Sp. T.H.T.K.L.


NIK.:

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kronis adalah jenis penyakit yang memiliki durasi waktu yang

lama dan biasanya dalam proses yang lambat. Macam – macam penyakit

kronis antara lain penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke),

kanker, penyakit pernapasan kronis (asma, penyakit paru obstruksi kronis),

dan diabetes. Penyakit kronis bertanggung jawab atas 68% kematian pada

tahun 2012 di dunia dan 59,5% di Indonesia. (Roberts et al., 2015;

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya yang ditandai dengan

tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan

perawatan medis dalam waktu lama, baik untuk mencegah komplikasi maupun

perawatan sakit. Pengendalian diabetes sangat penting dilaksanakan sedini

mungkin, untuk menghindari biaya pengobatan yang sangat mahal

(PERKENI, 2015).

Menurut IDF (International Diabetes Federation), terdapat 382 juta orang

yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Tahun 2015, IDF

menyatakan jumlah estimasi penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan

sebesar 10 juta. Seperti kondisi di dunia, diabetes kini menjadi salah satu

penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey

tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian


2
terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah stroke

(21,1%) dan penyakit jantung koroner (12,9%). Penyakit diabetes mellitus

menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh penyakit kronis yang

dilaporkan, yaitu sebesar 18,33 persen. Hal ini menjadikan DM sebagai

prioritas utama pengendalian penyakit kronis di Jawa Tengah (Kemenkes RI,

2016).

Diabetes mellitus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan

penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Diabetes dan

komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penyandang

diabetes, keluarga mereka, dan negara. Masalah yang dihadapi Indonesia

terkait DM antara lain belum semua penyandang DM mendapatkan akses ke

pusat pelayanan kesehatan secara memadai dan terdapat keterbatasan

sarana/prasarana penanganan kasus-kasus DM (PERKENI, 2015).

Dalam penanganan DM diperlukan program yang bersifat preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif secara berkesinambungan. Untuk

memecahkan masalah tersebut, pemerintah melalui BPJS Kesehatan

membentuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) (BPJS, 2014).

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif

yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan dan BPJS dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup

yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien

(BPJS, 2014).

3
Prolanis bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis

mencapai kualitas hidup optimal sehingga dapat mencegah timbulnya

komplikasi penyakit. Prolanis memiliki indikator keberhasilan antara lain 75%

peserta memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP),

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), Tekanan Darah, Indeks Masa Tubuh

(IMT) dan HbA1C. Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi

medis/edukasi, kunjungan ke rumah, pengingatan jadwal dengan SMS dan

pemantauan status kesehatan (BPJS, 2014).

Pengelolaan DM memerlukan waktu yang lama, sehingga membutuhkan

perubahan perilaku. Tujuan dari perubahan perilaku pasien DM adalah untuk

meningkatkan kepatuhan pasien DM. Salah satu faktor kunci dalam mencapai

perubahan perilaku adalah dengan efikasi diri. Efikasi diri dapat memberikan

pengaruh terhadap perubahan perilaku dengan mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Efikasi diri dapat

mempengaruhi komitmen pasien DM terkait kepatuhan pasien dalam

pengelolaan diabetes. Tingkat efikasi diri yang rendah dapat menyebabkan

ketidakpatuhan pada pasien DM, sehingga berdampak terhadap meningkatnya

morbiditas dan mortalitas, serta menurunnya kualitas hidup (Rahman, Yulia

and Sukmarini, 2017).

Kegiatan Prolanis diharapkan mampu meningkatkan efikasi diri penderita

DM tipe 2 dalam kepatuhan perawatan penyakitnya. Efikasi diri terdiri dari

beberapa dimensi yang dapat diukur, antara lain magnitude (tingkat kesulitan),

strength (kekuatan) dan generality (generalitas). Tingkat kepercayaan diri

4
dalam perawatan DM dinilai dengan kepatuhan pasien untuk melakukan

aktivitas fisik, diet, dan pemantauan glukosa (Hernandez et al., 2016).

Menurut Bandura, efikasi diri adalah keyakinan seorang individu

mengenai kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan

untuk mencapai hasil tertentu. Efikasi diri pasien diabetes mellitus tipe 2

berfokus kepada keyakinan pasien untuk mampu melakukan perilaku yang

dapat mendukung perbaikan penyakitnya dan meningkatkan pengelolaan

perawatan diri seperti pola makan, latihan fisik, obat-obatan, perawatan kaki,

kontrol kadar glukosa (Abubakari et al., 2016).

Yulis Hati (2014) menyebutkan bahwa efikasi diri pasien DM tipe 2

meningkat setelah diberikan edukasi diabetes terpadu. Edukasi diabetes

merupakan salah satu dari kegiatan Prolanis yang dibentuk oleh pemerintah

untuk mengontrol gula darah penderita DM tipe 2 dan mencegah terjadinya

komplikasi.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Puskesmas juga berperan penting dalam menurunkan angka kejadian

Penyakit Tidak Menular (PTM) terutama untuk penyakit Diabetes Melitus

(DM) tipe 2 dan hipertensi. Penyakit tersebut dirasa mampu ditangani di

fasilitas kesehatan primer. Selain itu juga berperan penting dalam melakukan

5
pencegahan terhadap komplikasi penyakit dengan melaksanakan skrining atau

deteksi dini PTM. Berbagai upaya terkait PTM sudah dilaksanakan oleh

puskesmas untuk mencegah peningkatan kasus PTM yaitu (1) surveilan faktor

risiko PTM oleh puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas

kesehatan provinsi; (2) deteksi dini risiko PTM oleh puskesmas, dinas

kesehatan kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi; (3) penanggulangan

faktor risiko PTM dengan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) oleh

puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi; (4)

pencegahan dan penanggulangan faktor risiko PTM berbasis masyarakat

melalui poskesdes, posyandu, dan posbindu PTM (Rahajeng and Tuminah,

2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan, prevalensi

tertinggi DM tipe 2 di Kabupaten Banyumas yaitu di Puskesmas 1 Kembaran

dengan 1233 kasus pada tahun 2017. Jumlah penderita DM yang mengikuti

kegiatan Prolanis hanya 78 orang, terhitung dari bulan Januari 2016 - Februari

2017. Tingginya kasus DM yang ada, berbanding terbalik dengan jumlah

peserta Prolanis yang masih sedikit. Oleh karena itu, untuk menekan tingginya

prevalensi DM tipe 2 dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya keikutsertaan Prolanis, perlu dilakukan penelitian tentang

“Hubungan Keikutsertaan Prolanis terhadap Tingkat Efikasi Diri Pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran”.

6
B. Rumusan Masalah

“Apakah terdapat hubungan keikutsertaan prolanis terhadap tingkat efikasi

diri pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan keikutsertaan Prolanis terhadap tingkat efikasi

diri pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jumlah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengikuti

kegiatan Prolanis

b. Mengetahui lama keanggotaan pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

mengikuti kegiatan Prolanis

c. Mengetahui tingkat efikasi diri pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

mengikuti Prolanis

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat menambah pustaka mengenai hubungan keikutsertaan

prolanis terhadap tingkat efikasi diri pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi agar instansi

terkait dapat memperbaiki sistem dalam kegiatan Prolanis agar lebih baik

lagi.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya kegiatan prolanis untuk dilakukan, sehingga

7
penyakit kronis dapat dikelola dengan baik serta dapat mencegah

terjadinya komplikasi.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menggunakan sebagai sumber pustaka yang dapat di

aplikasikan kepada masyarakat untuk memberikan edukasi ataupun

penyuluhan tentang pentingnya kegiatan prolanis untuk mengelola

penyakit kronis dan mencegah terjadinya komplikasi.

E. Keaslian Penelitian
Tabel I.1 Tabel Keaslian Penelitian

No Peneliti dan Judul Persamaan Perbedaan


Penelitian
1. Susanti, Ghufroni Anjar Tema : Mengenai Variabel bebas : Locus of control
(2016) dengan DM tipe 2
penelitiannya yang berjudul Subjek : Pasien DM
“Hubungan locus of control tipe 2
dengan self efficacy pada Instrument : Rekam
pasien penderita Diabetes medis dan
Mellitus tipe 2 rawat jalan kuesioner
Variabel terikat :
di RSUD Prof. DR.
Efikasi diri
Margono Soekarjo
Purwokerto”.

8
2. Geens and Leuven (2016) Tema : Mengenai Variabel bebas : Kelompok edukasi
dengan penelitiannya yang DM tipe 2 Tujuan : Mengetahui pengaruh
berjudul “The influence of Subjek : Pasien DM edukasi terhadap efikasi diri pada
group education on self- tipe 2 pasien DM tipe 2
efficacy in patients with Variabel terikat : Metode : kuasi eksperimental
diabetes mellitus type 2” Efikasi diri dengan pre-test dan post-test
Hasil : Edukasi kelompok kontrol
dapat meningkatkan
efikasi diri

3. Hati, Yulis (2014) dengan Tema : Mengenai Variabel bebas : Edukasi diabetes
penelitiannya yang berjudul DM tipe 2 Tujuan : Untuk menentukan
“Efektifitas edukasi Subjek : Pasien DM efektivitas dari edukasi diabetes
diabetes terpadu untuk tipe 2 terpadu untuk meningkatkan efikasi
meningkatkan efikasi diri Variabel terikat : diri pasien DM tipe 2
pasien diabetes mellitus Efikasi diri Metode : kuasi eksperimental
Hasil : Efikasi diri dengan pre-test dan post-test
tipe 2”
pasien setelah kelompok kontrol
mengikuti edukasi
diabetes
menunjukkan
peningkatan

DAFTAR PUSTAKA

Abubakari, A.-R. et al. (2016) ‘Sociodemographic and Clinical Predictors of Self-

Management among People with Poorly Controlled Type 1 and Type 2 Diabetes:

The Role of Illness Perceptions and Self-Efficacy’, Journal of Diabetes Research.

Hindawi Publishing Corporation, 2016, pp. 1–12. doi: 10.1155/2016/6708164.

BPJS (2014) ‘Panduan praktis PROLANIS (Program pengelolaan penyakit

kronis)’, BPJS Kesehatan, pp. 3–6.

Hernandez, R. et al. (2016) ‘A Cross-sectional Study of Depressive Symptoms

and Diabetes Self-Care in African Americans and Hispanics/Latinos with

Diabetes: The Role of Self-efficacy’, Diabetes Educ., 42(4), pp. 452–461. doi:

10.1177/0145721716654008.A.

9
Kemenkes RI (2016) Kenali faktor risiko diabetes secara dini dan jalankan pola

hidup sehat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) Profil Kesehatan Indonesia,

Profil Kesehatan Provinsi Bali.

PERKENI (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia 2015, Perkeni. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Rahman, H. F., Yulia and Sukmarini, L. (2017) ‘Efikasi Diri, Kepatuhan, dan

Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2’, Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(1),

pp. 108–113.

Roberts, K. C. et al. (2015) ‘Prevalence and patterns of chronic disease

multimorbidity and associated determinants in Canada’, Chronic Diseases and

Injuries in Canada, 35(6), pp. 87–94. doi: 10.24095/hpcdp.35.6.01.

10

You might also like