You are on page 1of 21

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Proses Kerja Pemindahan Tanah


Pada dasarnya pekerjaan pemindahan tanah adalah sama yaitu
memindahkan material (tanah) dari suatu tempat ke ketempat lainnya, akan tetapi
proses pekerjaan dalam pelaksanaannya dapat berbeda-beda, hal ini dimungkinkan
karena adanya faktor-faktor sebagi berikut :
a. Sifat-sifat fisik material/tanah
b. Jarak angkut / pemindahan
c. Tujuan akhir pekerjaan
d. Tuntutan kualitas
e. Skala proyek (besar kecilnya proyek).
Dalam pekerjaan pemindahan tanah, sebelumnya perlu dilakukan land
clearing. Setelah pekerjaan land clearing tersebut selesai, maka proses
selanjutnya adalah pengupasan top soil (lapisan atas) atau stripping, penggalian
(excavating), hauling, dan dumping (Tenriajeng T,2003).
2.1.1. Pengupasan Top Soil (Lapisan atas) atau stripping
Top soil pada pekerjaan konstruksi (bangunan, jalan, dan lain-lain)
merupakan material yang harus dibuang karena dapat berakibat kurang stabil
terhadap hasil suatu pekerjaan pemindahan tanah. Lain halnya jika tujuan
pemakaian adalah untuk pertanian / perkebunan, maka top soil merupakan unsur
yang sangat berguna sehingga harus ditangani dengan cermat dan hati-hati agar
kerusakan dan kehilangan tanah humus tersebut dapat diminimalisir. Begitu pula
pada pada pekerjaan-pekerjaan mining, penambangan nikel, timah, dan batubara
dilaksanakan dengan menyisihkan atau menyimpan top soil disuatu tempat, yang
nantinya setelah selesai mendapatkan hasil tambang bisa dipakai kembali untuk
reklamasi (back felling) sehingga kondisi permukaan tanah bisa dilakukan

4
5

penanaman kembali (reboisasi). Kegiatan untuk mengupas top soil tersebut


dinamakan stripping (Tenriajeng T,2003).
2.1.2. Penggalian (Excavating)
Excavating adalah suatu kegiatan penggalian mateial (tanah) yang akan
digunakan atau akan dibuang. Hal ini dipengaruhi oleh 3 (tiga) kondisi sebagai
berikut :
Kondisi I : Bila tanah biasa (normal), bisa langsung dilakukan penumpukan
stock atau langsung dimuat (loading).
Kondisi II : Bila kondisi tanah keras harus dilakukan penggaruan (ripping)
terlebih dahulu, kemudian dilakuakn stock pilling dan pemuatan (loading).
Kondisi III : Bila terlalu keras dimana pekerjaan ripping tidak ekonomis (tidak
mampu) mesti dilakukan peledakan (blasting) guna memecah belahkan material
terlebih dahulu sebelum dilakukan stockpilling kemudian dilakukan pemuatan
(loading) (Tenriajeng T,2003).
2.1.3. Pengangkutan (Hauling)
Pengangkutan material (tanah) oleh alat angkut dilakukan dengan
menggunakan dump truck, motor scraper atau wheel loader (load and carry) atau
bisa juga dengan bulldozer jika jarak angkut kurang dari 100 meter. Pada hauling
yang menggunakan dump truck biasanya pada hauling road mesti dilakukan road
maintenance yang biasanya dikerjakan oleh motor grader, buldozzer, maupun
compactor dan dibantu oleh truck water sprayer (Tenriajeng T,2003).
2.1.4. Dumping
Dumping adalah suatu kegiatan pembuangan material (tanah) dari alat
angkut yang biasanya diteruskan dengan 3 (tiga) tujuan pekerjaan antara lain :
(Tenriajeng T,2003).
a. Pekerjaan Contruction
Dumpingnya diteruskan dengan spreading, grading dan compacting. Alat yang
digunakan untuk meratakan dari dumping (spreading) adalah buldozzer, kemudian
perlatan yang lebih halus (grading) dengan menggunakan motor grader, dan
selanjutnya dilakukan pemadatan (compacting) dengan menggunakan compactor.
b. Pekerjaan Pertambangan (Cement)
6

Dumpingnya menuju stone crusher kemudian diangkut (hauling) melewati belt


conveyor untk seterusnya dikirim kepabrik (handling product).
c. Pekerjaan Pertambangan (Batubara)
Dumping tanah tutup (overburden), dibuang kedisposal dan diratakan oleh
bulldozer. Demikian pula overburden untuk nikel maupun timah hampir sama
dengan overburden untuk tambang batubara.

Tabel. 2.1. Alat-alat berat yang umum digunakan pada pekerjaan pemindahan
tanah
Jenis Pekerjaan Jenis Alat Jenis Attachment
Pengupasan Top Soil Bulldozer Angle Blade, Straight
(Stripping) Blade
Pemotongan /penggalian Bulldozer Angle Blade, Shear Blade
Excavator
Scraper
Grader
Dragline
Penggaruan (Ripping) Bulldozer Ripper
Penumpukan Bulldozer Angle Blade, Straight
(Stockpilling) Dozer Shovel Blade
Wheel Loader
Pemuatan (Loading) Dozer Shovel
Wheel Loader
Excavator
Power Shovel
Motor Scraper

Pengangkutan (Hauling) Dump Truck


Motor Scraper
Wheel Loader
7

Penyebaran (Spreading) Bulldozer Angle Blade, Straight


atau Grading Motor Grader Blade
Sumber : (Tenriajeng T,2003).

2.2. Alat Gali-Muat


Dasar pemilihan ukuran dari alat gali dan muat adalah :
a. Adanya jaminan keselamatan (safety)
Maksudnya adalah jaminan keselamatan kerja dari alat, yaiut apakah alat
pemindahan tanah mekanis tersebut membahayakan operatornya atau tidak.
Misalnya sata alat dengan bagian-bagian mesin yang tidak tertutup akan lebih
membahayakan daripada alat dengan bagian-bagian mesin yang tertutup.
b. Ongkos gali dan muat seminimum mungkin
Suatu perusahaan pembongkaran/pemindahan tanah mekanis yang akan
memilih peralatan PTM apa yang akan dipakai, terlebih dahulu harus menghitung
secara teoritis tentang produksinya, biaya kepemilikan, biaya operasi. Ongkos
pembongkaran dari suatu alat PTM yang termurah itulah yang dipilih untuk
dipakai.
c. Sinkronisasi dengan alat PTM lain (utamanya keserasian kerja antara alat
muat dan alat angkut.
Adanya sinkronisasi dengan alat-alat PTM lain harus dipertimbangkan, sebab
kelancaran pekerjaan PTM terdiri dari berbagai kegiatan kerja, setiap kegiatan
mempunyai peralatan dan kegiatan kerja yang berlainan, dengan demikian suatu
alat akan mempunyai ketergantungan terhadap alat yang lain.
d. Penyesuain dengan kondisi kerja
Agar dalam pemilihan alat gali dan muat disesuaikan dengan dimana alat
tersebut akan dipakai, untuk menangani material berapa ton, fasilitas-fasilitas
kelengkapan lain (perbengkelan), jenis material yang akan ditangani, kemampuan
operator.
2.2.1. Power Shovel
Menurut Indonesianto Y (2013), Power shovel adalah salah satu jenis
excavator yang digunakan untuk proses penggalian dan pemuatan material
8

batubara. Berbeda dengan backhoe, power shovel dilengkapi dengan shovel


attachment. Alat ini baik untuk pekerjaan menggali tanah tanpa bantuan alat lain,
dan sekaligus memuatkan ke dalam truk atau alat angkut lainnya. Alat ini juga
dapat untuk membuat timbunan bahan persediaan (stock pilling). Pada umumnya
power shovel ini dipasang di atas crawler mounted, karena diperoleh keuntungan
yang besar antara lain stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel di
lapangan digunakan terutama untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi
dari tempat kedudukan alat. Macam-macam shovel dibedakan dalam dua hal, ialah
shovel dengan kendali kabel (cable controlled), dan shovel dengan kendali
hidrolis (hydraulic controlled).

Gambar 2.1. Power Shovel PC3000


2.2.2. Cara Kerja Power Shovel
Power shovel dalam melakukan pekerjaannya (beroperasi), sudut boomnya
(boom angle) yaitu sudut yang dibuat antara boom dengan bidang datar menyudut
sebesar 45o pekerjaan yang dilakukan dapat sebagai alat gali utamanya maupun
alat muat. Yaitu dengan cara dipper (mangkuk) dikerukkan dari bawah
menengadah keatas pada kaki jenjang (power shovel nya sebagai alat gali) atau
pada kaki timbunan hasil bongkaran (hasil peledakan) utamanya sebagai alat
muat.
9

Setelah wadah penuh, kemudian superstructure ( kabin beserta boom)


berputar menghadap posisi truck untuk menumpahkan isi dipper ke atas/kedalam
bak truck, dengan membuka dasar dipper dengan cara menarik latch (grendel)
sehingga isi dipper tertumpah.
Bila power shovel sebagai alat gali maka berat counter weightnya lebih
besar dibanding, apabila power shovel sebagi alat muat, pada ukuran dipper yang
sama (Indonesianto, 2013).

2.2.3. Penggunaan Power Shovel


Menurut Indonesianto (2013), penggunaan power shovel dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Power shovel sebagai alat gali
Penggunaan power shovel sebagai alat gali adalah :
a. Untuk membuat tanggul (embankment digging)
b. Untuk menggali secara datar (digging on horizintal plane)
c. Untuk membuat lereng (dressing slopes)
d. Untuk menggali ke arah daerah yang lebih rendah (digging bellow grade)
e. Untuk membuat parit (digging shallow trench)
2. Power shovel sebagai alat muat
Penggunaan power shovel sebagai alat muat adalah :
a. Memuat ke alat angkut (loading haul units)
b. Membuang material kesamping (side casting)
c. Menimbun keatas tumpukan material (dumping Into spoil).
2.3. Alat Angkut
2.3.1. Dump Truck
Dunp Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500 meter atau lebih).
Muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya,
alat ini dapat bekerja sendiri. Ditinjau dari besar muatannya, dump truck dapat
dikelompokkan ke dalam 2 (dua) golongan yaitu :
- On High Way Dump Truck, muatannya lebih kecil dari 20 m3.
10

- Off High Way Dump Truck, muatannya lebih besar 20 m3.


Bila truck tersebut digunakan untuk mengangkut kayu biasanya disebut
logging truck atau ada yang menggunakan trailler. Untuk tipe on High Way Dump
Truck ada yang menggunakan roda penggerak depan dan belakang (four wheel
drive) ada juga yang hanya dilengkapi dengan penggerak roda belakang saja (rear
wheel drive) (Tenriajeng T,2003). Sedangkan untuk tipe off High Way Dump Truk
terdapat perbedaan-perbedaan seperti yang ditunjukan pada tabel 2.2..
Tabel 2.2. Karakteristik off High Way Dunp Truck
Karakteristik Deskripsi
Power Train Sederhana, engine terpasang didepan penggerak pada roda
belakang, mekanis atau electris.
Distribusi Berat Beban dibawah pada bagian belakang truck. Pada muatan
penuh, 67% beban berada pada roda belakang(4 ban) dan 33%
pada roda depan. Pada saat kosong distribusi beban adalah
50:50.
Grade ability Memiliki rasio daya beban yang tinggi, dapat melewati slope
sampai dengan 18%.
Maneuverability Baik, memiliki wheel base yang pendek sehingga memudahkan
manuver.
Kekokohan Struktur cocok untuk kondisi kerja yang berat dan beban kejut
yang berat.
Tipe Material Semua ukuran batu. Material dengan kerapatan yang tinggi
memberikan distribusi berat yang baik.
Dumping Baik pada lokasi dumping, pada hopper memerlukan manuver
mundur, waktu dumping berkisar 40-60 detik.
Loading Memiliki loading height yang tinggi sehingga agak
menyulitkan pemuatan dengan front and loader seperti wheel
loader atau track loader.
Breaking Baik, jarak antara axle yang pendek memiliki tendensi skid
pada jalan yang licin.
Sumber : (Tenriajeng T,2003).
11

Gambar 2.2. Dumptruck

2.3.2. Pemilihan Truck


Kapasitas truck yang dipilih harus berimbang dengan alat pemuatnya
(loader), jika perbandingan ini kurang proporsional, maka ada kemungkinan
loader ini banyak menunggu atau sebaliknya. Perbandingan yang dimaksudkan
yaitu antara kapasitas truck dan kapasitas loader 4 : 5 atau dengan perkataan lain
kapasitas truck 4 dan 5 untuk kapasitas loader. Perbandingan ini juga akan
berpengaruh terhadap waktu pemuatan (loading time) Sumber : (Tenriajeng
T,2003).
Beberapa pertimbangan (keuntungan dan kerugian) yang harus
diperhatikan dalam pemilihan ukuran truck adalah :(Tenriajeng T,2003).
a. Truck Kecil
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran kecil adalah :
- Lebih lincah dalam beroperasi
- Lebih mudah mengoperasikannya
- Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
- Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
- Penyesesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
- Jika salah satu truck dalam satu unit angkutan tidak berkerja, tidak akan
bermasalah terhadap total produksi.
Sedangkan untuk kerugiannya adalah :
12

- Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang beroperasi,


terutama waktu pemuatan (loading)
- Excavator lebih sukar untuk memuatnya karena kecilnya bak
- Lebih banyak sopir yang diperlukan
- Biaya pemeliharaan lebih besar karena lebih banyak truck, begitu pula
tenaga pemeliharaan
b. Truck besar
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adalah:
- Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck besar
lebih sedikit
- Sopir atau crew yang digunakan lebih sedikit
- Cocok untuk angkutan jarak jauh
- Pemuatan dari loader lebih mudah sehingga waktu yang hilang lebih
sedikit
Sedangkan kerugiannya adalah
- Jalan kerja harus diperhatikan karena kerusakan jalan relatif lebih cepat
akibat berat truck yang besar
- Pengoperasiannya lebih sulit karena ukurannya yang besar
- Produksi berkurang jika salah satu truck tidak jalan (untuk jumlah yang
relatif kecil)
- Maintenance lebih sulit dilakukan
2.4. Cara Pemuatan Material
Cara pemuatan material oleh alat muat kedalam alat angkut ditentukan
oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut. Cara pemuatan
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
2.4.1. Top Loading
Kedudukan alat muat berada ditumupukan material atau berada diatas
jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat muat backhoe, selain daripada itu
operator lebih leluasa unutk melihat bak dan menempatkan material (Gambar 2.3
a.).
2.4.2. Bottom loading
13

Dimana ketinggian alat alat angkut dan truk adalah sama. Cara ini dipakai pada
alat muat power shovel (Ganbar 2.3 b.).

(a) (b)
Gambar 2.3. Cara Pemuatan Material (Sumber : Application Engineering
Dept. PT United Tractors, Tbk.)

2.5. Posisi Pemuatan


Posisi pemuatan dilihat dari alat muat terhadap front penggalian dan posisi
alat angkut terhadap alat muat. Dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
2.5.1. Frontal Cut
Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada
pola ini memuat pertama kali pada dump truck sebelah kiri sampai penh dan
berangkat setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kanan (Gambar 2.4 a.).
2.5.2. Drive By Cut
Alat muat (backhoe) bergerak melintang dan sejajar dengan front
penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses
(Gambar 2.4 b.).
2.5.3. Pararel Cut
Pararel cut with turn and back terdiri dari 2 (dua) metode berdasarkan
cara pemuatannya (Gambar 2.4 c.) yaitu :
1. Single Spotting / Single Truck Back Up
Truck kedua menunggu selagi alat muat memuat ke truk pertama, setelah truck
pertama berangkat, truck kedua berputar dan mundur. Saat truck kedua dimuat,
truk ketiga datang danmelakukan manuver, dan seterusnya.
14

2. Double Spotting / Double Truck Back Up


Truk memutar dan mundur kesalah satu sisi alat muat selagi alat muat memuati
truk pertama. Begitu truck pertama berangkat, alat muat mengisi truk kedua
dimuati, truk ketiga datang dan langsung berputar dan mundur kearah alat muat,
demikian seterusnya.

Gambar 2.4. Pola Pemuatan Alat Muat

2.6. Produktivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produktivitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan keproduktifan.
Sedangkan menurut Kamus Pertambangan, produktivitas adalah kinerja produksi
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja atau kemampuan alat-alat produksi.
Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu diketahui
adalah volume pekerjaan dan produktivitas alat tersebut. Produktivitas alat
bergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat. Umumnya waktu siklus alat
ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat dihitung dalam
produksi/jam. Suatu pekerjaam terdapat lebih dari suatu jenis alat yang dipakai.
15

Umumnya alat yang dipakai adalah excavator untuk menggali, loader untuk
memindahkan hasil galian kedalam wadah truck, dan truck digunakan untuk
pemindahan tanah. Karena ketiga jenis contoh tersebut mempunyai produktivitas
yang berbeda-beda, maka perlu diperhitungkan masing-masing alat (Kholil, A,
2012).
Menurut Tenriajeng T, Produktivitas Power Shovel dapat dihitunng
dengan menggunakan rumus:
KB x BF x 3600 x FK
𝑃= (2-1)
CT

Dimana: P = Produksi per-jam (m3/jam)


KB = Kapasitas wadah (m3)
FK = Faktor koreksi (Effisiensi)
BF = Bucket Factor
CT = Waktu edar / cycle time (detik)
Menurut Tenriajeng T, Produktivitas Dump Truck dapat dihitunng dengan
menggunakan rumus:
𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
𝑃= (2-2)
CT

𝐶 = 𝑛 𝑥 𝐾𝐵 𝑋 𝐵𝐹 (2-3)
Dimana :
P = Produksi per-jam (m3/jam)
C = Kapasitas Vessel
KB = Kapasitas Bucket
BF = Bucket Factor
n = Jumlah pengisian
CT = Cycle time (menit)

2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat


Faktor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat-alat
mekanis adalah sebagai berikut: (Prodjosumarto, 1993).

2.7.1. Jenis Material


16

Karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat


bervariasi. Maka sering dilakukan pengelompokkan sebagai berikut:
a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top
soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandclay).
b. Agak keras atau Medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung (clay)
yang basah dan lengket.
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya batu sabak (slate), material
yang kompak (compacted material).
d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar
(fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali,
misalnya batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh
metamorphic rock).

2.7.2. Effisiensi kerja


Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja 60 menit dalam
sejam, karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya : menunggu
alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin (service and adjusment),dll. Ini
perlu dibedakan dari hambatan-hambatan karena kerusakan alat-alat atau
pengaruh iklim.
Effesiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia di kali 100% (Prodjosumarto, 1993).

2.7.3. Faktor pengembangan (Swell Factor)


Material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-
ruangan yang terisi udara (voids) diantara butir-butir nya, lebih-lebih kalau butir-
butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya,
maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell).Faktor
pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume material yang
diperthitungkan pada waktu penggalian selalu apa yang disebut “pay yard” atau
“bank yard” atau volume aslinya dialam. Sedangkan apa yang harus diangkut
17

adalah material yang telah mengembang karena digali. Dan alat-alat itu sanggup
membawa material tersebut sebesar kapasitas munjung (heaped capacity). Jadi
kalau kapasitas munjung dikalikan dengan faktor pengembangan material
diangkutnya diperoleh “pay yard” capacity. Menurut Prodjosumarto (1993)
Faktor-faktor tersebut dapat dipakai rumus :
𝑉𝑏
𝑆𝐹 = 𝑥 100% 2-4
𝑉𝑙

Dimana : SF : Sweel Factor (%)


Vb : Volume bank (bcm)
Vl : Volume Loose (lcm)
Sedangkan tabel swell factor untuk setiap material yang digunakan untuk
perhitungan produktivitas alat dapat dilihat pada Tabel 2.3.

TABEL 2.3

SWELL FACTOR UNTUK BEBERAPA MATERIAL

Macam Material Swell Factor


Bauksit 0.75
Tanah liat, kering 0.85
Tanah liat, basah 0.80-0.82
Batubara (antrasit –bituminus) 0.74
Bijih Tembaga 0.74
Tanah Biasa, kering 0.85
Tanah biasa, basah 0.85
Tanah biasa bercampur kerikil 0.90
Kerikil kering 0.89
Kerikil basah 0.88
Granit, pecah-pecah 0.56-0.67
Hematite, pecah-pecah 0.45
Bijih besi, pecah-pecah 0.45
Batu kapur, pecah-pecah 0.57-0.60
Lumpur 0.83
Lumpur, sudah ditekan 0.83
Pasir kering 0.89
Pasir basah 0.88
Serpih (shale) 0.75
Batu sabak 0.77
Sumber : Prodjosumarto, 1993, Pemindahan Tanah Mekanis
18

2.7.4. Faktor Wadah


Merupakan perbandingan antara volume material yang dapat ditampung
oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis. Biasanya
faktor ini untuk menentukan secara pasti harus dilakukan pengukuran dilapangan.
Bila tidak bisa manggunakan komparasi pendekatan data sesuai material yang
digali. Faktor wadah power shovel dapat dilihat pada Tabel 2.4.
TABEL 2.4
Faktor Wadah Power Shovel
Kondisi Operasi Kondisi Material Factor Wadah
Mudah Tanah Clay, agak lunak 1,10 – 1,00
(biasa)
Sedang Tanah gembur campur 1,00 – 0,95
kerikil
Agak Sulit Batu keras bekas ledakan 0,95 – 0,90
ringan
Sulit Batu keras bekas ledakan 0,90 – 0,85
Sumber : Tenriajeng Tenrisukki

2.7.5. Waktu Siklus (Cycle Time)


Menurut Kholil A (2012), Siklus kerja dalam pemindahan material
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama didalam
kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan,
dan kembali kekegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh suatu
alat atau oleh beberapa alat. Waktu yang diperlukan dalam siklus kegiatan diatas
disebut waktu siklus atau cycle time (CT).

2.7.5.1.Waktu Daur (Cycle Time) Untuk Power Shovel


Terdiri dari jumlah waktu gali, waktu memutar dengan sekop berisi
muatan (swing), waktu mengosongkan (Dumping), waktu memutar dengan sekop
kosong (Prodjosumarto,1993).
Dirumuskan sebagai berikut :
CT = T1 + T2 + T3 + T4 2-5
19

Dimana :
CT = Waktu daur alat gali-muat, detik
T1 = Waktu menggali material, detik
T2 = Waktu putar dengan wadah terisi, detik
T3 = Waktu menumpahkan muatan, detik
T4 = Waktu putar dengan wadah kosong, detik

2.7.5.2.Waktu Daur (Cycle Time) Dump Truck

Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur, yaitu :


a. Waktu muat atau loading time, waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan
oleh suatu alat untuk memuat material ke alat angkut tersebut. Nilai loading
time dapat ditentukan walaupun bergantung dari jenis tanah, ukuran unit
penangkut, metode dalam pemuatan, dan efisiensi alat.
b. Waktu angkut atau hauling time, waktu angkut merupakan waktu yang
diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ketempat
pembongkaran. Waktu angkut bergantung dari jarak alat angkut, kondisi jalan,
tenaga alat, dan lain-lain.
c. Waktu pembongkaran atau dumping time, juga merupakan unsur penting dari
waktu siklus. Waktu ini bergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode
yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian terkecil dari waktu
siklus
d. Pada saat alat kembali ketempat pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk
kembali disebut waktu kembali disebut waktu kembali atau return time. Waktu
kembali lebih singkat daripadawaktu berangkat karena kendaraan dalam
keadaan kosong.
e. Waktu tunggu atau spotting time, pada saat alat kembali ketempat pemuatan
adakalanya alat tersebut antre dan menunggu sampai alat diisi kembali saat
mengantre dan menunggu ini disebut waktu tunggu.
CT = TL + TH1 + TD + TH2 + TS 2-6
Dimana :
20

CT =Waktu daur alat angkut


TL = Waktu pemuatan (loading)
TH1 = Waktu pengangkutan (Hauling)
TD = Waktu pembongkaran (Dumping)
TH2 = Waktu perjalanan kembali dalam keadaan kosong
TS = Waktu antre
Menurut Susy Fatena R (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu-
waktu tersebut adalah :

a. Waktu muat, tergantung pada:


- Ukuran dan jenis alat pemuat
- Jenis dan kondisi material yang dimuat
- Kapasitas alat angkut
- Kemampuan operator alat pemuat dan alat angkut
b. Waktu berangkat atau pengangkutan tergantung pada :
- Jarak tempuh alat angkut
- Kondisi jalan yang dilalui (kelandaian, rolling resistance, dan lain-lain
c. Waktu pembongkaran pemuatan tergantung pada :
- Jenis dan kondisi material
- Cara pembongkaran material
- Jenis alat pengangkutan
d. Waktu kembali juga dipengaruhi hal-hal yang sama seperti waktu
pengangkutan
e. Waktu antre tergantung pada :
- Jenis alat pemuat
- Posisi alat pemuat
- Kemampuan alat pengangkut untuk berputar

2.8. Geometri Jalan Angkut


Pada pengertiannya, geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah
bentuk dan ukuran-ukuran dari jalan tambang tersebut sesuai dengan tipe
21

(bentukm ukuran, dan spesifikasi) alat angkut yang digunakan dalam kondisi
medan yang ada sehingga dapat menjamin serta menunjang segi keamanan dan
keselamatan operasi pengangkutan. Gemoteri jalan tersebut merupakan hal yang
mutlak harus dipenuhi ( Indonesianto Y ,2005).
Adapun faktor-faktor yang merupakan gemoteri penting yang akan
mempengaruhi keadaan jalan angkut adalah lebar jalan, jari-jari tikungan dan
kemiringan jalan angkut.

2.8.1. Lebar Jalan Angkut


a. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
“rule of thumb” yang dikemukakan “Aasho Manual Rural Highway Design”,
adalah: ( Indonesianto Y ,2005).
1
𝐿 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 = 1) (2 . 𝑊𝑡) 2-7

Keterangan :
L = lebar jalan angkut minimum, meter
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (total), meter

Gambar 2.5. Lebar jalan angkut minimum


Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n), nilai 0,5
disini artinya yaitu lebar terbesar dari truck yang digunakan dan ukuran aman
masing-masing kendaraan ditepi kanan kiri tepi jalan.
b. Lebar pada jalan tikungan
22

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada
jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan
mendasarkan pada :
1. Lebar jejak ban
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
saat membelok
3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan rumus : ( Indonesianto Y ,2005).
𝑊 = 𝑛 (𝑈 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏 + 𝑍) + 𝐶 2-8
1
𝐶 = 𝑍 = 2 (𝑈 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏) 2-9

Keterangan :
W = lebar jalan angkut pada tikungan, meter
N = jumlah jalur
U = jarak jejak roda kendaraan, meter
Fa = lebar juntai deapn, meter (dikoreksi dengan sinus sudut belok roda
depan)
Fb = lebar juntai belakang, meter (dikoreksi dengan sinus sudut belok roda
depan)
Ad = jarak as roda depandengan bagian depan truck, meter
Ab = jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck, meter
α = sudut penyimpangan (belok) roda depan
C = jarak antara dia truck yang akan bersimpangan, meter
Z = jarak sisi luar truck ke tepi jalan, meter
23

Gambar 2.6. Lebar pada jalan tikungan

2.8.2. Kemiringan Jalan Angkut


Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor penting yang
diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap jalan tambang tersebut. Hal
ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan
kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi
tanjakan.
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam (%) . dalam
pengertianya, kemiringan (α) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter
atau 1ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft.
Kemiringan grade dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
∆h
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (𝛼) = 2-10
∆x

Keterangan :
∆h : beda tinggi anatra dua titik yang diukur
∆x : jarak datar antara dua titik yang diukur
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh
alat angkut besarnya berkisar anatra 18% - 10%. Akan tetapi untuk jalan naik
maupun turun pada bukit lebi aman kemiringan jalan maksimum 8% atau 4,5°
.
2.9. Match Factor
24

Match Factor atau Faktor keserasian yaitu kombinasi alat muat dengan
alat angkut. Sejmlah alat angkut (truck) bekerja melayani sejumlah alat muat,
serasi apabila produksi alat muat sama dengan produksi alat angkut (truck).
Menurut Indonesianto (2005) diperoleh rumus :
𝑁𝑇 𝑥 𝐶𝐿
𝑀𝐹 = 2-10
𝑛𝐿 𝑥 𝐶𝑡

Keterangan :
MF = Match Factor
NT = jumlah truck
CL = Waktu edar alat muat
nL = jumlah alat muat
Ct = waktu edar truck
Keserasian kerja diantara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja dimana hubungan yang tidak serasi tersebut akan menurunkan faktor
kerja itu sendiri. Faktor kerja alat muat dan alat angkut akan mencapai 100% bila
MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100% dan faktor
kerja alat muat < 100% sebaliknya MF>1 maka faktor kerja alat muat = 100% dan
faktor kerja alat angkut < 100%.

You might also like