You are on page 1of 17

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.30884/PP/M.

XI/16/2011

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Masa Pajak : Juli 2008

Pokok Sengketa : Koreksi DPP Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang PPN-nya
harus dipungut sendiri sebesar Rp 18.401.942.857,00
Menurut Terbanding :

Rincian penyerahan yang PPN-nya harus dipungut tarif umurn sebagai berikut:
Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut tarif Umum cfm Pemohon Banding Rp
279.581.830.340,00
Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut tarif umum cfm Terbanding Rp
297.983.773.197,00
Koreksi Rp
18.401.942.857,00

bahwa koreksi tersebut atas extra discount yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada
agen (distributor) ban. Berdasarkan pemeriksaan Faktur Pajak Gabungan, invoice, dan sales
order merupakan credit note (CN) yang tidak terkait langsung atau tidak ada hubungan
dengan penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga merupakan
insentif dan bukan sebagai pengurang DPP PPN;

bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan diketahui
bahwa koreksi tersebut atas extra discount yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada
agen (distributor) ban. Berdasarkan pemeriksaan Faktur Pajak Gabungan, invoice, dan sales
order merupakan credit note (CN) yang tidak terkait langsung atau tidak ada hubungan
dengan penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga merupakan
insentif dan bukan sebagai pengurang DPP PPN;

bahwa Pemohon Banding dalam membuat Faktur Pajak Gabungan selain memasukkan harga
jual dan potongan harga sebagaimana tercantum dalam faktur penjualan dalam satu bulan
takwin, juga telah memasukkan potongan harga atas penyerahan BKP/JKP untuk bulan
takwim sebelumnya melalui credit note;

bahwa pencantuman potongan harga dalam bentuk credit note di dalam Faktur Pajak
Gabungan tersebut dimaksudkan sebagai potongan harga atas pencapaian target tertentu oleh
pembeli atas penyerahan BKP/JKP untuk bulan takwim sebelumnya;

bahwa berdasarkan surat keberatan Pemohon Banding ditegaskan bahwa pemberian extra
discount tersebut terlihat sebagai sales order yang merupakan credit note. Berdasarkan sales
order-sales order tersebut, Pemohon Banding menerbitkan invoice komersial sebagai media
pemberitahuan kepada agen-agen Pemohon Banding. Sedangkan sales order yang
merupakan credit note merupakan media pemberitahuan kepada agen tentang persetujuan
extra discount. Selanjutnya, berdasarkan invoice komersial tersebut untuk masa pajak yang
sama, diterbitkan faktur pajak gabungan;

Berdasarkan ketentuan dan fakta di atas maka dapat disimpulkan :

bahwa sesuai dengan pengertian dan peristilahan perdagangan incentive adalah penghargaan
yang diberikan terhadap suatu subjek karena kinerja yang melampaui suatu standar yang
telah ditetapkan;
bahwa telah dilakukan permintaan data melalui Surat Nomor : S-514/WPJ.19/BD.05/2009
tanggal 27 April 2009 (perrnintaan pertanna) dan S-703/WPJ.19/BD.05/2009 tanggal 26 Mei
2009 (permintaan kedua), dengan data yang diminta antara lain berupa kontrak atau
perjanjian penyerahan barang antara Pemohon Banding dengan agen beserta sales order dan
kontrak penyerahan barang antara agen dengan customer, namun Pemohon Banding tidak
meminjamkan data dimaksud, sehingga tidak dapat diketahui secara jelas perhitungan extra
discount yang tercantum dalam sales order sebesar Rp 18.401.942.857,00. Pemohon
Banding hanya memberikan data berupa Faktur Pajak Keluaran dan invoice untuk Masa
Pajak Juli 2008;

bahwa dari penelitian terhadap Faktur Pajak Keluaran dan invoice yang diberikan oleh
Pemohon Banding, diketahui bahwa extra discount yang diberikan oleh Pemohon Banding
tersebut dalam bentuk credit note;

bahwa pencantuman credit note sebagai potongan harga untuk melakukan revisi atau
adjustment atas penyerahan pada bulan takwim sebelumnya yang telah dibuat Faktur Pajak
Gabungan sebagai reward atas pencapaian target pembelian oleh customer;

bahwa atas pencantuman credit note terkait pencapaian target pembelian untuk bulan takwim
yang berbeda, dalam Faktur Pajak Gabungan tidak sesuai dengan Pasal 13 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nornor 18 Tahun 2000;

bahwa Pemohon Banding seharusnya dapat menempuh mekanisme dan


tata cara yang sudah ada dalam ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu dengan
melakukan penggantian Faktur Pajak yang sudah terlanjur dibuat dan melakukan pernbetulan
SPT Masa PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 jo. Keputusan Direktur Jenderal Pajak
nomor KEP-549/PJ./2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak nomor PER-159/PJ./2006;

bahwa berdasarkan surat banding Pemohon Banding definisi Insentif adalah penghargaan
yang diberikan terhadap suatu subjek karena kinerja yang melampaui suatu standar yang
telah ditetapkan;

bahwa agen (distributor) ban yang kinerjanya telah mencapai target yang ditetapkan akan
diberikan penghargaan berupa extra discount Dengan demikian extra discount tersebut
termasuk dalam pengertian insentif. Berdasarkan fakta dan ketentuan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa extra discount tersebut merupakan penghargaan atas prestasi agen dalam
mencapai target tertentu. Extra discount diberikan dalam bentuk credit note (CN) yang tidak
terkait langsung atau tidak ada hubungan dengan penyerahan BKP pada invoice yang sama
pada masa yang sama sehingga merupakan insentif dan bukan sebagai pengurang DPP PPN,
Berdasarkan uraian di atas maka diusulkan untuk menolak permohonan banding dan tetap
mempertahankan koreksi DPP Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang PPN-nya
harus dipungut sendiri sebesar Rp 18.401.942.857,00;
bahwa berdasarkan penjelasan tertulis Nomor S-9730/PJ.07/2010 tanggal 19 November
2010, dalam persidangan Terbanding menegaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000 (selanjutnya ditulis Undang-Undang PPN)

1) Pasal 1 angka 17
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor,
Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

2) Pasal 1 angka 18
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

3) Pasal 1 angka 19
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

4) Pasal 13 ayat (1)


Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak Standar untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
atau huruf f dan setiap penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c.

5) Pasal 13 ayat (2)


Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pengusaha
Kena Pajak dapat membuat satu Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
yang sama selama sebulan takwim.

Penjelasan :

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk


meringankan beban administrasi, kepada Pengusaha Kena Pajak diperkenankan
untuk membuat satu Faktur Pajak yang meliputi semua penyerahan Barang Kena
Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama satu bulan takwim
kepada pembeli yang sama atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama, yang
disebut Faktur Pajak Gabungan.

6) Pasal 13 ayat (5)

Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang


Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat :
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut;
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. Nama, Jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Penjelasan :

Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu, Faktur Pajak harus
benar, baik secara formal maupun secara materiil. Faktur Pajak harus diisi secara
lengkap, jelas, dan benar dan ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya. Namun untuk pengisian
keterangan mengenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya diisi apabila
atas penyerahan Barang Kena Pajak terutang Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. Faktur penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai
dengan ketentuan dalam ayat ini disebut Faktur Pajak Standar.

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 tanggal


31 Oktober 2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara
Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

1) Pasal 1 angka 4

Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama 1
(satu) bulan takwim kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak yang sama.

2) Pasal 7 ayat (1)

Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, rusak salah dalam pengisian, atau salah
dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan
benar, Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut
dapat menerbitkan Faktur Pajak Standar Pengganti yang tata caranya diatur dalam
Lampiran VIII huruf A Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-395/PJ./2001 tanggal 13 Juni 2001


tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan menegaskan
bahwa penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi
dalam kegiatan tertentu. Tidak termasuk dalam pengertian hadiah dan penghargaan
yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah hadiah langsung dalam penjualan barang
atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa
diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat
pembelian barang atau jasa.

2. Data dan Fakta dalam Persidangan

a. Di dalam Kertas Kerja Pemeriksaan diketahui bahwa berdasarkan pemeriksaan


terhadap Faktur Pajak Gabungan, invoice, dan sales order terdapat extra discount
yang merupakan credit note yang tidak terkait langsung / tidak ada hubungan dengan
penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga Pemeriksa
berpendapat bahwa extra discount menurut Pemohon Banding dimaksud merupakan
insentif dan bukan sebagai pengurang DPP.

b. Menurut keterangan Pemohon Banding, pencantuman potongan harga dalam bentuk


credit note di dalam Faktur Pajak Gabungan ini dimaksudkan sebagai potongan harga
atas pencapaian pembelian dalam jumlah tertentu oleh distributor yang terkait dengan
pembelian masa-masa sebelumnya.

c. Dalam persidangan, Pemohon Banding menyatakan bahwa ketentuan formal


pembuatan Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2000 telah dipenuhi seluruhnya oleh Pemohon Banding, karena diskon dimaksud
sudah dicantumkan dalam kolom potongan harga pada Faktur Pajak.

3. Tanggapan Terbanding
Berdasarkan dasar hukum dan data serta fakta tersebut di atas, Terbanding menanggapi
sebagai berikut :

a. Berdasarkan Pasal 1 angka 17 dan 18 Undang-Undang PPN diatur bahwa salah satu
Dasar Pengenaan Pajak adalah harga jual. Adapun definisi harga jual untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Apabila diilustrasikan maka komponen pendukung dari harga jual untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak adalah sebagai berikut :

SETIAP PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

DASAR POTONGAN
PENGENAAN SEMUA BIAYA YG
HARGA
PAJAK NILAI DIMINTA ATAU
DALAM
= BERUPA + SEHARUSNYA - FAKTUR
HARGA JUAL UANG DIMINTA
PAJAK

b. Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) dan penjelasannya, diatur bahwa menyimpang dari
ketentuan pembuatan Faktur Pajak Standar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
untuk meringankan beban administrasi, kepada Pengusaha Kena Pajak diperkenankan
untuk membuat satu Faktur Pajak yang meliputi semua penyerahan Barang Kena
Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama satu bulan takwim
kepada pembeli yang sama atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama, yang dalam
hal ini disebut dengan Faktur Pajak Gabungan.

Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN beserta


penjelasannya, maka pada dasarnya Faktur Pajak Gabungan adalah akumulasi
penyerahan yang terjadi dalam satu bulan takwim kepada pembeli yang sama,
dengan ilustrasi sebagai berikut :
FAKTUR PAJAK GABUNGAN

SEMUA BIAYA YG POTONGAN


PENYERAHAN 1 NILAI DIMINTA ATAU HARGA
BERUPA SEHARUSNYA DALAM
= UANG + DIMINTA - FAKTUR
HARGA JUAL 1 PAJAK

SEMUA BIAYA YG POTONGAN


PENYERAHAN 2 NILAI DIMINTA ATAU HARGA
BERUPA SEHARUSNYA DALAM
= UANG + DIMINTA - FAKTUR
HARGA JUAL 2 PAJAK

SEMUA BIAYA YG POTONGAN


PENYERAHAN 3 NILAI DIMINTA ATAU HARGA
BERUPA SEHARUSNYA DALAM
= UANG + DIMINTA - FAKTUR
HARGA JUAL 3 PAJAK

JUMLAH SEMUA JUMLAH


DPP FAKTUR JUMLAH BIAYA YG POTONGAN
PAJAK NILAI DIMINTA ATAU HARGA DALAM
GABUNGAN = BERUPA + SEHARUSNYA - FAKTUR
UANG DIMINTA PAJAK

c. Bahwa dalam kasus ini, yang dilaporkan oleh Pemohon Banding dalam Faktur Pajak
Gabungan tidak seperti yang diilustrasikan dalam butir b di atas, karena terdapat
potongan harga yang dilaporkan dalam Faktur Pajak Gabungan masa A tetapi tidak
terkait dengan penyerahan masa A.

YANG DILAPORKAN PEMOHON BANDING

POTONGAN
PENYERAHAN 1 SEMUA BIAYA YG
NILAI HARGA
DIMINTA ATAU
= BERUPA + - DALAM
SEHARUSNYA
UANG FAKTUR
HARGA JUAL 1 DIMINTA
PAJAK

POTONGAN
PENYERAHAN 2 SEMUA BIAYA YG
NILAI HARGA
= + DIMINTA ATAU
BERUPA - DALAM
SEHARUSNYA
UANG FAKTUR
HARGA JUAL 2 DIMINTA
PAJAK

POTONGAN
HARGA
= + - DALAM
FAKTUR
PAJAK

+
JUMLAH
DPP FAKTUR JUMLAH SEMUA
JUMLAH POTONGAN
PAJAK BIAYA YG
NILAI HARGA
GABUNGAN = + DIMINTA ATAU -
BERUPA DALAM
SEHARUSNYA
UANG FAKTUR
DIMINTA
PAJAK
d. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN, pembuatan
Faktur Pajak Gabungan diperkenankan dalam rangka meringankan beban
administrasi Pengusaha Kena Pajak dengan persyaratan utama adalah penyerahan
dalam satu bulan takwim yang sama dan penyerahan kepada pembeli yang sama.
Dari penjelasan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN dan ilustrasi di atas,
Terbanding berpendapat bahwa Faktur Pajak Gabungan tidak dapat digunakan untuk
mengakomodir pelaporan potongan harga yang terkait penyerahan dalam masa yang
tidak sama dengan Masa Pajak Faktur Pajak Gabungan. Sehingga untuk sengketa ini
Terbanding tetap berpendapat bahwa potongan harga yang dilaporkan dalam Faktur
Pajak Gabungan yang tidak terkait dengan penyerahan dalam masa atau bulan
takwim yang sama tidak dapat diperhitungkan.

e. Bahwa dalam hal Pemohon Banding berpendapat bahwa extra discount tersebut
terkait dengan penyerahan masa pajak yang tidak sama, Pemohon Banding dapat
menempuh mekanisme dan tata cara yang sudah ada dalam ketentuan peraturan
perpajakan yang berlaku yaitu dengan melakukan penggantian Faktur Pajak yang
sudah terlanjur dibuat dan melakukan pembetulan SPT untuk Masa Pajak yang terkait
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 jo. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran,
Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar.

f. Selain alasan yuridis di atas, untuk sengketa ini Terbanding menambahkan bahwa
dalam proses pemeriksaan maupun dalam proses keberatan, Pemohon Banding belum
dapat menunjukkan perhitungan potongan harga yang diberikan terkait dengan
penjualan yang mana.

g. Bahwa dalam surat bandingnya, Pemohon Banding mencantumkan definisi insentif


yaitu penghargaan yang diberikan terhadap suatu subjek karena kinerja yang
melampaui suatu standar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini agen (distributor) ban
yang kinerjanya telah mencapai target yang ditetapkan akan diberikan penghargaan
berupa extra discount. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa extra discount
tersebut termasuk dalam pengertian insentif. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-395/PJ./2001 tanggal 13 Juni 2001
tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan, yang
menegaskan bahwa penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan
prestasi dalam kegiatan tertentu. Tidak termasuk dalam pengertian hadiah dan
penghargaan yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah hadiah langsung dalam
penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau
konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen
akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

Berdasarkan fakta dan ketentuan di atas maka dapat disimpulkan bahwa extra discount
tersebut merupakan penghargaan atas prestasi agen dalam mencapai target tertentu. Extra
discount diberikan dalam bentuk credit note (CN) yang tidak terkait langsung atau tidak ada
hubungan dengan penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga
merupakan insentif dan bukan sebagai pengurang DPP PPN.

Menurut Pemohon Banding :

Penjelasan mengenai Jenis dan cara perhitungan diskon, saat diberikan diskon, dan saat
pelaporan diskon di dalam Faktur Pajak Gabungan

Jenis dan cara perhitungan diskon

bahwa industri yang Pemohon Banding geluti ini merupakan industri yang di Indonesia
khususnya, persaingannya sangat ketat, karena terdapat beberapa produsen ban seperti
Goodyear, Gajah Tunggal, Dunlop, Megarubber, Multistrada, dan lain-lain disamping adanya
importir ban dalam berbagai merek seperti Pirelli, Michellin, BF Goodrich, dan sebagainya.
Persaingan untuk memperebutkan pasar tidak dapat dihindarkan, upaya untuk menarik
konsumen dilakukan dengan berbagai cara, antara lain iklan, promosi penjualan dan
pemberian diskon yang menarik dan kompetitif, harus dilakukan oleh perusahaan agar tetap
bertahan;

bahwa untuk pasar domestik Pemohon Banding memasarkan ban Pemohon Banding melalui
distributor-distributor yang menguasai pasar di tiap daerah pemasaran Pemohon Banding.
Sebagaimana yang lazim berlaku di dalam dunia bisnis, Pemohon Banding memberikan
diskon kepada distributor dengan tujuan meningkatkan penjualan ban dan secara tidak
langsung mempertahankan pasar;

bahwa seiring dengan makin berkembangnya dunia bisnis dan kerasnya kompetisi, maka
makin banyak pula cara atau variasi dalam memberikan diskon. Dalam hal ini, cara
pemberian diskon yang Pemohon Banding berikan kepada distributor bervariasi sesuai
dengan keadaan, di mana hal ini Pemohon Banding lakukan semata-mata untuk
mempertahankan pasar sekaligus meningkatkan daya saing produk Pemohon Banding di
pasaran;

bahwa berdasarkan kebijakan diskon Perusahaan yang telah ditetapkan, jenis dan cara
perhitungan diskon yang diberikan kepada distributor Pemohon Banding sebagai berikut:

1. Trade discount
bahwa Trade discount adalah diskon yang langsung diperhitungkan di dalam produk yang
dibeli oleh pihak distributor (diskon tersebut melekat dengan produk ban tersebut). Trade
discount ini khusus diperuntukan terutama bagi jenis-jenis produk ban yang persaingan
pasarnya dengan kompetitor sangat ketat. Jadi, Trade discount ini tidak berlaku secara umum
untuk setiap jenis produk ban yang dijual;

2. Early Bird discount


bahwa Early Bird discount adalah diskon yang diperhitungkan berdasarkan pencapaian target
pembelian bulanan oleh distributor. Besamya diskon yang diberikan adalah 2% dikalikan
dengan total pembelian dalam 1 bulan tersebut;

3. Volume discount
bahwa Volume discount adalah diskon yang diperhitungkan berdasarkan pencapaian target
pembelian oleh distributor selama jangka waktu 3 bulanan. Diskon tersebut diberikan pada
akhir bulan ketiga yang bersangkutan apabila telah terjadi pencapaian target oleh distributor.
Besarnya diskon yang diberikan adalah 1% dikalikan dengan total pembelian dalam 3 bulan
tersebut;

4. User discount
User discount adalah tambahan diskon yang diberikan kepada distributor karena:
 akan menjual produk perusahaan kepada end customer/user dalam jumlah besar dan atau;
 adanya kompetitor atas produk yang akan dijual dan/atau;
 adanya harapan kontinuitas pembelian oleh end customer.
bahwa besarnya user discount yang diberikan adalah persentase tertentu yang telah
disepakati berdasarkan survey atas permintaan end customer tersebut dikalikan dengan total
pembelian;

Saat pemberian diskon kepada distributor

bahwa pada masa (bulan) di mana distributor berhak mendapatkan diskon berdasarkan cara
perhitungan yang ada, maka Pemohon Banding memberikan diskon kepada distributor dan
mencantumkannya pada invoice komersial sejumlah diskon yang didapat. Sebagai contoh
dapat Pemohon Banding gambarkan sebagai berikut:

 Trade discount, diberikan langsung pada saat pembelian oleh distributor dan
dicantumkan sebagai pengurang harga jual dalam invoice komersial
 Early Bird discount (diskon bulanan), diberikan pada saat akhir bulan tercapainya target
pembelian bulanan oleh distributor dan dicantumkan sebagai extra discount dalam
invoice komersial.
 Volume discount (diskon 3 bulanan), diberikan pada saat akhir bulan ketiga yang
bersangkutan apabila mencapai target pembelian 3 bulanan dan dicantumkan sebagai
extra discount dalam invoice komersial.
 User discount, diberikan apabila telah terdapat bukti penjualan kepada end customer dan
diberikan pada pembelian berikutnya oleh distributor yang bersangkutan dengan
mencantumkan extra discount pada invoice komersial.

bahwa pencantuman extra discount di dalam invoice komersial di bulan di mana distributor
berhak mendapatkan diskon merupakan cara komersial perusahaan yang tujuannya adalah
sebagai sarana administrasi agar distributor yang bersangkutan mengetahui besaran
(perhitungan) diskon yang didapat berdasarkan kebijakan diskon perusahaan dan juga untuk
membantu pengawasan Pemohon Banding atas perhitungan dan pemberian diskon kepada
distributor;

Pencantuman diskon dalam Faktur Pajak Gabungan

bahwa dalam satu bulan takwim, seluruh invoice komersial yang berisi penyerahan-
penyerahan BKP selama satu bulan takwim beserta dengan extra discount yang dicantumkan
dalam invoice komersial tersebut dilaporkan di dalam Faktur Pajak Gabungan sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN. Extra discount selama satu bulan
takwim tersebut dilaporkan dalam Faktur Pajak Gabungan sebagai Potongan Harga;

bahwa pencantuman extra discount tersebut sebagai potongan harga di dalam Faktur Pajak
Gabungan telah sesuai dengan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang PPN di mana rnenyebutkan
bahwa Harga Jual atas penyerahan BKP yang terkait merupakan semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak;

Bunyi Pasal 1 angka 18 Undang-Undang PPN adalah sebagai berikut:


"Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.";

Atasan ketidaksetujuan Pemohon Banding atas koreksi Pemeriksa atas extra discount

bahwa berdasarkan penjelasan di atas, Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat
Terbanding dengan alasan sebagai berikut:

Tata cara pemberian diskon yang Pemohon Banding lakukan tidak melanggar ketentuan
Undang-Undang dan kelaziman usaha

bahwa Pemeriksa telah mencampuradukan antara bagaimana cara menghitung diskon dengan
pada saat kapan diskon tersebut diberikan. Kedua hal tersebut harus dilihat dari sudut
pandang yang terpisah;
bahwa seperti telah Pemohon Banding jelaskan di atas mengenai jenis diskon, cara
menghitung diskon adalah bagaimana suatu diskon tersebut dihitung berdasarkan kebijakan
perusahaan yang telah ditetapkan yaitu apabila distributor tersebut telah dapat membuktikan
kemampuan membeli produk sesuai target yang ditetapkan;

bahwa sedangkan, pada saat kapan diberikannya diskon tersebut adalah di masa/bulan di
mana distributor telah berhak untuk diberikan diskon, yaitu pada saat pencapaian target
pembelian terealisasi. Pada saat itu, Pemohon Banding mencantumkan extra discount pada
invoice komersial Pemohon Banding kepada distributor;

bahwa cara perhitungan dan pemberian diskon yang diberikan dengan menggunakan dasar
pencapaian target pembelian yang telah ditetapkan perusahaan sebagaimana telah dijelaskan
di atas tidak melanggar ketentuan undang-undang maupun kelaziman usaha;

Diskon yang Pemohon Banding berikan dilaporkan sebapai potongan harga dalam Faktur
Pajak Gabungan

bahwa sehubungan dengan penjelasan Pemohon Banding, pada saat pemberian diskon di
mana distributor telah berhak mendapatkannya, Pemohon Banding terbitkan invoice
komersial dengan mencantumkan extra discount. Selanjutnya extra discount tersebut
Pemohon Banding cantumkan sebagai Potongan Harga yang tercantum dalam Faktur Pajak
Gabungan;

bahwa Undang-Undang PPN mengakui diskon sebagai potongan harga sepanjang


dicantumkan di dalam Faktur Pajak (Pasal 1 angka 18 Undang-Undang PPN). Dengan
demikian, pencantuman potongan harga dalam Faktur Pajak Gabungan yang Pemohon
Banding lakukan sudah benar;

Diskon yang Pemohon Banding berikan bukan merupakan revisi/adjustment atas penyerahan
ataupun insentif

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, Pemohon Banding tidak


sependapat dengan Terbanding yang menganggap diskon yang Pemohon Banding berikan
merupakan revisi/adjustment atas penyerahan bulan sebelumnya sehubungan dengan
tercapainya target pembelian dan merupakan insentif bagi distributor sehingga diskon
tersebut bukan merupakan pengurang DPP PPN;

bahwa sesuai dengan pengertian dan peristilahan perdagangan, diskon adalah pengurang
harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli. Diskon tersebut merupakan pengurang
nilai penjualan kotor untuk memperoleh nilai penjualan bersih bagi penjual atau harga pokok
penjualan bagi pembeli. Sedangkan insentif adalah penghargaan yang diberikan terhadap
suatu subjek karena kinerja yang melampaui suatu standar yang telah ditetapkan;

bahwa perlu Pemohon Banding sampaikan bahwa transaksi antara Pemohon Banding dengan
distributor adalah transaksi jual-beli putus. Dalam transaksi jual-beli putus tersebut agar
mendorong distributor membeli produk Perusahaan Pemohon Banding dalam jumlah besar,
maka Perusahaan Pemohon Banding memberikan diskon kepada distributor;

bahwa sedangkan insentif atau penghargaan atas kinerja yang melampaui suatu standar,
umumnya diberikan kepada pihak perantara penjualan yang membantu penjualan suatu
perusahaan ke pembelinya. Perusahaan Pemohon Banding tidak menggunakan pihak
perantara dalam menjual produk Pemohon Banding, transaksi yang terjadi antara Pemohon
Banding dengan distributor merupakan jual-beli putus dan tidak menyangkut kinerja
distributor tersebut dalam menjual produk yang dibelinya dari perusahaan Pemohon
Banding. Diskon yang Pemohon Banding berikan ke distributor berdasarkan pembelian yang
dilakukan oleh distributor dan bukan karena prestasinya dalam menjual produk ke customer
mereka;

bahwa selanjutnya angka 7 huruf a dan b Surat DJP Nomor S-1102/PJ.313/2005 tanggal 29
Desember 2005 mengenai Permohonan Penjelasan pada intinya secara tegas menyebutkan
bahwa:
a. Sepanjang hubungan antara Perusahaan Pemohon Banding dengan distributor merupakan
hubungan dagang jual-beli dan bukan hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja
atau pengguna jasa dan pemberi jasa, maka pemberian diskon kepada distributor sifatnya
bukan merupakan hadiah atau penghargaan sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
lainnya melainkan merupakan pengurang harga jual.
b. Diskon yang diperkenankan untuk dikurangkan dari harga jual adalah diskon yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak. Apabila atas diskon tersebut tidak dicantumkan dalam
Faktur Pajak sebagai pengurang harga jual, maka DPP-nya adalah harga jual tersebut.

bahwa dan penjelasan Pemohon Banding di atas, sangatlah tidak tepat apabila diskon yang
Pemohon Banding berikan tersebut merupakan penghargaan atas prestasi ataupun insentif
bagi distributor karena pada dasarnya transaksi yang Pemohon Banding lakukan dengan
distributor merupakan transaksi perdagangan jual-beli dan bersifat jual-beli putus;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menanggapi penjelasan tertulis Terbanding


Nomor S-9730/PJ.07/2010 tanggal 19 November 2010 dengan surat Nomor :
7354R/009/2011 tanggal 10 Januari 2011 sebagai berikut :

bahwa dalam penjelasan tertulis Terbanding tersebut, pada intinya Terbanding berpendapat
sebagaimana dikemukakan pada halaman 7 angka 3 huruf d dan e penjelasan tertulis
tersebut, bahwa Faktur Pajak Gabungan tidak dapat digunakan untuk mengakomodir
pelaporan potongan harga (diskon) yang terkait penyerahan dalam masa yang tidak sama
dengan masa pajak Faktur Pajak Gabungan;

bahwa selanjutnya, Terbanding juga berpendapat bahwa dalam hal Pemohon Banding
berpendapat bahwa extra discount tersebut terkait dengan penyerahan masa pajak yang tidak
sama, Pemohon Banding dapat menempuh mekanisme dan tata cara yang berlaku yaitu
dengan melakukan penggantian Faktur Pajak yang sudah terlanjur dibuat dan melakukan
pembetulan SPT Masa PPN untuk masa pajak yang terkait sebagaimana diatur dalam Pasal 8
ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2000 jo. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 tentang Saat
Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan
Faktur Pajak Standar;

bahwa pada halaman 8 angka 3 huruf d dan g penjelasan tertulis Terbanding, pada intinya
Terbanding berpendapat bahwa extra discount tersebut termasuk dalam pengertian insentif.
Hal ini menurut Terbanding sejalan dengan ketentuan dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pajak nomor KEP-395/PJ./2001 tanggal 13 Juni 2001 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan
atas Hadiah dan Penghargaan, yang menegaskan bahwa penghargaan adalah imbalan yang
diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan tertentu. Tidak termasuk dalam
pengertian hadiah dan penghargaan yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah hadiah
langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau
konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir
pada saat pemberian barang atau jasa. Dengan demikian menurut Terbanding berdasarkan
fakta dan ketentuan di atas maka dapat disimpulkan bahwa extra discount tersebut
merupakan penghargaan atas prestasi agen dalam mencapai target tertentu. Selanjutnya
menurut Terbanding Extra discount yang tidak terkait langsung atau tidak ada hubungan
dengan penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga merupakan
insentif dan bukan sebagai pengurang DPP PPN;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding tersebut di atas. Pada
dasarnya pendapat Pemohon Banding adalah sama sebagaimana yang telah Pemohon
Banding sampaikan dalam surat permohonan banding Pemohon Banding dan surat
tanggapan Pemohon Banding atas Surat Uraian Banding Terbanding. Adapun inti dari
penjelasan Pemohon Banding tersebut adalah bahwa jumlah pembelian masa yang lalu
adalah merupakan indikator apakah distributor/agen tersebut berhak mendapatkan diskon
pada pembelian yang (akan) dilakukan kemudian. Diskon tersebut dicantumkan pada
pembelian berikutnya sebagai potongan harga dalam Faktur Pajak Gabungan pada masa
pajak di mana diskon tersebut diketahui dan diberikan. Hal ini telah sesuai dengan surat DJP
Nomor S-2506/PJ.52/1997 tanggal 1 September 1997 dan Nomor S-107/PJ.54/1998 tanggal
12 Januari 1998 yang secara garis besar menjelaskan bahwa potongan harga yang
diperkenankan untuk dikurangkan dari harga jual adalah potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak;

bahwa pendapat Terbanding yang menyatakan bahwa perusahaan Pemohon Banding dapat
melakukan penggantian Faktur Pajak yang sudah terlanjur dibuat dan melakukan pembetulan
SPT Masa PPN untuk masa pajak yang terkait tidaklah dapat Pemohon Banding terima
karena diskon yang akan diberikan baru diketahui setelah syarat-syarat untuk dapat
diberikannya diskon telah dipenuhi oleh distributor/agen Pemohon Banding. Menurut
Pemohon Banding, tata cara atau variasi pemberian diskon yang Pemohon Banding lakukan
dan pelaporan diskon dalam Faktur Pajak yang Pemohon Banding terbitkan tidaklah
bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Tidak ada ketentuan perpajakan
yang Pemohon Banding langgar, sepanjang diskon yang Pemohon Banding berikan
dilaporkan dalam Faktur Pajak sebagai pengurang harga jual;

bahwa Pasal 7 ayat 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 mengenai
Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara
Pembetulan Faktur Pajak Standar, pada dasarnya mengatur penggantian Faktur Pajak hanya
dapat dilakukan atas Faktur Pajak cacat, rusak, atau salah dalam pengisian atau penulisan.
Sementara itu, Faktur Pajak Gabungan yang Pemohon Banding terbitkan tidaklah termasuk
dalam kriteria sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 ayat 1 PER-159/PJ./2006 tersebut,
karena Faktur Pajak Pemohon Banding tidak cacat, tidak rusak ataupun tidak salah dalam
pengisian atau penulisan;

bahwa Pemohon Banding juga tidak setuju dengan pendapat Terbading yang menyatakan
bahwa extra discount yang Pemohon Banding berikan termasuk dalam pengertian insentif
dan bukan sebagai pengurang DPP PPN. Perlu Pemohon Banding jelasakan bahwa
diskon/extra discount yang Pemohon Banding berikan bukan merupakan insentif kepada
distributor. Transaksi antara Pemohon Banding dengan Distributor adalah transaksi jual beli
putus. Dalam transaksi jual beli putus tersebut, agar mendorong distributor membeli produk
perusahaan dalam jumlah besar, maka perusahaan memberikan diskon kepada distributor.
Sedangkan insentif atau penghargaan atas kinerja yang melampaui suatu standar, umumnya
diberikan kepada pihak perantara penjualan yang membantu penjualan suatu perusahaan
kepada pembelinya. Perusahaan Pemohon Banding tidak menggunakan perantara dalam
menjual produk, transaksi yang terjadi antara Pemohon Banding dengan distributor
merupakan jual beli putus dan tidak menyangkut kinerja distributor dalam menjual produk
yang dibelinya dari perusahaan. Diskon/Extra discount yang diberikan ke distributor
berdasarkan pembelian yang dilakukan oleh distributor dan bukan karena prestasinya dalam
menjual produk ke customer mereka;

bahwa menurut Pemohon Banding bahwa sesuai angka 7 huruf a dan b Surat Direktur
Jenderal Pajak Nomor-1102/PJ.313/2005 tanggal 25 Desember 2005 mengenai permohonan
penjelasan pada intinya secara tegas menyebutkan bahwa:
a. Sepanjang hubungan antara perusahaan Pemohon Banding dengan distributor merupakan
hubungan dagang jual beli putus dan bukan hubungan kerja antara pemberi kerja dan
pekerja atau penguna jasa dan pemberi jasa, maka pemberian diskon kepada distributor
sifatnya bukan merupakan hadiah atau penghargaan sehubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan lainnya melainkan merupakan pengurang harga jual.
b. Diskon yang diperkenankan untuk dikurangkan dari harga jual adalah diskon yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak sebagai pengurang harga jual, maka DPP-nya adalah
harga jual tersebut.

bahwa dari penjelasan di atas, sangatlah tidak tepat apabila diskon/extra discount yang
diberikan tersebut merupakan penghargaan atas prestasi ataupun instentif bagi distributor
karena pada dasarnya transaksi yang dilakukan dengan distributor merupakan transaksi
perdagangan jual beli dan bersifat jual beli putus;

Pendapat Majelis :

bahwa berdasarkan pemeriksaan terhadap berkas banding, diketahui Majelis bahwa koreksi
positif atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai (DPP PPN) sebesar Rp
18.401.942.857,00 karena menurut Terbanding jumlah tersebut adalah penyerahan Barang
Kena Pajak yang dipungut PPN yang belum dilaporkan oleh Pemohon Banding, sedangkan
menurut Pemohon Banding jumlah tersebut merupakan pemberian diskon sebagai pengurang
DPP PPN;

bahwa Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai (DPP PPN) yang harus dipungut
sendiri menurut Terbanding adalah sebesar Rp 297.983.773.197,00 sedangkan menurut
Pemohon Banding adalah sebesar Rp 279.581.830.340,00 sehingga selisih sebesar Rp
18.401.942.857,00;

bahwa berdasarkan bukti-bukti dan keterangan dalam persidangan, diketahui bahwa


pemberian diskon oleh Pemohon Banding dapat dikelompokkan menjadi trade discount dan
non trade discount (Early Bird Discount, Volume Discount, dan User Discount) sebagai
extra discount. Trade discount diakui oleh Pemohon Banding sebagai diskon yang terkait
langsung dengan penjualan pada masa yang sama dengan saat pemberian diskon. Diskon ini
dicantumkan di Faktur Pajak sebagai pengurang Harga Jual dalam kolom potongan harga
dan dasar perhitungannya adalah penjualan pada masa yang sama dengan masa pemberian
diskon dan dicatat di invoice komersial positif. Sedangkan jenis diskon non trade discount
mengurangi Dasar Pengenaan Pajak di Faktur Pajak sebagai potongan harga dan dasar
perhitungannya adalah pencapaian penjualan pada masa sebelumnya sebagai syarat
diperolehnya diskon tersebut sebagaimana yang telah ditentukan oleh Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan penegasan Pemohon Banding dalam persidangan diketahui bahwa untuk
memudahkan administrasi pencatatan dan kepentingan pengawasan dalam pemberian diskon,
Pemohon Banding menerbitkan 2 (dua) faktur komersial yang terpisah dalam suatu transaksi
penjualan ban. Invoice Komersial Positif untuk penjualan ban dan Invoice Komersial Negatif
untuk pemberian diskon (non trade discount). Trade discount dicatat di Invoice Komersial
Positif sebagai pengurang harga jual penjualan ban pada masa yang sama dengan penyerahan
ban. Sedangkan pemberian non trade discount dicatat di Invoice Komersial Negatif
dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap berbagai diskon yang diberikan dan
sekaligus merupakan pemberitahuan kepada distributor tentang diskon yang diberikan oleh
perusahaan kepada mereka. Namun khusus untuk trade discount, diskon tersebut langsung
dicantumkan dalam Invoice Komersial Positif sebagai pengurang. Kemudian kedua Invoice
tersebut digabungkan dalam 1 (satu) bulan dan dimasukkan ke dalam 1 (satu) Faktur Pajak
Gabungan di kolom/baris potongan harga sebagai pengurang Dasar Pengenaan Pajak;

bahwa menurut Terbanding dalam persidangan menegaskan bahwa extra discount sebesar Rp
18.401.942.857,00 tersebut tidak dapat menggunakan Faktur Pajak Gabungan untuk
melaporkan potongan harga yang terkait dengan penyerahan yang tidak sama dengan masa
Faktur Pajak Gabungan sebagaimana di atur dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding dan keterangan Pemohon
Banding dalam persidangan, diketahui bahwa diskon sebesar Rp
18.401.942.857,00 yang diberikan kepada customer/distributor merupakan non trade
discount yang syaratnya terkait dengan pencapaian pembelian pada bulan-bulan sebelumnya
sesuai dengan kebijakan diskon yang Pemohon Banding berikan kepada distributor;
bahwa teknis perhitungan non trade discount tersebut adalah berdasarkan pada pencapaian
pembelian pada jumlah tertentu di bulan-bulan sebelumnya sesuai kebijakan Pemohon
Banding, sehingga saat pencatatan penjualan yang diberi diskon tidak mungkin dapat
bersamaan dengan saat pemberian diskon;

bahwa Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 menyebutkan : Menyimpang dari ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pengusaha Kena Pajak dapat membuat satu Faktur
Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama sebulan takwim.

Penjelasan :

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk meringankan
beban administrasi, kepada Pengusaha Kena Pajak diperkenankan untuk membuat satu
Faktur Pajak yang meliputi semua penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang terjadi selama satu bulan takwim kepada pembeli yang sama atau penerima
Jasa Kena Pajak yang sama, yang disebut Faktur Pajak Gabungan.

bahwa ketentuan di atas mengenai Faktur Pajak Gabungan pada intinya memberikan
kemudahan administratif kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan lawan
transaksi yang sama berulang kali pada masa yang sama, dan hal ini telah dipenuhi oleh
Pemohon Banding yang melaporkan penyerahan selama satu bulan takwim kepada pembeli
yang sama, namun tidak diatur mengenai syarat pencantuman potongan harga harus terkait
dengan penyerahan pada masa yang sama;

bahwa Terbanding dalam persidangan menegaskan bahwa extra discount tersebut merupakan
penghargaan atas prestasi agen dalam mencapai target tertentu. Extra discount diberikan
dalam bentuk credit note (CN) yang tidak terkait langsung atau tidak ada hubungan dengan
penyerahan BKP pada invoice yang sama pada masa yang sama sehingga merupakan insentif
dan bukan sebagai pengurang DPP PPN.

bahwa menurut Pemohon Banding dalam persidangan bahwa penjualan kepada distributor
merupakan transaksi jual-beli putus dan diskon yang Pemohon Banding berikan kepada
distributor secara substansi merupakan potongan harga atas pembelian yang dilakukan oleh
distributor sebagaimana yang telah dijelaskan Pemohon Banding dalam surat Permohonan
Bandingnya. Tidak ada komisi yang diberikan kepada distributor tersebut. Menurut Pemohon
Banding, komisi secara substansi adalah imbalan yang diberikan kepada pihak tertentu yang
telah membantu penjualan produk perusahaan ke pihak lain. Sebagaimana telah Pemohon
Banding jelaskan, penjualan Pemohon Banding ke distributor merupakan transaksi jual-beli
putus dan tidak terkait prestasi distributor untuk penjualan distributor tersebut ke pihak lain;

bahwa Majelis berpendapat bahwa insentif yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada
distributor yang berprestasi adalah merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis, sedangkan
jenis insentif yang diberikan adalah merupakan kebijaksanaan bisnis perusahaan yang tidak
dapat diintervensi oleh pihak manapun dan dalam sengketa banding ini insentif yang
diberikan oleh Pemohon Banding adalah berupa diskon/potongan harga yang telah
memenuhi ketentuan perpajakan dapat mengurangi harga jual;

bahwa Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
menyebutkan : Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor,
Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang;

bahwa Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
menyebutkan Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak;

bahwa Pasal 1 angka 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 159/PJ./2006 tanggal
31 Oktober 2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara
Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat
keterangan tentang :
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak;
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima
Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. Nama, Jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;

bahwa dengan memperhatikan kegiatan usaha Pemohon Banding sebagai industri ban yang
memberikan potongan harga berdasarkan jumlah transaksi yang terjadi dalam bulan-bulan
sebelumnya tersebut serta ketentuan tentang saat pembuatan Faktur Pajak sebagaimana
tersebut diatas dalam hal ini Majelis berkesimpulan bahwa Faktur Pajak yang dibuat oleh
Pemohon Banding pada akhir bulan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku;

bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan bahwa pemberian potongan harga yang
diperhitungkan pada bulan berikutnya setelah penyerahan yang menjadi dasar perhitungan
diskon oleh Pemohon Banding adalah hanya merupakan tehnis penghitungan, dan potongan
harga atas penjualan bulan sebelumnya yang memenuhi syarat, sifatnya sama dengan
potongan harga yang diberikan bersamaan dengan pada saat transaksi;

bahwa karenanya dalam hal ini Majelis berpendapat bahwa potongan harga yang diberikan
Pemohon Banding pada masa A atas penjualan sebelum masa A (sebagaimana ilustrasi di
atas) adalah sesuai dengan kebijakan Pemohon Banding yang telah ditentukan sebelumnya
dan mekanisme pemberian diskon ini telah dilakukan oleh Pemohon Banding secara
konsisten, pemberian diskon/potongan harga seperti yang dilakukan Pemohon Banding
sudah merupakan kebiasaan umum dalam dunia perdagangan termasuk industri ban,
sehingga koreksi atas potongan harga tersebut tidak dapat dipertahankan;

bahwa berdasarkan uraian dan keterangan tersebut di atas Majelis berkesimpulan bahwa atas
koreksi positif DPP PPN atas penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri berupa
koreksi positif atas Potongan Harga sebesar Rp. 18.401.942.857,00 tidak dapat
dipertahankan;

Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai
Tarif Pajak;

Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai
Kredit Pajak;

Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai
sanksi administrasi kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian
sengketa lainnya;

Menimbang, bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan


untuk mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding, sehingga Dasar
Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai untuk Masa Pajak Juli 2008 dihitung kembali sebagai
berikut :

DPP PPN atas penyerahan yang PPN-nya harus

dipungut sendiri menurut keputusan Terbanding Rp 297.983.773.197,00


Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 18.401.942.857,00

DPP PPN atas penyerahan yang PPN-nya harus

dipungut sendiri menurut Majelis Rp 279.581.830.340,00

Memperhatikan Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, hasil pemeriksaan
dan pembuktian dalam persidangan serta kesimpulan Majelis tersebut di atas;
Mengingat, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan
dengan perkara ini;

MENGADILI

Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap keputusan


Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-485/WPJ.19/BD.05/2009 tanggal 15 Desember 2009
tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa Masa Pajak Juli 2008 Nomor: 00078/407/08/092/08 tanggal 3 Desember 2008
dengan perhitungan menjadi sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak


- Ekspor Rp 128.482.998.947,00
- Penyerahan yang PPN harus dipungut Rp 279.581.830.340,00
- Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Rp 0,00
- Dikurangi : Retur Penjualan Rp 0,00
Jumlah seluruh penyerahan Rp 408.064.829.287,00
Penghitungan PPN kurang bayar
- Pajak Keluaran yang dipungut sendiri Rp 27.958.183.034,00
- Dikurangi : retur penjualan Rp 0,00
- Dikurangi : PPN disetor dimuka Rp 0,00
Jumlah Pajak Keluaran yang dipungut sendiri Rp 27.958.183.034,00
Pajak yang dapat diperhitungkan
- PPN yang disetor dimuka dlm masa
pajak yg sama Rp 0,00
- Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Rp 58.017.049.163,00
- Dibayar dengan NPWP sendiri Rp 0,00
- Kompensasi dari masa sebelumnya Rp 0,00
Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan (Rp 58.017.049.163,00)
Jumlah perhitungan PPN kurang / (lebih) bayar (Rp 30.058.866.129,00)

You might also like