You are on page 1of 7

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT

KEBUDAYAAN JERMAN DI JAKARTA

CLARA ALVERINE
Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No 27
Kemanggisan / Palmerah
Jakarta Barat 11530, +6221 534 5830 / +6221 530 0244, claraalverine@gmail.com
Anak Agung Ayu Wulandari, S.Sn., M.A. dan Sri Rachmayanti, S.Sn., M.Des.

ABSTRACT

In this Globalization Era, showing up any collaboration between county, one of them is in culture
segment. Indonesia and German have a strong relationship. German Cultural Centre established at
Jakarta to facilitating German’s culture, information center, language learning center, culture and
art development. The method used is collecting data with observation, interview, study literature
about related topic and continue with making the analysis about design program and concept. Design
concept adapted with analysis data design and characteristic of German Cultural Centre. Whereas
for space needed fit with activity that occurs. The result of this design is made the German Cultural
Centre with its facilities meet the space needed combine between characteristic of German as cultural
centre and Indonesia as a place of establishment of cultural centre where both of them acculturated.
Concept design is not only based on aesthetic but also the value of function and environment.(CA)

Keywords : Cultural centre, German, culture, education, acculturation.

ABSTRAK

Dalam era globalisasi, muncul berbagai kerjasama antarnegara yang salah satunya dalam bidang
kebudayaan. Indonesia dan Jerman sendiri memiliki hubungan yang sangat erat. Berdirinya Pusat
Kebudayaan Jerman di Jakarta memfasilitasi pengenalan budaya Jerman, pusat informasi,
penyediaan kursus bahasa dan pengembangan budaya serta seni. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan, wawancara, studi literatur
dengan topik terkait yang dianalisis dan dilanjutkan dengan pembuatan program perancangan dan
konsep desain. Konsep desain disesuaikan dengan analisa data perancangan dan karakteristik Pusat
Kebudayaan Jerman. Sedangkan kebutuhan ruang yang disediakan disesuaikan dengan aktivitas yang
terjadi di dalamnya. Hasil dari perancangan ini adalah membuat perancangan Pusat Kebudayaan
Jerman dengan fasilitas yang memenuhi kebutuhan ruang di mana menggabungkan karakteristik
Jerman sebagai pusat kebudayaan dan Indonesia sebagai tempat berdirinya pusat kebudayaan
tersebut di mana keduanya saling berakulturasi. Perancangan bukan hanya berdasarkan segi
estetika, namun memperhatikan nilai dari fungsi dan lingkungan.(CA)

Kata kunci : pusat kebudayaan, Jerman, budaya, pendidikan, akulturasi.

PENDAHULUAN

Sejak jaman dahulu, Negara Jerman dengan Indonesia memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
Pada abad ke-16 pedagang Jerman menumpang kapal Belanda dan Portugis mendatangi wilayah
Indonesia. Mereka datang baik sebagai pegawai administrasi di bawah Koloni Belanda sebagai
insinyur, tenaga teknis, peneliti maupun ilmuwan. Sejak pertengahan abad ke–19, industri Jerman
memasuki Indonesia dan sejak tahun 1945 para pengusaha Jerman dan tenaga ahli bekerja sama
membangun di bidang pendidikan dan penelitian serta adanya pertukaran pelajar. Itulah permulaan
hubungan antara Jerman dan Indonesia.
Adanya hubungan yang erat ini, membuat munculnya kebudayaan yang berakulturasi satu sama lain.
Kebudayaan ini pun menjadi sebuah rangkaian informasi dan sisi edukasi serta mempengaruhi gaya
hidup masyarakat pada eranya. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa Jerman memiliki pengaruh kepada
Indonesia dalam bidang seni dan sastra. Seni dan sastra Jerman menjadi salah satu sumber literatur
bagi bangsa Indonesia. Banyak pengetahuan yang berasal dari ilmuwan Jerman yang mempengaruhi
pendidikan di Indonesia.
Menoleh sejarah budaya, terdapat sosok Raden Saleh, maestro lukis asal Indonesia yang pernah
tinggal 20 tahun di Jerman pada abad ke-19. Raden Saleh merupakan seorang pelukis ternama yang
membawa seni modern masuk ke Indonesia dengan gaya romantisme yang saat itu popular di
kalangan Eropa. Raden Saleh menjadi sosok yang menghubungkan kesenian Jerman dan Indonesia.
Selain itu terdapat tokoh Jerman yang menghiasi kebudayaan antara Jerman dan Indonesia yaitu
Walter Spies. Walter Spies merupakan seorang pelukis, pianis, konduktor, etnolog, sejarahwan,
kolektor dari Jerman yang mendalami kebudayaan Bali.
Sejak Desember 2011 Jerman dan Indonesia mengadakan pertemuan bilateral untuk meningkatkan
kerjasama dalam lima bidang yaitu bidang investasi dan perdagangan, bidang kesehatan, bidang
pendidikan, bidang riset teknologi dan inovasi, dan bidang industri pertahanan. Hubungan Jerman dan
Indonesia sangat terlihat utamanya dalam bidang pendidikan di mana banyak pelajar Indonesia yang
melanjutkan pendidikan di sana.
Tingginya angka pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Jerman, membuat minat
masyarakat Indonesia untuk mempelajari Bahasa Jerman serta untuk lebih mengenal kebudayaan
Jerman cukup tinggi. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan yang signifikan yakni kenaikan lebih dari
seratus persen jumlah pelajar Indonesia di Jerman, dari 1.500 orang pelajar menjadi 4.000 orang
pelajar. Hal ini menunjukan tingginya minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di
Jerman. Apalagi biaya pendidikan secara gratis disertai berbagai beasiswa dan biaya hidup yang relatif
lebih rendah di bandingkan Negara lain di Eropa memungkinkan pelajar Indonesia untuk menuntut
ilmu dengan taraf internasional di Jerman.
Namun untuk melanjutkan sekolah di Jerman tentunya pelajar Indonesia harus dibekali kemampuan
berbahasa Jerman yang baik dan lulus ujian untuk mendapatkan sertifikat B2. Diperlukan juga
lembaga yang memfasilitasi penerterjemahan dokumen untuk kepentingan sekolah. Namun hanya
sedikit lembaga yang memfasilitasi keperluan tersebut dan kerap kali penduduk Indonesia tidak
memperoleh pengetahuan yang terperinci dan jelas mengenai kehidupan dan pendidikan di Jerman.
Dari itu semua penulis memilih untuk merancang German Cultural Centre sebagai pusat kebudayaan
Jerman di Indonesia yang memfasilitasi pelajar Indonesia untuk mempelajari Bahasa Jerman,
mempelajari kebudayaan Jerman, mengumpulkan studi literatur dan sastra. Selain itu dapat sebagai
wadah untuk berekspresi dan membina program edukasi dalam bentuk kursus, training, workshop,
konseling, konferensi dan sebagainya. Selain itu sebagai pusat informasi dan perpustakaan melalui
penyediaan media cetak dan audiovisual terbaru berbahasa Jerman dan terjemahannya, seperti melalui
buku, koran, majalah, film fiksi dan dokumentasi.
Pusat Kebudayaan Jerman ini dirancang secara inovatif dan fungsional sesuai dengan target
pengunjungnya yang kebanyakan merupakan kaum pelajar sehingga harus tercipta suasana yang
nyaman dan tidak membosankan. Dibutuhkan suasana yang kondusif namun tidak monoton seperti
sekolahan pada umumnya. Diperlukan image ruang yang menarik namun memiliki jiwa dan fungsi
sehingga memiliki daya tarik masyarakat untuk berkunjung, berkumpul dan saling berbagi ilmu.

Perumusan Masalah
• Bagaimana merancang sebuah interior Pusat Kebudayaan Jerman yang dapat memperkenalkan
kebudayaan Jerman kepada masyarakat umum sekaligus sebagai menjadi tempat untuk
berkumpul?
• Bagaimana merancang sebuah interior Pusat Kebudayaan Jerman secara inovatif dan fungsional
baik dari segi tata letak, pembagian ruang, pemenuhan kebutuhan ruang terkait penyediaan
fasilitas yang memadai untuk setiap kegiatan di dalamnya?
• Bagaimana merancang interior Pusat Kebudayaan Jerman sebagai tempat penyedia informasi dan
studi literatur yang berkaitan dengan hubungan Jerman – Indonesia?
• Bagaimana merancang interior Pusat Kebudayaan Jerman dengan adanya fasilitas auditorium
untuk melakukan pergelaran seni dan acara kebudayaan yang baik dalam segi estetika, fungsi, dan
tata suara?

Tujuan Penelitian
• Merancang sebuah interior Pusat Kebudayaan Jerman yang dapat memperkenalkan kebudayaan
Jerman kepada masyarakat umum sekaligus menjadi tempat untuk berkumpul.
• Merancang sebuah interior Pusat Kebudayaan Jerman secara inovatif dan fungsional baik dari
segi tata letak, pembagian ruang, pemenuhan kebutuhan ruang terkait penyediaan fasilitas yang
memadai untuk setiap kegiatan di dalamnya.
• Merancang interior Pusat Kebudayaan Jerman sebagai tempat penyedia informasi dan studi
literatur yang berkaitan dengan hubungan Jerman - Indonesia.
• Merancang interior Pusat Kebudayaan Jerman dengan adanya fasilitas auditorium untuk
melakukan pergelaran seni dan acara kebudayaan yang baik dalam segi estetika, fungsi, dan tata
suara.

METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan dalam penelitian yakni melakukan pengumpulan data survei ke Goethe
Institut Jakarta, Erasmus Huis dan Japan Foundation. Sementara itu melakukan studi literatur
terhadap Heydar Aliyev Cultural Center. Survei lapangan meliputi pengambilan data, wawancara
pihak terkait, melakukan pengamatan terhadap fasilitas serta aktivitas sekitar dan pengambilan
gambar. Survei tersebut kemudian dibandingkan dan dianalisa untuk mengetahui cara kerja, sistem
dan penyediaan fasilitas yang terbaik bagi pusat kebudayaan. Selain itu penulis juga mengumpulkan
data penelitian dengan membaca dan menganalisa literatur, jurnal, buku, paper dan berbagai hal yang
berkaitan dengan perancangan.

Goethe Institute Jakarta


Sumber : Clara Alverine, 2015

Erasmus Huis
Sumber : Clara Alverine, 2015
Japan Foundation
Sumber : Clara Alverine, 2015

Heydar Aliyev Cultural Center


Sumber : www.google.com

HASIL DAN BAHASAN

Penulis menggunakan metode berpikir mind mapping untuk memperoleh konsep desain dan
menjelaskan perancangan Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta.

Sumber : Clara Alverine, 2015

Penulis mengambil konsep dari karakteristik dari kebudayaan Jerman dengan tema Imperious
Fineness, di mana karakteristik tersebut berakulturasi dengan karakteristik Indonesia sebagai negara
di mana pusat kebudayaan tersebut berdiri. Penelitian berfokus pada pemilihan warna, bentuk,
ambience dan penerapan material perancangan.
Sumber : Clara Alverine, 2015

Warna yang diterapkan dalam perancangan didominasi oleh warna – warna netral yang
melambangkan karakteristik Jerman yang dipadupadankan dengan warna merah dan kuning sebagai
aksen warna bersumber dari warna bendera Jerman. Dalam sisi pemilihan bentuk, menggunakan
bentuk dinamis yang diambil dari karakteristik Indonesia sebagai budaya timur yang bersifat dinamis
sehingga terjadi akulturasi dalam penerapan desain.

Sumber : Clara Alverine, 2015

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pusat Kebudayaan Jerman merupakan sebuah wadah yang dirancang untuk memberikan informasi,
mempelajari kebudayaan dan menikmati seni kebudayaan yang ada khususnya berhubungan dengan
negara Jerman. Perancangan ini memiliki konsep bertemakan ”Imperious Fineness” di mana
mengambil karakteristik jati diri Bangsa Jerman yang disesuai dengan keberadaannya di Indonesia
sehingga terjadi akulturasi budaya keduanya. Prinsip desain Jerman, “Die Gute Form” pun turut
diterapkan dalam perancangan ini.
Dalam perancangan pusat kebudayaan, diperlukan berbagai fasilitas ruang untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas yang beragam. Terdapat beberapa area utama seperti auditorium, kursus bahasa,
bibliothek, galeri dan office. Memperkenalkan kebudayaan Jerman dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu pengadaan kursus bahasa untuk mempelajari Bahasa Jerman, hadirnya bibliothek untuk
memfasilitasi penterjemahan sastra dan sumber informasi bagi literatur Jerman dan Indonesia,
hadirnya auditorium dan galeri untuk melaksanakan acara kebudayaan yang berhubungan dengan seni
seperti pertunjukan seni, pemutaran film, seminar dan konferensi. Auditorium dirancang dengan
memperhatikan standar perancangan umum, tata suara, estetika dan pencahayaan yang baik.
Perancangan Pusat Kebudayaan Jerman ini bermaksudkan baik di mana minat masyarakat Indonesia
dan kerja sama antara Indonesia – Jerman yang cukup kuat, diperlukan suatu wadah yang
memfasilitasi semua bentuk kegiatan kebudayaan tersebut. Pusat Kebudayaan Jerman ini diharapkan
menjadi fasilitator dalam penyediaan fasilitas – fasilitas yang diperlukan dan mendukung ketertarikan
kaum muda untuk dunia pendidikan dan seni kebudayaan.

Saran
Perancangan Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta ini hendaknya dapat menjadi alternatif perancangan
pusat kebudayaan kepada sesama desainer yang memiliki keinginan untuk merancang Pusat
Kebudayaan Jerman dengan memperhatikan unsur pemenuhan kebutuhan, efektivitas, ergonomi,
lingkungan sekitar serta keamanan. Perancangan ini diharapkan dapat memberikan jawaban dan solusi
terhadap permasalahan desain dalam Pusat Kebudayaan Jerman.
REFERENSI

Ricklefs, M. C. (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.
Johann,Ernst dan Jorg Junker. (1970). German Cultural History of The Last Hundred Years. Germany
: Fruhmorgen & Holzmann.
Kraus, Werner. ( 2012 ). Raden Saleh : Awal Seni Lukis Modern Indonesia. Jakarta : Goethe – Institut
Indonesien
Millis, Edward D. (1979). Planning : Building for Education Culture and Science. Scotland :
Thomson Litho Ltd.
Panero, Julius dan Martin Zelnik. (1979). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga.
Ricklefs, M. C. (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.
Wagner, Sebastian. (2009). Fascinating Germany. Germany : Druckerei Ernst UHL GMBH & CO.
Widagdo. (2000). Desain dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Abdini, Chairil., Johar Arifin dan Yuhardi Jusuf. (2015). Momentum 60 Tahun Hubungan Bilateral
Indonesia-Jerman. Diperoleh (03-18-2015) dari http://www.setneg.go.id/
Ahza, Ardiabgary. (2013). Pengertian Dinding, Dinding Struktural dan Non Struktural, dan Material
Bahan & Pelapis Dinding. Diperoleh (03-23-2015) dari http://www.dankendenken.com/
Ambarwati, Dwi Retno Sri. (2011). Tinjauan Akustik Perancangan Interior Gedung Pertunjukan.
Diperoleh (03-26-2015) dari http://staff.uny.ac.id/
Andre. (2013). Definisi Kebudayaan Menurut Bebebrapa Ahli. Diperoleh ( 03-15-2015) dari
http://coretanandrea.wordpress.com
Association For Psychological Science. (2012). Using a Foreign Language Helps Decision – Making.
Diperoleh (03-17-2015) dari http://www.psychologicalscience.org/
Aulia. (2011). Sistem Keamanan Bangunan dan Sistem Transportasi Pada Bangunan. Diperoleh (04-
01-2015) dari http://www.scribd.com/
Bogdan, Profir. (2013). Notorious Fluid Design : The Azerbaijan Cultural Centre by Zaha Hadid
Architects. Diperoleh (03-26-2015) dari http://homesthetics.net/
Desmiati, Annisa., Yustiono dan Agung Hujatnika. (2013). Romantisisme pada Karya-Karya Raden
Saleh: Suatu Tinjauan Kritik Seni, Jilid 5, No.2. Diperoleh (03-17-2015) dari
hhtp://www.google.co.id/
Enno, Graha Arta. (2010). Mengenal Material Pelapis dan Finishing Furnitur. Diperoleh (04-01-
2015) dari http://enno-ga.blogspot.com/
Heydar Aliyev Center. (2013). Heydar Aliyev Center. Diperoleh (03-26-2015) dari
http://www.heydaraliyevcenter.az/
Indramawan. (2013). Upaya Melestarikan Budaya Bangsa. Diperoleh (03-09-2015) dari
http://iindramawan.blogspot.com/
Intanghina. (2008). Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman. Diperoleh (03-15-2015) dari
http://intanghina.wordpress.com/
Kedutaan Besar Jerman Jakarta. (2015). Raden Saleh. Diperoleh (03-22-2015) dari
http://www.jakarta.diplo.de/
Kedutaan Besar Jerman Jakarta. (2015). Sejarah Hubungan Jerman – Indonesia. Diperoleh (03-15-
2015) dari http://www.jakarta.diplo.de/
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2013). Provinsi DKI Jakarta. Diperoleh (03-28-
2015) dari http://www.dephut.go.id/
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Hamburg. (2012). Kerja Sama Bidang Sosial Budaya.
Diperoleh (03-18-2015) dari http://www.kjrihamburg.de/
Kharismawan, Rabbani. (2010). Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan. Diperoleh (03-23-2015) dari
http://www.academia.edu/
Luthfia, Amia. (2013). Pentingnya Kesadaran Antarbudaya dan Kompetensi Komunikasi
Antarbudaya dalam Dunia Kerja Global. Diperoleh (03-14-2015) dari
http://marcomm.binus.ac.id/
Nena. (2013). HA Centre, Baku, Azerbaijan. Diperoleh (03-26-2015) dari http://www.vistanature.com/
Pasuhuk, Hendra. (2014). Jerman Ingin Tingkatkan Kerjasama Ekonomi Budaya. Diperoleh (03-15-
2015) dari http://www.dw.de/
Purnamasari, Yunita. (2010). Mengenal Jenis Pencahayaan. Diperoleh (03-29-2015) dari
http://yunita-lighting.blogspot.com/
Putranto, Ramadhani Eko. (2013). Kerjasama Bilateral Jerman-Indonesia dalam Bidang Pendidikan
Studi Kasus : Kerjasama Pendidikan Jerman-Indonesia Melalui DAAD Jakarta. Diperoleh
(03-16-2015) dari http://www.academia.edu/
Riadi, Muchlisin. (2012). Pengertian, Jenis, dan Tujuan Perpustakaan. Diperoleh (03-27-2015) dari
http://www.kajianpustaka.com/
Rika. (2013). Macam – Macam Jenis Lantai, Dinding dan Plafon. Diperoleh (03-23-2015) dari
http://www.rikaarba.wordpress.com/
Rubiyanto, Agus. (2008). Kerjasama Indonesia Jerman di Bidang Riset Pendidikan. Diperoleh (03-
15-2015) dari https://arubi.wordpress.com
Sainttyauw, Adrina. A.C.Z. Jeint. (2012). Pengaruh Desain Interior Perpustakaan Terhadap
Kenyamanan Pengguna di Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diperoleh
(04-01-2015) dari http://journal.unair.ac.id/
Samas, Roni. (2009). Pengertian, Peran, Fungsi Perpustakaan. Diperoleh (03-27-2015) dari
http://warintek08.wordpress.com/
Santoso, Agus Subkhan. (2012). Mengenal Bentuk Geometris dan Maknanya. Diperoleh (03-23-2015)
dari http://celotehcelatah.blogspot.com/
Setiawan, Eko. (2014). Raden Saleh Sjahrif Boestaman. Diperoleh (03-22-2015) dari
http://profil.merdeka.com/
Sonenshine, Tara. (2012). The Impact of International Student Exhanges : Changing Minds, Changing
Lives. Diperoleh (03-17-2015) dari http://www.state.gov/
Studio Musik Jakarta. (2015). Mengenal Tata Cahaya Panggung / Lighting Konser. Diperoleh (03-29-
2015) dari http://studiomusik.blogbisnis.org/
Tabloid Diplomasi. (2012). KBRI Berlin : Hubungan Ekonomi RI – Jerman Semakin Intens. Diperoleh
(03-17-2015) dari http://www.tabloiddiplomasi.org/
Wikipedia. (2015). Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diperoleh (03-28-2015) dari
http://id.wikipedia.org/
Wikipedia. (2012). Heydar Aliyev Cultural Center. Diperoleh (03-26-2015) dari
http://en.wikiarquitectura.com/
Wiranti, Wulan. (2013). Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman antar Kebudayaan. Diperoleh
(03-14-2015) dari http://mchmdwhyhdyt.blogspot.com/

RIWAYAT PENULIS

Clara Alverine lahir di kota Jakarta pada 8 Agustus 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Interior pada tahun 2015.

You might also like