You are on page 1of 2

KESIMPULAN PERANG SAPARUA

Ketika masa kolonial Hindia Belanda mulai berlangsung di nusantara, ada banyak
perlawanan-perlawanan besar dari pribumi untuk mempertahankan nusantara. Seolah ingin bangkit
dari penjajahan, mereka melakukan perlawanan yang bisa dikategorikan bersekala besar.
Secara tidak langsung dengan datangnya Belanda ke nusantara yang bisa dikatakan
berbeda, baik dalam segi fisik maupun kultur, tentunya bukan hal mudah untuk dapat berbaur
dengan pribumi, ditambah lagi kedatangan kompeni ke nusantara untuk menjajah, sehingga
disanalah konflik mulai terjadi tanpa bisa di hindarkan. Salah satu resiko terjadinya konflik adalah
timbulnya perpecahan, dan ketika itu munculah kalangan yang melawan. Dengan alasan dan
kepentingan yang sama mereka mulai membangun semangat untuk dapat melawan si ‘pendatang’
dari tanah dimana mereka dilahirkan. Faktor ideologi religius dan kepentingan material saling
memperkuat serta mempertajam pertentangan dan konflik dengan Belanda (Sartono Kartodirjo: 371)
Dilihat dari segi sosial pada waktu itu yang sangat kental akan ideologi agama, kondisi masyarakat
yang seperti itu membuat kecenderungan kepada gerakan yang radikal juga revolusioner, berujung
pada kekerasan. Tidak aneh memang jika dikatakan seperti itu mengingat nativisme masih dalam
garis keras. Selama masa kolonial tidak sedikit peperangan besar dan dalam jangka waktu panjang
terjadi, perang paling awal terjadi merupakan perang saparua (Juli-Desember 1817) Sedangkan sisi
lain mengapa gerakan perlawanan begitu cepat terorganisir dengan jumlah masa cukup banyak,
faktor siapa yang memimipin jalannya perlawanan sangat harus diperhitungkan.
Ideologi religius merupakan suatu jiwa yang menjadi sumber kekuatan bagi setiap pergerakan, oleh
karena itu bagaimana pengaruh dan karisma pemimpinnya sangat menentukan seberapa banyak
masa yang berani untuk maju melawan Kehadiran Belanda dianggap berbahaya karena di
khawatiran akan dapat mengubah masyarakat secara structural, belum lagi kebijkan-kebijakan baru
pada masa hindia-belanda yang tidak dapat di terima oleh masyarakat. Sifat konservatif ini yang
dimanfaatkan oleh belanda untuk mencari celah menjalankan politik devide et impera-nya. Di dalam
gerakan masa pengarahannya ditentukan oleh ideologi, sedang organisasinya masih
mempergunakan strutur hubungan tradisional, yaitu hubungan patron-client, hubungan keluarga,
guru-murid, pendeknya hubungan yang bersifat komunal, sering kali loyalitas menjadi kuat bahkan
ada kalanya menjadi mutlak (Sartono Kartodirjo: 374)

Perlawanan Saparua
Dengan penyerahan kembali Maluku dari tangan inggris secara otomatis membuat
kebijakan- kebijakan baru dibawah kepemimpinan Belanda, jelas sangat membuat masyarakat
pribumi menjadi resah. Belum hilang ingatan tentang masa sebelum inggris datang, yaitu masa VOC
begitu membebani masyarakat dengan segala kebijakannya yang lebih banyak merugikan pihak
pribumi. Kebijakan- kebijakan baru yang dikeluarkan Belanda seperti diadakannya kembali
penyerahan-wajib dan kerja wajib, penurunan harga barang, serta uang logam diganti menjadi uang
kertas, jelas sangat membuat msayarakat pribumi menjadi tidak nyaman. Pada saat itu pula Thomas
Mathulesi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pattimura muncul sebagai salah seorang yang
bangkit untuk melawan.
Pergerakan pertamanya dimulai dengan memimpin penyerahan daftar keluhan- keluhan
pribumi kepada Belanda Ketidakpuasan atas apa yang dituntut pada akhirnya membuat geram,
tanggal 3 mei 1817 seratus orang bersama Thomas Mattulesi di dalamnya merencanakan suatu
rencana besar dengan menyerang dan mengahncurkan benteng di Saparua. Sejak awal Thomas
Mattulesi dianggap pantas untuk menjadi pemimpin, tanggal 9 Mei Thomas Mattulesi ditetapkan
menjadi seorang kapten Dalam jangka waktu beberapa hari mereka menyusun rencana juga
membulatkan niat untuk penyerarangan. Seperti yang sudah dikatakan tadi bahwa bagaimana
kepemimpinan seseorang itu sangat berpengaruh apalagi keadaan pada waktu itu masyarakat
mengharapkan adanya seseorang yang dapat mengubah keadaan mereka, sangat wajar jika dalam
waktu lima hari saja atau tepatnya tanggal 14 mei 1817 seluruh penduduk mengatakan setia untuk
berjuang, kobaran api pemberontakan pun takkan bisa terelakan lagi.
Porto dan Orembaai yang akan dibawa ke Ambon diserbu dan diserang, pada tanggal itu
pula rumah Risakota yang sudah dianggap sebagai seorang guru dipenuhi oleh residen yang
sedang berdiskusi dan mengatur rencana sekaligus meminta nasehat kepada guru. Meskipun
residen telah disarankan untuk kembali ke Saparua namun residen tetap memutuskan untuk tetap
tinggal di Benteng membawa serta keluarganya. Pada malam harinya benteng sudah mulai di
kepung, seolah sudah siap untuk menyerbu para kumpeni, sempat berhasil menguasai benteng
pada akhirnya residen yang mengambil keputusan untuk maju dan berjuang gugur beserta
keluarganya, tidak dapat dipungkiri pula bahwa kumpeni dengan segala peralatannya merupakan
lawan cukup tangguh.
Dalam beberapa bulan residen memang telah berhasil menduduki benteng, sebelum
akhirnya pada tanggal 3 agustus 1817 benteng kembali direbut oleh kumpeni. Tidak berhenti sampai
disana gelora semangat juang para pemimpin masih belum padam, mereka bersembunyi untuk
menghindari kumpeni, karena sudah terkepung, untuk lari pun sudah tak bisa, tanggal 12 November
Thomas Mattulesi ditangkap oleh Liman Pietersen. Sebagai kosekuensi dari apa yang sudah
dilakukannya, Thomas Matulesi serta pemimpin lainnya dijatuhi hukuman mati, pengeksekusian
dilakukan di Ambon, karena jasanya itu Thomas Mattulesi atau Patimura dijadikan sebagai salah
satu pahlawan nasional. Meskipun pada akhirnya perjuangan para residen juga para pemimpin
dapat digagalkan oleh Belanda, namun dari keberanian dan tekad mereka untuk bisa terbebas dari
feodalisme, rasaketidak adilan, dan tuntutan-tuntutan akan hak mereka seolah menjadi penggebrak
pergerakan nasional karena sesudah itu perang dan perlawanan yang lain mulai muncul di pelbagai
wilayah yang berbeda, seperti Perang Padri (1819-1832), Perang Diponogoro (1825-1830), Perang
Banjarmasin, dan juga Perang Aceh (1873-1912).

You might also like