Professional Documents
Culture Documents
Faringitis Kronis
Dokter Pembimbing
Disusun Oleh
JAKARTA
2018
i
STATUS PASIEN
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT IMANUEL WAY HALIM
Nim : 11-2017-195
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 26/05/2018 Jam : 10.00 WIB
Keluhan utama :
Sakit tenggorokan sejak 1 bulan SMRS
Riwayat perjalanan penyakit (RPS):
Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang
dirasakan hilang timbul, terutama timbul setelah makan.. Sakit tenggorokan di katakatan pasien
juga sering timbul jika terpapar debu atau asap. Pasien merasakan ada yang mengganjal di dalam
tenggorokannya., tenggorokan tidak gatal dan tidak ada nafas berbau. Tidak ada riwayat trauma
pada tenggorokan pasien.
1 hari SMRS, pasien mulai batuk-batuk. Batuk yang dirasakan hilang timbul dan
diperburuk oleh paparan debu dan asap. Batuk pada pasien tidak disertai dengan darah, jenis batuk
kering dan tidak beriak. Tidak ada riwayat penurunan berat badan yang mendadak pada pasien
dalam 1 bulan ini. Tidak ada riwayat demam pada pasien dalam 1 bulan ini. Tidak ada
pilek,mual,muntah atau gangguan pendengaran pada pasien. Pasien tidak sulit untuk makan atau
minum, masih bisa menggerakkan mulut untuk mengunyah dengan baik.
Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan
membaik 3 bulan kemudian setelah mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Pasien sering dan
suka makan makanan yang pedas dan minum minuman bersoda, walaupun saat keluhan
tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air terutama sewaktu bulan puasa ini.
Pasien sering mengkonsumsi minuman ber ‘es’. Pasien tidak ada riwayat merokok, minum alkohol
dan menyangkal adanya riwayat alergi sejak kecil dan maag.
Pasien menyatakan tidak ada riwayat alergi maupun asma dalam keluarganya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status General
TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Radang, tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre, infra, Abses (-), hiperemis (-), nyeri Abses (-), hiperemis (-), nyeri
retroaurikuler tekan (-), benjolan (-) tekan (-), benjolan (-)
Region Mastoid Abses (-),nyeri tekan (-) Abses (-), nyeri tekan (-)
Liang telinga Lapang, furunkel (-), jaringan Sempit, furunkel (-), jaringan
granulasi (-), serumen (-), granulasi (-), serumen (-),
sekret (-) hiperemis (-), sekret (-), darah (-), hiperemis
edema (-). (-), edema (-).
Membran timpani Utuh, reflek cahaya (+), Utuh, reflek cahaya (+),
Hiperemis(-), perforasi (-) Hiperemis(-), perforasi (-)
TES PENALA
KANAN KIRI
Rinne - -
Weber - -
Swabach - -
RHINOPHARYNX
PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
TENGGOROK
FARING
Dinding faring : Hiperemis (+), mukosa tidak rata, granul (+), post nasal drip (-) penebalan
dinding lateral faring , lendir mukoid (-)
Arcus : Hiperemis (+) simetris
Tonsil : T1-T1
Uvula : Bentuk normal, di garis median, hiperemis (-)
Gigi : Semua gigi dalam batas normal
LARYNX
Epiglottis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Plica aryepiglottis :Tidak dilakukan pemeriksaan
Arytenoids : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ventricular band : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pita suara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rima glotidis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Cincin trachea : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sinus piriformis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar limfe : Tidak dilakukan pemeriksaan
RESUME
Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang dirasakan hilang
timbul, terutama timbul setelah makan. Sakitnya seperti panas di tenggorokan. Sakit
tenggorokannya juga sering timbul jika terpapar debu atau asap. Pasien juga merasakan seperti
mengganjal di dalam tenggorokannya. 1 hari SMRS, pasien mulai batuk-batuk. Batuk yang
dirasakan hilang timbul dan diperburuk oleh paparan debu dan asap. Suara pasien juga mulai serak
dan sulit untuk berbicara. Kepala pasien juga sering sakit dalam 1 bulan ini dan badan terasa panas
dingin. Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan
membaik 3 bulan kemudian selepas mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Pasien sering dan
suka makan makanan yang pedas dan minum minuman bersoda dan es, walaupun saat keluhan
tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air terutama sewaktu bulan puasa ini
Telinga kanan
Hidung
Tenggorok
Dinding faring hiperemis, terlihat banyak granul di permukaan dinding faring dan post nasal drip
(-) lendir mukoid (-) Arcus faring hiperemis. Pada pemeriksaan laring kelihatan epiglotis hingga
sinus piriformis hiperemis.
WORKING DIAGNOSIS
Faringitis Kronik
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Ad vitam : Ad Bonam
Ad fungsionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Ad Bonam
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
EDUKASI
Menghindari iritan seperti paparan debu atau asap dengan memakai masker di
persekitarannya
Mengurangkan makanan yang bisa merusak mukosa tenggorokan seperti makanan pedas,
soda, atau minum es.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian
atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus
resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan
terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.1
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan
bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.2
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal).
Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini
terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya
menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu
sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk
mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.3
Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini
antara lain : - batas atas : Basis Kranii
- batas bawah : Palatum mole
- batas depan : rongga hidung
- batas belakang : vertebra servikal
Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang
disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba
Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vags
dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosus os temporalis
dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.1,3
Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring.
Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : - batas atas : palatum mole
- batas bawah : tepi atas epiglottis
- batas depan : rongga mulut
- batas belakang : vertebra servikalis
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine,
fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas
dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglotis
- batas bawah : kartilago krikodea
- batas depan : laring
- batas belakang : vertebra servikalis1,3
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang
berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini
diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang
otot menelan.4
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.
Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.2
Gambar : Proses Menelan
1.2.2. Fungsi Faring Dalam Proses Bicara
Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan
produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.
Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang normal,
aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan
volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi. Aliran dari
udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan
peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara.2
1.3. Definisi
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun
non infeksi.
1.4. Etiologi
Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-
40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi
dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,
cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis.5
. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak bdan
orang dewasa. Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,
Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema
pallidum, Mycobacterium tuberculosis.5
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.2
1.5 Patogenesis
Group A streptococcus memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang
berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini
hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini
menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan
jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring Periode inkubasi faringitis
hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.6
b. Faringitis Bakterial
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi
dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.4.6
c. Faringitis Fungal
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
1.10 Penatalaksanaan
Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur
dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)
diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-
6 kali pemberian/hari.6,7
Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A
diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin
50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari
atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah
menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan
berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3 mg/kgBB/IM sekali. dan
pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan dianjurkan
pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau antiseptik. 4,5
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik faring
dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau
ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya ditambahkan
dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.3,7
1.11. Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis
biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
1.12. Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.
• Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis, otitis
media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan
pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru.1,3,6
• Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan
toxic shock syndrome, peritonsiler abses
• Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome,
encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring.1,5
DAFTAR PUSTAKA