Professional Documents
Culture Documents
AURIS DEKSTRA
Mini Cex
Preseptor:
Dr. Hanggoro, Sp. THT-KL
Disusun Oleh:
Stevi Erhadestria, S.Ked
M. Nikhola Risol, S.Ked
Nisa Arifah, S.Ked
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Mini cex tepat pada waktunya. Adapun tujuan
pembuatan Mini cex ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT-KL di RSUD Abdul
Moeloek.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan Mini cex ini. Penulis
menyadari banyak sekali kekurangan didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi
juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ............................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi menjadi otitis media supuratif dana otitis media non supuratif.
Keduanya mempunyai bentuk akut dan kronis.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen Jenis otitis media supuratif
kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe
maligna. Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi
kronik telinga tengah yang sering dijumpai di klinik THT.
1
Penyakit ini biasanya dimulai saat masa kanak-kanak. Infeksi sering
terjadi sampai usia 6 tahun, puncaknya sekitar usia 2 tahun. OMSK
merupakan penyebab terbanyak untuk terjadinya gangguan pendengaran
ringan sampai sedang pada anak-anak dan orang muda di negara berkembang.
OMSK menyebabkan tuli konduktif derajat ringan sampai sedang pada lebih
dari 50% kasus. OMSK pada anak-anak cenderung menghambat
perkembangan berbahasa dan kognitif anak. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan pendengaran yang
persisten dan signifikan yang disebabkan oleh otitis media (tidak hanya
OMSK) dalam 2 tahun pertama dengan disabilitas belajar dan performa
sekolah yang buruk pada anak.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. P
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Lampung timur
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga kanan memberat sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan :
Penurunan pendengaran
3
terjadi setelah pasien mengalami batuk pilek. Sejak 1 bulan yang lalu,
keluhan keluarnya cairan dari telinga timbul kembali dengan jumlah cairan
yang lebih banyak, disertai penurunan pendengaran. Keluhan nyeri di
belakang telinga tidak ada, sakit kepala tidak ada, pusing berputar tidak ada,
telinga berdenging tidak ada, wajah mencong tidak ada, keluhan nyeri
menelan tidak ada, nyeri pada wajah tidak ada, pasien mengeluh batuk pilek 2
minggu sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Leher
Inspeksi : Kesan dalam batas normal
Palpasi : Kesan dalam batas normal
Toraks
Inspeksi : Kesan dalam batas normal
Palpasi : Tidak diperiksa
Perkusi : Tidak diperiksa
4
Auskultasi : Tidak diperiksa
Abdomen
Inspeksi : Kesan dalam batas normal
Palpasi : Tidak diperiksa
Perkusi : Tidak diperiksa
Auskultasi : Tidak diperiksa
5
Membran Timpani
DeSinistra Dextra
K Keutuhan Intak Tidak intak
W Warna Putih keabu-abuan Putih keabu-abuan
mengkilat seperti mengkilat seperti
mutiara mutiara
Pe Perforasi -T Tidak ada Sentral, 25%, sekret (+),
aktif, pulsasi (+), warna
kekuningan, kental.
Refleks cahaya Jk (+) arah jam 7 (-)
G Gambar
Pemeriksaan pendengaran
Tes Rinne + -
Pemeriksaan Tes Webber Lateralisasi ke Lateralisasi ke
Pendengaran telinga sakit telinga yang
(Tuli Konduktif) sakit
Tes Sama dengan Memanjang
Schwabach pemeriksa
6
b. Hidung
Pemeriksaan Rutin Umum Hidung
Rhinoskopi Posterior
7
- Adenoid : Tidak dilakukan
- Koana : Tidak dilakukan
- Fosa Rosenmuler : Tidak dilakukan
- Torus Tubarius : Tidak dilakukan
- Dasar Sinus Sphenoid : Tidak dilakukan
Tonsil
Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Permukaan Rata Rata
Warna Merah muda Merah muda
Kripta Tidak Melebar Tidak Melebar
Detritus (-) (-)
Fiksatif (-) (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Orofaring
Arkus faring : simetris, merah muda
Palatum molle & durum : merah muda
Dinding posterior orofaring : merah muda, granulasi (-)
8
2.4 Diagnosis Banding
Suspek Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna Fase aktif Auris
Dekstra
Suspek Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Maligna Fase aktif Auris
Dekstra
2.7 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Ciprofloxaxin 2 x 500mg
Ofloksasin 0,3% auric drop 2x 6 gtt
H2O2 3%, 3-5 hari
Non-Medikamentosa:
Jangan mengkorek-korek telinga
Hindari aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air
masuk ke telinga seperti berenang & mandi
Segera berobat apabila mengalami ISPA
Menganjurkan untuk melakukan operasi dengan jenis tindakan sesuai hasil
radiologis.
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa
(membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam.
3.2. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret)
11
dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen. (Soepardi, 2012)
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi
otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain:
terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene
yang buruk. (Shah et. Al., 2018)
3.3. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s
syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan
humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi
HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga
kronis.
1. Genetik.
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis
media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
12
3. Infeksi
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh
campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten
terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai
pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20%
dan Staphylococcus aureus 25%.
Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan
kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK
pada umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.
5. Autoimun.
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar
terhadap otitis media kronis.
6. Alergi.
alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita
yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-
toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.
8. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi,
dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
13
Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
3.4. Klasifikasi
Letak perforasi pada membran timpani penting untuk menentukan jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di 3 daerah, antara
lain :
Perforasi sentral
Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan seluruh tepi perforasi masih
terdapat membran timpani
Perforasi marginal
Sebagan tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus
timpanikum
Perforasi atik
Perforasi pada pars flaksida.
14
Gambar 2. Tipe-tipe perforasi pada membran timpani secara skematis
1. OMSK aktif: OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara terus menerus
2. OMSK tenang: OMSK dengan kavum timpani yang terlihat basah atau
kering; sekret tidak keluar terus menerus.
15
Gambar 3. Gambaran OMSK Benigna
16
Gambar 4. Gambaran OMSK Maligna
2. Kolesteatoma akuistal
Kolesteatom yang terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir membran peforasi membran timpani ke telinga
tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasi).
3.5. Patogenesis.
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah
yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat
disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan
tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab
terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur
tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang
belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas,
17
maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut
(OMA).
Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam
menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi
yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga
tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan
terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan
sekitarnya. (Soetirto, 2007)
Sembuh/ normal
18
Otitis Media Akut
(OMA)
19
(foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis
supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat.
Hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea. ( Helmi, 2007)
3. Otalgia (nyeri telinga)
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter
atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis,
subperiosteal abses, atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang
sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi
kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga
dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut
menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani. (WHO, 2004)
20
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
3.7. Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe
tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau
bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan
granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau
telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
21
Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan
manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya
memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid
yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik
memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang
biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan
memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
5. Pemeriksaan bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut.
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri
pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H.
influenza.9
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung,
sinus paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya
adalah pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada
OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membran
timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui
perforasi tadi. (Adam, 1997)
22
3.8. Penatalaksanaan
Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang
menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi
yang terdapat di telinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus
dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol
infeksi sebelum operasi.(Helmi, 2012)
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang
dapat dibagi atas: konservatif dan operasi
23
b) Toilet telinga secara basah (syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,
kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk
antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga
tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain
dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang
dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat
diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan iodine.
1. Pemberian antibiotika :
a. Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang
banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret
berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan
garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media
yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
24
pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi. (Berman, 2006)
b. Antibiotik sistemik.1,3
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya
berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak
lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.
Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor
penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
25
III (sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) yang juga efektif untuk
Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.
26
27
28
Gambar 8. Pedoman Tatalaksana OMSK (Depkes, 2005)
3.9. Komplikasi
Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :1,3
A. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
B. Komplikasi intrakranial
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Hidrosefalus otitis
Cara penyebaran infeksi :
1. Penyebaran hematogen
2. Penyebaran melalui erosi tulang
29
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.
3.10. Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi
pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi
pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur
pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.( Soepardi, 2012)
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang
tidak ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6%
pasien karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.
( Shah et. Al., 2018)
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dilaporkan satu kasus dengan diagnosis suspek Otitis Media Supuratif Kronis
(OMSK) tipe benigna fase aktif auris dekstra pada laki-laki usia 36 tahun yang
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik THT dengan menggunakan
otoskopi.
OMSK adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani
dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) tersebut lebih dari 2 bulan,, baik
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah. OMSK terbagi dua yaitu OMSK tipe benigna dan tipe maligna.
Perbedaan ini ditandai dengan melihat proses peradangan, ada tidaknya
kolesteatom dan letak perforasi membran timpani.
31
tingkap oval dan bulat. Secara teoritis, dengan koklea utuh, hilangnya
pendengaran yang dihasilkan adalah sekitar 30 dB tetapi dapat mencapai
maksimal 60 dB. Tingkat gangguan pendengaran yang lebih tinggi dapat terjadi
jika proses infeksi melibatkan koklea atau saraf (misalnya labyrinthitis akut,
meningitis) atau jika pasien juga terkena obat yang berpotensi ototoksik.
Tes pendengaran menggunakan tes penala pada kasus ini didapatkan hasil Rinne
negatif pada telinga kanan, positif pada telinga kiri, tes Weber lateralisasi ke
telinga kanan, dan tes Schawabach memanjang pada telinga kanan. Berdasarkan
hasil tes tersebut, kesan pemeriksaan pada kasus ini terdapat tuli konduktif auris
dekstra. Tuli konduktif pada pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam
telinga tengah yang menyebabkan gangguan pergerakan tulang-tulang
pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) sehingga konduksi suara menjadi
terhambat. Adanya perforasi pada membran timpani juga menyebabkan konduksi
getaran tidak maksimal. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke telinga
tengah sehingga clearance cavum timpani menurun.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan pada kasus ini diantaranya tes audiometri
nada murni, foto polos mastoid Schuller, dan kultur resistensi bakteri dari sekret
telinga. Tes audiometri dianjurkan untuk mengetahui derajat dari tuli dan
menyingkirkan kemungkinan adanya tuli campuran. Pemeriksaan radiografi
daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki nilai diagnostik yang
terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan
radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan
mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik
memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa
digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan
memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Pada CT
scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada atau tidaknya
tulang–tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis
semisirkularis horizontal. High Resolution Computer Tomography (HRCT)
mastioid potongan aksial koronal tanpa kontras dianjurkan, namun foto polos
mastoid Schuller masih dapat dilakukan bila fasilitas CT scan tidak tersedia.
32
Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga, apabila dapat dilakukan akan sangat
membantu menentukan antibiotik yang sesuai, tetapi pengobatan dengan
antibiotik lini pertama tidak harus menunggu hasil pemeriksaan ini.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau medikamentosa.
Kasus ini pasien diberikan terapi medikamentosa diantaranya ciprofloxacin 2x500
mg PO, ofloxacin 0,3% 2x6 tetes, dan H2O2 2x sehari selama 3-5 hari.
Berdasarkan beberapa penelitian, penyebab OMSK terutama kuman negatif gram,
yaitu Pseudomonas aeroginosa tidak sensitif lagi terhadap antibiotik ‘klasik’
seperti pinicillin G, amoksisilin, eritromosin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Cotrimoksazol juga kurang poten, tetapi masih lebih baik. Dari penelitian
sebelumnya kebanyakan kuman tersebut masih sensitif terhadap fluoroquinolon
(ofloxacin atau ciprofloxacin), sehingga dapat dipakai pada orang dewasa bila
tidak ada kecurigaan terhadap kuman anaerob sebagai penyebab. Ofloxacin
sebagai obat tetes telinga terbukti aman, tidak toksik terhadap labirin.
Efektifitasnya tinggi sebagai obat tunggal untuk lini pertama pengobatan OMSK.
Ofloxacin juga aman diguankan pada anak dan merupakan kandungan obat tetes
telinga yang mendapat persetujuan dari FDA pada OMSK. Namun, cara pemilihan
antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji
resistensi.
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu adalah tidak efektif, sehingga pada kasus OMSK fase aktif perlu
dilakukan ear toilet. Tujuan ear toilet adalah membuat lingkungan yang tidak
sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan
media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme. Pada kasus ini pasien
diberikan obat pencuci telinga berupa H202 3% diberikan untuk 3-5 hari untuk
menghilangkan inflamasi pada telinga sehingga tidak menambahnya iritasi
mukosa telinga dan bisa membersihkan telinga dari serumen.
Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid. Bila sekret telah kering namun perforasi menetap setelah observasi
33
selama 2 bulan maka sebaiknya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti
dengan tujuan menghentikan infeksi dan memperbaiki membran timpani yang
ruptur sehingga fungsi pendengaran membaik dan komplikasi tidak terjadi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adams FL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta;
Balai Penerbit FKUI; 1997
Depkes R.I. 2005. Pedoman upaya kesehatan telinga dan pencegahan gangguan
pendengaran untuk puskesmas.
Djafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
Higler AB. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Pensak, Myles. 2015. Clinical Otology. Edisi ke-4. Thieme: New York.
Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan
mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit
THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
35
Soepardi, E.A. dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-7. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
Teele DW, Klein JO, Chase C, Menyuk P, Rossner B, The Greater Boston.
1990. Otitis Media Study Group. Otitis media in infancy and intellectual
ability, school achievement, speech and language at age 7 years. J Infect
Dis, 162: 658-694.
36