You are on page 1of 7

UNIVERSITAS INDONESIA

Perbandingan Hasil Uji Tarik Terhadap Material Al


based dan Fe based

Muhamad Arifin

16xxxxxxx

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL

DEPOK

MEI 2017
Tujuan

 Membandingkan nilai hasil pengujian uji tarik dari material Al based dan Fe based
 Membandingkan nilai hasil pengujian dengan jurnal terkait

Metodologi
1. Sampel
Berdasarkan tensile test report yang diberikan data-data dari sampel sebagai berikut:

a. Untuk material Al based:


i. Jenis material : Al
ii. Diameter sample (mm) : 9.96
iii. Gauge length (mm) : 50
iv. Area (mm2) : 77.91

b. Untuk material Fe based:


i. Jenis material : Fe
ii. Diameter sample (mm) : 9.96
iii. Gauge length (mm) : 50
2
iv. Area (mm ) : 77.91

2. Pengolahan

Pengolahan data telah dilakukan dengan data grafik yang ditunjukan oleh tensile test report.
Data yang tertera dari tensile test report antara lain: Max Load, Yield Point, Elongation, ∆L.

1. Analisis perbandingan hasil Uji


Hasil pengujian menghasilkan grafik dengan axis-y yaitu load (kgf) dan axis-x
berupa strain (mm). Untuk menganalisis hasil dari uji tarik sebagai respon dari
material maka load harus diubah menjadi stress (tegangan). Tegangan merupakan
nilai dari load per luas area dari sample (specimen) uji tarik. Hasil dari pengujian
terhadap material Al based dan Fe based dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengujian tarikmaterial Al based dan Fe based

Material Yield Ultimate Elongation ∆L


based Stress tensile Stress (%)
(Mpa) (Mpa
Fe 54.3 76.92 28 14

Al 12.1 19.65 31 15

Dari hasil pada tabel diatas dapat diobservasi bahwa material Fe mempunyai
tegangan luluh (yield stress) dan tegangan tarik maksimum (ultimate tensile stress)
lebih tinggi dari material Al. Namun elongasi (elongation) dan perbedaan panjang
sebelum dan sesudah uji tarik pada gauge length (∆L) mengindikasikan bahwa
material Al lebih tinggi dari material Fe. Untuk mendapatkan nilai elongasi sebagai
respon material terhadap perubahan dimensi (gauge length) yang terjadi adalah ∆L
per gauge length.

a. Yield stress analysis


Dengan data yang diperoleh pada tabel, material Fe memiliki yield stress lebih
tinggi dari material Fe, dalam aplikasinya yield stress dapat berperan sebagai batas
maksimum safety dari suatu komponen dan dapat juga berperan sebagai load
minimum yang harus dicapai sebelum material dapat berdeformasi plastis. Dalam
dunia industri pembentukan komponen, yield stress merupakan nilai yang harus
dilampaui untuk mengubah dimensi dari suatu komponen. Dalam hal ini material Al
lebih menguntungkan sebab dengan load yang relatif lebih kecil material tersebut
dapat dideformasi sehingga biaya cost alat pembentuk tidak memerlukan biaya yang
relatif tinggi.
Namun dalam komponen yang mempunyai sensitifitas dalam perubahan dimensi
(pada umumnya diambil contoh jembatan) maka material Al lebih tidak
direkomendasikan dibandingkan material Fe. Dalam aplikasi komponen jembatan,
material Fe lebih tahan terhadap beban tarik dari hasil beban kendaraan-kendaraan
yang melintasi jembatan tersebut dibandingkan Al, hal ini dapat juga dikatakan umur
jembatan dari material Fe akan lebih tinggi dibandingkan dengan jembatan material
Al (dengan mempertimbangkan hanya faktor yield stress, tanpa mempertimbangkan
faktor tegangan mulur, fatigue, dsb).
b. Ultimate tensile stress analysis
Dari tabel 1. Didapatkan informasi bahwa material Fe based memiliki nilai
ultimate tensile strength jauh lebih tinggi dibandingkan dengan material Al based
sebesar 76.92 MPa sedangkan Al based sebesar 19.65 MPa. Maka material Fe
Based bersifat lebih kuat dibandungkan dengan material Al Based. Hal tersebut
disebabkan oleh interstisi dari atom carbon (C) ke dalam mikrostruktur Fe Based.
Karena material Fe lebih kuat maka nilai elongasinya akan lebih kecil dari material Al
based.
Pada kondisi ini material yang telah di deformasi tidak dapat kembali ke bentuk
semula karena telah melewati nilai Yield strength. Apabila material terus diberikan
beban yang sama maka material akan mengalami fenomena necking dan
mengalami kegagalan.

Gambar 1. Fenomena Necking pada material ductile


Kedua material Al based dan Fe based bersifat ductile maka apabila mengalami
kegagalan akan cenderung membentuk cup and cone berbeda dengan material
keramik yang bersifat brittle apabila yang bersifat getas. Perpatahan Cup and Cone
terjadi akibat beban tarik yang dialami oleh material mampu dibelokan sebesar 45o.

Gambar 2. Perpatahan Cup and cone


Kekuatan material bergantung dari bahan komposisi dan mikrostruktur material.
Mikrostruktur material Al based berbeda dengan material Al based. Semakin banyak
unsur paduan pada material maka sifat yang dihasilkan akan berbeda dengan
material dasarnya.

c. Elongation analysis
Dari tabel 1. Nilai Elongasi dari Al based jauh lebih besar dari Fe based sebesar
31% berbanding dengan 28% dengan perubahan panjang sebesar 15 mm untuk Al
based dan 14 mm untuk Fe Based. Hal tersebut menunjukan bahwa material
alumunium memiliki sifat ductility lebih besar dibandingkan dengan material Al.
semakin ductile suatu material makan semakin besar nilai elongasinya.
Material Al based dan Fe based karena memiliki nilai ductility yang baik banyak
diaplikasikan pada aplikasi otomotif, infrastructure, dan militer. Nilai ductility suatu
material berbanding terbalik dengan kekuatan material. Apabila nilai UTSnya tinggi
maka nilai ductilitynya cenderung rendah, dan sebaliknya.

2. Analysis kurva uji tarik


Dari hasil uji tarik yang dilakukan pada material Fe dan material Al dapat
diklasifikasikan region (daerah) pada kurva sebagai berikut:
Material Al:
Material Fe:

You might also like