You are on page 1of 26

MASTER CLASS

CATATAN TUTORIAL OPTIMA

ILMU FORENSIK & MEDIKOLEGAL

OFFICE ADDRESS:

Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :


(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
phone number : 021 8317064 Hone number : 061 8229229
pin BB 5a999b9f/293868a2 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694/081314412212 Www.Optimaprep.Com

www.optimaprep.com
Kaidah Dasar Moral
• Beneficence (Berbuat baik)
• General beneficence
– Melindungi dan mempertahankan hak, mencegah terjadinya kerugian
– Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
• Specific beneficence
– Menolong orang cacat, menyelamatkan dari bahaya, mengutamakan kepentingan pasien
– Memandang pasien/ keluarga/ sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter/ rumah
sakit/ pihak lain
– Maksimalisasi akibat baik
– Menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada
yang hidup)
• Prinsip tindakan
– Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
– Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
– “janji” atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
• Contoh tindakan
– Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity); menghormati pasien,
peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan teknisnya
– Memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom (kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat
Non-Maleficence
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi
akibat buruk
• Primum non nocere: First do no harm
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
– Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
– Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
– Norma tunggal, isinya larangan
• Contoh tindakan:
– Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai
komoditi
– Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu
pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran
amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
– Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktik etis
Justice
• Justice (Keadilan)
• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness), yaitu:
– Memberi sumbangan dan menuntut pengorbanan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur
dari kebutuhan dan kemampuan pasien
• Jenis keadilan:
– Komparatif (perbandingan antarkebutuhan penerima)
– Distributif (membagi sumber): sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani ;
secara material kepada:
• Setiap orang andil yang sama
• Setiap orang sesuai kebutuhannya
• Setiap orang sesuai upayanya
• Setiap orang sesuai jasanya
– Sosial: kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama
• Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi sosial dan
memaksimalkan nikmat/ keuntungan bagi pasien
• Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial-ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil
substansif atau materiil)
• Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu
• Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu
rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan bersama)
– Hukum (umum)
• Tukar-menukar: kebajikan memberkan atau mengembalikan hak-hak kepada yang berhak
• Pembagian sesuai denan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum
Autonomy
• Autonomy
• Pandangan Kant
– Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu kebesan
bertindak, memutuskan atau memilih dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur
tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
• Tell the truth
– Hormatilah hak privasi orang lain, lindungi formasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien;
bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting
Nilai lain etika biomedik
• Respect
– Pasien (dan orang yang merawat pasien) memiliki hak
untuk diperlakukan dengan manusiawi
• Altruism
– Doktrin etik yang memegang prinsip bahwa individu
memegang tugas moral untuk menolong, melayani,
dan mengutamakan orang lain dan bila perlu
mengorbankan kepentingan diri sendiri.
• Truthfulness and honesty
– Konsep yang meningkatkan pentingnya inform konsen
Tanatologi
• Tanda pasti kematian
Tanda tidak pasti • Lebam mayat (livor mortis)
– Terjadi akibat proses gravitasi setelah
kematian sirkulasi berhenti
– 20 - 30 menit PM : mulai tampak
• Nafas Berhenti –

½ - (8-12) jam PM : hilang pada penekanan
>(8-12 jam) PM : menetap

• Sirkulasi darah berhenti • Kaku mayat (rigor mortis)


– Terjadi sesuai dengan teori ATP
– 2 jam PM : mulai dapat
• Kulit pucat ditemukan
– 2 - (8-12) jam PM : mudah dilawan
• Tonus otot hilang dan – (8-12) - 24 jam PM
dilawan
: lengkap sukar

– >24 jam PM : mulai


relaksasi (fase relaksasi menghilang (fase relaksasi sekunder)
• Penurunan Suhu (algor mortis)
primer) • Pembusukan (decomposition)
– Terjadi akibat degradasi jaringan oleh proses
• Segmentasi pembuluh autolisis dan kerja bakteri, terutama C.
welchii

darah retina 24 jam PM : mulai tampak warna kehijauan
di daerah caecum disebut ebagai marbling
– 36 - 48 jam PM : tampak gelembung pada
• Kornea mengering –
kulit, bau busuk
Pugilistic Attitude
– Prostat & Uterus non gravid paling bertahan
– Akhirnya tinggal kerangka, gigi dan rambut
DECOMPOSITION:
Affecting Factors

EXTERNAL: INTERNAL:
• germs  age
• temperature  condition
• air  cause
• water
 sex
• medium
Determining time of death

EXAMINATIONS OF:
• corpse;
• witnesses;
• location
other cycle
metab
anaerobic
metab in a living person

in gluc lactic + E
O2
somatic
death
ADP ATP other
cycles aerobic metab
primary relaxation
lactic + E gluc
no gluc
no metab
in Accumulation
ADP & lactic ADP ATP
celullar
death
E
RIGIDITY/RIGOR MORTIS
relaxation

decomposition contraction

secondary
relaxation
Visum et Repertum
• VeR : Keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau
mati untuk kepentingan peradilan.
• Pasal 133 KUHAP:
– Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun
mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya.
• Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP: yang berwenang
meminta keterangan ahli → penyidik & penyidik
pembantu
Visum et
Repertum

Antemortem Postmortem

Visum Pemeriksaan Pemeriksaan


sementara luar dalam (Otopsi)

Otopsi
Visum definitif anatomis

Visum lanjutan Otopsi klinis

Otopsi forensik
Rahasia VeR
– Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
– Penggunaan keterangan ahli, atau VeR hanya
untuk keperluan peradilan
– Berkas VeR hanya boleh diserahkan kepada
penyidik yang memintanya.
– Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain harus melalui
aparat peradilan, termasuk keluarga korban
Kejahatan Susila
• Persetubuhan yang diancam di KUHP meliputi
pemerkosaan, persetubuhan dengan wanita tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur.
• Dokter wajib membuktikan:
– Adanya persetubuhan (deflorasi hymen, laserasi vulva atau
vagina, sperma dalam vagina paling sering terdapat pada fornix
posterior)
– Adanya tindak kekerasan (memberikan racun/obat/zat agar
menjadi tidak berdaya)
– Usia korban
– Adanya penyakit menular seksual, kehamilan, kelainan pskiatrik
atau kejiwaan
– Pada institusi yang memiliki dokter spesialis kandungan,
pemeriksaan untuk kasus kejahatan susila dilakukan oleh
spesialis tersebut, bila tidak ada dilakukan oleh dokter umum
Abortus dan Pembunuhan Anak
Sendiri
• Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia melahirkan anak (Pasal 341).
• Dokter yang memeriksa mayat bayi, harus
mencantumkan hal – hal berikut
– Apakah lahir mati atau hidup Uji apung paru
– Berapakah umur bayi tersebut (intra dan
ekstrauterine)
– Apakah bayi tersebut sudah dirawat
– Apakah penyebab kematiannya
Usia Bayi Intra Uterin
• Rumus De Haas
– 5 bulan pertama; Panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat
umur gestasi
– > 5 bulan: Panjang kepala-tumit = Umur gestasi(bulan)
x5
• Melihat pusat penulangan (ossification center) :
Klavikula (1.5), Diafisis tulang panjang (2),
Ischium (3), Kalkaneus (5-6), Manubrium sterni
(6), Sternum bawah (akhir 8), Distal
femur/proksimal tibia (akhir 9)
Usia Bayi Ekstra Uterin
• Udara dalam saluran cerna : sampai lambung
atau duodenum (hidup beberapa saat), usus
halus (hidup 1-2 jam), usus besar (5-6 jam),
rektum (12 jam)
• Mekonium dalam kolon (24 jam setelah lahir)
• Perubahan tali pusat (tempat lekat membentuk
lingkaran kemerahan dalam 36 jam)
• Eritrosit berinti hilang dalam 24 jam pertama
• Perubahan sirkulasi darah
Pembunuhan Anak Sendiri

• Patokan korban baru dilahirkan berdasarkan tidak adanya


tanda-tanda perawatan:
– Masih berlumuran darah
– Tali pusat belum dirawat
– Adanya lemak bayi yang jelas
– Belum diberi pakaian
• Tanda lahir hidup:
– Makroskopis: dada tampak mengembang, diafragma sudah turun
sampai sela ida 4-5. Paru berwarna warna merah muda tidak merata
dengan gambaran mozaik, konsistensi spons, teraba derik udara, akan
mengapung pada tes apung paru.
– Mikroskopis paru: adanya pengembangan kantung alveoli.
Identifikasi Forensik
• Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang/korban, terutama pada jenazah tidak
dikenal, membusuk, rusak, terbakar, kecelakaan masal,
ataupun bencana alam
• Metode identifikasi yang dapat digunakan adalah:
Identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologik, metode eksklusi dan
metode identifikasi DNA
• Identitas seseorang dapat dipastikan bila paling sedikit
dua metode yang digunakan memberikan hasil positif
Metode Identifikasi
• Pemeriksaan Sidik Jari
– Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante-mortem.
Saat ini merupakan pemeriksaan yang diakui tinggi ketepatannya.
Dibutuhkan penanganan yang ba terhadap jari tangan jenazah
• Metode Visual
– Memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan.
Hanya efektif pada jenazah yang masih dapat dikenali wajah dan
bentuk tubuhnya
• Pemeriksaan Dokumen
– Dokumen identifikasi (KTP, SIM, Paspor, dst) yang dijumpai bersama
jenazah. Tidak bisa dipastikan kepemilikan dokumen yang ditemukan,
sulit diandalkan.
• Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
– Dari ciri-ciri pakaian dan perhiasan yang dikenakan
Metode Identifikasi
• Identifikasi Medik
– Menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
kelainan/cacat khusus. Termasuk pemeriksaan radiologis (sinar X)
• Pemeriksaan Gigi
– Pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang dengan pemeriksaan manual,
sinar-X, dan pencetakan gigi. Data dibandingkan dengan data ante-mortem
• Pemeriksaan Serologis
– Menentukan golongan darah jenazah. Tidak khas untuk masing-masing
individu
• Metode Eksklusi
– Terutama pada kecelakaan masal
• Identifikasi DNA
– Diperlukan DNA pembanding. Mahal dan hanya dapat dilakukan oleh ahli forensik
molekular
Metode identifikasi
• Identifikasi kerangka
– Membutikan kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur
dan tinggi badan, ciri khusus, dan deformitas, serta rekonstruksi
wajah. Mencari tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan
sebab kematian. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan
memperhatikan kekeringan tulang.
• Pemeriksaan anatomik
– Dilakukan dengan pemeriksaan serologik dan histologik
• Penentuan ras
– Dapat dilakukan denan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang
panggul.
– Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk
seperti sekop memberi petunjuk ke ras Mongoloid.
– Jenis kelamin ditentukan dari tulang panggul, tulang tengkorak,
sternum, tulang panjang, skapula, metakarpal.
– Tinggi badan diperkirakan dari panjang tulang tertentu.
Rekam Medis
– Administrative Value • Rekam medis hanya
– Legal Value dibuka
– Financial Value – Untuk kepentingan
– Research Value peradilan
– Education Value – Untuk pengetahuan &
– Documentation Value penelitian
– Untuk kemaslahatan
orang banyak, misal
pada kasus flu burung
Luka Tembak
• Gambaran pada sasaran/luka tembak masuk (dari
luar ke dalam):
– Kelim tatoo : Butir mesiu yang tidak habis terbakar
dan tertanam pada kulit
– Kelim jelaga : Akibat jelaga yang keluar dari ujung
laras
– Kelim api : Hiperemi atau jaringan yang terbakar (jarak
sangat dekat)
– Kelim lecet : Bagian yang kehilangan kulit ari akibat
peluru yang menembus kulit
– Kelim kesat : Zat pada anak peluru (minyak pelumas,
jelaga, mesiu) yang terusap pada tepi lubang
Luka Tembak
• Luka Tembak Masuk • Luka Tembak Keluar :
(LTM) : – Pada tempat anak peluru
– LTM Jarak jauh : Hanya meninggalkan tubuh
komponen anak peluru korban
– LTM Jarak dekat : – Umumnya lebih besar dari
Komponen anak peluru LTM karena deformitas
dan mesiu anak peluru
– LTM Jarak sangan dekat : – Jika menembus tulang
Anak peluru, mesiu, jelaga berbentuk corong yang
– LTM Tempel/kontak : membuka searah gerak
Seluruh komponen dan anak peluru
jejak laras – Dapat dijumpai daerah
lecet jika pada tempat
keluar terdapat benda
keras
Malpraktek
• Dikatakan malpraktek medik jika:
– Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah berlaku
umum.
– Memberikan pelayanan di bawah standar profesi (tidak lege
artis)
– Melakukan kelalaian yang berat atau pelayanan dengan tidak
hati-hati
– Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
• Kelalaian tidak dianggap suatu pelanggaran hukum jika
kelalaian tidak membawa kerugian atau cedera dan orang
tersebut dapat menerimanya
• Sanksi terberat adalah sanksi pidana: KUHP pasal 304, pasal
306, pasal 350.

You might also like