You are on page 1of 24

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MENINGITIS

Dosen: Septian Mugi Rahayu., Ners. M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Intan Kusuma Fabriyani 2017C06b0095
2. Leny Rismawati 2017C06b0097
3. Mulyadi 2017C06b0099
4. Riup Yakup 2017C06b0103
5. Tanti Setiawati 2017C06b0109

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Konsep Dasar
Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada Meningitis”.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya
dalam pelajaran keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang
mempunyai relevansi yang sangat erat dengan pendidikan keperawatan yang
diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini disusun dalam bentuk yang
simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik
berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang. .

Palangka Raya, 9 Mei 2018


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
1.4.1 Toritis ...........................................................................................................2
1.4.2 Praktis ...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konep Dasar Penyakit Meningitis................................................................3
2.1.1 Definisi Penyakit Meningitis ........................................................................3
2.1.2 Jenis-Jenis Meningitis ..................................................................................4
2.1.3 Etiologi Penyakit Meningitis ........................................................................5
2.1.4 Efek Psikologis Yang Ditimbulkan Penyakit Meningitis ............................5
2.1.5 Patofisiologi Penyakit Meningitis ................................................................6
2.1.6 Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis ........................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Meningitis..............................................7
2.1.8 Penatalaksanaan Medis Penyakit Meningitis ...............................................8
2.1.9 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Meningitis ....................................9
2.1.10 Komplikasi Penyakit Meningitis ................................................................10
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Meningitis ...............................11
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................12
2.2.3 Perencanaan Keperawatan..........................................................................13
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................18
2.3 Pathway Meningitis ....................................................................................19
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................20
3.2 Saran ...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena
letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan
kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang
menyebar dalam darah dan cairan otak (Abbas, Husnunnisa, dkk, 2015).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang suatu peradangan selaput otak
yang biasanya diikuti pula oleh peradangan otak/peradangan pada selaput
meninges yang menyelubungi otak yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadipada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinalyang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman
Tuberculosis dan virus (Nurhidayah, Evi, 2011).
Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat
Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada
1996 terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini
dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per
100.000 orang setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara luas
memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per
100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.
Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis
semakin hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut
mengenai penyakit Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan
serta asuhan keperawatan teori (Abbas, Husnunnisa, dkk, 2015).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar pada penyakit Meningitis?
2. Bagaiman asuhan keperawatan pada penyakit Meningitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar tentang penyakit Meningitis dan
asuhan keperawatan tentang penyakit Meningitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang penyakit Meningitis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Meningitis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Toritis
Untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang penyakit meningitis, dan
diharapkan agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan meningitis.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
dalam pembuatan makalah ini khususnya mengenai konsep dasar dan asuhan
keperawatan tentang penyakit meningitis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan perpustakaan dan
dapat digunakan sebagai perbandingan jika suatu saat akan dilakukan laporan
tentang hal yang sama, serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembacanya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konep Dasar Penyakit Meningitis


2.1.1 Definisi Penyakit Meningitis
Penyakit meningitis merupakan sebuah penyakit yang masih belum begitu
familiar di telinga kita. Penyakit meningitis merupakan penyakit yang terjadi
akibat adanya infeksi meninges atau yang dikenal dengan selaput yang
melindungi sistem syaraf pusat pada tubuh manusia. Infeksi tersebut bisa terjadi
karena adanya peradangan yang disebabkan karena virus maupun bakteri pada
selaput meninges tersebut. Dari keterangan tersebut nampak jelas bahwa penyakit
meningitis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dan menakutkan.
Penyakit meningitis diketahui mampu membuat bagian syaraf manusia, sumsum
tulang belakang dan otak menjadi rusak (Andareto, Obi, 2015).
Tipe meningitis termasuk aseptik, septik, dan tuberkulosis. Meningitis
aseptik mengacu pada meningitis virus atau iritasi meningeal. Meningitis septik
mengacu pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri. Meningitis tuberkulosis
disebabkan oleh basilus tuberkel. Dalam kasus yang jumlahnya kecil penyebab
meningitis adalah iatrogenik atau sekunder akibat prosedur invasif (pungsi
lumbar) atau alat bantu (alat pemantau TIK) (Baughman, Diane C, dkk, 2000).
Penyakit meningitis dapat menyerang kelompok umur manapun, meskipun
pada kenyataannya, kelompok umur yang rawan terkena penyakit ini adalah anak-
anak usia balita dan orang tua. Beberapa orang yang rentan terkena penyakit
meningitis selain dilihat melalui kelompok umur juga bisa disebabkan oleh hal
berikut ini (Andareto, Obi, 2015):
1. Seseorang yang memiliki pleuroperitoneal CSF dalam otak/patologi lain.
2. Seseorang yang menggunakan prosedur tulang belakang, seperti halnya
anestesi tulang belakang.
3. Seseorang dengan cacat dural, penderita penyakit diabetes.
4. Seseorang yang terinfeksi bakteri Endokarditis.
5. Para pecandu alkohol.
6. Pecandu narkotika jenis suntik.

3
4

2.1.2 Jenis-Jenis Meningitis


Jenis penyakit ini biasanya timbul akibat adanya infeksi virus. Namun, bisa
juga karena infeksi bakteri yang dianggap paling serius dan dapat mengancam
jiwa. Selain itu, infeksi jamur juga bisa menjadi penyebab dari penyakit
meningitis walaupun hal ini jarang terjadi. Biasanya, infeksi tersebut dapat
menular dari satu orang ke orang lain, misalnya dari batuk, bersin, mencium,
berbagi peralatan makan, sikat gigi, ataupun rokok. Hal itulah yang menjadikan
penyakit ini dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan faktor penyebabnya.
Berikut penjelasan selengkapnya (Andareto, Obi, 2015):
1. Meningitis Bakteri
Jenis penyakit ini dapat terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran
darah dan kemudian bermigrasi ke otak dan sumsum tulang belakang. Namun
bakteri tersebut bisa langsung menyerang meninges sebagai akibat dari infeksi
telinga atau sinus, patah tulang tengkorak, atau setelah melakukan operasi.
2. Meningitis Viral
Jenis penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, seperti herpes simple
virus, HIV, gondok, dan virus West Nile. Penyakit meningitis viral tergolong
ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
3. Meningitis Kronis
Meningitis kronis dapat terjadi ketika organisme tertentu menyerang
selaput dan cairan yang mengelilingi otak. Berbeda dengan meningitis akut,
penyakit ini akan berkembang lebih dari dua minggu atau lebih. Namun, tanda
dan gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan meningitis akut, seperti
sakit kepala, demam, dan muntah.
4. Meningitis Jamur
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh jamur memang jarang terjadi.
Namun, penyakit ini dapat mengarah kepada meningitis kronis. Penyakit ini
tidak akan menular dari orang ke orang. Salah satu jenis jamur yang sering
mempengaruhi orang dengan defisiensi imun, seperti AIDS adalah meningitis
kriptokokus. Bila tidak segera diobati, yaitu dengan obat antijamur, penyakit
ini dapat mengancam jiwa.
5

2.1.3 Etiologi Penyakit Meningitis


Sebenarnya penyebab penyakit meningitis ini bukan merupakan jenis virus
yang begitu berbahaya, namun jika telah parah dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan yang serius seperti kerusakan otak, kurangnya daya ingat, kurangnya
kemampuan pendengaran dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak ditangani
secara serius. Virus penyebab penyakit meningitis pada awalnya menginfeksi
bagian tubuh penderita dan mengalir masuk ke dalam sel-sel syaraf pusat yaitu
otak manusia.
Penyebab utama penyakit meningitis pada dasarnya adalah virus yang dapat
menyerang manusia dalam kondisi kekebalan tubuh seperti apapun. Virus ini
biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri
dan penyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang
menyebabkan meningitis adalah Coxsacqy, Virus herpes, Arbo virus, campak dan
varicela.
Selain itu juga dapat disebabkan karena infeksi akibat bakteri ataupun
jamur, meskipun ini sangat jarang dijumpai. Bakteri penyebab meningitis tersebut
antara lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus
influenzae, Listeria monocytogenes, Mycobacterium tuberculosis dan
Staphylococcus aureus (Andareto, Obi, 2015).
2.1.4 Efek Psikologis Yang Ditimbulkan Penyakit Meningitis
Terutama pada anak-anak, mengidap meningitis bisa menjadi pengalaman
yang traumatis. Banyak pola pikir dan juga perilaku yang bisa berubah. Efek
psikologis yang mungkin terjadi adalah (Ala Dokter, 2016):
1. Mengompol.
2. Tidur terganggu.
3. Suasana hati labil.
4. Mimpi buruk.
5. Haus perhatian dan ingin selalu dekat dengan orang tersayang misalnya, anak-
anak merasa cemas saat tidak bersama orang tuanya.
6. Mengembangkan rasa takut pada rumah sakit dan dokter.
7. Merasa tidak punya harapan dan murung.
8. Mudah marah atau agresif atau marah secara tiba-tiba.
6

Jika mengalami komplikasi psikologis atau mencemaskan soal perilaku


anak, konsultasikan dengan dokter. Selama proses pemulihan, efek ini akan
berkembang pada anak seiring waktu. Bagi beberapa orang, mungkin perlu terapi
tambahan untuk mengatasinya.
2.1.5 Patofisiologi Penyakit Meningitis
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin
bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus
(Nursing Begin, 2010).
2.1.6 Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis
Penderita penyakit meningitis perlu didiagnosis terlebih dahulu untuk
memastikan apakah benar-benar terjangkit penyakit meningitis. Ada beberapa
gejala penyakit meningitis yang biasanya muncul pada penderita, gejala secara
umum seperti sakit kepala, demam, otot leher kaku, ketakutan pada cahaya terang,
7

ketakutan pada suara keras, sering ingin muntah, nampak seperti kebingungan,
dan susah bangun dari tidurnya (Andareto, Obi, 2015).
Penyakit meningitis ini juga bisa diderita oleh bayi dan anak-anak, berikut
tanda dan gejala yang terjadi pada anak-anak (Ala Dokter, 2016):
1. Anak-anak mungkin merasa gelisah, tapi tidak ingin disentuh.
2. Demam tinggi dengan tangan dan kaki terasa dingin.
3. Menangis seperti melengking (high pitched cry) secara terus menerus.
4. Terlihat bingung, lemas, dan kurang responsif.
5. Beberapa anak akan mudah mengantuk dan sulit dibangunkan.
6. Mungkin ada ruam merah yang tidak hilang ketika gelas digulirkan dengan
sedikit ditekan di atasnya.
7. Menolah menyusu atau makan disertai muntah.
8. Kejang-kejang.
Adapun tanda dan gejala meningitis yang terjadi pada remaja dan orang
dewasa, yaitu (Ala Dokter, 2016):
1. Muntah-muntah.
2. Sakit kepala parah.
3. Leher menjadi kaku.
4. Demam dengan tinggi suhu 380C atau lebih dengan kaki dan tangan terasa
dingin.
5. Nafas cepat.
6. Sensitif terhadap cahaya atau fotofobia.
7. Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang tersebar (tidak terjadi pada semua
orang).
8. Kejang-kejang.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Meningitis
Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Ada
beberapa jenis pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit ini, antara lain
(Andareto, Obi, 2015):
1. Tes Darah
Dokter akan mengambil sampel darah dari pembuluh vena dan kemudian
sampel darah tersebut diuji di laboratorium. Dokter akan meletakkan sampel
8

darah tersebut pada piring khusus untuk diperiksa di bawah mikrosop, apakah
darah tersebut ditumbuhi oleh mikroorganisme atau tidak, terutama bakteri.
Setelah itu, dokter mungkin akan menambahkan noda ke sampel darah tersebut
dan kembali diuji di bawah mikrosop.
2. Tes Pencitraan
Pilihan tes pencitraan, antara lain X-ray dan computerized tomography (CT)
scan. Kedua jenis tes pencitraan tersebut dilakukan dari kepala, dada, atau sinus
untuk melihat apakah terjadi pembengkakan atau peradangan. Jenis tes ini juga
dapat membantu dokter untuk mendeteksi infeksi di daerah lain dari tubuh yang
mungkin berhubungan dengan penyakit meningitis.
3. Spinal Tap (Pungsi Lumbal)
Diagnosis definitif meningitis memerlukan analisis cairan serebrospinal
(CSF), di mana cairan tersebut dikumpulkan dengan melakukan sebuah prosedur
yang dikenal dengan istilah spinal tap. Pada orang dengan meningitis, cairan CSF
sering menunjukkan kadar gula (glukosa) rendah diiringi dengna peningkatan
jumlah sel darah putih dan meningkatkan protein. Analisis CSF juga dapat
membantuk dokter mengidentifikasi bakteri yang tepat yang menyebabkan
penyakit. Jika dokter mencurigai meningitis virus, ia dapat memerintahkan tes
DNA berbasis yang dikenal dengan istilah polymerase chain reaction (PCR)
amplifikasi atau tes untuk memeriksa antibodi terhadap virus tertentu untuk
memeriksa penyebab spesifik dari meningitis. Hal ini dapat membantu untuk
menentukan perawatan yang tepat dan prognosis.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis Penyakit Meningitis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Bisanya menggunakan sefaloposforin
generasi ke empat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik agar pemberian
antimikroba lebih efektif digunakan (Abbas, Husnunnisa, dkk, 2015).
9

1. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa)


1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama
1 setengah tahun.
2) Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.
2. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial)
1) Sefalosporin generasi ketiga Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6
kali sehari.
2) Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
3. Pengobatan simtomatis
1) Antikonvulsi, Diazepam IV: 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rektal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-
7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik pemberian
tambahan volume cairan intravena.
2.1.9 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Meningitis
Pencegahan selalu lebih baik dibandingkan mengobati. Kondisi meningitis
sebenarnya dapat dicegah melalui vaksinasi yaitu vaksin HiB atau Haemophillus
influenza tipe B yang merupakan penyebab tersering dari meningitis.
Saat ini vaksin HiB diberikan di usia 2, 3, dan 4 bulan lalu diulang kembali
di usia 18 bulan. Imunisasi ini dapat mencegah terjadinya meningitis dan
mencegah penderita meningitis mengalami komplikasi serius.
Meningitis atau radang selaput otak memang kondisi yang serius bahkan
mengancam nyawa. Kenali gejala meningitis pada anak maupun orang dewasa
dan lakukan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit ini.
Di Indonesia, terdapat dua jenis vaksin meningitis, yaitu vaksin
meningokokus polysakarida dan vaksin meningokokus konjugat. Vaksin
10

meningokokus polysakarida bisa diberikan untuk usia berapa pun dan mampu
memberi perlindungan sebesar 90-95 persen. Untuk anak di bawah usia 5 tahun,
vaksin ini bisa bertahan 1-3 tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi
selama 3-5 tahun. Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 11-55
tahun, biasanya diberikan pada jamaah haji dan tidak dianjurkan dijadikan sebagai
imunisasi rutin.
Ada beberapa cara sederhana yang dapat membantu untuk mencegah
penyakit meningitis, yaitu (Andareto, Obi, 2015):
1. Mencuci tangan, dengan mencuci tangan menjadi cara yang sangat penting
untuk dilakukan guna menghindari paparan dari agen infeksi. Sering-seringlah
mencuci tangan, namun dengan cara yang benar. Jangan hanya membilas
dengan air, gunakanlah sabun. Sebab, jika tidak kuman yang melekat pada
tangan tidak akan hilang.
2. Jangan berbagi makanan, minuman, sedotan, peralatan makan, lip balm, atau
sikat gigi dengan orang lain.
3. Waktu beristirahat cukup.
4. Olahraga dengan teratur.
5. Mengonsumsi makanan yang sehat, terutama buah, sayuran, dan biji-bijian.
6. Ketika batuk dan bersin tutuplah mulut dan hidung.
7. Ketika sedang hamil, selektiflah dalam memilih makanan. Hindarilah daging,
hot dog, keju lunak yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi, untuk
mengurangi risiko listeriosis.
2.1.10 Komplikasi Penyakit Meningitis
Menurut sebuah penelitian, lebih dari 50% remaja yang bertahan dari infeksi
meningitis alami komplikasi setelahnya. Risiko komplikasi makin tinggi jika
infeksi meningitis makin parah. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada kasus
meningitis bakterialis daripada kasus meningitis virus. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang bisa terjadi:
1. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total. Ini adalah salah satu
komplikasi paling umum dari meningitis. Pengidap meningitis biasanya
disarankan untuk lakukan tes pendengaran untuk memeriksa apa terjadi
masalah.
11

2. Masalah ingatan atau konsentrasi.


3. Rasa lelah bisa muncul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
infeksi.
4. Kesulitan belajar, bisa bersifat sementara atau permanen.
5. Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan.
6. Masalah dalam berbicara.
7. Penglihatan hilang, bisa sebagian atau total.
8. Munculnya gangren. Gangren adalah jaringan rusak yang akan mati. Jaringan
ini dirusak oleh racun yang dihasilkan bakteri yang masuk ke dalam darah.
Jika kerusakan jaringan sangat parah, maka mungkin diperlukan prosedur
amputasi.
9. Epilepsi.
10. Lumpuh otak atau cerebral palsy, istilah umum untuk kondisi yang
memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh.
11. Syok dan bahkan kematian.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Meningitis
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
1) Identitas pasien.
2) Keluhan utama: sakit kepala dan demam.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit
kepala, demam, dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang.
4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya perlu ditanyakan pada
pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien,
seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan
reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik).
12

5) Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien
juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
1) Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal.
2) TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan
peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia,
disritmia (pada fase akut) seperti disritmia sinus.
3) Afasia/kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/reaksi pupil), unisokor
atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola
mata bergerak-gerak terus menerus), kejang lobus temporal, otot
mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase akut meningitis),
hemiparese/hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+)
merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon
dalam terganggu, babinski (+), refleks abdominal menurun/tidak ada,
refleks kremastetik hilang pada laki-laki.
4) Adanya inkontinensia dan/atau retensi.
5) Muntah, anoreksia, kesulitan menelan.
6) Turgor kulit jelek.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
4. Risiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status
mental dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbataaan
informasi.
13

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tujuan:
- Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Rasa sakit kepala berkurang dan kesadaran meningkat
- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan:
No. Intervensi Rasional
1. Pasien bed rest total Perubahan pada tekanan intakranial akan
dengan posisi tidur dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
terlentang tanpa bantal. herniasi otak.
2. Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
neurologis dengan GCS. lanjt.
3. Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal autoregulasi
seperti TD, Nadi, Suhu, mempertahankan keadaan tekanan darah
Resoirasi dan hati-hati sistemik berubah secara fluktuasi.
pada hipertensi sistolik. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan
sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik.
4. Monitor intake dan output. hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadra,
nausea yang menurunkan intake per oral.
5. Bantu pasien untuk Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
membatasi muntah, batuk. intrakranial dan intraabdomen.
Anjurkan pasien untuk Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau
mengeluarkan napas merubah posisi dapat melindungi diri dari
apabila bergerak atau efek valsava.
berbalik di tempat tidur.
14

No. Intervensi Rasional


6. Monitor AGD bila Adanya kemungkinan asidosis disertai
diperlukan pemberian dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
oksigen. dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral.
7. Berikan terapi sesuai advis Terapi yang diberikan dapat menurunkan
dokter seperti: Steroid, permeabilitas kapiler.
Aminofel, Antibiotika. Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Tujuan: Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi.
Kriteria Hasil:
- Tidak terjadi serangan kejang ulang.
- Suhu 36,5-37,50C (bayi), 36-37,50C (anak)
- Nadi 110-120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)
- Respirasi 30-40 x/menit (bayi), 24-28 x/menit (anak)
- Kesadaran Composmentis
Rencana Tindakan:
No. Intervensi Rasional
1. Longgarkan pakaian, Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
berikan pakaian tipis yang yang ketat dan tidak menyerap keringat.
mudah menyerap keringat.
2. Berikan kompres dingin. Perpindahan panas secara konduksi.
3. Berikan ekstra cairan saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
(susu, sari buah, dll). meningkat.
4. Observasi kejang dan Pemantauan yang teratur menentukan
tanda vital tiap 4 jam. tindakan yang akan dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
anak panas. dan meningkatkan panas.
6. Berikan anti piretika dan Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
pengobatan sesuai advis. dan sebagai propilaksis.
15

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.


Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh 36-37,50C, Nadi 100-110 x/menit,
- RR 24-28 x/menit, kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana Tindakan:
No. Intervensi Rasional
1. Kaji faktor-faktor Mengetahui penyebab terjadinya
terjadinya hiperthermi. hiperthermi karena penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
2. Observasi tanda-tanda Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
vital tiap 4 jam sekali. menentukan perkembangan keperawatan
yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
normal. aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban
tinggiakan mempengaruhi panas atau
dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga Proses konduksi/perpindahan panas dengan
memberikan kompres suatu bahan perantara.
dingin pada kepala/ketiak.
5. Anjurkan untuk Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh
menggunakan baju tipis pakaian tebal dan tidak dapat menyerap
dan terbuat dari kain keringat.
katun.
6. Atur sirkulasi udara Penyediaan udara bersih.
ruangan
7. Beri ekstra cairan dengan Kebutuhan cairan meningkat karena
menganjurkan pasien penguapan tubuh meningkat.
banyak minum.
8. Batasi aktivitas fisik. Aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas.
16

4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status


mental dan penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Rencana Tindakan:
No. Intervensi Rasionalisasi
1. Independent Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
monitor kejang pada memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
tangan, kaki, mulut dan intervensi yang tepat untuk mencegah
otot-otot muka lainnya terjadinya komplikasi.
2. Persiapkan lingkungan Melindungi pasien bila kejang terjadi.
yang aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
3. Pertahankan bedrest total Mengurangi resiko jatuh/terluka jika vertigo,
selama fae akut sincope, dan ataksia terjadi.
4. Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
dokter seperti; diazepam, respiratorius depresi dan sedasi.
phenobarbital, dll.
17

5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.


Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil:
- Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
- Keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan:
No. Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji tingkat pengetahuan Mengetahui sejauh mana pengetahuan
keluarga. yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat.
2. Beri penjelasan kepada Penjelasan tentang kondisi yang dialami
keluarga sebab dan akibat dapat membantu menambah wawasan
kejang. keluarga.
3. Jelaskan setiap tindakan Agar keluarga mengetahui tujuan setiap
perawatan yang akan tindakan perawatan.
dilakukan.
4. Berikan Health Education Sebagai upaya alih informasi dan
tentang cara menolong anak mendidik keluarga agar mandiri dalam
kejang dan mencegah kejang, mengatasi masalah kesehatan.
antara lain:
- Jangan panik saat kejang
- Baringkan anak ditempat rata
dan lembut.
- Kepala dimiringkan.
- Pasang gagang sendok yang
telah dibungkus kain yang
basah, lalu dimasukkan ke
mulut.
- Setelah kejang berhenti dan
pasien sadar segera
minumkan obat tunggu
sampai keadaan tenang.
- Jika suhu tinggi saat kejang
lakukan kompres dingin dan
beri banyak minum
18

5. Berikan Health Education agar Mencegah peningkatan suhu lebih


selalu sedia obat penurun tinggi dan serangan kejang ulang.
panas, bila anak panas.
6. Jika anak sembuh, jaga agar Sebagai upaya preventif serangan ulang.
anak tidak terkena penyakit
infeksi dengan menghindari
orang atau teman yang
menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu.
7. Beritahukan keluarga jika anak Imunisasi pertusis memberikan reaksi
akan mendapatkan imunisasi panas yang dapat menyebabkan kejang
agar memberitahukan kepada demam.
petugas imunisasi bahwa
anaknya pernah menderita
kejang demam.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
yang spesifik. Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanan keperawatan oleh
perawat bersama klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan dalam melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
tekhnik intervensi harus dilakukan denga cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.
19

2.3 Pathway Meningitis

Bakteri, Virus, Protozoa

Udara Peradangan
Hematogen
organ/jaringan yang
Saluran Nafas dekat dengan selaput otak
Luka
Paru-Paru
Aliran Darah
Aliran Darah

Selaput Meningen

Peningkatan
Proses Infeksi
Metabolisme

Inflamasi pada
Hipertermi piameter & arachnoid

Peradangan
Sakit Kepala
meningen/meningitis

Berbentuk jaringan Nyeri Akut


G3 Perfusi parut & pus G3 Nutrisi
Jaringan kurang dari
Serebral Aliran CSS/reabsobsi kebutuhan
CSS terganggu G3 Mobilitas
Penurunan Fisik
Anoreksia
Kesadaran
Penumpukkan cairan
CSS di otak Penurunan
Mual dan muntah
Suplai darah Mobilitas
ke otak turun
Hidrosifalus G3 Neurologik
Pembesaran
Menekan arteri Kepala
dan kapiler darah Peningkatan TIK Menekan Otak
otak
Menekan otak

G3 Neurologik

G3 Kejang Retardasi G3 Daya Ingat


Penglihatan otot/spasme Mental

Risiko Injury/Trauma
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadipada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat.Pasien meningitis dengan kesadaran
menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi, karena secara otomatis
Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas
untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi pasien.
Jenis penyakit ini biasanya timbul akibat adanya infeksi virus. Namun, bisa
juga karena infeksi bakteri yang dianggap paling serius dan dapat mengancam
jiwa. Selain itu, infeksi jamur juga bisa menjadi penyebab dari penyakit
meningitis walaupun hal ini jarang terjadi. Biasanya, infeksi tersebut dapat
menular dari satu orang ke orang lain, misalnya dari batuk, bersin, mencium,
berbagi peralatan makan, sikat gigi, ataupun rokok.
3.2 Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita
meningitis disarankan untuk menghindari merokok, menjaga kesehatan makanan
dan rutin dalam berolahraga.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Husnunnisa, dkk.2015.Askep Meningitis.


From:https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/26/askep-
meningitis/.(Diakses 8 Mei 2018)
Ala Dokter.2016.Komplikasi
Meningitis.From:https://www.alodokter.com/komplikasi.(Diakses 8 Mei 2018)
Ala Dokter.2016.Pengertian
Meningitis.From:https://www.alodokter.com/meningitis.(Diakses 8 Mei 2018)
Andareto, Obi.2015.Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular dan
Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan Sampai Tertular).Jakarta:Pustaka
Ilmu Semesta
Baughman, Diane C, dkk.2000.Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari Brunner
& Suddarth.Jakarta:EGC
Nurhidayah, Evi.2011.Penyakit
Meningitis.From:https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/06/makalah-
penyakit-meningitis/.(Diakses 8 Mei 2018)
Nursing Begin.2010.Askep Meningitis.From:http://nursingbegin.com/askep-
meningitis/.(Diakses 8 Mei 2018)

You might also like