You are on page 1of 3

Advokasi

Home / Berita Utama / Saatnya Mengadvokasi KB dengan Bukt

Saatnya Mengadvokasi KB dengan Bukt

Advance Family Planning (AFP), inisiatf global yang dilaksanakan di sembilan negara dengan pendekatan
berbasis bukt (evidence-based). (DOK. DUAANAK.COM)

Advance Family Planning (AFP), inisiatf global yang dilaksanakan di sembilan negara dengan pendekatan
berbasis bukt (evidence-based). (DOK. DUAANAK.COM)

JAKARTA – DUAANAK.COM

Memasarkan sesuatu yang kasat mata memang lebih mudah. Calon pembeli bisa melihat secara nyata
bentuk atau ukuran maupun warna setap benda yang akan dibeli. Tanpa melihat bukt, tampaknya tak
mudah menjual suatu barang. Pun dengan program kependudukan, keluarga berencana, dan keluarga
berencana (KKBPK). Kini, dikembangkan suatu model advokasi KKB dengan cara menyodorkan bukt.

“Yang past-past aja, deh!” “Kami butuh bukt, bukan janji.” Itulah dua contoh pernyataan yang kerap
mengemuka di tengah masyarakat, baik menyangkut janji-janji politk maupun serbuan iklan produk.
Sebaliknya, mereka yang jumawa mengaku sukses kerap mengumbar kata-kata senada, “Kami beri bukt,
bukan janji.”

Ya, semua butuh bukt. Tak terkecuali para pemangku kepentngan membutuhkan bukt sahih manfaat
program KKB bagi pembangunan daerahnya. Langkah advokasi pun membutuhkan bukt (evidance
based) sebagai bagian dari argumentasi yang kuat dan berorientasi pada efektvitas program. Majalah
Warta Kencana dalam salah satu edisinya menjelaskan, tujuan advokasi program KKBPK adalah
mendorong terjadinya keputusan, komitmen, dan kebijakan dalam meningkatkan pencapaian program
KB. Perencanaan tersebut dilakukan terutama di tngkat kabupaten dan kota.

Ketua Yayasan Cipta Cara Padu (YCCP) Sugiri Syarief menjelaskan, aplikasi perangkat lunak yang
digunakan untuk membuat perencanaan advokasi KKB adalah SmartChart. Di dalamnya mengandung
instrumen perencanaan dengan menggunakan bukt-bukt yang didapat. Bukt-bukt tersebut terdiri atas
data populasi sepert demografi dan situasi KB, data proyeksi biaya program KB, informasi terkait
pengaruh jaring kerja, dan informasi kualitatf lainnya yang sengaja dikumpulkan untuk keperluan
advokasi.

Dengan menggunakan bukt-bukt itu, dapat membantu advokasi untuk membuat keputusan strategis
terkait tujuan program, sasaran, dan isi pesan yang pentng demi keberhasilan advokasi KB. Keputusan
strategis dimulai dengan membuat keputusan program yang menjadi landasan untuk melakukan
langkah-langkah berikutnya secara berurutan. Adapun langkah-langkah yang dimaksud meliput
keputusan program, konteks, pilihan strategis, kegiatan advokasi, mengukur keberhasilan, dan kaji ulang.

“Langkah pertama dalam membuat keputusan program yaitu dengan mengidentfikasi tujuan akhir
(goal), tujuan, dan pembuat keputusan. Keputusan proggam harus menggunakan data dasar sepert
populasi, demografi, dan situasi KB. Selain itu, menggunakan data dari proyeksi biaya dan informasi dari
peta pengaruh jejaring kerja. Perencanaan komunikasi tdak bisa dilakukan sebelum keputusan tentang
tga hal itu ditentukan, disertai dengan tga prinsip utama,” papar dia.

Pertama, menentukan tujuan jangka panjang atau tujuan akhirnya. Dalam program KB tujuan jangka
panjang yang ingin dicapai seringkali ditetapkan dalam angka demografi, misalnya angka total fertlity
rate (TFR). Untuk mencapai tujuan jangka panjang, hal yang dilakukan dengan menguraikannya menjadi
bagian yang lebih kecil. Misalnya, dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi, meningkatkan
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau merubah kebijakan untuk meningkatkan
anggaran KB.

Kedua, membuat langkah konkret dalam mencapai tujuan jangka panjang. Menetapkan tujuan
merupakan komponen pentng dari strategi. Bila tujuan terlalu luas, keputusan yang dibuatpun menjadi
tak jelas. Akibatnya upaya yang dilakukan tdak akan efektf. Tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini
memiliki dua kategori, yaitu perubahan perilaku dan perubahan kebijakan. Keduanya memiliki tpe yang
amat berbeda.

Ketga, menentukan pembuat kebijakan akhir atau pihak yang bisa mewujudkan tujuan tersebut.
Pembuat keputusan akhir merupakan pihak yang memiliki kekuasaan untuk mewujudkan apa yang
diinginkan. Untuk menentukannya, dapat menggunakan informasi dari peta pengaruh jejaring kerja.
Siapapun yang membuat keputusan akhir atau dapat mengubah suatu kebijakan, maka dialah pembuat
keputusan yang dicari. Merekalah sasaran advokasi itu.

Langkah kedua adalah konteks dengan membuat peta intenal dan eksternal. Pemetaan internal berguna
untuk menilai aset dan tantangan organisasi atau kelompok peduli KB dari perspektf kapasitas yang
dimiliki. Sementara pemetaan eksternal merupakan kesempatan terbaik dalam menilai lingkungan untuk
kepentngan advokasi program.

Langkah berikutnya adalah memilih strategi dengan menentukan kelompok sasaran terlebih dahulu. Tim
advokasi dapat melakukan segmentasi kelompok sasaran ke dalam kategori yang lebih spesifik menurut
demografi, geografi, dan kategori lain yang relevan dengan tujuan advokasi. Sebagian besar informasi
tersebut bisa didapat dari peta pengaruh jejaring kerja.

Menentukan kelompok sasaran yang berbeda akan menyebabkan perbedaan mendasar mengenai
berbagai faktor, sepert apa saja kepentngan mereka dan dimana kelompok sasaran tersebut
memperoleh informasi mengenai isu yang diusung Tim Advokasi. Dalam beberapa kasus, kelompok
sasaran bisa saja sama dengan pembuat keputusan. Dalam kasus lain, bisa memilih kelompok sasaran
yang dapat membantu untuk mempengaruhi pembuat keputusan.
Masyarakat umum dan media tdak bisa dijadikan target atau kelompok sasaran. Mustahil menemukan
suatu pesan yang bisa berpengaruh terhadap semua masyarakat karena kemungkinan hasil dari pesan
akan berlalu begitu saja dan tdak mempengaruhi siapapun. Begitu pula dengan media, jangakaunnya
hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

Karena kelompok sasaran berfungsi sebagai rujukan bagi masyarakat suatu isu, maka pihak yang
dijadikan kelompok sasaran yaitu orang-orang yang menjadi contoh bagi masyarakat dalam membentuk
opini. Banyak organisasi lebih tergoda beradu pendapat denga kelompok penentang dibandingkan
memfokuskan diri pada kelompok sasaran yang ada dalam jangkauan sebenarnya. Kelompok sasaran
tersebut berpotensi memberikan dukungan terhadap permasalahan, meski hanya dengan sedikit upaya
advokasi.

Setelah menetapkan kelompok sasaran, hal selanjutnya adalah pesan yang akan disampaikan. Dalam
bahasa sederhananya, yaitu apa yang ingin dikatakan. Namun, ada sebuah nasehat yang juga pentng
untuk diperhatkan, yaitu “Yang pentng bukan apa yang ingin Anda katakan, melainkan apa yang dapat
mereka dengar.” Dengan demikian, pesan yang disampaikan oleh tm advokasi kepada kelompok sasaran
harus jelas dan mudah dimengert.

Langkah keempat adalah kegiatan advokasi atau melakukan komunikasi. Tim advokasi mengidentfikasi
taktk, menentukan alur sesuai batasan waktu dan memberikan tugas kunci kepada orang yang akan
membantu mengimplementasikan strategi tm. Ida menjelaskan, hal-hal yang perlu dipertmbangkan dan
ditetapkan, yaitu taktk, kerangka waktu, pembagian tugas, dan anggaran.

“Langkah berikutnya adalah mengukur keberhasilan. Untuk mengukurnya dengan menggabungkan


antara upaya (output) dengan hasil. Output digunakan sebagai ukuran upaya tm advokasi dalam rangka
untuk melangkah ke depan dalam melaksanakan strategi. Sementara hasil adalah perubahan yang terjadi
karena proses output tersebut. Salah satu output kemungkinan mampu menghasilkan banyak berita,
khususnya dalam menyampaikan pesan utama dan bisa dijadikan saluran untuk menjangkau kelompok
sasaran tertentu,” papar Sugiri.

“Hasil yang bisa dilihat oleh kelompok sasaran adalah liputan berita. Berdasarkan liputan tersebut, bisa
mengundang tm advokasi untuk memberikan testmoni pada saat tatap muka berikutnya. Pengukuran
harus didefinisikan dan dikaji ulang selama program advokasi berjalan, tdak menunggu sampai akhir,”
Sugiri melanjutkan.

Langkah terakhir yaitu mengjaki ulang strategi advokasi sebelum dilakukan. Semua keputusan strategi
harus bisa mendukung terwujudnya pendekatan secara konsisten, dengan berpikir cermat sebelum
mulai menginvestasikan waktu dan uang ke dalam strategi advokasi.(WARTA KENCANA)

You might also like