Professional Documents
Culture Documents
dan Mania
Gangguan Alam Perasaan
1. 1. Pengertian
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh
keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom
depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan
dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi (Gibbson Towsend , M C, 1995).
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala
mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu
keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999).
Keadaan emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh seluruh kehidupan dan
fungsi kehidupan seseorang.
Mania
a) Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat
atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
b) Kognitif : ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight or
idea.
d) Tingkah laku : agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan
bicara bertele-tele.
Depresi
Adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka
yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan untuk menunjukkan
berbagai fenomena : tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi penyakit atau kondisi klinis secara
menyeluruh.
2. Psikodinamik
Gangguan alam perasaan depresi dapat terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit, yaitu
perubahan natriun dan kalium didalam neuron. Perubahan biokimia (noreefinefrin, dopamine dan
serotonin) juga mempengaruhi keadaan emosional individu. Rendahnya kadar noreefinefrin dan
dopamine mengakibatkan individu berada dalam episode depresi dan sebaliknya meningkatkan
kadar norefinefrin dan dopamine didalam otak mengakibatkan perilaku maniak. (Gibbson
Towsend , M C, 1995).
Responsif adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini
individu dapat berpartisipi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan dan mengalami proses kehilangan misalnya bersedih, berfokus pada diri
sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak brerlangsung
lama.
Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaan tentang lingkungan.
Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang,
tetapi tidak nampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yag menajang ini
dapat terjadi beberapa tahun.
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang
meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini
dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang
meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka
yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan untuk menunjukkan
berbagai fenomena : tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi penyakit atau kondisi klinis secara
menyeluruh.
1. 4. Terapi Depresi
1. Terapi Individual
2) Diskusikan perilaku mengalahkan diri, harapan yang tidak realistis,dan kemungkinan distorsi
dari realita.
5) Upayakan untuk mengubah pola berpikir negatif otomatis tentang diri, orang lain,
lingkungan, dan masa depan.
6) Beri kesempatan kepada klien, seperti berdiskusi dan bermain peran untuk menyelesaikan
masalah interpersonal.
1) Kaji fungsi keluarga, pola komunikasi, peran yang diharapkan, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan stresor.
2) Dapatkan informasi dari masing-masing anggota keluarga tentang situasi keluarga saat ini.
3) Tentukan bagaimana konflik atau krisis ditangani, dan evaluasi dukungan anggota keluarga
yang satu terhadap yang lain.
7) Fasilitasi pengungkapan ansietas, rasa marah,rasa tidak berdaya dan rasa bermusuhan, dan
ajarkan cara-cara untuk mengatasi secara efektif aspek-aspek yang mengancam pada situasi saat
ini.
8) Kaji perasaan bersalah dan menyalahkan yang mungkin terjadi akibat pandangan yang tidak
realistis terhadap situasi krisis.
1. 5. Pengobatan
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita
gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan
untuk menangani perilaku manik.
5) Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman Depresi
adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis
obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan penyuluhan.pada
fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase
pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat baahkan selama
waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi mengalami kambuh, pengobatan
dihentikan.
a) Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang
merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik
dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)
b) Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak
adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang,
fungsi tubuh, status atau harga diri.
2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode
depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk
menyelesaikan masalah
3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi,
terutama pada wanita.
4. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan
organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.
5. Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya
obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang
melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai
kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.
1. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan
supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme
koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania
merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya
koping dalam menghadapi kehilangan.
1. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania
adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan
kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup.
2) Tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
4) Gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
5) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,
6) Konsentrasi terganggu,
7) Tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien
psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional),
waham, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap
bermusuhan (hostility)
B. Masalah Keperawatan
1. Ketidakberdayaan
2. Berduka disfungsional
3. Keputusasaan
4. Resiko tinggi terhadap cedera
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur
8. Resiko mencedrai diri
C. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping individu
tidak efektif.
1. 2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan selera
makan.
Diagnosis keperawatan untuk depresi : Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Kemungkinan penyebab
a) Nyeri emosional
c) Perubahan biokimia
d) Riwayat penganiayaan
Ratasan karakteristik
D. Perencanaan
Tujuan Umum :
3.Beri perawatan
individu sebagai
manusia layaknya.
a) Buat kontrak dengan klien untuk tidak bunuh diri. Tujuan utama kontrak adalah agar klien
mencari staf nakes jika timbul perasaan ingin bunuh diri dan lebih membicarakan perasaan
tersebut dari pada melaksanakannya. Tujuan lain adalah agar tersedia waktu untuk
mengeksplorasi beberapa alternatif bersama dengan klien. Menegosiasikan kerangka waktu
kontrak pencegahan bunuh diri bersama dengan klien didasari pada kemampuan klien untuk
bekerja sama dengan perawat.
b) Tentukan tingkat pencegahan bunuh diri yang diperlukan dan evaluasi ulang kemungkinan
bunuh diri dikegiatan sehari-hari. Seorang klien depresi dapat beresiko besar melakukan bunuh
diri jika terapi mengalami kemajuan dan tingkat energi bertambah.
c) Cari adanya benda berbahaya pada barang pribadi milik klien. Tindakan ini meningkatkan
rasa aman dan mencegah klien agar tidak melukai diri dengan meenggunakan barang pribadi.
d) Monitor klien secara ketat selama operan, waktu makan, dan jika staf nakes yang tersedia
lebih sedikit. Klien cenderung untuk melakukan bunuh dirijika anggota staf sedang sibuk atau
melakukan tugas ganda.
e) Dorong klien untuk mengekspresi perasaannya yang kuat kepada staf nakes. Klienn
memerlukan penguatan untuk mempelajari dan mempraktikan ekspresi perasaan yang sesuai.
E. Evaluasi
1) Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2) Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali.
4) Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.
7) Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
BAB V
PENUTUP
1. A. Simpulan
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala
mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu
keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999).
Faktor predisposisi
a) Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan.
b) Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh
perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan
menyalahkan diri sendiri.
Faktor presipitasi
1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang,
fungsi tubuh, status atau harga diri.
2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode
depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk
menyelesaikan masalah
3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi,
terutama pada wanita.
Pengobatan
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita
gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan
untuk menangani perilaku manik.
5) Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
1. B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan khusunya
klien dengan Gangguan Alam Perasaan harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang
dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan
secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat B.A. 1999. “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta : FIK-
UI
Marilynn E Doenges. 2006. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Kesehatan jiwa dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara pasien, keluarga dan
tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah satu dari komponen tersebut, maka
akan menghambat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu. P. 2010. “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta : FIK-UI
Keliat B.A. 2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC
Marilynn E Doenges. 2006. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Gibbson Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran
Purwaningsih w. Dkk, 2010. “Asuhan Keperawatan Jiwa”. Bantul Yogyakarta”: Nuha Medika.