Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperoleh gambaran bagaimana rancangan eksperimen untuk memperoleh DE50 dan DL50
2. Memahami konsep indeks terapi dan implikasi – implikasinya.
II. PRINSIP
1. Indeks Terapi
Indeks terapi adalah rasio antara dosis yang menimbulkan kematian pada 50% dari hewan
percobaan yang digunakan (LD50) dibagi dosis yang memberikan efek yang diteliti pada 50%
dari hewan percobaan yang digunakan (ED50).
Indeks terapi
Semakin besar indeks terapi obat semakin besar efek terapeutiknya.
2. Dosis respon obat
Jika dosis meningkat maka intensitas efek obat pada makhluk hidup juga meningkat.
Jika dosis berlebih maka akan menyebabkan over dosis bahkan kematian karena rentang
indeks terapinya terlalu rendah sehingga menimbulkan efek toksik.
Jika dosis kurang maka tidak akan menimbulkan efek teurapeutik.
III. TEORI
Indeks Terapi
Indeks terapi hanya berlaku untuk satu efek, maka obat yang mempunyai beberapa
efek terapi juga mempunyai beberapa indeks terapi. Contoh : Aspirin mempunyai efek
analgetik dan antirheumatik. Indeks terapi atau batas keamanan obat aspirin sebagai analgetik
lebih besar dibandingkan dengan indeks terapi sebagai antireumatik karena dosis terapi
antireumatik lebih besar dari dosis analgetik (Adnan,2011).
Meskipun perbandingan dosis terapi dan dosis toksik sangat bermanfaat untuk suatu
obat, namun data demikian sulit diperoleh dari penelitian klinik.( sulit mendapatkan
responden yang bersedia untuk uji klinik ). Maka dari itu selektifitas obat dinyatakan secara
tidak langsung yaitu diperhitungkan dari data : (1) pola dan insiden efek samping yang
ditimbulkan obat dalam dosis terapi, dan (2) persentase penderita yang menghentikan obat
atau menurunkan dosis obat akibat efek samping. (Adnan,2011).
Harus diingat bahwa gambaran atau pernyataan bahwa obat cukup aman untuk
kebanyakan penderita, tetapi tidak menjamin keamanan untuk setiap penderita karena selalu
ada kemungkinan timbul respons yang menyimpang. Contohnya : penisilin dapat dinyatakan
aman untuk sebagian besar penderita tetapi dapat menyebabkan kematian untuk penderita
yang alergi terhadap obat tersebut. (Adnan,2011).
Respons individu terhadap obat sangat bervariasi, yaitu dapat berupa: (1) Hiperaktif
(dosis rendah sekali sudah dapat memberikan efek); (2) Hiporeaktif (untuk mendapatkan
efek, memerlukan dosis yang tinggi sekali); (3) Hipersensitif ( orang alergi terhadap obat
tertentu ); (4) Toleransi ( untuk mendapatkan efek obat yang pernah di konsumsi sebelumnya,
memerlukan dosis yang lebih tinggi); (5) Resistensi (efek obat berkurang karena
pembentukan genetik); (6) Idiosikrasi (efek obat yang aneh , yang merupaka reaksi alergi
obat atau akibat perbedaan genetik) (Adnan,2011).
Tiopental
Tiopentaladalah sebuah obat tidur yang diberikan secara intravena untuk induksi
anestesi umum atau untuk produksi anestesi lengkap durasi pendek. Hal ini juga digunakan
untuk hipnosis dan untuk kontrol negara kejang. Telah digunakan pada pasien bedah saraf
untuk mengurangi tekanan intrakranial meningkat. Tidak menghasilkan eksitasi apapun tetapi
memiliki analgesik miskin dan sifat otot relaksasi. Dosis kecil telah terbukti anti analgesik
dan menurunkan ambang nyeri (Martindale, 1996).
Farmakodinamik
Thiopental, obat tidur, digunakan untuk induksi anestesi sebelum penggunaan lain agen
anestesi umum dan untuk induksi anestesi untuk prosedur bedah, diagnostik, terapeutik atau
pendek berhubungan dengan rangsangan nyeri yang minimal (Adriano, 2007).
Thiopental adalah depresan ultrashort-acting dari sistem saraf pusat yang
menginduksi hipnosis dan anestesi, tetapi tidak analgesia. Ini menghasilkan hipnosis dalam
waktu 30 sampai 40 detik injeksi intravena. Pemulihan setelah dosis kecil cepat, dengan
beberapa mengantuk dan amnesia retrograde (Adriano, 2007).
Dosis intravena berulang menyebabkan anestesi berkepanjangan karena jaringan
lemak bertindak sebagai reservoir, mereka menumpuk Pentothal dalam konsentrasi 6 sampai
12 kali lebih besar dari konsentrasi plasma, dan kemudian melepaskan obat secara perlahan
menyebabkan anestesi berkepanjangan (Adriano, 2007).
Jumlah mencit yang kehilangan ”righting reflex” diamati dan dicatat pada setiap
kelompok dan angka tersebut dinyatakan dalam persentase serta jumlah mencit yang mati
pada setiap kelompok tersebut juga dicatat. Kemudian grafik dosis-respon dibuat pada ketas
grafik log pada ordinat presentase hewan yang memberikan efek (hilang ”righting refleks”
atau kematian) pada dosis yang digunakan.
2. 70 mg :
70 mg x 0,0026 gr = 0,128
0,182 𝑥 18,713
20 x = = 0,1702
20
tabel pengamatan :
geliat mencit
7
3
geliat mencit
2
0
3 6 9 12 15 18 21 24
VIII. PEMBAHASAN
Percobaan dosis respon obat dan indeks terapi ini bertujuan untuk memperoleh (LD50)
dan (ED50) serta memahami konsep indeks terapi pada hewan percobaan, yaitu mencit
dengan berat sekitar 20 g. Sementara obat yang diujikan indeks terapinya adalah
phenobarbital natricum. Penyuntikan dilakukan secara intraperitonial. Cara pemberian secara
intraperitonial yaitu mencit disuntik di bagian abdomen bawah sebelah garis midsagital
dengan posisi abdomen lebih tinggi daripada kepala, dan kemiringan jarum suntik 10°.
Pemberian secara intraperitonial dimaksudkan agar absorbsi pada lambung, usus dan proses
bioinaktivasi dapat dihindarkan, sehingga didapatkan kadar obat yang utuh dalam darah
karena sifatnya yang sistemik.
pada saat mencit disuntikan larutan phenobarbitalum ,
IX. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil percobaan pemberian dosis obat terhadap hewan percobaan yaitu mencit,
LD50 dan ED50 tidak diperoleh karena datanya tidak mencukupi.
2. Indeks terapi adalah rasio antara dosis yang menimbulkan kematian pada 50% dari hewan
percobaan yang digunakan (LD50) dibagi dosis yang memberikan efek yang diteliti pada 50%
dari hewan percobaan yang digunakan (ED50).
Indeks terapi
Semakin besar indeks terapi obat maka semakin besar efek terapeutiknya
DAFTAR PUSTAKA
Schmitz, Gary Hans Lepper dan Michael Heidrich. 2003. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/gg.html#ixzz4TTq3H4nU