Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, sebab selain
masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi
persoalan yang harus kita tangani dengan serius.
Permasalahan stunting di Indonesia sendiri menurut laporan yang
dikeluarkan oleh UNICEF yaitu diperkirakan sebanyak 7,8 juta anak yang berusia
dibawah lima tahun mengalami stunting, sehingga UNICEF memposisikan
Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak dibawah 5 tahun
yang mengalami stunting tinggi. Selain itu juga, berdasarkan data dari Riskesdas
(2013) diketahui bahwa balita di Indonesia yang dikatakan stunting sebanyak
37,2%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting tahun 2013 mengalami
peningkatan dari hasil Riskedas 2010, yaitu sebesar 35,6%.
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh multi-
faktorial dan bersifat antar generasi. Di Indonesia masyarakat sering menganggap
tumbuh pendek sebagai faktor keturunan. Persepsi yang salah di masyarakat
membuat masalah ini tidak mudah diturunkan dan membutuhkan upaya besar dari
pemerintah dan berbagai sektor terkait. Hasil studi membuktikan bahwa pengaruh
faktor keturunan hanya berkontribusi sebesar 15%, sementara unsur terbesar
adalah terkait masalah asupan zat gizi, hormon pertumbuhan dan terjadinya
penyakit infeksi berulang. Variabel lain dalam pertumbuhan stunting yang belum
banyak disebut adalah pengaruh paparan asap rokok maupun polusi asap juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan stunting.
Periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan simpul kritis
sebagai awal terjadinya pertumbuhan Stunting, yang sebaliknya berdampak
jangka panjang hingga berulang dalam siklus kehidupan. Kurang gizi sebagai
penyebab langsung, khususnya pada balita berdampak jangka pendek
meningkatnya morbiditas. Bila masalah ini bersifat kronis, maka akan
mempengaruhi fungsi kognitif yakni tingkat kecerdasan yang rendah dan
berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Pada kondisi berulang (dalam
siklus kehidupan) maka anak yang mengalami kurang gizi diawal kehidupan
(periode 1000 HPK) memiliki risiko penyakit tidak menular pada usia dewasa.
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani
secara serius. Hasil-hasil Riskesdas menunjukkan, besaran masalah Stunting yang
relatif stagnant sekitar 37% sejak tahun 2007 hingga 2013 Dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia, lebih dari separuhnya memiliki angka prevalensi diatas rata-rata
nasional. Kesenjangan prevalens Stunting antar provinsi yang masih lebar antara
DIY (22,5%) dan NTT (58,4%) menunjukkan adanya ketimpangan dan
pembangunan yang tidak merata. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (2010-2014), perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu
prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight)
menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun
2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013
menunjukkan fakta yang memprihatinkan di mana underweight meningkat dari
18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%,
Pertumbuhan Stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untuk tumbuh pendek pada usia remaja. Anak yang tumbuh pendek pada
usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 27 kali
untuk tetap pendek sebelum memasuki usia pubertas; sebaliknya anak yang
tumbuh normal pada usia dini dapat mengalami growth faltering pada usia 4-6
tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek pada usia pra-pubertas. Oleh karena
itu, intervensi untuk mencegah pertumbuhan Stunting masih tetap dibutuhkan
bahkan setelah melampaui 1000 HPK.
Berdasarkan masalah diatas maka perlu dikaji masalah Stunting memiliki
dampak yang cukup serius; antara lain, jangka pendek terkait dengan morbiditas
dan mortalitas pada bayi/Balita (Sumarmi, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Stunting?
1.2.2 Apa yang menyebabkan stunting?
1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi stunting?
1.2.4 Bagaimana dampak stuting?
1.2.5 Bagaimana cara mencegah stunting?
1.2.6 Bagaimana Pemfokusan tenaga kesehatan dalam mencegah stunting?
1.2.7 Bagaimana usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah stunting?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Stunting
1.3.2 Untuk mengetahui menyebabkan stunting
1.3.3 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi stunting
1.3.4 Untuk mengetahui dampak stuting
1.3.5 Untuk mengetahui cara mencegah stunting
1.3.6 Untuk mengetahui Pemfokusan tenaga kesehatan dalam mencegah stunting
1.3.7 Untuk mengetahui usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah
stunting
1.4 Manfaat
Bisa menjadi referensi tambahan tentang masalah stunting di Indonesia serta
usaha apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah stunting
di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang
tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).
Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi
yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi
badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya. Stunted adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator
jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra
dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari
gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan
linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan
yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan
gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
2.2. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang
gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya
stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor,
dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
ACC/SCN. 2000 4th Report-The World Nutrition Situation . Nutrition Troughout The
Life Cycle. Geneva : WHO.
Allen, L.H dan Gilledpie, S.R. 2001. What Works? A Review Of The Efficacy and
Effectiveness Of Nutritions. Manila: ABD.
Badan Litbangkes Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Litbangkes Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ketut, Ni Aryastami dan Ingan Tarigan. 2017. Kajian Kebijakan dan
Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 45, No. 4, Desember 2017: 233 - 240
Online: https://www.katapena.info/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-
stunting.html
Sumarmi Sri. 2015. Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat Dalam Gerakan
Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Menurunkan Stunting Dan
Angka Kematian Ibu. Departemen Gizi Kesehatan – FKM Universitas
Airlangga.
UNICEF. 1998. The State Of The World’s Children.
UNICEF. 2012. Indonesia Laporan Tahunan. Geneva : UNICEF.
WHO. 2006b. WHO Child Growth Standards : length/height-forage, weight-for age,
weight-for-length and body mass indeks-for-age. Geneva, Switzerland :
Departemen Of Nutrition For Health And Development.