You are on page 1of 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PNEUMONIA

Dosen: Septian Mugi Rahayu., Ners. M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Intan Kusuma Fabriyani 2017C06b0095
2. Mulyadi 2017C06b0099
3. Riup Yakup 2017C06b0103
4. Suwinto 2017C06b0107

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Konsep Dasar
Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia”.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya
dalam pelajaran keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang
mempunyai relevansi yang sangat erat dengan pendidikan keperawatan yang
diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini disusun dalam bentuk yang
simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik
berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang. .

Palangka Raya, 30 April 2018


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2
1.4.1 Toritis....................................................................................................................... 2
1.4.2 Praktis ...................................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit .................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Penyakit Pneumonia........................................................................... 3
2.1.2 Etiologi Penyakit Pneumonia ............................................................................... 3
2.1.3 Manifestasi Klinis Penyakit Pneumonia ............................................................. 5
2.1.4 Patofisiologi Penyakit Pneumonia ....................................................................... 6
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................ 7
2.1.6 Komplikasi Penyakit Pneumonia ......................................................................... 8
2.1.7 Dampak Penyakit Pneumonia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia ............. 8
2.1.8 Phatway ................................................................................................................. 10
2.1.9 Penatalaksanaan Penyakit Pneumonia .............................................................. 11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .............................................................. 11
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................................. 11
2.2.2 Analisa Data .......................................................................................................... 14
2.2.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 14
2.2.4 Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 15
2.2.5 Implementasi Keperawatan................................................................................. 17
2.2.6 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................... 17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 18
3.2 Saran .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada
kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap merupakan penyebab keatian
keenam di Amerika Serikat.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan-5 tahun, pada usia dibawah
2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60
kali/menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.
Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50
kali/menit dan pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan
sebanyak 40 kali/menit. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti
anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang dan
terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas
tambahan pada paru) saat inspirasi.
Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak
pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan
menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu
segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas
mererka masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan
orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alkohol, paska bedah dan penderita penyakit pernapasan
kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari
pasien-pasien yang kritis di ICU dapat menderita pneumonia, dan setengah dari
pasien-pasien tersebut (Rikayuhelmi, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pada penyakit Pneumonia?
2. Bagaiman asuhan keperawatan pada penyakit Pneumonia?

1
2

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar tentang penyakit pneumonia
dan asuhan keperawatan tentang penyakit penumonia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang penyakit pneumonia.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
1.4 Manfaat
1.4.1 Toritis
Untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang penyakit pneumonia,
dan diharapkan agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan
pneumonia.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan perpustakaan dan dapat
digunakan sebagai perbandingan jika suatu saat akan dilakukan laporan
tentang hal yang sama, serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembacanya.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
dalam pembuatan makalah ini khususnya mengenai konsep dasar dan asuhan
keperawatan tentang penyakit pneumonia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian Penyakit Pneumonia
Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Penggunaan antibiotik
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal.
Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa
bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus,mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel
(Misnadiarly, 2008).
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu
banyak minum alkohol. Penyebab yang paling sering ialah serangan bakteri
Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus.
Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut
usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronis sebagai akibat rusaknya
sistem kekebalan tubuh. Namun, pneumonia juga bisa menyerang orang muda
yang bertubuh sehat. Saat ini pneumonia merupakan pembunuh utama anak-anak
di bawah usia lima tahun (balita) di dunia. Angka kematian yang disebabkan
penyakit ini lebih banyak dibandingkan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan
campak. Pneumonia juga merupakan salah satu penyakit serius yang merenggut
nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun (Suryo, Joko, 2010).
2.1.2 Etiologi Penyakit Pneumonia
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-
beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang

3
4

akan diberikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang


jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lai pada
suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun
dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu
tempat. Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain:
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gram-negatif seperti Streptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Leginella,
Hemophilus influenzae (Mulyanto, Akhad Aji, dkk, 2014).
2. Virus
Influenza virus, parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus,
chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus.
3. Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-
bahan lain/non infeksi:
1) Pneumonia lipid: disebabkan karena aspirasi minyak mineral.
2) Pneumonia kimiawi: inhalasi bahan-bahan organik dan bahan-bahan
anorganik atau kimia seperti beryllium.
3) Ekstrinsik allergikalveoris: inhalasi bahan debu yang mengandung allergen
seperti sporaaktinomisitastermofilik yang terdapat pada ampas debu di
pabrik gula.
4) Pneumonia karena obat: nikofurantoinbakufanmatonasat.
5) Pneumonia karena radiasi.
6) Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
Ada beberapa hal lain yang memungkinkan seseorang berisiko tinggi
terserang penyakit pneumonia, yakni sebagai berikut (Suryo, Joko, 2010):
1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah
1) Penderita HIV/AIDS.
2) Penderita penyakit kronis, seperti sakit jantung, diabetes melitus.
3) Orang yang pernah atau rutin menjalani kemoterapi.
5

4) Orang yang meminum obat golongan Immunosupressant dalam waktu


lama.
2. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami iritasi pada
saluran pernapasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan sekresi mukus
(riak/dahak). Apabila riak/dahak mengandung bakteri, maka dapat
menyebabkan pneumonia. Alkohol berdampak buruk terhadap sel-sel darah
putih sehingga daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi menjadi lemah.
3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensif (ICU/ICCU). Pasien yang
dilakukan tindakan ventilator (alat bantu napas) sangat berisiko terkena
pneumonia. Di saat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi
lambung (perut) ke arah kerongkongan.
4. Menghirup udara yang tercemar polusi zat kimia. Risiko tinggi yang dihadapi
para petani apabila menyemprotkan tanaman dengan zat kimia tanpa memakai
masker adalah terjadinya iritasi dan menimbulkan peradangan pada paru-paru,
dan selanjutnya rentan menderita penyakit pneumonia.
5. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar biasanya
bermasalah dalam hal mobilisasi. Orang dengan kondisi semacam itu memiliki
risiko tinggi terkena penyakit pneumonia. Pasalnya, saat tidur berbaring statis
sangat mungkin riak/dahak berkumpul di rongga paru-paru dan menjadi media
berkembangnya bakteri.
2.1.3 Manifestasi Klinis Penyakit Pneumonia
Gejala umum dan tanda-tanda yang terjadi bila seseorang menderita
pneumonia adalah (Suryo, Joko, 2010):
1. Didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas (ISPA) selama satu
minggu.
2. Panas yang tinggi (mencapai 40 0C) disertai menggigil dengan gemeretak gigi,
bahkan sampai muntah.
3. Batuk, jenis batuk biasanya produktif mengeluarkan lendir yang berwarna
hijau atau merah tua.
4. Sakit pada bagian dada yang hebat.
5. Kesulitan bernapas.
6. Mengeluarkan banyak keringat.
6

7. Bibir dan kuku membiru.


8. Kesadaran pasien menurun.
Tanda-tanda menderita pneumonia dapat dideteksi dengan beberapa cara, di
antaranya:
1. Suara gemerecik yang keras terdengar pada bagian dada.
2. Pemeriksaan X-ray (Rontgen).
3. Pemeriksaan sputum.
2.1.4 Patofisiologi Penyakit Pneumonia
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara atau
kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui
darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluargkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar
kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
Udara di sekitar kita penuh dengan bibit-bibit penyakit. Seseorang tidak
jatuh sakit karena ada keseimbangan antara sistem pertahanan tubuh kita, serta
jumlah maupun keganasan bibit penyakit. Yang dimaksud dengan sistem
pertahanan tubuh, misalnya struktur kulit, proses batuk, hingga sel-sel pembunuh
yang berada dalam darah maupun cairan limpa (sistem antibodi). Untuk itu,
penting selalu menjaga kondisi tubuh agar tetap fit menghadapi serangan
penyakit.
Pada orang yang terganggu pertahanan tubuhnya misalnya kesadaran
menurun, usia lanjut, menderita penyakit pernapasan kronis. Infeksi viru, diabetes
mellitus dan penyakit kronis lainnya termasuk juga pada penderita penyakit parah
jantung atau kanker mereka menjadi mudah sakit. Selain itu, jumlah bakteri atau
virus serta keganasan virus atau bakteri tersebut yang masuk ke tubuh calon
penderita bisa memengaruhi apakah seseorang menjadi sakit atau tidak (Suryo,
Joko, 2010).
7

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal lobar, bronchial)
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin
bersih.

2. GDA/nadi oksimetris: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas


paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organisme ada bekteri yang
umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos.
4. JDL: leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembanya
pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: misalnya titer virus atau legionella, aglutinin dingin
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar) tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit: Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin: Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka: dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
rekayasa/rubela).
8

2.1.6 Komplikasi Penyakit Pneumonia


Kadang-kadang pneuomonia berperan penting dalam penambahan masalah
medis yang disebut komplikasi. Komplikasi yang penting sering disebabkan oleh
pneumonia karena bakteri daripada virus. Komplikasi yang penting meliputi:
1. Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia
sering kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap
cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Pneumonia dapat
menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome.
Hasi ldari gabungan infeksi dan respons inflamasi dalam paru-paru segera
diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras
menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus
membuat ventilasi mekanik yang membutuhkan.
2. Efusi pleura, empyema, dan abses
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan
bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru
(rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,
kumpulan cairan ii disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada oran
gdengan pneumonia, ciaran ini sering diambil dengan jarum (toracentesis).
Bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut
abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar
X ata CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk
pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli
bedah atau ahli radiologi.
2.1.7 Dampak Penyakit Pneumonia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Dampak penyakit pnemonia menurut (Hidayat ,2011) yaitu:
1. Menjaga kelancaran pernafasan
Pasien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya
radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus/paru. Agar pasien dapat
bernafas secara lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi
kebutuhan O2 perlu diberikan kebutuhan O2 2 liter/menit secara rumat.
9

2. Kebutuhan istirahat
Pasien pneumonia adalah pasien parah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksi, maka pasien sering perlu istirahat, semua kebutuhan pasien harus
ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat. Pengambilan
bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien
sedang tidur. Usahakan dalam keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat
beristirahat sebaik-baiknya.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang.
Suhu tubuh tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang
dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan
kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan NaCI 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambahkan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.
4. Mengontrol suhu tubuh
Pasien jam sekali diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan
kompres dingin den obat-obatan, satu jam setelah dikompres dicek kembali
apakah suhu telah turun. pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami
hiperpireksia.
5. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman
Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat
dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya lendir yang menetap, maka sikap
baring pasien, harus diubah posisinya tiap-tiap jam dan menghisap lendir
sering dilakukan, setiap mengubah sikap dilakukan sambil menepuk-nepuk
punggung pasien kemudian jika terluhat lendirnya meleleh segera diisap. Bila
lendirnya tetap banyak dapat dilakukan fisioterapi dengan drainase postural.
6. Kurang pengetahuan mengenal penyakit
Penyuluhan terutama ditunjukan untuk mencegah terjadinya penyakit
pneumonia ialah dengan memberiakn pengertian jika batuk pilek disertai
demam sudah 2 hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat.
10

2.1.8 Phatway

Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus Stimulasi
chemoreseptor
Alveolus hipotalamus
Infeksi
Proses Peradangan Set poin
bertambah
Kerja sel
goblet  Konsentrasi
Eksudat & Serous protein cairan Respon
masuk dalam alveoli alveoli  menggigil
Produksi
sputum  SDM & leukosit
Tekanan Reaksi
PMN mengisi peningkatan
alveoli hidrostatik dan
osmotik  suhu tubuh
Rangsang Akumulasi
batuk sputum di jalan
nafas Konsolidasi di Hipertermi
alveoli Difusi ↓
Nyeri pleurik
G3 ventilasi
Compliance paru Akumulasi Evaporasi 
menurun cairan di paru
G3 rasa Ketidakefektifan
nyaman nyeri bersihan jalan Cairan tubuh
Compliance paru G3 pertukaran berkurang
nafas
menurun gas
Devisit vomue
Frekuensi Nafas  cairan
O2 jaringan ↓

Kurang
pengetahuan Kelemahan
dan cemas

Intoleransi
Ketidakefektifan
Aktivitas
pola nafas

Susah tidur

Gangguan pola tidur


11

2.1.9 Penatalaksanaan Penyakit Pneumonia


Penatalaksanaan atau penanganan dan pengobatan pada penderita
pneumonia tergantung pada tingkat keparahan gejala yang timbul dan penyebab
pneumonia itu sendiri.
1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan
antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar lengkap sampai benar-benar tidak
muncul lagi gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi
menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika tidak, suatu saat pneumonia
akan kembali diderita.
2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang
hampir sama dengan penderita flu. Namun lebih ditekankan dengan istirahat
yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak, serta gizi yang
baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan
dengan pemberian antijamur.
4. Terapi herbal. Ternyata alam telah diciptakan tidak hanya indah dan nyaman
untuk ditempati, tetapi juga memberikan tanaman obat atau herbal yang dapat
menyembuhkan penyakit, termasuk pneumonia, yang disebabkan bakteri,
virus ataupun jamur.
Disamping itu, biasanya diberikan juga obat untuk membantu mengurangi
nyeri, demam, dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk danjurkan
dengan dosis rendah yang hanya cukup membuat penderita bisa tidur karena
sebenarnya batuk juga dapat membantu proses pembersihan sekresi mukus
(dahak) di paru-paru (Suryo, Joko, 2010).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, tahap pengkajian
diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan
proses keperawatan berikutnya sangat tergantungnya pada tahap ini.
12

1) Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan
dan diagnosa medis.
2) Biodata Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku I bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami pneumonia
adalah sesak, batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas, demam, terjadinya
kelemahan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST:
P : Palliative/provokatif yaitu sesak disebabkan karena capek saat
beraktifitas.
Q : Qualitatif/Quantitatif, yaitu munculnya keluhan sesak napas makin
bertambah secara tiba-tiba dan menetap sejak 3 hari.
R : Region/radiasi, yaitu keluhan dirasakan di daerah dada, disertai batuk,
demam, dan nafsu makan menurun.
S : Skala berupa sesak berat.
T : Timing, yaitu keluhan muncul saat klien beraktifitas dan yang
meringankan keluhan jika klien saat istirahat dengan posisi
semifowler.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan tidak
pernah masuk atau dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum klien lemah
2) Tanda-taTanda Vital
13

a. TTD : 110/80 mmHg


b. Nadi : 88 x/menit
c. Suhu : 370C
d. RR : 30 x/menit
3) Hidung
Keadaan hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada radang, terpasang
oksigen 3 liter/menit.
4) Thoraks
Inspeksi bentuk dada normal, nampak batuk berlendir, klien nampak sesak
napas, frekuensi 30 x/menit, perkusi redup pada area paru sebelah kanan,
auskultasi terdengar bunyi napas bronchial, dan ronchi saat inspirasi.
4. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks tampak pada paru-paru kanan konsolidasi satu lobus berbatas
tegas, Hb 11,5 mg%, Leukosit 20.000 mm3, LED 30 mm/grm.
14

2.2.2 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subyektif Inflamasi trakea Bersihan Jalan napas
- Klien mengeluh sesak bronchial, tidak efektif
napas peningkatan
- Klien mengatakan batuk produksi sputum
berlendir
Data Obyektif
- Frekuensi pernapasan
30x/menit
- Perkusi redup pada paru
sebelah kanan
- Terdengar bunyi napas
bronchial
- Nampak irama
pernapasan ireguler
- Terpasang oksigen 3 liter
permenti
- Terdengar ronchi basah
2. Data Subyektif Intake makanan Gangguan kebutuhan
Klien mengatakan nafsu yang kurang nutrisi kurang dari
makan menurun kebutuhan
Data Obyektif
- Keadaan umum klien
lemah
- Porsi makan klien tidak
dihabiskan
- Klien tampak terpasang
infuse RL 20 tetes
permenit
3. Data Subyektif Gangguan fungsi Gangguan pola istirahat
Klien mengatakan susah serebral dan tidur
tidur
Data Obyektif
- Klien nampak batuk
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sesak
napas
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakea
bronchial, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
3. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan gangguan fungsi
serebral.
15

2.2.4 Intervensi Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakea
bronchial, peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil:
- Batuk efektif
- Nafas normal
- Bunyi nafas bersih
- TTV:
TD: 120-130/80-90 mmHg
N: 60-100 x/menit
RR: 16-24 x/menit
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Takipnue pernafasan dangkal dan
pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
2. Auskultasi area paru, catat area terjadi karena ketidak nyamanan.
penurunan/tak ada aliran udara 2. Bunyi napas bronkial (normal
dan bunyi napas adventisius, mis, pada bronkus) dapat juga terjadi
krekels, mengi stridor. pada area konsilidasi.
3. Bantu pasien latih napas sering 3. Merangsang batuk atau
Tunjukan/bantu pasien pembersihan nafas secara
mempelajari melakukan batuk, mekanik pada pasien.
misalnya menekan dada dan 4. Cairan (khususnya yang hangat)
batuk efektif sementara posisi memobilisasi dan mengeluarkan
duduk tinggi. sekret
4. Penghisapan sesuai indikasi. 5. Cairan (khususnya yang hangat)
5. Tawarkan air hangat, daripada air memobilisasi dan mengeluarkan
dingin. sekret.
Kolaborasi: 6. Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi
6. Berikan obat sesuai indikasi:
sekret, analgetik diberikan untuk
mukolitik, ekspektoran,
memperbaiki batuk dengan
bronkodolator, analgesik.
menurunkan ketidaknyamanan.
7. Berikan cairan tambahan
7. Cairan diperlukan untuk
misalnya : Intravena,oksigen
mengganti kehilangan dan
humidifikasi, dan ruang
memobilisasi sekret.
humidifikasi.
8. Memudahkan pemilihan terapi
8. Awasi sinar X dada, GDA, nadi
yang diperlukan.
oksimetri.
16

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- Nafsu makan baik
- Porsi makan dihabiskan
- Berat Badan normal
Intervensi Rasional
1. Beri makan dalam porsi sedikit 1. Kebutuhan nutrisi dalam tubuh
tetapi sering. terpenuhi dan memungkinkan
2. Anjurkan kepada keluarga klien lambung untuk beradaptasi
untuk membawakan makanan dengan makanan.
kesukaan klien. 2. Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Beri makanan yang berfariasi sehingga proses penyembuhan
pada klien. dapat berlangsung dengan cepat.
4. Timbang berat badan setiap hari. 3. Menghilangkan kejenuhan dan
dapat merangsang nafsu makan.
4. Mengetahui status perkembangan
nutrisi klien.
3. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan gangguan fungsi
serebral.
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur tenang
Kriteria Hasil:
- Tidur klien cukup 7-8 jam sehari
- Klien tidak mudah terbangun
- Klien tidak gelisah
Intervensi Rasional
1. Bersihkan dan rapikan tempat 1. Memberikan rasa nyaman pada
tidur. klien sehingga klien dapat tidur
2. Bantu klien untuk mendapat dengan nyenyak.
posisi tidur yang nyaman. 2. Posisi yang menyenangkan
3. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat tidur
tenang dan menyenangkan. dengan nyenyak.
3. Lingkungan yang tenang dapat
mengurangi rangsangan sensorik
sehingga klien dapat tidur dengan
tenang.
17

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana kepera.atan oleh pera.at
terhadap pasien.
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan tindakan
dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Macam-macam evaluasi yang digunakan
dalam proses keperawatan:
1. Evaluasi Proses
1) Evaluasi yang dilakukan setiap seesai tindakan.
2) Berorientasi pada etiologi.
3) Dilakukan terus menerus sampai tujuan yang ditentukan tercapai.
2. Evaluasi Hasil
1) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna.
2) Berorientasi pada masalah keperawatan.
3) Menjelaskan keberhasilan/ketidak berhasilan.
4) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien dengan kerangka
waktu yang ditetapkan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-
kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran
infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-
beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang
akan diberikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang
jenisnya berbeda antar Negara.
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara atau kuman
di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah
dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia.
3.2 Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita
pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman
yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Rikayuhelmi, 2012.Asuhan Keperawatan Dengan Klien Pneumonia.


From:https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/12/09/asuhan-
keperawatan-dengan-klien-pneumonia/.(Diakses 29 April 2018)

Misnadiarly.2008.Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang


Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium.jakarta:Pustaka Obor Populer

Suryo, Joko.2010.Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.Yogyakarta:B


First

Mulyanto, Akhad Aji, dkk.2014.Keperawatan Medikal Bedah I Asuhan


Keperawatan Pneumonia.From: http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/10
/askep-pneumonia.html.(Diakses 29 April 2018)

Hidayat.2011. Buku keperawatan Patofisiologi sitem pernafasan. Jogyakarta:


Nuha Medika

You might also like