You are on page 1of 23

Zidna Sabela Naja

25010113140418

Biostatistika’16

1. Seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi kebutaan di Kab. A. Dari kepustakaan


diperoleh bahwa prevalensi kebutaan 5% α=5% dg nilai presisi sebesar 4.

a. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk meneliti prevalensi kebutaan ?


b. Apakah besar sampel tsb valid untuk digunakan ?

Jawab:

Dik: 𝑍𝛼 = 1,96 𝑄 = 0,95 𝑑 = 0,04

𝑃 = 0,05 𝛼 = 5%

Dit: 𝑛 = ?

Apakah besar sampel tersebut valid untuk digunakan?

Penyelesaian:

(𝑍𝛼)2 𝑃𝑄
𝑛= 𝑑2

(1,96)2 0,05 ×0,95


𝑛= (0,04)2

3,84 ×0,05 ×0,95


𝑛= 0,0016

𝑛 = 114

Jadi, besar sampel yang diperlukan untuk meneliti prevalensi kebutaan di Kab.A ialah
sebesar 114 orang.

𝑃 × 𝑛 = 0,05 × 114 = 5,7

Maka, 𝑃 × 𝑛 > 5

5,7 > 5
Jadi, besar sampel tersebut valid untuk digunakan.

2. Seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi status gizi buruk di Kab. Brebes, nilai
presisi sebesar 10% α=5%
a. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk meneliti prevalensi gizi buruk di
brebes?
b. Apakah besar sampel tersebut valid untuk digunakan ?

Jawab:

Dik: 𝛼 = 5% 𝑃 = 0,5 𝑍𝛼 = 1,96

𝑑 = 0,1 𝑄 = 0,5

Dit: 𝑛 = ?

Apakah besar sampel tersebut valid utnuk digunakan?

Penyelesaian:

(𝑍𝛼)2 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2

(1,96)2 0,5 × 0,5


𝑛=
(0,1)2

𝑛 = 96

Jadi, besar sampel yang diperlukan untuk meneliti prevalensi status gizi buruk di Kab.
Brebes ialah sebesar 96 orang

𝑃 × 𝑛 = 0,5 × 96 = 48

Maka, 𝑃 × 𝑛 > 5

48 > 5

Jadi, besar sampel tersebut valid untuk digunakan.


3. Seorang peneliti ingin mengetahui rata² skor kualitas hidup pada manula di Semarang
(20 orang ). Dari 20 orang didapatkan skor sebesar 70 ± 30. Jadi nilai simpang baku
sebesar 30.
α = 5%, Nilai presisi sebesar 10
Pertanyaan :
Berapakah besar sampel yg diperlukan dalam memprediksi rata² skor kualitas
hidup pada manula di Semarang ?
Jawab:
Dik: 𝑍𝛼 = 1,96
𝑆 = 30
𝑑 = 10
Dit: 𝑛 = ?
Penyelesaian:
𝑍𝛼 × 𝑆 2
𝑛= ( )
𝑑
1,96 × 30 2
𝑛= ( )
10
𝑛 = (5,88)2
𝑛 = 34,57 ≈ 35
Jadi, besar sampel yang diperlukan dalam memprediksi rata-rata skor kualitas hidup pada
manula di Semarang sebesar 35 orang.

4. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan pengguna oestrogen


dengan Ca payudara. Peneliti menggunakan kasus control untuk menentukan besar
sampel, peneliti menetapkan bahwa OR minimal yg dianggap bermagna sebesar 2. Bila
proporsi penberian pada kelompok kontrol sebesar 50%. Berapakah nilai P1 dan P1 – P2?
Jawab:
Dik: 𝑂𝑅 = 2
𝑃2 = 50% = 0,5
Dit: 𝑃1 = ?
𝑃1 − 𝑃2 = ?

Penyelesaian:

𝑃1 (1−𝑝2)
OR = 𝑃2 (1−𝑃1) =

𝑃1 (1−50%)
2 = 50% (1−𝑃1) =

2 (50% - 50% P1) = P1 - 50% P1

1 – P1 = P1 – 50% P1

1 = P1 – 50% P1 + P1
1 = 1,5 P1

P1 = 1/1,5

= 0,67 = 67%

P1 – P2 = 67% - 50%

= 17%

5. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kesembuhan obat


A(standart) dg obat B. Diketahui bahwa kesembuhan obat A = 70% Untuk menentukan
besar sampel, peneliti menetapkan bahwa proporsi kesembuhan obat A dan obat B
dianggap bermagna jika selisihnya 20%. Bila ditetapkan kesalahan type I sebesar 5% dan
kesalahan type II = 20% Berapakah besar sampel yg diperlukan ?

Diket : P1 = 70% = 0,7


P1-P2 = 20% = 0,2
Zα = 5% = 0,05
Zβ = 20% = 0,2
Dit :n=?
( 𝑍∝ √2𝑃𝑄 +𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
Jawab : n = =
(𝑃1−𝑃2)2
P1 – P2 = 0,2
P2 = P1 – (P1-P2)
= 0,7 – 0,2
= 0,5
𝑃1−𝑃2
P = 2
0,2
= 2

= 0,1
Q = 1- P
= 1- 0,1
= 0,9
Q1 = 1 – P1
= 1 – 0,7
= 0,3
Q2 = 1 – P2
= 1 – 0,5
= 0,5
1,96 √2.0,1 .0,9 +0,84 √0,7 .0,3+0,5 .0,5
N = (0,2)2
0,83+0,56
= 0,04

= 34,99
= 35
6. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan pajanan bising dengan
tuli. Peneliti memggunakan disain kohort. Diketahui bahwa proporsi tuli Pada kelompok
yg tidak terpajan sebesar 10%. Untuk menentukan besar sampel, Peneliti menetapkan
bahwa perbedaan minimal proporsi tuli yg terpajan dg yg tidak terpajan yg dianggap
bermagna sebesar 10%. Bila ditetapkan kesalahan type I sebesar 5% dan kesalahan type
II = 20% hipotesis satu arah Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk membuktikan
hubungan kebisingan dengan tuli ?
Diket :
P1 – P2 = 10%
P2 = 10%
α = 5% = 1,64
β = 20% = 0,84
Dit :n=
Jawab : P1 = 10% + P2
= 10% + 10%
= 20% = 0,2
P2 = 10% = 0,1
𝑃1−𝑃2
P = 2
10%
= = 0,05
2

Q = 1- P
= 1- 0,05
= 0,95
Q1 = 1 –P1
= 1 – 0,2
= 0,8
Q2 = 1 – P2
= 1 – 0,1
= 0,9
𝑍∝ √2 𝑃𝑄+𝑍𝛽 √0,2 .0,8+0,1 .0,9
N = (0,05)2

1,64 √0,095+0,84 √0,16+0,09


= (0,05)2
0,50+0,42
= 0,025

= 368
7. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan peminum alcohol Dg Ca
payudara. Peneliti menggunakan studi kasus kontrol, diketahui bahwa Proporsi peminum
alkohol pd kelompok kontrol sebesar 10%. Untuk menentukan Besar sampel peneliti
menetapkan bahwa perbedaan proporsi pajanan minimal Kelompok kasus & kontrol sebesar
20%. Bila ditetapkan kesalahan type I =5% dan kesalahan type II = 20% hipotesis satu arah.
Berapakah besar sampel yg diperlukan ?
Penyelesaian:
DIK: P2 =10% = 0,1
P1-P2= 20% = 0,2
Za = 5% = 1,645
Zb = 20% = 0,84
DIT : n=….?
Jb = P1-P2 = 0,2
P1= 0,2 + 0,1 = 0,3
Q1= 1-P1= 1-0,3 = 0,7
Q2= 1-P2=1-01=0,9
P= P1 +P2 = 0,3 + 0,1 = 0,2
2 2
Q = 1-P = 1-O,2 = 0,8
n1=n2 = (Zα √2.PQ + Zβ√P1.Q1 + P2.Q2 )2
(P1-P2)2
= (1,645 √0,32 + 0,84 √0,21+0,09 )2
0,04
= (0,94 + 0,46)2 = (1,4)2
0,04 0,04
= 1,96 = 49
0,04

8. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan peminum kopi Dg DM .


Peneliti menggunakan disain studi kohort. Untuk menentukan Besar sampel peneliti
menetapkan bahwa perbandingan minimal proporsi DM yg terpapar dg yg tidak terpapar yg
dianggap bermagna adalah 2 ( RR minimal =2) .Diketahui bahwa proporsi DM pd kelompok
bukan peminum kopi sebesr 10%. Bila ditetapkan kesalahan type I =5% dan kesalahan type
II = 20% dg hipotesis satu arah. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk membuktikan
peminum kopi dengan penderita DM ?
DIK : RR = 2
P2 = 10% = 0,1
Zα = 5% = 1,645
Zβ = 20%= 0,2
Jb : P1 = RR + P2
Q1 = 2 X 10% = 20% =0,2
Q2 = 1-P2 = 1-0,9 = 0,9
P1-P2 = 0,2-0,1 = 0,1
P= P1 + P2 = q2 + 0,1 = 0,3
2 2 2
Q = 1-P = 1- 0,15 = 0,85
n1=n2 = (Zα) √2.PQ + Zβ√P1.Q1 + P2.Q2
(P1-P2)2

= (1,645 √0,255 + 0,84 √0,25)2


0,01

= (1,645.0,505 + 6,84 .0,5)2


0,01
= (0,84 + 0,42)2 = 1,587 = 159
0,01 0,01

9. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan infeksi helicobatcher Dg


Hyperemesis gravidarum. Peneliti menggunakan disain studi kasus kontrol, Diketahui
bahwa proporsi infeksi helicobatcher pd kelompok kontrol sebesar 10%. Untuk
menentukan besar sampel, peneliti menetapkan bahwa OR minimal adalah 2. Bila
ditetapkan kesalahan type I =5% dan kesalahan type II = 20% dengan hipotesis satu arah.
Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk membuktikan hubungan infeksi
helicobatcher Dg Hyperemesis gravidarum?
Penyelesaian:
Diketahui:
P2 = 10% α = 5%  Zα = 1,645
OR = 2 β = 20%  Zβ = 0,84
Ditanya: Besar sampel yang diperlukan?
Jawab :
Q2 = 1-P2
= 1-0,1 = 0,9

P1 = OR x P2
= 2 x 10% = 20%
Q1 = 1-P1
= 1-0,2 = 0,8
P1-P2 = 20%-10% = 10%
(𝑃1+𝑃2)
P= 2
(0,2+0,1)
= = 0,15
2
Q = 1-P
= 1- 0,15 = 0,85
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
n1 = n2 = (𝑃1−𝑃2)2

(1,645√2(0,15)(0,85)+0,84√(0,2)(0,8)+(0,1)(0,9)
= (0,1)2
1,645√0,255+0,84√0,25
= 0,01
1,645(0,504)+0,84(0,5) 0,829+0,42 1,249
= = = = 124,9  125
0,01 0,01 0,01

Jadi besar sampel yang dibutuhkan untuk membuktikan hubungan infeksi helicobatcher dengan
Hyperemesis gravidarum adalah 125 sampel.

10. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kesembuhan Pada Subyek yg
mendapat obat A ( standart ) dg obat B. Peneliti melakukan Uji klinis dengan cara
berpasangan ( cross over ). Untuk menentukan besar sampel, Peneliti menetapkan bahwa
perbedaan proporsi minimal yg dianggap bermagna 20% dengan proporsi diskordan
diperkirakan sebesar 0,4. Bila ditetapkan kesalahan type I =5% dan kesalahan type II = 20%
dengan hipotesis dua arah. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui
perbedaan kesembuhan yg mendapat obat A ( standart ) dg obat B ?

Penyelesaian:
Diketahui:
P1-P2 = 20% α = 5%  Zα = 1,96
π = 0,4 β = 20%  Zβ = 1,28
Ditanya: Besar sampel yang diperlukan?
Jawab:
(𝑍𝛼+𝑍𝛽)2 𝜋
n= (𝑃1−𝑃2)2
(1,96+1,28)2 (0,4)
= (0,2)2
(3,24)2 .0,4 10,4976 (0,4) 4,19904
= = = = 104,976  105
0,04 0,04 0,04

Jadi besar sampel yang dibutuhkan untuk mengetahui perbedaan kesembuhan yg mendapat obat
A ( standart ) dengan obat B adalah 105.

11. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan terpapar debu Dg penyakit
paru obstruktif. Peneliti menggunakan disain studi kasus kontrol berpasangan. Dari pustaka
bahwa proporsi debu pd kelompok kontrol 30%. Peneliti menetapkan bahwa Odds ratio minimal
g dianggap bermagna adalah 2 Ddg proporsi diskordan diperkirakan sebesar 0.4. Bila ditetapkan
kesalahan type I =5% dan kesalahan type II = 20% dengan hipotesis dua arah. Berapakah besar
sampel yg diperlukan ?

Jawab:

Dik: 𝑃2 = 30% = 0,3

𝑂𝑅 = 2

𝜋 = 0,4

Kesalahan Tipe I = 5% 𝑍𝛼 = 1,96

Kesalahan Tipe II = 20% 𝑍𝛽 = 1,28

Hipotesis dua arah

Dit: 𝑛 = ?

Penyelesaian:

𝑃 (1−𝑃 ) (𝑍𝛼+𝑍𝛽)2 𝜋
𝑂𝑅 = 𝑃1 (1−𝑃2 ) 𝑛=
2 1 (𝑃1−𝑃2)2

1 𝑃 (1−0,3) (1,96+1,28)2 0,4


2 = 0,3(1−𝑃 𝑛=
1) (0,16)2

𝑃1 −0,3𝑃1 10,4976×0,4
2= 𝑛=
0,3−0,3𝑃1 0,0256

0,6 − 0,6𝑃1 = 𝑃1 − 0,3𝑃1 𝑛 = 164


1,3𝑃1 = 0,6

𝑃1 = 0,46

𝑃1 − 𝑃2 = 0,46 − 0,3 = 0,16

Jadi, besar sampel yang diperlukan ialah sebesar 164 sampel.

12. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kesembuhan Pada Subyek yg
mendapat obat A ( standart ) dg obat B. Peneliti melakukan Uji klinis dengan cara berpasangan
( cross over ). Diketahui angka kesembuhan pd Obat standart adalah 60%. Peneliti menetapkan
odds ratio minimal yg dianggap bermagna adalah 1.5 dengan proporsi diskordan diperkirakan
sebesar 0.3 Bila ditetapkan kesalahan type I =5% dan kesalahan type II = 20% dengan hipotesis
dua arah. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui perbedaan kesembuhan yg
mendapat obat A ( standart ) dg obat B ?

Dik: 𝑃2 = 0,6

𝑂𝑅 = 1,5

𝜋 = 0,3

Kesalahan Tipe I = 5 % 𝑍𝛼 = 1,96

Kesalahan Tipe II = 20% 𝑍𝛽 = 1,28

Dit: 𝑛 = ?

Penyelesaian:

𝑃1 (1−𝑃2 ) (𝑍𝛼+𝑍𝛽)2 𝜋
𝑂𝑅 = 𝑛=
𝑃2 (1−𝑃1 ) (𝑃1−𝑃2)2

𝑃 (1−0,6)
1 (1,96+1,28)2 0,3
1,5 = 0,6(1−𝑃 𝑛=
1) (0,1)2

𝑃 −0,6𝑃
1 1 10,4976×0,3
1,5 = 0,6−0,6𝑃 𝑛=
1 0,01

0,9 − 0,9𝑃1 = 𝑃1 − 0,6𝑃1 𝑛 = 315


1,3𝑃1 = 0,9

𝑃1 = 0,7

𝑃1 − 𝑃2 = 0,7 − 0,6 = 0,1

Jadi, besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui perbedaan kesembuhan yg mendapat obat A
(standart) dg obat B ialah sebesar 315 sampel.

13. Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kadar plasenta growt factor (PGF) pada ibu
hamil yg normal dg ibu hamil yg mengalami preeklamsia. Dari studi pendahuluan diketahui
bahwa simpang baku gabungan sekitar 40. Peneliti menetapkan kesalahan type I sebesar 5%.
Hipotesis satu arah, kesalahan type II sebesar 10% & perbedaan rata² yg dianggap bermagna
adalah 20.

Pertanyaannya :
a. Rumus besar sampel yg digunakan?
b. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui perbedaan kadar plasenta
growt factor ( PGF )Pada ibu hamil yg normal dg ibu hamil yang mengalami
preeklamsia ?

Diketahui :
S = 40
Kesalahan tipe I = 5%  Zα = 1,645 (satu arah)
Kesalahan tipe II = 10%  Zβ = 1,28 (dua arah)
X1 – X2 = 20
Ditanya :
Jawab :

{
N = 2 (Zα + Zβ) S
X1 – X2 }
2

{
= 2 (1,645 + 1,28) 40
20 } 2

= 2 (5,85)2 = 68,445  69
Jadi besar sampel yangg diperlukan untuk mengetahui perbedaan kadar plasenta growt
factor ( PGF ) pada ibu hamil yg normal dg ibu hamil yang mengalami preeklamsia
adalah 69 sampel.

14. Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kadar kolesterol pasien yg mendapat terapi
A ( standart ) dg obat B. Dari kepustakaan diperoleh rata² kadar kolesterol pasien yg
mendapat terapi A ( standart ) dg obat B masing² 180±40 ( n = 100 ) dan 190±30 ( n = 80
). Peneliti menetapkan kesalahan type I sebesar 5%. Hipotesis dua arah, kesalahan type II
Sebesar 10% & perbedaan rata² minimal yg dianggap bermagna adalah 20.
Pertanyaannya :
a. Rumus besar sampel yg digunakan ?
b. Berapakah besar sampel yg diperlukan ?

Diketahui :
S1 = 40 ; n1 = 100
S2 = 30 ; n2 = 80
Kesalahan tipe I = 5%  Zα = 1,96
Kesalahan tipe II = 10%  Zβ = 1,28
X1 – X2 = 20
Ditanya : n
Jawab :

S = √𝑆1 2 (𝑛1 − 1) + 𝑆2 2 (𝑛2 − 1)


n1 + n2 - 2

= √402 (100 − 1) + 302 (80 − 1)


100+ 80 - 2

= 35,9  36

{
n = 2 (Zα + Zβ) S
X1 – X2 }2

{ }
2
= 2 (1,96 + 1,28) 36
20

= 2 (5,83)2 = 68,02  68
Jadi besar sampel yang diperlukan untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol pasien yg
mendapat terapi A ( standart ) dengan obat B adalah 68 sampel.

15. Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kadar kolesterol pasien yg mendapat Terapi
Fenofibret 200ng dg Diet dg menggunakan uji klinis cross over. Dari pustaka
Diperoleh kadar kolesterol pasien yg mendapat Fenofibret 200ng & Diet masing² 180±40
( n = 100 ) dan 190±30 ( n = 80 ).

Peneliti menetapkan kesalahan type I = 5%.


Hipotesis dua arah, kesalahan type II Sebesar 10% & perbedaan rata² minimal yg
dianggap bermagna adalah 20
Pertanyaannya :
1. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan ?
2. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui perbedaan kadar
kolesterol pasien yg mendapat Fenofibret 200ng dengan Diet dg menggunakan
uji klinis cross over.?
Jawab:
Diketahui :

Hipotesis dua arah


α= kesalahan type I= 5%  Zα = 1.96
β= kesalahan type II=10%  Zβ = 1.44
x1-x2= 20
Ditanya : a. Rumus besar sampel ... ?
b. n ... ?
Jawab :
a. Karena soal di atas merupakan penelitian analitik numeric berpasangan, maka
menggunakan rumus besar sampel :
(𝑧∝+𝑧𝛽)𝑠 2
n= { }
𝑥1−𝑥2

b. besar sampel?
(𝑧∝+𝑧𝛽)𝑠 2
n= { }
𝑥1−𝑥2

(1.96+1,44)36 2
n={ } = 37
20

Jadi besar sampel yg diperlukan untuk untuk mengetahui perbedaan kadar Hb sebelum
& sesudah 2 minggu suplementasi Fe pada ibu hamil pada trimester adalah 37 orang

16. Seorang peneliti ingin mengetahui korelasi kadar asupan buah sirsat dengan Kadar
vitamin C. Peneliti studi pendahuluan terhadap 20 subyek diperoleh Korelasi antara
asupan buah merah dengan Kadar vitamin A adalah 0.3. Peneliti menetapkan kesalahan
type I sebesar 5%, Hipotesis satu arah, dan kesalahan type II sebesar 10%
Pertanyaannya :
A. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan ?
B. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui korelasi kadar asupan buah
Sirsat dengan kadar vitamin C ?

Jawab:

1. Diketahui :
Hipotesis satu arah
α= kesalahan type I= 5%  Zα = 1.645
β= kesalahan type II=10%  Zβ = 1.28
r = 0,3
Ditanya : a. Rumus besar sampel ... ?
b. n ... ?
Jawab : a. Karena soal di atas merupakan penelitian analitik korelasi, maka
menggunakan rumus besar sampel :

𝑧𝛼+𝑧𝛽
N= { }2 +3
0.5𝐼𝑛[(1+𝑟)/(1−𝑟)]
𝑧𝛼+𝑧𝛽
b. N= {0.5𝐼𝑛[(1+𝑟)/(1−𝑟)]} 2 + 3
1.645+1.28
N= {0.5𝐼𝑛[(1+0.3)/(1−0.3)]} 2 + 3
2.925
N= {0.5𝐼𝑛[(1.3)/(0.7)]} 2 + 3
2.925
N= {0.5𝐼𝑛[1.86]} 2 + 3
2.925
N= {0.5𝑥0.62} 2 + 3
2.925
N= { 0.31 } 2 + 3

N= (9.4) 2+ 3 = 89 + 3 = 92

 Jadi besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui korelasi kadar asupan buah sirsat
dengan Kadar vitamin C adalah sebesar 92 orang

17. Seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi penderita katarak senilis di Kabupaten
Purwodadi. Diketahui bahwa prevalensi dari penelitian sebelumnya adalah 12% ; α= 5%
dan presisi sebesar 2 %.
Pertanyaannya :
A. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan ?
B. Berapakah besar sampel yg diperlukan

Diket : prevalensi = 12%

Presisi (d) = 2%

α = 5%

Zα = 1,96

P = 0,12

Q = 0,88

Ditanya : a. rumus ?

b. n = ?

Jawab :

a. Rumus yang digunakan adalah n = (Zα)2(p)(q)


d2
b. Besar sampel yang diperlukan
n = (Zα)2(p)(q)
d2

n = (1,96)2(0,12)(0,88)

(0,02)2

n = (3,8416) (0,1056)

0,0004

n = 0,4057

0,0004

n = 1014,25

kesimpulan : sampel yang diperlukan dalam penelitian untuk mengetahui prevalensi penderita
katarak senilis di kabupaten Purwodadi adalah 1014 sampel.

18. Seorang peneliti ingin mengetahui rata² kadar Hb pada mahasiswi di Tembalang, Semarang.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, rata² kadar Hb pada mahasiswi di lingkungan tembalang
semarang adalah 11± 2 gr/dl & presisi sebesar 1
Pertanyaannya :
a. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan ?
b. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui rata² kadar Hb pada mahasiswi di
lingkungan tembalang semarang?
Diketahui : 𝑥̅ = 11 ± 2 gr/lt
d=1
S=2
α = 5%
Zα = 1,96
Ditanya : a. rumus?
b. n ?
Jawab =
𝑍𝛼 ×𝑆 2
a. Rumus yang digunakan n = { }
𝑑
𝑍𝛼 ×𝑆 2
b. n = { }
𝑑
1,96 ×2 2
n={ }
1
n = (3,92)2
n = 15,37
n ≈ 15
kesimpulan : sampel yang dibutuhkan dalam penelitian untuk mengetahui rata – rata
kadar Hb pada mahasiswi di lingkungan Tembalang adalh 15 sampel.

19. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kesembuhan Typus Pada
Subyek yg mendapat Bactrim Forte dg Cacing. Untuk menentukan besar sampel, peneliti
menetapkan bahwa proporsi kesembuhan obat A & obat B dianggap bermakna jika selisihnya
10%. Berdasarkan tiga penelitian sebelumnya, diketahui bahwa kesembuhan pada obat A adalah
70%, 75% dan 80%. Bila ditetapkan kesalahan type I sebesar 5%. Hipotesis satu arah, kesalahan
type II sebesar 20%. Pertanyaannya:

1. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan?

2. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui perbedaan

Kesembuhan typus yg mendapat Bactrim Forte dg capsul cacing?

Jawab :

70+75+80
Diketahui : P2= =75% = 0,75
3

Q2 = 1 - P2 = 1 – 0,75 = 0,25
RR = P1 – P2 = 10% = 0,1
P1 = RR x P2 = 0,1 x 0,75 = 0,075
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,075 = 0,925
Zα = 5% = 1,645
Zβ = 10% = 1,28
(P1+P2) 0,075+0,75
P= = =0,413
2 2

Q = 1 – P = 1 – 0,413 = 0,587
Ditanya : 1. Rumus yang digunakan?
2. n ?
Jawab : 1. Rumus yang digunakan :
2
(Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)
n=
(P1-P2)2
2. Besar Sampel
2
(Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)
n=
(P1-P2)2
(1,645√2(0,413)(0,587) + 1,28√(0,075)(0,925) + (0,75)(0,25))2
𝑛 =
(0,1)2
(1,645(0,696) + 1,28(0,263) + 0,188)2
𝑛 =
(0,1)2
(0,145 + 0,337 + 0,188)2 (0,67)2 0,4489
𝑛= = = = 44,89 = 45 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(0,1)2 (0,1)2 0,01

Jadi, Besar sampel tiap kelompok adalah 45 (n1 = n2 )

20. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara riwayat pemakaian
kontrasepsi IUD dengan produksi ASI. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol,
diketahui bahwa proporsi pajanan pada kelompok kontrol sebesar 5%. Untuk menentukan
besar sampel, peneliti menetapkan bahwa perbedaan proporsi pajanan pada kelompok kasus
& kelompok kontrol 20 %. Bila ditetapkan kesalahan type I sebesar 5%. Hipotesis satu arah,
kesalahan type II sebesar 20%.

Pertanyaannya :

1. Sebutkan rumus besar sampel yang digunakan?


2. Berapakah besar sampel yang diperlukan untuk mengetahui hubungan riwayat pemakaian
kontrasepsi IUD dengan produksi ASI?

Diketahui :

α = 5%, β = 20%  Hipotesis satu arah

Zα = 1,645
Zβ = 0,84

r = 0,5  Korelasi cukup

Jawab :

2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛 ={ } +3
0,5 ln(1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)

2
1,645 + 0,84
={ } +3
0,5 ln(1 + 0,5)/(1 − 0,5)

2
2,485
={ } +3
0,5 ln(1,5)/(0,5)

2,485 2
={ } +3
0,5 ln(3)

2,485 2
=( ) +3
0,549

= (4,526)2 + 3

= 20,484 + 3

= 23,484 ≈ 24 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Jadi, besar sampel yang diperlukan untuk mengetahui hubungan riwayat pemakaian kontrasepsi
IUD dengan produksi ASI adalah 24 sampel.

21. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpapar debu Dg
penyakit paru obstruktif. Peneliti menggunakan disain kohort, diketahui dari kepustakaan
bahwa proporsi penyakit paru positif pada yg tidak terpapar debu adalah 20 %. Peneliti
menetapkan selisih proporsi minimal yg dianggap bermagna adalah 30 %. Bila ditetapkan
kesalahan type I sebesar 5%. Hipotesis dua arah, kesalahan type II sebesar 20%
Pertanyaannya :
1. Sebutkan rumus besar sampel yg digunakan ?
2. Berapakah besar sampel yg diperlukan untuk mengetahui hubungan antara
terpapar debu Dg penyakit paru obstruktif ?
Jawaban:
Diket:
Zα= 5% = 1,96
Zβ= 20% =1,28
R= 20%= 0,2
D=30%
𝑍 ∝ +𝑍𝑏
a. n ={ } ² +3
0.5 𝐼𝑛 (1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)
1.96 + 1.28
b.n ={ }
0.5 𝐼𝑛 (1 + 0.2)/(1 − 0.2)
= 255,4 +3
=258
22. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar gula darah antara pasien
yang mendapat Amaryl 2 mg dengan istirahat. Dari kepustakaan diperoleh antara kadar gula
darah pasien yang mendapat terapi obat A dengan obat B masing-masing 180 ± 20 ( n = 70 ).
Bila ditetapkan kesalahan type 1 sebesar 5%. Hipotesis dua arah, kesalahan type II sebesar 10%
dan perbedaan rata” minimal yang dianggap bermagna adalah 10
1. Sebutkan rumus besar sampel yang digunakan ?
2. Berapakah besar sampel yang diperlukan untuk mengetahui perbedaan kadar gula
darah antara pasien yang mendapat Amaryl 2 mg dengan istirahat ?
3. Berapakah besar sampel yang diperlukan bila pengambbilan subyek berpasangan ?
Jawab :
Kesalahan type I = 5%, hipotesis dua arah Z = 1,96

Kesalahan type II = 10%, Z𝛽 = 1,645, S = 20, d = 10


x1-x2 = 10
𝑍 ∝× 𝑆
1) n = { }²
𝑑
𝑍 ∝× 𝑆
2) n = { }²
𝑑
1,96 × 20
={ }²
10
= 15

〈𝑍 ∝ + 𝑍𝛽〉𝑆
3) n1-n2 = { }²
𝑥1 − 𝑥2
〈1,96 + 1,645〉20
={ }²
10
= 52

You might also like