You are on page 1of 19

I.

ACARA IV : Panas Lebur Dan Panas Penguapan


II. TANGGAL : 03 Oktober 2014
III. TUJUAN : Menentukan panas lebur dan panas penguapan air.

IV. DASAR TEORI


Keadaan(phase) zat di alam ada 3 phase yaitu padat,cair,dn gas. Zat-
zat itu dalam kondisi suhu dan tekanan tertentu mengalami 3 phase tersebut.
Misalnya air juga mengalami hal seperti itu yaitu dalam keadaan padat,
keadaan cair dan padat juga berupa gas atau uap. Transisi dari satu fase ke
fase lain disertai dengan pelepasan atau penyerapan panas dan sering kali
disertai juga dengan perubahan Volume. Sebagai contoh ,andaikan bahwa
sebongkah es ya ng diambil dari kulkas dengan suhu misalnya -25o C. Cepat-
cepat es dimasukkan dalam suatu bejana pemanas yang dilengkapi dengan
termometer untuk mengukur suhunya dengan penambahan panas yang ajeg.
Nampaklah bahwa penunjukan termometer naik secara ajeg samai 0o C. Di
sini dangan segera akan nampak adanya air dalam bejana dengan kata lain es
mencair, terjadi perubahan padat dari padat ke cair. Kenaikan suhu berhenti
karena panas seluruhnya dipakai untuk mencair.
Setelah es mencair seluruhnya, suhu air perlahan-lahan akan naik
kembali. Kenaikan suhu sekarang lebih lambat dari sebelum mencair sebab
panas jenis air lebih besar dari pada panas jenis es. Kenaikan suhu air terhenti
lagi pada suhu 100o C, terjadi penguapan. Suhu tetap 100o C sampai air
menjadi uap seluruhnya. Jika uap air masih menerima panas, akhirnya
menjadi uap superheated. Titik leber es atau titik beku air dan titik didih air
dapt dinyatakan dalam grafik suhu fungsi waktu. Secara umum panas
perubahan wujud yang digunakan untuk mencair atau menguap oleh zat yang
bermassa m adalah
Suhu (celcius) F
1000---------------------------------d e
00--------b c

-250 a t (waktu)
Q = mL
Q = panas yang diserap atau dihasilkan,
L = panas yang diserap atau dihasilkan per satuan massa
Panas yang diperlukan untuk mencair disebut panas lebur, sedangkan
untuk penguapan disebut panas penguapan.(Anonim,2014)
Panas adalah energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda karena
beda temperatur. Dalam abad ke tujuh belas, Galileo, Newton, dan ilmuwan
lain umumnya mendukung teori ahli atom Yunani kuno, yang menganggap
bahwa panas sebagai wujud gerakan molekuler. Pada abad berikutnya,
metode-metode dikembangkan untuk melakukan pengukuran jumlah panas
yang meninggalkan atau masuk ke sebuah benda secara kuantitatif, dan
ditemukan bahwa bila dua benda sama dengan jumlah panas yang memasuki
benda lain. Penemuan ini mengarah ke perkembangan teori yang tampaknya
berhasil tentang panas sebagai zat materi yang kekal –Suatu fluida yang tak
tampak yang dinamakan “caloric”- yang tidak diciptakan dan dimusnahkan,
tetapi hanya mengalir keluar dari benda ke benda lain (Tipler, 1998).
Sampai pada abad pertengahan abad 18, orang masih menyamakan
pengertian suhu dan kalor. Baru pada tahun 1760, Joseph Black membedakan
pengertian kalor dan suhu. Suhu adalah sesuatu yang diukur melalui
termometer, sedangkan kalor adalah sesuatu yang mengalir (fluida) dari
benda yang panas ke benda yang dingin dalam rangka mencapai
kesetimbangan termal. Thompson kemudian menyimpulkan bahwa kalor
bukan fluida, tetapi kalor dihasilkan oleh usaha yang dilakukan oleh kerja
mekanis (misalnya gesekan). Satu kalori (satuan kalor waktu itu) adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar 100 C
(Foster,2000).
Azas Percobaan
1. Panas lebur es dapat dicari dengan memasukan es yang sudah ditimbang
ke dalam kalorimeter yang berisi air yang sudah diketahui massanya,
kemudian amatilah suhu awal dan suhu akhirnya. Misalnya massa es
yang bersuhu 0oC adalah m, massa air didalam kalorimeter ma, suhu awal
tm dan suhu akhit Ta, sesuai azas Black bahwa panas diserap senilai
panas dilepas, sehingga didapat persamaan
ma(Tm–Ta) = m(Le+Ta)
dimana panas lebur es (Le) adalah tetapan yang dicari.
2. Panas penguapan air dapat dicari dengan menguapkan air yang berada
dalam kalorimeter dengan kawat pemanas, tenaga yang diberikan oleh
kawat pemanas sama dengan panas yang diterima oleh air. Dengan
mengamati perubahan massa air, panas yang terjadi pada waktu air telah
mendidih, maka dapat dihitung panas penguapan dari air tersebut. Jika
suhu air panas Tm, suhu air mendidih Ta, tegangan kawat pemanas V,
arus yang lewat kawat pemanas i pada waktu t dengan perubahan masa
air Δma, pada tetapan panas penguapan Lu,dipenuhi kaitan
Vit = Δma(Lu + Ta - Tm)
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat:
1. Kalorimeter : 1 buah
2. Termometer batang : 1 buah
3. Voltmeter : 1 buah
4. Ampere meter : 1 buah
5. Sakalar : 1 buah
6. Stopwacth : 1 buah
7. Timbangan : 1 buah
B. Bahan :
1. Es batu : secukupnya
2. Air : secukupnya
VI. CARA KERJA
A. Teoritis :
1) Menimbang berat wadah (Kalorimeter).
2) Menimbang berat wadah berisi es batu.
3) Mehitung massa benda dengan cara berat wadah berisi es batu
dukurangi dengan berat wadah dalam keadaaan kosong.
4) Memasukkan wadah dengan es batu kedalam kalori meter.
5) Melihat penunjukkan suhu pada thermometer dan penunjukan
amperemeter dan voltmeter.
6) Menambahkan es batu kedalam wadah dan timbang beratnya.
7) Memasukkan kedalam kalorimeter, aduk dan amati selama 30 detik.
8) Melihat kembali penujukkan suhu, amperemeter dan voltmeternya.
Dan mengulangi langkah 6, 7 dan 8 sampai 3 kali..
B. Skematis:
1) Ditimbang kalorimeter dengan keadaan kosong. Kemudian di isi air
dan di timbang lagi, setelah ditimbang pasanng termometer dan catat
hasilnya.
2) Diambil es secukupnya dan isikan ke kalorimeter kemudian timbang
lagi dan catat.

3) Diperhatikan perubahan suhu pada termometer, catat saat suhu


termometer berhenti..
4) Ulangi langkah 1 sampai dengan langkah 3 hingga 3 kali.
5) Diletakkan kalorimeter tersebut diatas timbangan, Lubang
pengeluaran pada kalorimeter dibuka kemudian switch ditutup
serentak dengan penekanan tombol stopwatch.

6) Dibaca setiap detik penunjukan Ampermeter dan Volmeter, setiap


mendidih sampai pada penurunan yang dikehendaki. Switch dibuka
bersamaan dengan penekanan stopwatch
7) Dicatat suhu kamar dan tekanan barometer, Ulangi langkah 5,6,7
berulang sampi 3 kali.
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil pengamatan
1. Panas lebur
Percobaan I
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 671 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 10,5 2,8 4℃ 4℃

2. 30 11 2,6 4℃ 5℃

3. 60 11 2,5 4℃ 6℃

Percobaan II
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 761 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 11,5 2,8 6℃ 7℃

2. 30 11 2,6 6℃ 8℃

3. 60 11 2,6 6℃ 6℃

Percobaan III
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 626 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 11 2,8 2℃ 8℃

2. 30 11 2,6 2℃ 9℃

3. 60 11 2,4 2℃ 11℃
2. Panas penguapan
Percobaan I
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 671 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 10,5 2,8 26℃ 27℃

2. 30 11 2,6 26℃ 28℃

3. 60 11 2,6 26℃ 29℃

Percobaan II
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 612 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 11 2,6 27℃ 28℃

2. 30 11 2,6 27℃ 29℃

3. 60 11 2,6 27℃ 30℃

Percobaan III
Massa awal : 376 gr
Massa akhir : 671 gr

No t(S) Volt(V) Ampere(I) Tm Ta

1. 0 11 2,6 28℃ 29℃

2. 30 11 2,6 28℃ 29℃

3. 60 11 2,6 28℃ 30℃


B. Perhitungan
1. Panas Lebur (Le)

Ma( Tm – Ta ) = M( Le + Ta)

Ma = massa awal
Tm = suhu awal
Le = panas lebur
M = massa akhir
Ta = suhu akhir
Percobaan I
Ma( Tm – Ta ) = M ( Le + Ta)
376( 4 – 6 ) = 671 ( Le + 6 )
376 (-2) = 671 Le + 4026
-752 = 671 Le +4026
-752 – 4026 = 671 Le
-4778 = 671 Le
-7,12 = Le
Percobaan II
Ma( Tm – Ta ) = M ( Le + Ta)
376( 6 – 7 ) = 761 ( Le + 7 )
376 (-1) = 761Le + 5327
-376 – 5327 = 676 Le
-5703 = 761Le
-7,49 = Le
Percobaan III
Ma( Tm – Ta ) = M ( Le + Ta)
376( 6 – 9 ) = 626 ( Le + 9 )
-1128 = 626 Le + 5634
-6762 = 626 Le
-10,7 = Le
Ralat Perhitungan Panas Lebur
Perlakuan Xn Xn –𝑥̅ |Xn -𝑥̅ | |Xn -𝑥̅ |2
1 -7,12 1,316 1,316 1,723
2 -7,49 0.946 0,946 0,894
3 -10,7 2,264 2,264 5,125
Ʃ -25,31 0,016 4,526 7,742
a) Rata-rata (𝑥̅ )
∑𝑋𝑛 25,31
𝑥̅ = = = 8,435
𝑛 3
b) Deviasi rata-rata ( a )
∑│𝑋𝑛−𝑥̅ │ 4,526
a= = = 1,508
𝑛 3
c) Deviasi standar ( s )
2
∑│𝑋𝑛−𝑥̅ │ 7,742
s=√ =√ = √29,9 = 5,47
𝑛−1 2

d) Deviasi standar relatif ( S )


𝑠 5,47
S= x 100 % = x 100 % = 64,84%
𝑥̅ 8,436
e) Deviasi standar rata-rata ( A )
𝑎 1,508
A= x 100 % = x 100 % = 17%
𝑥̅ 8,436
f) Hasil pengamatan
𝑥̅ + a = 8,436 + 1,508 = 9,944
x̅ – a = 8,436 – 1,508 = 6,928
g) Ketelitian
100 % - A = 100 % - 17%= 83 %
2. Panas penguapan (Lu)
Lu = VIT = Δm ( Lu + ( Ta – Tm ))
v = tegangan kawat pemanas
i = kuat arus
t = waktu
Δm = massa akhir – massa awal
Lu = panas penguapan
Tm = suhu awal
Ta = suhu akhir
Percobaan I
V.I.T = Δm ( Lu + ( Ta – Tm ))
11.2,6.60 = 180 (Lu + (29 – 26))
1716 = 180 (Lu + 3)
1716 = 180 Lu + 540
1716 – 540 = 180 Lu
1662 = 180 Lu
1662
=Lu
180
6, 53 = Lu
Percodan II
V. I. T = Δm (Lu + (Ta – Tm))
11.2, 6.60 = 236 (Lu + (30 – 27))
1716 = 236 (Lu + 3)
1716 = 236 Lu + 708
1716 – 708 = 236 Lu
1008 = 236 Lu
1008
= Lu
236
4, 27 = Lu
Percodan III
V. I. T = Δm (Lu + (Ta – Tm))
11.2, 6.60 = 400 (Lu + (30 – 28))
1716 = 400 (Lu + 2)
1716 = 400 Lu + 800
1716 – 800 = 400 Lu
916 = 400 Lu
916
=Lu
400
2, 29 = Lu
Ralat Perhitungan Panas Penguapan
Perlakuan Xn Xn –𝑥̅ |Xn -𝑥̅ | |Xn -𝑥̅ |2
1 6,53 1,5 1,5 2,25
2 4,27 -0,76 0,76 0,57
3 4,29 -0,74 0,74 0,54
Ʃ 15,09 0 3 3,36
a. Rata-rata (𝑥̅ )
∑𝑋𝑛 15,09
𝑥̅ = = = 5,03
𝑛 3
b. Deviasi rata-rata ( a )
∑│𝑋𝑛−𝑥̅ │ 3
a= = =1
𝑛 3
c. Deviasi standar ( s )
2
∑│𝑋𝑛−𝑥̅ │ 3,36
s=√ =√ = √5,64 = 2,3
𝑛−1 2

d. Deviasi standar relatif ( S )


𝑠 2,3
S= x 100 % = x 100 % = 45%
𝑥̅ 5,03
e. Deviasi standar rata-rata ( A )
𝑎 1
A= x 100 % = x 100 % = 19,8%
𝑥̅ 5,03
f. Hasil pengamatan
𝑥̅ + a = 5,03+ 1= 6,03
𝑥̅ – a = 5,03– 1= 4,03
g. Ketelitian
100 % - A = 100 % - 19,8%= 80,2 %
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara ke 4 membahas tentang penentuan panas lebur
dan panas penguapan .Praktikum ini bertujuan untuk menentukan panas lebur
dan panas penguapan pada air. Alat yang digunakan diantaranya kalorimeter
,anak timbangan ,termometer batang,ampermeter voltmeter dan
stopwatch.Sedangkan bahan yang digunakan es batu dan air.
Hal yang diteliti pada praktikum ini adalah air .Hal ini dikarenakan
selain mudah didapatkan rentang suhu antara titik beku dan titik didih tidak
terlalu jauh .Pada tekanan normal es membeku pada suhu 00C sedangkan air
mendidih pada suhu 1000C.
Penghitungan panas lebur dilakukan dengan memasukan hasil
pengukuran ke dalam persamaan Ma( Tm – Ta ) = M( Le + Ta).Perhitungan
dilakukan dalam 3 variasi.Nilai penghitungan 1-7,12,perhitungan 2 -
7,49,perhitungan 3 10,7.Perbedaan dalam ketiga variasi ini membuktikan
bahwa menentukan suatu nilai diperlukan banyak variasi perhitungan
.Semakin banyak variasi perhitungan ,maka hasil akan semakin
akurat.Sedangkan perbedaan dalam masing-masing perhitungan disebabkan
masing masing percobaan diberi perlakuan yang berbeda-beda.
Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan dengan memasukkan
data – data percobaan kedalam persamaan yang berlaku maka pada panas
lebur didapatkan nilai harga rata-rata -8,436. Nilai deviasi rata – rata 1,508
Deviasi standart bernilai 5,47 serta deviasi standar rata – rata 17%, sedangkan
nilai deviasi standart relatif 84%. Maka didapat hasil pengukuran 9,944 dan
6,928 nilai ketelitian 83%.
Penghitungan panas penguapan dapat dilakukan dengan memasukan
hasil-hasil percobaan ke dalam persamaan VIT = Δm ( Lu + ( Ta – Tm
),sehingga didapat hasil perhitungan 1 6,53 ,perhitungan 2 4,27perhitungan 3
2,29.
Sedangkan pada panas penguapan didapatkan nilai rata-rata 5,03. Nilai
deviasi rata – rata 1. Deviasi standart bernilai 2,3 serta deviasi standar rata –
rata 19,8 %, sedangkan nilai deviasi standart relatif 45%. Dengan begitu
didapat hasil pengukuran 16,6 dan 4,98 dengan ketilitian 46,25%.
Pada praktikum kali ini di lakukan 3 kali pengulangan pada setiap
percobaan yaitu pada percobaan pengukauran panas lebur dan panas
penguapan.Hal ini dilakukan supaya hasil pengukuran dan penghitungan
semakin akurat,sehingga kesalahan dapat di minimalisir.Namun tetap saja
ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan hasil pengukuran dan
perhitungan serta perbedaan di antara kelompok praktikan ataupun dengan
penelitian yang sudah ada .Hal ini bisa disebabkan oleh faktor dari praktikan
sendiri diantaranya karena kurangnya ketelitian praktikan,menurunya
konsentrasi praktikan dan kurangnya keseriusan praktikan dalam
melaksanakan praktek.
Dalam praktikum ini juga ditemui berbagai kendala yang dapat
menyebabkan nilai pengukuran kurang akurat yang dapat disebabkan
kekurang telitian praktikan dan alat – alat yang digunakan kurang memadai.
Namun praktikan tetap berupaya agar mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat dengan mengoreksi kesalahan yang terjadi.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan :
1. 3 hal yang mempengaruhi besar kecilnya panas atau kalor yang dibutuhkan
benda untuk berubah dari fase satu ke fase lainya yaitu massa benda ,kalor
jenis zat dan perubahan suhu.
2. Panas jenis air lebih besar dibanding dengan panas jenis es.
3. Panas lebur adalah panas yang diperlukan untuk mencair sedangkan panas
penguapan adalah panas yang diperlukan untuk menguap.
4. Hasil perhitungan panas lebur (Le)
 Percobaan 1 Le =-7,12
 Percobaan 2 Le =-7,49
 Percobaan 3 Le =-10,7
5. Hasil perhitungan panas penguapan (Lu)
 Percobaan 1 Lu =6,53
 Percobaan 2 Lu =4,27
 Percobaan 3 Lu =4,29
6. Hasil ralat untuk perhitungan panas lebur
 Harga rata-rata (𝑥̅ ) = 8,436
 Deviasi rata-rata (a) = 1,508
 Deviasi standart(s) = 5,47
 Deviasi rata-rata (A) = 17 %
 Deviasi standart relatif (S) = 84 %
 Hasil Pengukuran (𝑥̅ ± a)
𝑥̅ + a = 9,944
𝑥̅ – a = 6,928
 Ketelitian = 83 %

7. Hasil ralat untuk perhitungan panas penguapan


 Harga rata-rata (𝑥̅ ) = 5,03
 Deviasi rata-rata (a) =1
 Deviasi standart(s) = 2,3
 Deviasi rata-rata (A) = 19,8 %
 Deviasi standart relatif (S) = 45 %
 Hasil Pengukuran (𝑥̅ ± a)
𝑥̅ + a = 6,03
𝑥̅ - a = 4,03
 Ketelitian = 80,2 %

You might also like